Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH PEKEMBANGAN PROMOSI KESEHATAN

Definisi kesehatan yang berubah dan berkembang turut menyebabkan perubahan pandangan
tentang promosi kesehatan. Sejarah perkembangan promosi kesehatan akan dibahas pada
bagian ini, dengan bersumber kepada dokumen WHO.

a. Deklarasi Alma Ata (Declaration of Alma Ata)

Konferensi internasional dengan tema “Primary Health Care” yang dilakukan pada
tanggal 6-12 September 1978, muncul sebagai tonggak utama abad kedua puluh di
bidang kesehatan masyarakat, di mana perawatan kesehatan primer diidentifikasi
sebagai kunci pencapaian tujuan kesehatan untuk semua “Health for All”. Hasil dari
deklarasi Alma Ata, yaitu:

 Kesehatan adalah hak asasi manusia yang fundamental dan bahwa pencapaian
tingkat kesehatan tertinggi adalah tujuan sosial paling penting di seluruh dunia
yang realisasinya membutuhkan tindakan dari banyak sektor sosial dan ekonomi
selain sektor kesehatan.
 Ketidaksetaraan dalam status kesehatan masyarakat menjadi perhatian bersama
semua negara.
 Masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi secara individu dan
kolektif dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
 Perawatan kesehatan primer merupakan bagian integral dari sistem kesehatan
negara, yang merupakan fungsi utama dan fokus utama, dan dari keseluruhan
pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.
 Tingkat kesehatan yang dapat diterima untuk semua orang di dunia pada tahun
2000 dapat dicapai melalui penggunaan yang lebih penuh dan lebih baik dari
sumber daya dunia.

b. Piagam Ottawa (Ottawa Charter)

Konferensi Internasional pertama tentang Promosi Kesehatan, dilakukan pada


pertemuan di Ottawa pada tanggal 21 November 1986. Upaya promosi kesehatan di
awal fokus kepada tanggung jawab individu untuk kesehatan dan determinan perilaku
dan pendekatan pendidikan. Namun, kemudian terbukti bahwa program promosi
kesehatan juga harus memperhatikan lingkungan sosial dan fisik, karena ini juga
berkontribusi pada kesehatan yang buruk. Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan,

1
dokumen pertama yang berfokus pada promosi kesehatan sebagai proses yang
memungkinkan seseorang mengatasi tantangan dan meningkatkan kendali atas
lingkungan mereka untuk meningkatkan kesehatan. Dokumen ini meletakkan dasar bagi
teori dan praktik promosi kesehatan dan menekankan peran sumber daya sosial dan
pribadi serta kemampuan fisik, dan kebutuhan untuk mencapai kesetaraan dalam
kesehatan.

Piagam Ottawa juga mendokumentasikan tanggung jawab lembaga non-pemerintah dan


pemerintah dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan kebijakan publik
kesehatan. Piagam tersebut merumuskan upaya promosi kesehatan mencakup 5 butir,
yaitu:

1) Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy).


2) Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment).
3) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service).
4) Keterampilan Individu (Personnel Skill).
5) Gerakan Masyarakat (Community Action).

c. Rekomendasi Adelaide (Adelaide Recommendation)

Konferensi Promosi Kesehatan, Adelaide, Australia Selatan, diselenggarakan pada


tanggal 5-9 April 1988, dengan tema “Building Healthy Public Policy”. Rekomendasi yang
dihasilkan pada konferensi ini terdiri lima bidang tindakan promosi kesehatan, yaitu:

1) Membangun Kebijakan Publik yang Sehat


2) Menciptakan Lingkungan yang Mendukung
3) Mengembangkan Keterampilan Pribadi
4) Memperkuat Aksi Komunitas
5) Reorientasi Layanan Kesehatan

Tindakan ini saling bergantung, tetapi kebijakan publik yang sehat menetapkan
lingkungan yang memungkinkan empat tindakan lainnya.

d. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundsvall, Swedia

Konferensi Internasional ketiga tentang Promosi Kesehatan, Sundsvall, Swedia, pada


tanggal 9-15 Juni 1991. Konferensi ini menyerukan kepada semua orang di seluruh dunia
untuk secara aktif terlibat dalam membuat lingkungan yang lebih mendukung
kesehatan.

