Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan
terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa
atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan
gastroenteritis (radang lambung). Dalam masyarakat penyakit ini dikenal
dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut
Typhoid fever atau Thypus abdominalis karena berhubungan dengan usus di
dalam perut.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan thypus abdominalis ?
2. Bakteri apa yang berperan Dalam penyakkit ini ?
3. Bagaimana proses massa inkubasi dari penyakit ini ?
4. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit ini ?
5. Peraturan apa yang mengatur tentang wabah penyakit ini ?

1.3. TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Thypus abdominalis
2. Mengetahui bakteri yang berperan dalam penyakit Thypus abdominalis
3. Mengetahui proses inkubasi penyakit Thypus abdominalis
4. Mengetahui cara pencegahan penyakit Thypus abdominalis
5. Mengetahui peraturan yang mengikat tentang penyakit Thypus
abdominalis

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN

Tipes atau thypus adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus dan
terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh Bakteri Salmonella typhosa
atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain ini dapat juga menyebabkan
gastroenteritis (radang lambung). Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan
nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Typhoid fever atau
Thypus abdominalis karena berhubungan dengan usus di dalam perut.

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai


saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran.

2.2. ETIOLOGI

Penyakit tipes Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan


melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa,
(food and water borne disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus
menandakan bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri ini. Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk
dalam kingdom Bakteria, Phylum Proteobakteria, Classis Gamma
proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia
Enterobakteriakceae, Genus Salmonella. Salmonella thyposa adalah
bakteri gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu: antigen 0 (somatik,
terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen V1
(hyalin, protein membrane). Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin)
terhadap ketiga macam anigen tersebut (Zulkhoni, 2011).

2
2.3. MENIFESTASI KLINIS

Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis
yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik
hingga gambaran penakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada
minggu pertama gejala klnis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama
pada sore hingga malam hari.

2.4. PARASITOLOGI

Masa tunas demam typhoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala klinis
yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimtomatik
hingga gambaran penakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada
minggu pertama gejala klnis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa
dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu
tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama
pada sore hingga malam hari.

2.5. RESERVIOR

Manusia merupakan reservoir bagi tifoid maupun paratifoid; walapun


jarang binatang peliharaan dapat berperan sebagai reservoir bagi paratifoid.
Kontak dalam lingkungan keluarga dapat berupa carrier yang permanen atau
carrier sementara. Status carrier dapat terjadi setelah serangan akut atau pada
penderita subklinis. Sedangkan carrier kronis sering terjadi pada mereka yang
kena infeksi pada usia pertengahan terutama pada wanita; carrier biasanya
mempunyai kelainan pada saluran empedu termasuk adanya batu empedu. Status
carrier kronis pada saluran kemih terjadi pada penderita schitosomiasis.

3
2.6. CARA PENULARAN

Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh


tinja dan urin dari penderita atau carrier. Dibeberapa negara penularan terjadi
karena mengkonsumsi kerang-kerangan yang berasal dari air yang tercemar, buah-
buahan, sayur-sayuran mentah yang dipupuk dengan kotoran manusia, susu dan
produk susu yang terkontaminasi oleh carrier atau penderita yang tidak
teridentifikasi. Lalat dapat juga berperan sebagai perantara penularan
memindahkan mikroorganisme dari tinja ke makanan.

2.7. CARA PENCEGAHAN

1. Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya mencuci


tangan setelah buang air besar dan sebelum memegang makanan dan
minuman, sediakan fasilitas untuk mencuci tangan secukupnya. Hal ini
terutama penting bagi mereka yang pekerjaannya sebagai penjamah
makanan dan bagi mereka yang pekerjaannya merawat penderita dan
mengasuh anak-anak.
2. Buanglah kotoran pada jamban yang saniter dan yang tidak terjangkau
oleh lalat. Pemakaian kertas toilet yang cukup untuk mencegah
kontaminasi jari. Ditempat yang tidak ada jamban, tinja ditanam jauh dari
sumber air dihilir.
3. Berantas lalat dengan menghilangkan tempat berkembang biak mereka
dengan sistem pengumpulan dan pembuangan sampah yang baik. Lalat
dapat juga diberantas dengan menggunakn insektisida, perangkap lalat
dengan menggunakan umpan, pemasangan kasa. Jamban konstruksinya
dibuat sedemikian rupa agar tidak dapat dimasuki lalat.
4. Terapkan standar kebersihan pada waktu menyiapkan dan menangani
makanan; simpan makanan dalam lemari es pada suhu yang tepat.
Perhatian khusus harus diberikan pada salad dan makanan lain yang
dihidangkan dalam keadaan dingin. Standar kebersihan ini berlaku untuk
makanan yang disiapkan dirumah tangga maupun yang akan disajikan
untuk umum. Jika kita kurang yakin akan standar kebersihan ditempat kita

4
makan, pilihlah makanan yang panas dan buah-buahan sebaiknya dikupas
sendiri.
5. Beri penjelasan yang cukup kepada penderita, penderita yang sudah
sembuh dan kepada carrier tentang cara-cara menjaga kebersihan
perorangan. Budayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan.
6. Pemberian imunisasi atau vaksin yang dibuat dari strain salmonella typhi
yang sudah dilemahkan.

2.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Pemeriksaan darah perifer lengkap (Masjoer, 2002)


Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukosistosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi
sekunder. Dapat pula ditemukan anemia ringan dan trombositopeni.
Pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun
limfopeni laju endap darah dapat meningkat.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT, SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri salmonella
typhi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen bakteri
salmonella typhi dengan antibody salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoidenema barium
mungkin juga perlu dilakukan (Mansjoer, 2002).

5
2.9. PERATURAN

1. PERMENKES RI No. 45 TAHUN 2014 TENTANG


PENYELENGGARAAN SURVEILANS KESEHATAN PASAL 4
AYAT 1 DAN
2. UU PRESIDEN RI NO.6 TAHUN 1962 TENTANG WABAH PASAL 1-
12
3. UU NO.4 THN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR

6
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Penyakit Thypus abdominalis atau yang biasa disebut dengan penyakit
demam tifoid ini adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhosa. Bakteri ini berkembang didalam usus. Cara penularan penyakit
ini melalui makanan yang kurang higienis atau makanan yang kurang akan
tingkat kebersihannya.
Dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat kita sudah dapat
mencegah penyakit demam tifoid. Bakteri yang ada dalam penyakit ini
akan mati pada suhu 54,4o c dan 60oc selama 15 menit.
3.2. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan pandangan
tentang penyakit Thypus abdominalis sehinggah dapat merubah tingkah
laku masyarakat agar dapat melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
sehinggah dapat terhindar dari penyakit Thypus abdominalis.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/PUSKESMAS.pdf

http://www.depkes.go.id/resources/download/laporan/rencana-
kerja/buk/Unit_Reff.pdf

http://www.aidsindonesia.or.id/uploads/20141001102656.permenkes_ri_no_45_ta
hun_2014_tentang_penyelenggaraan_surveilans_kesehatan.pdf

http://eprints.ums.ac.id/20509/3/BAB_II.pdf

http://eprints.unipdu.ac.id/342/1/BAB%20I.pdf

8
LAMPIRAN

9
10

Anda mungkin juga menyukai