Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses pendewasaan manusia untuk


menjadi pribadi yang bijaksana. Pendidikan juga dapat dikatakan sebagai penolong
dalam menjalani kehidupan yang terus berkembang, tanpa pendidikan manusia tidak
akan bisa maju dan tidak akan mampu untuk melakukan perubahan-perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman.

Pendidikan merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia. Tanpa


adanya pendidikan, kehidupan manusia tidak bisa berkembang. Selain itu,
pendidikan menjadi tolak ukur dalam kredibilitas manusia dan peradabannya.
Semakin tinggi pendidikan manusia maka semakin tinggi pula tingkat
kredibilitasnya, begitu juga sebaliknya. Pendidikan hendaknya berorientasi pada
proses penyiapan peserta didik agar memahami konsep-konsep dalam
berperilaku,berfkir secara komprehensif sebagai pijakan dalam menyikapi berbagai
problem yang dihadapi

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan juga menjadi ujung tombak masa depan bangsa. Kemajuan yang
dicapai oleh suatu bangsa ditentukan oleh sistem pendidikannya yang berfungsi
dengan baik. Sebaliknya keterbelakangan atau kemunduran suatu bangsa dapat
diakibatkan oleh sistem pendidikan yang tidak berjalan dengan baik atau efektif.

Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia tentu sangat


membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena tanpa sumber daya

1
manusia yang berkualitas, bangsa Indonesia tidak akan mungkin bisa berkompetisi
dengan bangsa lain sementara desakan pasar bebas semakin kuat. Ketatnya
persaingan global memang mensyaratkan sumber daya manusia yang mempunyai
kompetensi memadai sekaligus berkualitas tinggi sebagaimana. Pendidikan juga
bertujuan untuk perkembangan potensi peserta didik menjadi manusia yang
berintegritas, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif, professional, mandiri, dan mejadi warganegara yang
demoktrasi serta bertanggung jawab.

Demi terwujudnya tujuan pendidikan tersebut maka tenaga pendidik menjadi


salah satu sektor terpenting dalam pencapaian tujuan pendidikan maka dari itu
harus memiliki empat kompetensi. Keempat kompetensi tersebut ialah kompetensi
pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional.
Untuk dapat mengambangkan kompetensi tersebut maka tenaga pendidik harus
mendapatkan pelatihan dan pengembangan yang layak karena sebagaimana yang
kita ketahui bahwa pelatihan dan pengembangan merupakan hal yang sangat penting
untuk membangun sumberdaya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan
tantangan. Oleh karena itu,kegiatan pelatihan tidak dapat diabaikan begitu saja
terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, dan berat pada
abad ini.

Tenaga pendidik merupakan komponen yang paling menentukan terciptanya


proses dan hasil pendidikan yang berkualitas untuk pencapaian tujuan pendidikan
sekolah yang sangat dekat hubungannya dengan siswa. Jadi keberhasilan
peningkatan kualitas pendidikan erat kaitannya dengan profesionalisme Tenaga
Pendidik. Posisi strategis ini tidak bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun,
karena keberadaan teknologi canggih tetap membutuhkan tenaga pendidik dalam
melakukan proses pendidikan.

Berkaitan dengan hal itu kita menyadari bahwa pelatihan dan pengembangan
merupakan hal yang fundamental untuk tenaga pendidik. Para tenaga pendidik baru

2
biasanya sudah mempunyai keterampilan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan
dalam mendidik. Mereka adalah produk dari suatu lembaga pendidikan dan biasanya
telah mempunyai pengalaman yang diperoleh dari lembaga tersebut.Walaupun
tidaksedikit pula para tenaga pendidik baru yang diterima pada suatu lembaga tidak
mempunyai kemampuan secara penuh untuk melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
tenaga pendidik. Bahkan para tenaga pendidik lama yang berpengalaman sekalipun
masih perlu belajar untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka juga
memerlukan pelatihan dan pengembangan lebih lanjut agar dapat melaksanakan
tugas-tugas secara sukses, baik dan benar.

Tujuan utama program pelatihan dan pengembangan adalah untuk meningkatkan


kemampuan dan kecakapan tenaga pendidik agar dapat meningkatkan efektifitas di
lembaga, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat yang menggunakan jasa
lembaga tersebut. Karena itulah, pelatihan dan pengembanan bagi tenaga pendidik
dapat membantu mereka dalam meningkatkan profesionalisme dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik. Tenaga pendidik atau guru yang professional yaitu ahli
dalam setiap bidang yang diajarkannya, memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi,
memiliki rasa kesejawatan dan kode etik serta memandang tugasnya sebagai suatu
karir hidup (Piet A. Sahertian, 2000:12).

Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tidak bisa dilepaskan dari peran


Tenaga Pendidik sebagai sumber daya yang profesionalismenya harus
dikembangkan dan ditingkatkan. Oleh karena itu, peran suatu lembaga menjadi
sangat penting dalam meningkatkan kemampuan pedagogik para tenaga pendidik,
karena lembaga pendidikan yang baik adalah lembaga yang mampu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tuntutan zaman, dan untuk menghadapai perkembangan
zaman tersebut harus didukung oleh kualitas pendidik yang profesional agar dapat
berfungsi dengan baik terhadap individu, organisasi, ataupun masyarakat.

Berdasarkan paparan di atas peniliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian


di SMAN 16 Surabaya yang selama ini dikenal oleh masyarakat dengan kinerja

3
pendidik memiliki kualitas yang baik, konsisten dalam mempertahankan mutu
sehingga institusi ini banyak diminati oleh masyarakat umum.

SMAN 16 Surabaya merupakan salah satu sekolah yang memiliki kompetensi


serta kualifikasi tenaga pendidik yang baik. Hal ini tercermin dari pendapat
masyarakat dan wali murid yang menyatakan bahwa guru di SMAN 16 Surabaya
merupakan Guru yang profesional.