2
Konferensi menunjukkan bahwa jutaan orang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan
yang ekstrim dalam lingkungan yang semakin rusak yang mengancam kesehatan
mereka, membuat tujuan Health For All pada Tahun 2000 sangat sulit dicapai, sehingga
diperlukan upaya dalam menciptakan lingkungan baik lingkungan fisik, lingkungan sosial
dan ekonomi, dan lingkungan politik untuk mendukung kesehatan daripada
merusaknya. Seruan untuk bertindak ditujukan kepada pembuat kebijakan dan
pengambil keputusan pada semua sektor terkait dan pada semua tingkatan. Para
pendukung dan aktivis kesehatan, lingkungan dan keadilan sosial didorong untuk
membentuk aliansi yang luas menuju tujuan bersama yaitu Health for All.

e. Deklarasi Jakarta (The Jakarta Declaration)

Konferensi yang dilakukan pada tanggal 21-25 Juli tahun 1997 dengan tema ”The New
Player in the New Era, Leading Health Promotion into the 21st Century ”. Merupakan
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Keempat adalah yang pertama diadakan di
negara berkembang, dan yang pertama melibatkan sektor swasta dalam mendukung
promosi kesehatan.

Kesepakatan yang dihasilkan pada konferensi ini berupa prioritas promosi Kesehatan
pada abad 21, yaitu:

 Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan


 Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan
 Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan
 Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat
 Mengembangkan infrastruktur untuk promosi kesehatan

f. Piagam Bangkok (Bangkok Charter)

Piagam Bangkok dengan tema “Health Promotion in a Globalized World”


diselenggarakan pada tanggal 11 Agustus 2005. Piagam Bangkok untuk Promosi
Kesehatan memperbarui Piagam Ottawa agar promosi kesehatan menjadi pusat agenda
pembangunan global dan tanggung jawab inti semua pemerintah. Dokumen tersebut
memindahkan promosi kesehatan dari model pendidikan gaya hidup kesehatan individu
ke model sosio-ekologi yang membahas faktor penentu (determinan) sosial kesehatan.

Piagam Bangkok mengidentifikasi tindakan, komitmen, dan janji yang diperlukan untuk
mengatasi determinan kesehatan di dunia global melalui promosi kesehatan. Piagam
Bangkok menghasilkan empat komitmen utama, yaitu:

3
1) Jadikan promosi kesehatan sebagai pusat agenda pembangunan global
2) Jadikan promosi kesehatan sebagai tanggung jawab inti bagi semua pemerintah
3) Jadikan promosi kesehatan sebagai fokus utama komunitas dan masyarakat sipil
4) Jadikan promosi kesehatan sebagai persyaratan untuk praktik korporasi yang
baik

g. Konferensi Global Nairobi (Nairobi Conference)

Konferensi Global Nairobi tentang Promosi Kesehatan, dengan tema “Promoting Health
& Development: Closing the Implementation Gap”, diselenggarakan di Kenya, pada
tanggal 26-30 Oktober 2009. Konferensi ditutup dengan adopsi dan deklarasi Seruan
Bertindak Nairobi yang mencerminkan pandangan kolektif lebih dari 600 peserta
internasional dari lebih dari 100 negara dengan menggunakan berbagai proses
partisipatif, ajakan bertindak mengidentifikasi strategi dan komitmen utama yang sangat
dibutuhkan untuk menutup kesenjangan implementasi dalam kesehatan dan
pembangunan melalui promosi kesehatan.

h. Konferensi Promosi Kesehatan Global WHO

Konferensi Promosi Kesehatan Global WHO telah menetapkan dan mengembangkan


prinsip global dan area tindakan untuk promosi kesehatan. Baru-baru ini, konferensi
global ke-9 di Shanghai tahun 2016, bertajuk 'Mempromosikan kesehatan dalam Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan: Kesehatan untuk semua dan semua untuk kesehatan',
menyoroti hubungan penting antara mempromosikan kesehatan dan Agenda 2030
untuk Pembangunan Berkelanjutan.

4
A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk meningkatkan


kontrol atas kesehatan mereka dan penentu-penentunya, dan dengan demikian meningkatkan
kesehatan mereka. Definisi ini dinyatakan dalam Piagam Bangkok tentang Promosi Kesehatan di
Dunia Global yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2005.
Promosi kesehatan sangat berkaitan dengan kebijakan publik yang membahas determinan
sosial kesehatan seperti pendapatan, permukiman, ketahanan pangan, pekerjaan, dan kondisi
kerja yang berkualitas. Berbagai negara telah menggunakan istilah Kesehatan di Semua
Kebijakan untuk menggambarkan tindakan-tindakan yang memasukkan unsur kesehatan ke
dalam semua kebijakan publik. Promosi kesehatan selaras dengan konsep kesetaraan
kesehatan dan dapat dijadikan fokus oleh lembaga swadaya masyarakat yang mendedikasikan
diri untuk mewujudkan keadilan sosial atau hak asasi manusia. Literasi kesehatan dapat
dikembangkan di sekolah-sekolah, sedangkan aspek promosi kesehatan seperti promosi
menyusui bergantung pada aturan hukum, termasuk aturan di ruang publik. Salah satu butir
Aksi Promosi Kesehatan dalam Piagam Ottawa adalah menanamkan pentingnya tindakan
pencegahan kepada semua sektor masyarakat sehingga upaya preventif lebih diutamakan
dibandingkan upaya kuratif.
Ada kecenderungan di kalangan pejabat kesehatan masyarakat, pemerintah, dan pelaku
industri medis untuk menyempitkan makna promosi kesehatan menjadi sebatas pendidikan
untuk menjaga kesehatan secara pribadi dan pemasaran sosial yang berfokus untuk mengubah
perilaku yang menjadi faktor risiko penyakit. Namun, bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa
sikap masyarakat dalam memandang kebijakan kesehatan masyarakat lebih ditentukan oleh
keyakinan filosofis seseorang tentang moralitas, politik, dan sains, dibandingkan dengan
kualitas pesan yang disampaikan dan kompetensi penerima pesan.
Berikut promosi kesehatan menurut para ahli :
 Ottawa Charter, bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Termasuk didalamnya adalah sehat
secara fisik, mental dan sosial sehingga individu atau masyarakat dapat merealisasikan cita-
citanya, mencukupi kebutuhan-kebutuhannya, serta mengubah atau mengatasi
lingkungannya. Kesehatan adalah sumberdaya kehidupan bukan hanya objek untuk hidup.
Kesehatan adalah suatu konsep yang positif yang tidak dapat dilepaskan dari social dan
kekuatan personal. Jadi promosi kesehatan tidak hanya bertanggungjawab pada sektor
kesehatan saja, melainkan juga gaya hidup untuk lebih sehat.
 Nutbeam dalam Keleher, et.al (2007) menerangkan bahwa promosi kesehatan adalah
proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan pada kekuatan
ketrampilan dan kemampuan individu , tetapi juga perubahan sosial, lingkungan dan kondisi
ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Jadi promosi kesehatan

5
adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan masyarakat.
 WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategii inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.

B. TUJUAN DAN SASARAN PROMOSI KESEHATAN

a. Tujuan Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan bertujuan agar masyarakat dapat berperilaku hidup sehat dengan cara
peningkatan upaya penyuluhan tentang kesehatan pada masyarakat sehingga masyarakat
dapat menerapkan perilaku sehat, baik pada diri sendiri, keluarga maupun di masyarakat.
Peningatan pemberian promosi kesehatan dapat berpengaruh terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit atau masalah
kesehatan.
Promosi kesehatan bertujuan untuk :
1) Tujuan umum yaitu tercapianya perilaku sehat pada masyarakat sebagai akibat dari
adanya penyuluhan kesehatan.
2) Tujuan khusus yaitu suatu perumusan perilaku yang meliputi peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebagai akibat adanya promosi
kesehatan (Halajur, 2019).