Berlatar dari problem yang dipaparkan di atas, peneliti terdorong untuk


melakukan kajian lebih jauh terhadap sistem pelatihan dan pengembangan tenaga
pendidik yang ada di SMAN 16 Surabaya. Dengan judul “Sistem Pelatihan dan
Pengembangan Tenaga Pendidik di SMAN 16 Surabaya”

B. Identifikasi Masalah
1. Rendahnya tingkat pelatihan yang di ikuti oleh tenaga pendidik
2. Kualitas pengembangan tenaga pendidik yang kurang efektif
C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini lebih di fokuskan pada


pelatihan dan pengembangan tenaga pendidik di SMAN 16 Surabaya.

1. Sistem pengembangan tenaga pendidik di SMAN 16 Surabaya


2. Sistem pelatihan tenaga pendidik di SMAN 16 Surabaya
D. Rumusan Masalah
1. Mendiskripsikan sistem Pengembangan Tenaga Pendidik di SMAN 16
Surabaya?
2. Mendiskripsikan sistem Pelatihan Tenaga Pendidik di SMAN 16 Surabaya?
E. Tujuan Penelitian

Dengan mengetahui rumusan masalah di atas,maka tujuan penelitiannya adalah:

1. Untuk mengetahui Sistem Pengembangan Tenaga Pendidik di SMAN 16


Surabaya

4
2. Untuk mengetahui Sistem Pelatihan Tenaga Pendidik di SMAN 16 Surabaya
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis

Secara teoritis kegunaan dalam penelitian ini adalah diharapkan dapat


memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya bidang pendidikan sebagai
suatu disiplin ilmu.Terutama dalam hal pelatihan dan pengemabangan tenaga
pendidik.

2. Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk mengambil kebijakan dalampenyelenggaraan


pendidikan di sekolah dalam hal pelatihan danpengemabangan tenaga pendidik.

3. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan menerapkan ilmu yang diperoleh selama di


bangku perkuliahan, sebagai pengalaman bagi penulis dalam tahap pembinaandiri
sebagai calon pendidik, memberikan pengalaman dan kemampuan sertaketerampilan
dalam menyusun karya ilmiah.

4. Bagi pembaca

Diharapkan menjadi bahan rujukan bagi para peneliti untuk suatu


penelitian mengenai pengaruh lingkungan terhadap motivasi kinerja pegawai
pada sebuah lembaga pendidikan.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sistem Pengembangan Tenaga Pendidik


1. Pengertian Sistem Pengembangan

Istilah sistem adalah suatu konsep yang abstrak. Defenisi tradisional


menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang
saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. (Hamalik,2009: 1)

Dalam arti luas suatu sistem muncul karena seseorang telah


mendefinisikannya. Agar lebih dapat difahami bisa di contohkan sistem seperti
sepeda yang meliputi komponen komponen seperti roda, pedal, kemudi dan
sebagainya. Tetapi dalam artian luas sepeda sendiri adalah subsistem atau
bagiandari system tersebut karena sepeda merupakan subsistem dari sarana
tranportasi, seperti halnya mobil, truk, motor dan sebagainya.

Lebih jelasnya sistem dapat kita tentukan sendiri batasannya, perpaduan dari
subsitem-subsistem yang ditentukan oleh pendapat yang menyatakan bahwa sesuatu
adalah suatu sistem. itu sebabnya suatu sistem pada hakikatnya adalah system
ofinterest. Berdasarkan rumusan tersebut, kita dapat mengidentifikasi hubungan-
hubungan pokok antar sistem dan lingkungan, yakni antara input dari lingkungan
dengan sistem antara output dari sistem dengan lingkungan. (Hamalik, 2009: 1)

Sedangkan pengembangan merupakan kegiatan-kegiatan belajar yang diadakan


dalam jangka waktu tertentu guna memperbesar kemungkinan untuk meningkatkan
kinerja. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkankemampuan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengankebutuhan pekerjaan atau
jabatan (Hasibuan 2009 : 69)

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Andrew F Sikula (2003 : 50) dalam A A


Anwar Prabu, pengembangan yang mengacu pada staf dan person adalah suatu

6
proses pendidikan jangka panjang dengan menggunakan suatu prosedur yang
sistematis dan terorganisasi dengan manajer belajar pengetahuan konsptual dan
teoritis untuk tujuan umum.

Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan


mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmaniah dan rohaniah
yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah, dalam
rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan pancasila.

Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, S. Pd (2008: 231)
Pengembangan tenaga pendidik adalah usaha yang dijalankan untuk memajukan dan
meningkatkan mutu tenaga pendidik dalamlingkungan sekolah.

Pengertian ini sejalan dengan pendapat Malayu S. P.Hasibuan (2007: 69) yang
mengatakan bahwa pengembangan tenaga pendidik adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Pengembangan dapat di artikan melalui dua sudut pandang secara makro dan secara
mikro. Secara makro pengembangan adalah suatu proses peningkatan kualitas atau
kemampuan manusia dalam rangka mencapai suatu tujuan pembangunan bangsa.
Sedangkan pengertian pengembangan secara mikro adalah suatu proses perencanaan
pendidikan, pelatihan dan pengelolaan tenaga atau karyawan untuk mencapai hasil
yan goptimal.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


pengembangan lebih menekankan pada proses memanusiakan manusia yang
melibatkan pembelajaran yang melampaui pekerjaan saat ini memiliki fokus jangka
panjang, yang cenderung lebih bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan
dan keahlian individu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan
datang.

7
Oleh karena itu pengembangan tenaga pendidik sangat dibutuhkan untuk
menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi dan lingkungan,
pengembangan juga harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis,
teoritis, konseptual, dan moral tenaga pendidik supaya prestasi kerjanya
semakin baik dan mencapai hasil yang optimal. Sebagai contoh; para guru selalu
menggunakan media elektronik atau dengan media lain yang bisa
menarik perhatian siswa. Tetapi pada kenyataannya media-media di atas
belum bisa di implementasikan karena keterbatasan pengetahuan dan
kurangnya kreatifitas tenaga pendidik itu sendiri.