Menurut Green L.W (1991) bahwa tujuan dari pada promosi kesehatan adalah:
1) Tujuan program yaitu pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2) Tujuan pendidikan, yaitu gambaran perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada pada masalah kesehatan.
3) Tujuan perilaku, yaitu pembelajaran yang harus dicapai (perilaku yang diinginkan).
Dalam hal ini tujuan dari pada perilaku adalah berhubungan dengan pengetahuan dan
sikap.

b. Sasaran Promosi Kesehatan

Secara umum, bahwa sasaran dari pada promosi kesehatan ini adalah sebagai berikut :

 Individu/Keluarga.

6
Individu/keluarga diharapakan dapat : mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung maupun
melalui media massa), berperan serta dalam melakukan kegiatan sosial secara khusus
terkait dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) masyarakat, serta memiliki
pengetahuan serta kemauan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya.
 Masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat bekerjama dalam mewujudkan lingkungan sehat, dan dapat
menggalang potensi untuk mengembangkan kegiatan peningkatan upaya kesehatan.
 Pemerintah/Lintas Sektor/Politisi/Swasta
Dapat membuat kebijakan sosial dengan memerhatikan dampak dibidang kesehatan, serta
memiliki sikap peduli dengan mendukung upaya kesehatan dalam mengembangkan perilaku
dan lingkungan sehat.
 Petugas/Pelaksana Program
Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sehingga masyarakat dapat mengalami
kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Kemudian melibatkan komponen promosi
kesehatan dalam setiap program kesehatan (Maulana, 2014).

C. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

 Ruang lingkup promosi kesehatan secara sederhana menurut (Notoatmodjo, 2010)


mencakup pendidikan kesehatan yang menekankan pada perubahan
perilaku, pemasaran sosial yang menekankan pada pengenalan produkmelalui kampanye,
penyuluhan yang menekankan pada penyebaran informasi,upaya promotif yang
menekankan pada upaya pemeliharaan dan peningkatankesehatan, upaya advokasi untuk
mempengaruhi pihak lain dalam mengembangkan kebijakan, pengorganisasian,
pengembangan, pergerakan dan pemberdayaan masyarakat.

 Berdasarkan konferensi International Promosi Kesehatan di Ottawa Canada (1986) yang


menghasilkan piagam Ottawa, promosi kesehatan dikelompokan menjadi lima area berikut:
1) Kebijakan pembangunan berwawasan kesehatan (Health Public Policy) kegiatan
ditujukan pada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan. Hal ini berarti setiap
kebijakan pembangunan dalam bidang apapun harus mempertimbangkan dampak
kesehatan bagi masyarakat.
2) Mengembangkan jaringan kemitraan dan lingkungan yang mendukung (create
partnership and supportive environmental). Kegiatan ini bertujuan mengembangkan
jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung terhadap kesehatan. Kegiatan ini
ditujukan kepada pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat

7
umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik yang mendukung atau kondusif terhadap
kesehatan masyarakat.
3) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi dan
penerima pelayanan orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat
sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri.
Hal tersebut berarti pelayanan lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat.
4) Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills). Kesehatan masyarakat
adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan
masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga, dan individu terwujud.
Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat
penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.
5) Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), derajat kesehatan
masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang terdapat di masyarakat
tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan
bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat
berkembang. Disamping itu, tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk
berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta dalam pembangunan
kesehatan. Pendekatan yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan dengan
menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif dibanding dengan
menggunakan pendekatan tunggal.

Pendekatan melalui tatanan memudahkan implementasi penyelenggaraan promosi


kesehatan. Peran serta masyarakat sangat penting untuk melestarikan berbagai upaya.
Masyarakat harus menjadi subjek dalam promosi kesehatan dan pengambilan keputusan.