Sehubungan dengan itu, maka pengembangan tenaga pendidik mutlak


diperlukan untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja tenaga
pendidik di lembaga tersebut (Sondang dan Siagian, 2008: 183). Hal ini sejalan
dengan pendapat Abin S.Makmum (1996) dalam Udin Staefudin Saud yang
mengatakan bahwa upaya pengembangan tenaga pendidik menjadi tugas pengguna
jasa guru yakni satuan pendidikan yang berada dalam lingkup kewenangannya.
Sebagaimana dinyatakan dalam PP No. 38 tahun 1992 pasal 30 sebagai berikut :

Pengelola satuan pendidikan (Sekolah, Perguruan, SKB, PUSDIKLAT, dsb.)


bertanggung jawab atas pemberian kesempatan kepeda tenaga kependidikan yang
bekerjadi satuan pendidikan yang bersangkutan untuk mengembangkan kemampuan
profesionalnya masing-masing (Udin Staefudin Saud, 2009: 126).

Dengan demikian, jelaslah bahwa satuan pendidikan harus memperhatikan


program-program pengembangan tenaga pendidik minimal memberikan kesempatan
kepada tenaga pendidik untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan bidang yang
diembannya.

1. Langkah-langkah Pengembangan

8
Agar pengembangan tenaga pendidik dapat tercapai sesuai dengan yang
diinginkan dan tidak sia-sia, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh
kepala madrasah, diantaranya adalah :

a. Penentuan kebutuhan

Penentuan kebutuhan adalah suatu analisis untuk mancari tahu masalah yang
dihadapi saat ini dan tantangan dimasa yang akan datang yang harus dapat dipenuhi
oleh program pengembangan. Penentuan kebutuhan ini mutlak adanya dan
didasarkan pada analisis yang tepat, dimana analisis kebutuhan harus mampu
mendiagnosa minimal tiga hal, yaitu: masalah-masalah yang dihadapi sekarang, dan
berbagai tantangan baru yang diperkirakan akan timbul dimasa yang akan datang,
serta mempertimbangkan keanekaragaman isu internasional. Dalam proses analisis
kebutuhan pengembangan setidaknya ada beberap pihak yang terlibat didalamnya,
yaitu: satuan lembaga pendidikan sebagai pihak yang menangani kegiatan
pengembangan, para kepala bagian dari berbagai satauan kerja di lembaga
pendidikan, dan para tenaga pendidik sebagai peserta kegiatan pengembangan.

b. Penentuan sasaran

Berdasarkan analisis pengembangan, maka berbagai sasaran ditetapkan baik itu


berupa tehnikal maupun yang menyangkut dengan prilaku atau mungkin keduanya.
Sasaran tersebut harus dinyatakan dengan jelas dan sekongkrit mungkin baik bagi
para pelatih (tutor) ataupun peserta pengembangan. Hal ini dilakukan sebagai tolok
ukur untuk menentukan keberhasilan program pengembangan, dan sebagai bahan
dalam usaha menentukan langkah selanjutanya seperti program dan metode
pengembangan yang akan diikuti.

c. Penetapan isi program

Dalam penetapan isi program pengembangan harus jelas tentang


materi atau program apa yang ingin dicapai, salah satu sasaran yangingin dicapai
adalah mengajarakan keterampilan tertentu yang pada umumnya mengajarkan

9
keterampilan baru yang belum pernah dimiliki oleh tenaga pendidik, namun tidak
menutup kemungkinan mengembangkan keterampilan yang sudah dimiliki, dan
perubahan sikap serta prilaku dalam pelaksanaan tugas. Kaitannya dengan
penentuan isi program kegiatan pengembangan, isi program pengembangan tersebut
harus memenuhi kriteria sebagaiberikut :

1) Program yang disajikanharus up to date.


2) Memberikan konstribusi pengembangan keterampilan, kebiasan berfikir,
dan disiplin berdasarkan pengetahuan.
3) Isi program sebaiknya memberikan sumbangan terhadap perkembangan
moralitas yang esnsial dan berkenaan dengan evaluasi dan pengguna
kebutuhan.
4) Isi program mengarahkan tindakan sehari-hari dan mengarahkan
pengalaman selanjutnya.
d. Identifikasi prinsip-prinsip belajar

Para pakar pelatihan dan pengembangan mengatakan bahwa pada dasarnya ada
lima prinsip belajar dalam kegiatan pengembangan yanglayak dipertimbangkan
untuk diterapkan, yaitu ;

1) Partisipasi, meningkatkan motivasi dan tanggapan sehingga


menguatkan proses pembelajaran. Sebagai hasil dari partisipasi, peserta
akan belajar lebih cepat dan mempertahankan pembelajaran jangka
panjang.
2) Repetisi, yakni pengulangan dan pembaharuan materi terhadap sesuatu
yang sudah diketahui dan merupakan proses mencetak satu pola kedalam
ingatan tenaga pendidik.
3) Relevansi, dimana pembelajaran akan sangat membantu apabila
materi yang dipelajari mempunyai arti yang maksimal. Artinya kegiatan
pengembangan tersebut dilaksanakan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan tenaga pendidik sekarang atau yang akan datang.

10
4) Pengalihan, semakin dekat kesesuaian antara program kebutuhan
pengembangan, semakin cepat pekerja dapat belajar dari
pekerjaanutama.
5) Umpan balik, merupakan yang memberikan informasi kepada peserta
mengenai progres/kemajuan yang dicapai, sehingga peserta dapat
menyesuaikan sikap untuk mendapatkan hasil sebaik mungkin. Tanpa
umpan balik, mereka tidak dapat mengetahui progres/kemampuan dan
mungkin mereka dapat menjadi tidak puas.
2. Tahapan Pengembangan

Klasifikasi kebutuhan pengembangan ialah pengembangan organisasi


didefinisikan sebagai proses meningkatkan efektifitas organisasi dan kesejahteraan
anggotanya melalui intervensi yang terencana yang menerapkan konsep sains
perilaku. Pengembagan organisasi menekankan perubahan baik makro maupun
mikro. Perubahan makro dimaksudkan pada akhirnya untuk meningkatkan
efektifitas organisasi, sedang mikro ditujukan pada individu, mkelompok kecil
ataupun tim.

3. Jenis Pengembangan
a. Pendidikan Lanjut

Pembinaan profesi guru melalui pendidikan lanjut merupakan alternatif bagi


peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru terutama dalam peningkatan
kompetensi pedagogik. Pengikut sertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat
dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik dalam maupun luar negeri bagi
guru yang berprestasi. Guru yang berijazah diploma dapat melanjustkan ke S-1, dari
S1 dapat melanjutkan ke S-2 dan dari S-2 ke S-3. Sudah tentu untuk itu harus
melalui seleksi dan melalui kriteria penerimaan yang ditentukan oleh LPTKyang
bersangkutan.

b. Program sertifikasi

11
Program sertifikasi merupakan upaya pemerintah dalam rangka
peningkatan mutu dan uji kompetensi tenaga pendidik dalam mekanisme teknis
yang telah diatur pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat,
yang bekerjasama dengan instansi pendidikan tinggi yang kompeten yang diakhiri
dengan pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah nyatakan memenuhi
standar profesional yang di tandai dengan satu nomor registrasi guru yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan nasional. Sertifikat pendidik bagi guru
berlaku sepanjang yang bersangkutan menjalankan tugas sebagai guru sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Sertifikasi diperoleh melalui pendidikan profesi
yang diakhiri dengan uji kompetensi.

4. Tujuan Pengambangan

Program pengembangan dilaksanakan dengan tujuan dan manfaat tersendiri.


Tujuan pengembangan tersebut adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan
prestasi kerja para tenaga pendidik pada saat sekarang dan masa yang akan datang,
artinya pengembangan orientasinya adalah untuk menghapi tantangan kerja dimasa
sekarang dan masa yang akan datang. Dimana peningkatan prestasi kerja saat ini
dilakukan dengan kegiatan pelatihan, sedangkan peningkatan prestasi kerja saat ini
dan yang akan datang dilakukan dengan kegiatan pengembangan. Tujuan
pengembangan tenaga pendidik menurut Fatah Syukur adalah sebagaiberikut:

1. Produktifitas Kerja

Dengan pengembangan, produktifitas kerja karyawan akan meningkat, kualitas


dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill, human skill,
danmanagerial skill karyawan semakin baik.

2. Efisiensi

Pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga,


bahan baku, dan segala kebutuhan yang diperlukan.

12
3. Pelayanan

Pengembangan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang baik dari


karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik
merupakan daya penarik yang sangat penting.

4. Moral

Dengan pengembangan, moral karyawan akan lebih baik karena keahlian


danketerampilannya sesuai dengan pekerjaan-pekerjaannya sehingga mereka
antusiasuntuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik secara professional (Fatah
Syukur, 2015: 107).

5. Karir

Dengan pengembangan, kesempatan untuk meningkatkan karir karyawan


semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik.
Promosi inilah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja seseorang
(Malayu Hasibuan, 2009: 70-71).

Pada dasarnya tujuan diadakannya pengembangan dan pelatihan tenaga


pendidik adalah untuk meningkatkan kompetensi pendidik sesuai dengan
persyaratansebagai tenaga pendidik profesional yang ditetapkan dalam Undang-
Undang Nomor14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang tercantum pada BAB I
pasal 1:

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,


mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
pesertadidik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Mencermati fungsi tenaga pendidik di atas maka
sangat diperlukan pelatihandan pengembangan bagi semua tenaga pendidik demi
tercapaian profesionalitas dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

13
B. Sistem Pelatihan Tenaga Pendidik
1. Pengertian Sistem Pelatihan Tenaga Pendidik

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai
suatu tujuan. Pengertian sistem menurut W Gerald Cole dalam bukunya
AccountingSystem yang dikutip oleh Zaki Baridwan adalah suatu kerangka dari
prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang
menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu
organisasi (W. Gerald Cole, 1994: 3). Dengan kata lain sistem adalah sekelompok
komponen dan elemen yangdigabungkan untuk mencapai tujuan.

Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan


keahlian, konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kenerja tenaga
pendidik.

Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberikan, memperoleh,


meningkatkan, sarta mengembangkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin,
sikap, dan etos kerja pada tingkat kualifikasi jabatan dan pekerjaan. Pengembangan
diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda
atau yang lebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, atau instansi pendidikan.

Pelatihan tenaga pendidik merupakan salah satu aspek yang dapat menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dengan melalaui kemampuan pendidik
dalam menjalankan tugasnya dimana pelatihan adalah serangkaian aktifitas yang
dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, pengalaman, keahlian
ataupun perubahan sikap dari individu dalam jangka waktu yang relatif singkat dan
lebih mengutamakan praktik daripada teori.

Menurut Kaswan (20012: 96) pelatihan berfokus pada memberi keterampilan


khusus untuk membantu karyawan memperbaiki kemampuan dalam kinerja.

14
Sedangkan Menurut H. John Bernandian (2003: 197) dalam Faustino C Gomes,
pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performensi pekerja pada suatu
pekerjaan tertentuyang sedang menjadi tanggung jawabnya.

Pelatihan merupakan proses yang sistematis dari perubahan perilaku,


pengetahuan, dan motivasi dalam dalam memperbaiki kesesuaian antara
karakteristik karyawan dan standar pekerjaan.

Pelatihan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukaan oleh karyawan untuk


meningkatkan keterampilannya demi tugas pertanggung jawaban atas tugas yang
diembannya.