Adapun ruang lingkup promosi kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan Kesehatan (perubahan perilaku)


2) Kampanye Sosialisasi (sosial marketing)
3) Penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi)
4) Upaya peningkatan (upaya promotif) Universitas
5) Advokasi (upaya mempengaruhi lingkungan)
6) Pengorganisasian dan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat
7) Upaya lain sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

8
D. SUB BIDANG KEILMUAN PROMOSI KESEHATAN

Mata-mata ajaran atau sub bidang keilmuan sebagai bagian dari Promosi Kesehatan. Mata-
mata ajaran tersebut adalah: 

 Ilmu Komunikasi 

Komunikasi di sini diperlukan untuk mengkondisikan faktor- faktor predisposisi. Kurangnya


pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi,
kepercayaan yang negatif tentang penyakit, makanan, lingkungan dan sebagainya,
mengakibatkan mereka tidak berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka
diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi kesehatan. Untuk berkomunikasi yang
efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya. 

 Ilmu Dinamika Kelompok 

Dinamika keiompok adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan. Oleh sebab itu dinamika
kelompok diperlukan dalam mengkondisikan faktor-faktor predisposisi perilaku kesehatan, dan
harus dikuasai oleh setiap petugas kesehatan. 

 Ilmu Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM) 

Untuk memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan secara efektif diperlukan faktor-faktor
pendukung yang berupa sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan
fasilitas-fasilitas tersebut sebagian harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri.
Masyarakat harus mampu untuk mengorganisasikan komunitasnya sendiri untuk berperan
serta dalam penyediaan fasilitas-fasilitas. Untuk itu maka para petugas kesehatan harus dibekali
Ilmu Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM). 

 Ilmu Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) 

PKMD pada dasamya adalah bagian dari PPM. Bedanya, PKMD ini lebih khusus, mengarah
kepada kesehatan. PKMD pada prinsipnya adalah wadah partisipasi masyarakat dalam bidang
pengembangan kesehatan. Filosofi dari PKMD adalah pelayanan kesehatan untuk mereka, dari
mereka, dan oleh mereka. Di samping itu PKMD adalah bentuk operasional dari Primary Health
Care yang merupakan wahana untuk mencapai kesehatan untuk semua, dan merupakan
kesepakatan intemasional (Dekiarasi Alma Atta). Oleh sebab itu semua petugas kesehatan
harus dibekali dengan PKMD ini. 

 Ilmu Pemasaran Sosial (Sosial Marketing) 

9
Untuk memasyarakatkan produksi (Products) kesehatan baik yang berupa peralatan, fasilitas
maupun jasa-jasa pelayanan, perlu usaha pemasaran. Pemasaran jasa-jasa pelayanan ini
menurut istilah dunia bisnis disebut pendidikan kesehatan. Pemasaran sosial diperlukan untuk
intervensi pada faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor pendorong dalam perubahan
perilaku masyarakat. 

 Ilmu Pengembangan Organisasi 

Agar institusi kesehatan sebagai organisasi pelayanan kesehatan, dan organisasi-organisasi


masyarakat mampu berfungsi sebagai faktor pendukung dan pendorong perubahan perilaku
kesehatan masyarakat, maka perlu dinamisasi dari organisasi-organisasi tersebut. 

 Ilmu Pendidikan dan Pelatihan 

Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis maupun tingkatnya, pada dasamya adalah
pendidik kesehatan (health educator). Di tengah-tengah masyarakat petugas kesehatan
menjadi tokoh panutan di bidang kesehatan. Untuk itu maka petugas kesehatan harus
mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Demikian pula petugas-
petugas lain atau tokoh-tokoh ssasyarakat. Mereka juga merupakan panutan perilaku, termasuk
perilaku kesehatan. Oleh sebab itu mereka harus mempunyai sikap dan perilaku yang positif.
Sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lain merupakan pendorong atau
penguat perilaku sehat masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut maka petugas kesehatan dan
para petugas lain harus memperoleh pendidikan pelatihan khusus tentang kesehatan atau
pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. 

 Ilmu Pengembangan Media (Teknologi Pendidikan Kesehatan) 

Dalam proses pendidikan kesehatan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu atau
media pendidikan. Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat peraga untuk
menyampaikan informasi atau pesan-pesan tentang kesehatan. 