Adapun pelatihan menurut Jhon R Schermerhorn (Viklund Andreas, 2009: 4)


ialah serangkaian aktifitas yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan
meningkatkan keterampilanyang berkaitan dengan pekerjaan.

Pelatihan seorang guruadalahupaya yang dilakukan bagi pegawai negeriuntuk


meningkatkan kepribadian, pengetahuan, dan kemampuannya sesuai dengan
tantutan persyaratan jabatan dan pekerjaannya sebagai pegawai negeri
(Sedarmayanti, 2010: 379).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan


merupakan sarana penting dalam pengembangan sumber daya tenaga pendidik yang
baik. Pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar dengan menggunakan teknik
dan metode tertentu, guna meningkatkan keahlian atau keterampilan guru dalam
menangani tugas dan fungsinya. Pelatihan dimaksudkan untuk membantu
meningkatkan kemampuan para pendidik melaksanakan tugas sekarang dan yang
akan datang. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan atau
keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu.

Dengan pelatihan lembaga pendidikan ataupun organisasi memperoleh


masukan yang baik menghadapi tantangan-tantangan manajemen yang terus

15
berkembang dengan memiliki karyawan yang dapat memenuhi penyelesaian
masalah-masalah yang ada.

1. Tahap Pelatihan
a. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2009: 19-20) identifikasi kebutuhan pelatihan


bertujuan untuk mencari atau mengidentifikasi kemampuan-kemampauan apa yang
diperlukan oleh karyawan dalam rangka menunjang kebutuhan organisasi atau
institusi. Dalam rangka mendapatkan data kemampuan apa yang dibutuhkan
karyawan maka identifikasi kebutuhan pelatihan dapat melalui analisis organisasi
dengan mereview visi-misi, tujuan dan rencana berjangka organisasi, dengan hasil-
hasil perencanaan sumber daya tenaga pendidik

b. Merencanakan Intruksi

Kepala sekolah selaku manajer di lembaga pendidikan sebagai pemeganag


keputusan, ketika mengalami perubahan dalam organisasi, kepala sekolah sebelum
mengadakan pelatihan harus merencanakan terlebih dahulu, dan menginstruksikan
kepada bawahannya agar program yang dibuat dapat terealisasi dengan baik.
Tentunya program yang direncanakan dapat mendukung dan menunjang
peningkatan kualitas sumber daya tenaga pendidik yang ada., baik yang baru
maupun yang sudah lama

c. Validasi

Setelah pelatihan direncanakan dan dipaparkan kepada karyawan kemudian


dijelaskan kemana arah pelatihan yang dibuat oleh pihak sekolah agar semua
karyawan yang dibawahnya merasa diwakili dalam program tersebut sehingga
efektifitas dan kualitas sumber daya tenaga pendidik dapat meningkat dengan
sendirinya (Garry Dassler, 2006: 281). Dalam setiap pelatihan yang diadakan oleh
pihak sekolah terkadang tidak semua tenaga pendidik dikiut sertakan yang
disebabkan karena adanya beberapa hal misalnya kecukupan biaya dan jumlah

16
peserta yang dibutuhkan. Sehingga peran kepala sekolah untuk validasi ini sangat
diperlukan demi terciptanya suasana yang loyal antar tenaga pendidik tetap bisa
terjaga.

2. Jenis Pelatihan

Ada beberapa jenis pelatihan yang dapat dilaksanakan oleh pihak sekolah,
peran kepala sekolah dapat diupayakan melalui penyelenggaraan program
kegiatansebagai berikut:

a. Musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)

Program MGMP merupakan salah satu program yang cukup efektif bagi
peningkatan kualitas guru mengelola pembelajaran sehingga menjadi tenaga
mengajar yang profesional. Upaya ini dapat dilakukannya dengan berperan sebagai
fasilitator bagi guru agama maupun mengefektifkan program MGMP di sekolah
demi mengasah kemampuan guru ke arah yang lebih baik (Hadawi Nawawi dkk,
1994: 343) Program ini dapat dijadikan sebagai wahana diskusi komunikasi dan
informasi bagi pendidik dalam memecahkan berbagai masalah pembelajaran peserta
didik yang anggotanya semua guru mata pelajaran yang berstatus PNS dan non
PNS. Berasal dari semua sekolah baik yang negeri maupun swasta. MGMP sebagai
wadah profesi guru prinsip kerjanya dari guru, oleh guru dan untuk guru.

Berdasarkan prinsip kerjanya, kegiatan MGMP tergantung dari anggotanya.


Kegiatan MGMP semarak bila anggotanya aktif menggelar banyak kegiatan. Akan
tetapi bila kesadaran anggotanya kurang, MGMP di suatu kabupaten/kota/ kecamatan
atau sekolah hanya tinggal nama. Kadang kala MGMP kembali bergairah ketika ada
suntikan dana dari pemerintah daerah memalui Diknas Kabupaten. Itupun bila ada
sekolah negeri membuat proposal kegiatan MGMP satu tahun sebelumnya.

Tujuan diselengarakannya MGMP menurut Arif Achmad yaitu:

17
1) Memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi programpem
belajaran
2) Untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjanag usaha
peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan
3) Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh
tenaga pendidikan dalam memlaksanakan tugas sehari-hari dan mencari
solusi alternative pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran masing-masing, guru, kondi sisekolah dan lingkungannya
4) Untuk membantu tenaga pendidik memperoleh informasi teknis edukatif
yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian yang sesuai
dengan mata pelajaran yang bersangkutan.
5) Saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya,
simposium, seminar, diklat, classroom action reserch, dan referensi.
6) Mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah,
khususnya focus classroom reform, sehingga berproses pada reorentasi
pembelajaran yang efektif (Arief Achmad, 2004: 28).
b. Mengikuti Kursus Kependidikan

Kursus adalah lembaga pelatihan yang termasuk ke dalam jenis pendidikan


non formal yang merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti halnya di
sekolah (Irwan, 2015: 4) Perbedannya adalah bahwa kursus biasanya diselenggarkan
dalam waktu pendek.

Program ini bertujuan agar pendidik dapat meningkatkan kompetensi


pedagogiknya ke arah yang lebih baik. Misalanya keterampilan berbasis kecakapan
hidup (life skill) seperti kursus komputer, bahasa asing, SPSS untuk memudahkan
dalam melakukan penilaian bagi peserta didiknya. Hingga melalui kursus ini, maka
pendidik memanfaatkan fasilitas pembelajaran secara optimal.

18
c. Mengadakan lokakarya (Workshop)

Lokakarya atau dalam bahasa inggris di sebut dengan istilah workshop adalah
suatu acara di mana beberapa orang berkumpul untuk memecahkan masalah tertentu
dan mencari solisinya. Sebuah lokakarya atau workshop adalah pertemuan ilmiah
yang kecil. Dalam dunia pendidikan workshop adalah kegiatan belajar kelompok
yang terdiri dari petugas-petugas pendidikan yang memecahkan problema yang
dihadapi melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun perorangan,
dengan cara musyawarah dan penyelidikan, yang bertujuan untuk memperoleh
informasi melalui pengalaman langsung dan menyampaikan informasi.

Dalam sebuah workshop akan berkumpul sekelompok orang yang memiliki


minat/perhatian dan keahlian yang sama di dalam bidang tertentu di bawah
kepemimpinan beberapa orang yang sudah ahli untuk menggali beberapa aspek
khusus suatu pembahasan masalah.

Dalam pelaksanaannya, sebuah workshop bisa saja dibagi menjadi beberapa


kelompok yang dibentuk dengan berbagai tujuan, seperti: melihat demonstrasi-
demonstrasi, mendengar ceramah, mendiskusikan berbagai aspek topik,
mempelajari, mengerjakan, mempraktekkan, serta mengevaluasi topik tersebut
setelahnya.

Beberapa ciri workshop menurut Notoatmodjo, S adalah:

1) Masalah yang dibahas bersifat life centered yang artinya masalah


tersebut muncul dan bersumber dari peserta itu sendiri.
2) Cara yang digunakan ialah metode pemecahan masalah musyawarah dan
penyelidikan secara bersama-sama, di mana hal ini akan menuntut
sebuah keaktifan seluruh peserta workshop sehingga acara akan
berlangsung denga tidak membosankan.
3) Menggunakan resource person dan recource materials yang mana setiap
peserta aktif memberi dan berpartisipasi serta memberikan bantuan yang

19
besar di dalam kegiatan tersebut, sehingga workshop dapat mencapai
hasil yang sebaik-baiknya dan sesuai dengan keinginan bersama
(Notoatmojo S, 2003: 9).

Dalam pelaksanaannya, workshop memerlukan sejumlah prosedur


pelaksanaan yang meliputi beberapa hal seperti: perumusan tujuan workshop, dalam
hal ini output yang akan dicapai di dalam workshop tersebut harus jelas dan bisa
dicapai dengan maksimal, perumusan pokok-pokok masalah yang akan dibahas di
dalam workshop secara jelas dan terperinci serta penentuan prosedur yang akan
diterapkan di dalam pemecahan masalah.

3. Langkah-langkah Pelatihan

Agar kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh suatu sekolah benar-benar


dapat memberikan manfaat bagi kemajuan pendidik dan organisasi itu sendiri, maka
perlu ditempuh beberapa langkah dalam suatu kegiatan pelatihan. Adapun langkah-
langkah pelatihan adalah sebagai berikut:

a. Penentu Kebutuhan

Penentuan kebutuhan merupakan langkah awal yang sangat penting untuk


dilakukan, karena melalui analisis kebutuhan yang cermat dapat mengurangi
pemborosan pembiayaan yang ditanggung oleh pihak sekolah

b. Penentu Pasaran

Penentuan sasaran ini dimaksudkan untuk mengetahui sasaran yang ingin


dicapai dari suatu kegiatan pelatihan. Bagi penyelenggara penentuan sasaran ini
memilki arti yakni berhasil tidaknya program pelatihan yang dan bahan dalam usaha
menentukan langkah selanjutnya, seperti: menentukan isi program dan metode
pelatihan yang sesuai. Sedangkan bagi peserta menentukan sasaran bermanfaat
dalam persiapan dan usaha yang mereka lakukan agar dapat memperoleh manfaat
yang sebsar-besarnya dari kegiatan pelatihan yang diikutinya (Wukir, 2013: 64).

20
c. Penentuan Program

Dalam penentuan program terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatiakn


yakni berkenaan dengan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut:

Kemempuan apa yang hendak dicapai? Materi apa yang perlu disiapkan? Kapan
waktu terbaik untuk dilaksanakan? Dimana tempat yang paling memungkinkan
untuk dilaksanakan pelatihan? Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pelatihan? Siapa yang paling tepat untuk di tunjuk sebagai istruktur? Dan bagaimana
pelatihan itu sebaiknya dilaksanakan? (Fatah Syukur, 2015: 95). Dengan
terjawabnya pertanyaan-pertanyaan di ata smaka tujuan pelaksanaan yang merujuk
pada efektivitas dan efesinsi kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan.