 Ilmu Perencanaan dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan 

Untuk mencapai tujuan program dan kegiatan yang efektif dan efisien diperlukan perencanaan
dan evaluasi. Perencanaan dan evaluasi program pendidikan kesehatan mempunyai
kekhususan bila dibandingkan dengan program dan evaluasi program-program kesehatan yang
lain. Hal ini karena tujuan program pendidikan sebagai indokator keberhasilan dari program
pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran yang memerlukan
pengukuran khusus. Oleh sebab itu untuk evaluasi secara umum ini kepada mereka perlu
diberikan perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan. 

 Antropologi Kesehatan 

10
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosio-budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan
harus menguasai berbagai macam latar belakang sosio-budaya masyarakat yang bersangkutan.
Oleh sebab itu petugas kesehatan harus menguasai antropologi, khususnya antropologi
kesehatan. 

 Ilmu Sosiologi Kesehatan 

Latar belakang sosial, struktur sosial dan ekonomi mempunyai pengarah terhadap perilaku
kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan juga perlu mendalami tentang aspek-aspek sosial
masyarakat. Oleh karena itu mereka pun harus menguasai sosiologi, terutama sosiologi
kesehatan. 

 Ilmu Psikologi Sosial 

Psikologi merupakan dasar dari ilmu perilaku. Untuk memahami perilaku individu, kelompok
maupun masyarakat, maka orang harus mempelajari psikologi. Dalam memahami perilaku
masyarakat, psikologi sosial sangat diperlukan. Oleh sebab itu semua petugas kesehatan harus
menguasai psikologi, terutama psikologi sosial.

11
PERSEPSI DALAM PROMOSI KESEHATAN

PENGERTIAN
 Persepsi adalah hasil interprestasi sebuah stimulus
 Interpretasi adalah apa yang keluar dari kepala kita
 Sensasi adalah apa yang kita terima dari luar dan masuk kedalam kepala kita

FAKTOR PERSEPSI
 Faktor Eksternal:
1. Kontras: warna, ukuran, bentuk dan gerakan
2. Perubahan intensitas: perubahan suara, cahaya, akan menarik perhatian
3. Penggulangan
4. Sesuatu yang baru
5. Sesuatu yang menarik perhatian orang banyak

 Faktor Internal:
1. Pengalaman/Pengetahuan
2. Harapan
3. Kebutuhan
4. Motivasi
5. Emosi
6. Budaya

BENTUK DAN LATAR


 Bentuk atau objek adalah benda yang masuk dalam fokus perhatian kita
 Latar atau latar belakang atau background adalah lokasi dari objek yang kita lihat
 Yang membedakan antara objek dan latar adalah kontur
 Kontur terbentuk jika ada perbedaan warna yang kontras

HUKUM PENGELOMPOKAN STIMULUS


Hukum Kedekatan (Proximity): kita cenderung mempersepsikan obyek yang lebih kecil dan
berdekatan sebagai keseluruhan bentuk yang lebih besar. Contoh:
 Penari masal yang membentuk angka atau gambar
 Remaja yang berdekatan dengan pemebuk akan dipersepsikan sebagai pemabuk juga

Hukum Kesamaan (similarity): stimulus yang serupa cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kesatuan. Contoh:
 Jika kita orang sunda akan dipersepsikan suka sayuran
 Jika kita orang jogja akan dipersikan halus berbahasa

12
Hukum Kesederhanaan (simplicity): dalam mempersepsikan stimulus kita cenderung
mempersepsikan yang sederhana. Contoh:
 Huruf K bolak balik, akan kita persepsikan layang2
 Angka 8 akan kita persikan dua bulatan ditumpuk

Hukum Keteraturan Bentuk (good figure): dalam mempersepsikan stimulus kita cenderung
membuatnya menjadi satu kesatuan yang sempurna atau simetris. Contoh:
 Sorang ibu dengan dua anaknya cenderung kita katakan sebagai suatu keluarga, walaupun
ayahnya sudah tidak ada

Hukum Kesinambungan (continuation): hukum ini mengacu pada kesederhanaan sehingga


stimulus mudah diramalkan. Contoh:
 Garis titik2 yang lurus dan belok, akan mudah kita ramalkan berlanjut pada yang lurus