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dikatakan berhasil jika apa yang diharapakan


sebelumnya dapat tercapai, seperti peningkatan kemampuan pendidik dalam
melaksnakan tugas serta perubahan perilaku yang tercermin dari sikap, disiplin dan
etos kerja. Untuk mencapai perubahan tersebut perlu dilakukan penilaian secara
sistematis dengan menentukan: kriteria keberhasilan sebelum pelaksanaan
diselenggarakan, mengetahui tingkat pengetahuan atau kemampuan dari calon
peserta agar dapat menentukan program pelatihan yang tepat, dan mengadakan ujian
setalah program pelatihan dilaksanakan.

e. Evaluasi

Evaluasi perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana pelatihan memberikan


pengaruh pada peserta dan organisasi. Beberapa aspek yang dapat dievaluasi yang
dapat memberikan petunjuk mengenai pengaruh pelatihan antara lain:

1) Perubahan reaksi peserta, penilai ini dapat dilakukan pada saat proses
pelatihan sedang berlangsung. Perasaan dan respon peserta dapat
dianalisa dimana peserta mungkin saja merasa instruktur tidak

21
berkualifikasi, sesi pelatihan membosankan, dll. Evaluasi dari peserta ini
dapat diketahui dengan penggunaan kuesioner atau firm evaluasi
(Sartianegara, 2013: 24-25).
2) Perubahan pengetahuan peserta, secara umum tujuan utama dari suatu
program pelatihan adalah untuk meningkatkan pengetahuan atau
keahlian peserta pada area spesifik. Sebagai contoh program pelatihan
untuk meningkatkan pengetahuan pendidik dalam menggunakan
teknologi komputer, maka setelah program pelatihan diharapkan
pendidik mengetuhui tentang penggunaan atau pengaplikasian dari
komputer tersebut
3) Perubahan dalam perilaku, perubahan ini dapat dievaluasi melalui
membandingkan rasa tanggung jawab pendidik terhadap tugas sebelum
dan sesudah mengikuti pelatihan.
4) Perubahan kinerja, penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat
kemampuan pendidik dalam menangani pekerjaan yang menantang
secara efektif, dengan melihat kinerjanya (Wukir, 2013: 77).
4. Tujuan Pelatihan

Peningkatan mutu pendidik sebagai upaya peningkatan tenaga kependidikan


memilki tujuan agar pendidik terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kerena proritas ini didasari alasan bahwa indikator
utama keberhasilan sekolah adalah kemampuan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar secara efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan kurikulum dan
menyiapakan tamatan yang memenuhi kebutuhan pembangunan masa kini dan masa
yang akan datang.

Secara umum tujuan pelatihan pendidik dinyatakan oleh Moekijat dalam


Fatah Syukur (2015: 90) adalah:

1) Untuk meningkatkan ketrampilan karyawan sesuai dengan perubahan


teknologi.

22
2) Untuk mengurangi waktu belajar bagi karyawan baru agar menjadi
kompeten.
3) Untuk membantu masalah operasional.
4) Untuk menyiapkan karyawan dalam promosi.
5) Untuk memberi orientasi karyawan untuk lebih mengenal organisasinya.

Sedangkan tujuan khusus dari pelatihan yakni rincian kemampuan yang


dirumuskan dalam tujuan umum kedalam tujuan khusus.

Berdasarkan uraian di atas nampak jelas bahwa dengan adanya pelatihan yang
diikuti oleh pendidik, diharapkan pendidik akan lebih paham dengan dunia kerja,
dapat mengembangkan kepribadiannya, penampilan kerja individu,
mengembangkan karier, dan mampu berkompetensi.

Tujuan pelatihan tersebut akan terlaksana dengan baik apabila pelatihan


diberikan secara tepat dan adanya kerjasama yang baik antara semua stechorlder
kependidikan.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif atau naturalistic karena di


lakukan pada kondisi yang alamiah. Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa
metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data di lakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.

Obyek alamiah yang dimaksud oleh Sugiyono (2013) adalah obyek yang apa
adanya , tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat penelitian
memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relative
tidak berubah. Menurut Sukmadinata (2011: 73) penelitian deskriptif kualitatif
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan
mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antara kegiatan. Selain itu, penelitian
deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau perubahan pada variabel-
variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya.
Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri yang
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli di atas, dapat di tarik kesimpulan


bahwa penelitian kualitatif yaitu rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang
bersifat apa adanya tanpa ada dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih
menekankan makna.

1. Desain Penelitian

24
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang efisien,
maknanya penelitian mengadakan kajian secara mendalam tentang suatu kasus,
kesimpulan terbatas pada kasus tertentu saja (Iskandar, 2013: 209).

a. Situasi Sosial dan Partisipan Penelitian

Sasaran utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Sistem
Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Pendidik di SMAN 16 Surabaya. Peneliti akan
melakukan Penelitian di SMAN 16 Surabaya untuk mendapatkan informasi-
informasi yang di butuhkan.

b. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini untuk menemukan dan mengidentifikasi


data-data yang terkait dengan fokus penelitian yang menggunakan metode observasi
sehingga peneliti merupakan observer penuh, disamping itu, peran peneliti adalah
sebagai pengamat lengkap. Dengan demikian kehadiran peneliti diketahui oleh
subyek atau informasi. Kehadiran peneliti ini telah disetujui dan diperolehkan serta
dilayani oleh informan dengan baik. Instrumen peneliti tersebut digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Sugiyono, 2011: 135).

c. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu hal yang sangat penting dan strategis
kedudukannya di dalam pelaksanaan penelitian. Instrumen penelitian sebagai
komponen yang penting di dalam penelitian dalam usaha untuk mendapatkan data
(Iskandar, 2013: 79). Dalam penelitian ini, peneliti sebagai isntrumen sehingga
peneliti dapat segera menganalisis data yang di peroleh.

Adapun instrumen yang dalam penelitian ini, yaitu:

25
1) Instrumen Primer
Instrumen primer disini adalah peneliti sendiri yang melakukan
penelitian.
2) Instrumen Sekunder
3) Lembar pedoman wawancara
4) Lembar pengamatan atau observasi
5) dokumentasi
2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam


penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2013: 3). Langkah pertama yang harus di tempuh dalam pengumpulan data adalah
mencari informasi dari keperpustakaan (buku, jurnal, koran, majalah, brosur)
mengenai hal-hal yang relevensinya dengan judul. Di samping itu juga dapat melalui
terjun ke lapangan. Data di lapangan dapat dikumpulkan melalui wawancara
(interview, pengamatan atau observasi, dan eksperimen (E. Zaenal Arifin, 2008:
212).

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting


(kondisi yang alami), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
bsnyak pada observasi berstrategi serta (participant observation), wawancara
mendalam (indepth interview) dan dokumentasi (E. Zainal Arifin, 2008: 309). Agar
dapat diperoleh data yang sesuai dengan permasalahan yang teliti, maka diperlukan
cara-cara pengumpulan data lapangan yang akurat. Adapun teknik pengumpulan
data adalah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

d. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy J. Moleong, 2007:


186). Metode pengumpulan data ini melalui tanya jawab antara peneliti dengan
subyek peneliti masalah yang berhubungan dengan apa yang diteliti, interview atau
wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

26
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.

Menurut Singarimban (Masri Singarimba, 1987: 183) wawancara adalah suatu


proses interaksi dankomunikasi. Dalam hal ini hasil wawancara ditentukan oleh
beberapa faktor yangberinteraksi dan mempengaruhi arus informasi, yaitu
pewawancara, responden, topicpenelitian tertuang dalam daftar pertanyaan dan
situasi wawancara.

Wawancara termasuk teknik utama dalam metodologi kualitatif, demikian pula


dalam penillitian ini, teknik wawancara digunakan untuk menangkap makna secara
mendasar dalam interaksi yang spesifik. Dalam pengumpulan data-data tersebut
terdapat beberapa sumber, antara lain:

1) Kepala Sekolah
2) Waka Kurikulum
3) Guru

e. Observasi

Menurut Nasution (1998) dalam Sugiyono (2017: 40) menyatakan bahwa,


observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Sedangkan Sanifiah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2017: 60)
mengklarifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant
observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersemar (over observation
dan covert observation), dan observasi yang tidak berstruktur (unstructured
observation).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi yang digunakan adalah


observasi nonpartisipasi, yakni peniliti hanya melihat suatu kegiatan yang diamati
tidak turut serta dalam kegiatan yang diamati.

27
f. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2010: 231).

Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011: 132) menerangkan
bahwa dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada di tempat penelitian. Metode dokumentasi digunakan
untuk mencari data mengenai hal-hal yang terkait dalam penelitian. Menurut Bungin
(2010: 51) metode dokumentasi digunakan dengan tujuan agar penelitian
memperoleh data-data terkait dengan penelitian tentang sistem pelatihan dan
pengembangan tenaga pendidik di SMAN 16 Surabaya.

3. Teknik Analisis Data

Menurut Laxy Moleong (2003) analisis data merupakan proses mencari dan
mengatur secara sistemastis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain yang di pahami peneliti, kegiatan analisis dilakukan dengan menelaah data,
menata data, membagi satuan-satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang
bermakna dan apa yang diteliti dan dilaporkan secara sistematis.

Miles dan Huberman (1984) yang di kemukakan oleh Sugiyono (2017: 4) bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam


pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan oleh data (Sandu Siyoto, 2015). Adapun langkah-langkah yang
dipergunakan untuk menganalisis data dalam penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut:

a. Data Reduction (Redaksi Data)

28
Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok yang memfokuskan
pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Mereduksi data terdapat kegiatan menganalisis meliputi:

1) Identifikasi data adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data.


2) Klarifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengklasifikasikan data.
3) Kodefikasi data adalah kegiatan memberi identitas pada data penelitian.
b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi


kemungkinan adanyaa penarikan kesimpulan. Setelah data reduksi, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplay data melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah.

c. Verification (Kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan dan verifikasi, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuta yang
mendukung pada pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat penelitian kembali ke lapangan pengumpulan data, pada kesimpulan yang
kredibel.

4. Uji Keabsahan Data

Kebasahan data dalam penilitian ini ditentukan dengan menggunakan kriteria


kredibilitas (derajat kepercayaan). Kredibilitas data dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang
ada dalam konteks penelitian (Sugiyono, 2017: 87)

Uji keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat
dipercaya dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pengujian keabsahan data

29
merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses prolehan data
penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir suatu penelitian. Dalam
proses pengujian keabsahan data pada penilitian ini harus melalui beberapa teknik
pengujian keabsahan data yang digunakan dalam penelitian, yaitu:

d. Perpanjangan Keikutsertaan

Langkah ini digunakan untuk mengadakan observasi secara terus menerus


terhadap subyek yang diteliti guna memahami gejala lebih mendalam, sehingga
mengetahui aspek-aspek yang penting sesuai dengan rumusan masalah. Sedangkang
triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan
triangulasi metode.

e. Triangulasi

Triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari


berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono,
2017). Sedangkan menurut Laxy Moleong (2003) triangulasi dilakukan dengan cara
membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang di
peroleh dari informasi yang satu ke informasi yang lainnya. Dalam hal ini, peneliti
juga menggunakan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan data memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai bahan
pembanding terhadap data tersebut, untuk pengecekan keabsahan data melalui
triangulasi data digunakan dua jenis pendekatan yaitu triangulasi sember dan
triangulasi metode.

1) Triangulasi sumber data yang dimana peneliti berupaya untuk


mengecekkeabsahan data yang didapatkan dari salah satu sumber dengan
sumber yang lainnya.
2) Triangulasi metode adalah upaya untuk mengecek keabsahan data melalui
pengecekan kembali. Apakah prosedur dan proses pengumpulan data sesuai

30
dengan metode yang absah, disamping itu pengecekan data dilakukan secara
berulang-ulang melalui beberapa metode pengumpulan (Sudjana, 1999: 7).

f. Ketekunan Pengamatan

Menurut Luxy Moleong (2003) ketekunan pengamat dimaksudkan untuk


menentukan data dan informasi yang relevan dan persoalan yang sedang dicari oleh
peneliti, kemudian peneliti memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Menurut Iskandar (2013) ketekunan pengamat berarti mencari konsisten


interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan
atau tentatif. Ketekunan pengamat bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan, sehingga peneliti dapat memusatkan perhatian
secara rinci dan mendalam.

31

Anda mungkin juga menyukai