Hukum Kesempurnaan (law of closure): Kita mengorganisasikan stimulus yang kita lihat dengan
dengan cara mengisi bagian2 yang hilang. Contoh:
 Gambar berkedip pada iklan akan kita persepsikan sebagai benda utuh
 Benda dengan garis putus2 akan kita persepsikan gambar utuh

Hukum Kesenasiban (law of common fate): hukum ini menyangkut gerakan, benda yang
bergerak ke arah yang sama, benda itu akan kita persepsikan bagian dari kelompoknya. Contoh:
 Bunglon saat diam akan kita persepsikan sebagai pohon, karena warnanya sama dengan
pohon, namun saat bergerak akan kita persepsikan bunglon

HUKUM KETETAPAN
Hukum Ketetapan Ukuran: jarak yang jauh seharusnya akan bertambah kecil, tetapai kita akan
memepersepsikan sama besarnya. Contoh:
 Seorang anak naik sepeda, makin jauh tidak makin kecil tetapi kita persepsikan sama
besarnya

Hukum Ketetapan Warna: warna obyek akan kita persepsikan sama, walaupun pencahayaanya
berubah. Cohtoh:
 Baju perawat yang berwarna putih, akan kita persepsikan tetap putih walaupun di
tempat yang agak gelap (bukan abu2)

Hukum Ketetapan Gerak: saat kita naik kereta api, maka perasaan yang bergerak adalah tiang
listrik, tetapi kita tetap mempersepsikan kereta yang bergerak

13
VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan memiliki visi misi dan strategi yang jelas, sebagaimana tertuang


dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang kebijakan nasional promosi kesehatan, apabila
dilihat kembali hal ini sejalan dengan visi global. Visi promosikesehatan adalah PHBS 2010 yang
mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi
tersebut menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (ingin diperbaiki) suasana
baru (ingin dicapai).
Visi ini diperlukan agar promosi kesehatan yang diharapkan mempunyai arah yang jelas,
dalam hal ini adalah apa yang menjadi harapan dari promosi kesehatan sebagai penunjang
dalam program kesehatan yang lain. Visi promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihgara dan meningkatkan status kesehatannya, baik fisik, mental,
sosial dan diharapkan pula mampu produktif secara ekonomi maupun sosial sebagaimana
dituangkan dalam undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 serta organisasi kesehatan
dunia WHO.
Empat kata kunci Visi Promosi Kesehatan:
1. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatan
2. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatan 
3. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari
gangguan-gangguan kesehatan, dan mencari pertolongan pengobatan yang professional
bila sakit. 
4. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya . Kesehatan
perlu ditingkatkan, karena derajat kesehatan baik individu, kelompok , atau masyarakat itu
bersifat dinamis, tidak elastis.

Untuk mencapai visi tersebut diatas perlu upaya-upaya yang dilakukan dan biasanya dituangkan
dalam misi. Misi promosi kesehatan secara garis besar dirumuskan sebagai berikut:
1. Advokat (Advocate), melakukan kegiatan advokasi / upaya –upaya terhadap para
pengambil keputusan diberbagai program / sektor yang terkait dengan kesehatan. Dengan
maksud agar program kesehatan yang ditawarkan dipercayai dan perlu dukungan melalui
kebijakan-kebijakan / keputusan politik.
2. Menjembatani (Mediate), menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-
program kesehatan perlu adanya suatu kerja sama dengan program lain dilingkungan
kesehatan , maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan
menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang
memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat

14
diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap
maslah kesehatan tersebut. oleh karena itu promosi kesehatan memilikiu peran yang
penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitaraan ini. 
3. Memampukan (Enable), memberikan ketrampilan / kemampuan pada masyarakat agar
mereka mempercayai dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat mampunyai kemauan dan kemampuan yang mandiri
dibidang kesehatan termasuk kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
diri masing-masing

Contoh Penerapan Visi Misi di Masyarakat


Contoh Advokasi: Di desa A terjadi wabah DHF, perangkat desa dan petugas pelayanan
kesehatan di desa tersebut harus mengambil keputusan, dengan membuat suatu kebijakan.
Sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan tepat. Kebijakan itu meliputi:
 Gotong royong melakuakan 3M (Mengubur, Menguras, Menutup)
 Melakukan voging di desa tersebut
 Membagikan abate secara gratis kepada warga

Contoh Menjembatani: Pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah dirumuskan oleh perangkat


desa dan petugas pelayanan kesehatan, yakni dengan pelaksanaan gotong royong rutin,
pelaksanaan voging secara merata dan memastikan setiap warga mendapat jatah abate dan
menggunakannya setidaknya seminggu sekali. Dan sebagai petugas kesehatan mereka wajib
melakukan evaluasi minim sebulan sekali. 

Contoh Memampukan: Masyarakat mampu menggerakkan dan memberdayakan desa itu


sendiri untuk hidup sehat, baik secara individu, keluarga maupun kelompok masyarakat. Oleh
karena itu dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu
upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang
berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Contohnya adalah
dengan pembentukan Posyandu, Kader Kesehatan. Dan bisa juga dengan sadar diri dengan
menerapkan PHBS di lingkungan masyarakat.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

A. Pengertian Strategi Promosi Kesehatan

15
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien,
diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut ³strategi´, yakni teknik
atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut
secara berhasil guna dan berdaya guna.

B. Strategi Promosi Kesehatan menurut WHO

Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri 3 hal,
yaitu :

1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah
pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di
berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang
kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang- undang, peraturan pemerintah,
surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam
bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi
dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para
pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat
yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik
dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitaslain. Dari uraian dapat
disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di
berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).

2. Dukungan Sosial (Social support)


Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan sosial melalui
tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal. Tujuan utama
kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai jembatan antara sektor kesehatan
sebagai pelaksana program kesehatan dengan masyarakat (penerima program) kesehatan.
Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah
mensosialisasikan program-program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau
berpartisipasi terhadap program-program tersebut Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat
dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan paratoma,
seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya. Dengan demikian maka sasaran
utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat
(sasaran sekunder).

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat langsung.
Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara

16
dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan
pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi,
pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating
skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana
sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
semacam ini di masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.

C. Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa ± Canada pada tahun 1986


menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa tersebut dirumuskan
pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:

1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)


Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat
kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan- kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau
berorientasi kepada kesahatan public. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang
mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah
sakit, dan sebagainya. Dengan kata lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik,
harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).

2. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)


Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk pemerintah kota, agar
mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku
sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut.
Lingkungan yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum lainnya: tersedianya
tempat samapah, tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya
ruangan bagi perokok dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola
tempat-tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall dan
sebagainya, harus menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi
pengunjungnya.

3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)


Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan kesehatan itu
ada 3 provider´ dan 3 consumer´. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah
pemerintah dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan
kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah, harus diorientasikan lagi, bahwa
masyarakat bukan sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga
sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasida rireontitas pelayanan

17
kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun
swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat
berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran
promosi kesehatan sangat penting.

4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)


Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga, dan
kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan
indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok tersebut terwujud. Oleh sebab itu,
strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan
keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah
penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional,
meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih
bersifat individu daripada massa.

5. Gerakan masyarakat (Community Action)


Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam
masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena
itu, promosi kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam
mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan,
niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan
mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

18
BAB VIII

PENUTUP

 KESIMPULAN :

Perawat adalah salah satu lembaga kesehatan yang memiliki peran aktif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, perawat mempunyai peran dalam
promosi kesehatan.

Perawat harus dapat mempromosikan kesehatan dengan menyesuaikan bahasa dan budaya
yang ada agar dapat diterima oleh kelompok masyarakat. Selain itu perawat perlu memahami
model dan teori konseptual mengenai keperawatan keluarga, keperawatan komunitas, dan
ilmu sosial keluarga dan komunitas.

Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat


mengenai kesehatan keluarga dan komunitas.

Berbagai masalah kesehatan dalam masyarakat seringkali disebabkan oleh rendahnya


pengetahuan dan kesadaran, ketidakmampuan, serta rendahnya motivasi masyarakat
mengenai pentingnya tindakan pencegahan penyakit.

19
20

Anda mungkin juga menyukai