Definisi kesehatan yang berubah dan berkembang turut menyebabkan perubahan pandangan
tentang promosi kesehatan. Sejarah perkembangan promosi kesehatan akan dibahas pada
bagian ini, dengan bersumber kepada dokumen WHO.
Konferensi internasional dengan tema “Primary Health Care” yang dilakukan pada
tanggal 6-12 September 1978, muncul sebagai tonggak utama abad kedua puluh di
bidang kesehatan masyarakat, di mana perawatan kesehatan primer diidentifikasi
sebagai kunci pencapaian tujuan kesehatan untuk semua “Health for All”. Hasil dari
deklarasi Alma Ata, yaitu:
Kesehatan adalah hak asasi manusia yang fundamental dan bahwa pencapaian
tingkat kesehatan tertinggi adalah tujuan sosial paling penting di seluruh dunia
yang realisasinya membutuhkan tindakan dari banyak sektor sosial dan ekonomi
selain sektor kesehatan.
Ketidaksetaraan dalam status kesehatan masyarakat menjadi perhatian bersama
semua negara.
Masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi secara individu dan
kolektif dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Perawatan kesehatan primer merupakan bagian integral dari sistem kesehatan
negara, yang merupakan fungsi utama dan fokus utama, dan dari keseluruhan
pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat.
Tingkat kesehatan yang dapat diterima untuk semua orang di dunia pada tahun
2000 dapat dicapai melalui penggunaan yang lebih penuh dan lebih baik dari
sumber daya dunia.
1
dokumen pertama yang berfokus pada promosi kesehatan sebagai proses yang
memungkinkan seseorang mengatasi tantangan dan meningkatkan kendali atas
lingkungan mereka untuk meningkatkan kesehatan. Dokumen ini meletakkan dasar bagi
teori dan praktik promosi kesehatan dan menekankan peran sumber daya sosial dan
pribadi serta kemampuan fisik, dan kebutuhan untuk mencapai kesetaraan dalam
kesehatan.
Tindakan ini saling bergantung, tetapi kebijakan publik yang sehat menetapkan
lingkungan yang memungkinkan empat tindakan lainnya.
2
Konferensi menunjukkan bahwa jutaan orang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan
yang ekstrim dalam lingkungan yang semakin rusak yang mengancam kesehatan
mereka, membuat tujuan Health For All pada Tahun 2000 sangat sulit dicapai, sehingga
diperlukan upaya dalam menciptakan lingkungan baik lingkungan fisik, lingkungan sosial
dan ekonomi, dan lingkungan politik untuk mendukung kesehatan daripada
merusaknya. Seruan untuk bertindak ditujukan kepada pembuat kebijakan dan
pengambil keputusan pada semua sektor terkait dan pada semua tingkatan. Para
pendukung dan aktivis kesehatan, lingkungan dan keadilan sosial didorong untuk
membentuk aliansi yang luas menuju tujuan bersama yaitu Health for All.
Konferensi yang dilakukan pada tanggal 21-25 Juli tahun 1997 dengan tema ”The New
Player in the New Era, Leading Health Promotion into the 21st Century ”. Merupakan
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan Keempat adalah yang pertama diadakan di
negara berkembang, dan yang pertama melibatkan sektor swasta dalam mendukung
promosi kesehatan.
Kesepakatan yang dihasilkan pada konferensi ini berupa prioritas promosi Kesehatan
pada abad 21, yaitu:
Piagam Bangkok mengidentifikasi tindakan, komitmen, dan janji yang diperlukan untuk
mengatasi determinan kesehatan di dunia global melalui promosi kesehatan. Piagam
Bangkok menghasilkan empat komitmen utama, yaitu:
3
1) Jadikan promosi kesehatan sebagai pusat agenda pembangunan global
2) Jadikan promosi kesehatan sebagai tanggung jawab inti bagi semua pemerintah
3) Jadikan promosi kesehatan sebagai fokus utama komunitas dan masyarakat sipil
4) Jadikan promosi kesehatan sebagai persyaratan untuk praktik korporasi yang
baik
Konferensi Global Nairobi tentang Promosi Kesehatan, dengan tema “Promoting Health
& Development: Closing the Implementation Gap”, diselenggarakan di Kenya, pada
tanggal 26-30 Oktober 2009. Konferensi ditutup dengan adopsi dan deklarasi Seruan
Bertindak Nairobi yang mencerminkan pandangan kolektif lebih dari 600 peserta
internasional dari lebih dari 100 negara dengan menggunakan berbagai proses
partisipatif, ajakan bertindak mengidentifikasi strategi dan komitmen utama yang sangat
dibutuhkan untuk menutup kesenjangan implementasi dalam kesehatan dan
pembangunan melalui promosi kesehatan.
4
A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN
5
adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan masyarakat.
WHO (1998) menyebutkan bahwa promosi kesehatan adalah strategii inti untuk
pengembangan kesehatan, yang merupakan suatu proses yang berkembang dan
berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu dan masyarakat.
Promosi kesehatan bertujuan agar masyarakat dapat berperilaku hidup sehat dengan cara
peningkatan upaya penyuluhan tentang kesehatan pada masyarakat sehingga masyarakat
dapat menerapkan perilaku sehat, baik pada diri sendiri, keluarga maupun di masyarakat.
Peningatan pemberian promosi kesehatan dapat berpengaruh terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit atau masalah
kesehatan.
Promosi kesehatan bertujuan untuk :
1) Tujuan umum yaitu tercapianya perilaku sehat pada masyarakat sebagai akibat dari
adanya penyuluhan kesehatan.
2) Tujuan khusus yaitu suatu perumusan perilaku yang meliputi peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebagai akibat adanya promosi
kesehatan (Halajur, 2019).
Menurut Green L.W (1991) bahwa tujuan dari pada promosi kesehatan adalah:
1) Tujuan program yaitu pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2) Tujuan pendidikan, yaitu gambaran perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada pada masalah kesehatan.
3) Tujuan perilaku, yaitu pembelajaran yang harus dicapai (perilaku yang diinginkan).
Dalam hal ini tujuan dari pada perilaku adalah berhubungan dengan pengetahuan dan
sikap.
Secara umum, bahwa sasaran dari pada promosi kesehatan ini adalah sebagai berikut :
Individu/Keluarga.
6
Individu/keluarga diharapakan dapat : mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung maupun
melalui media massa), berperan serta dalam melakukan kegiatan sosial secara khusus
terkait dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) masyarakat, serta memiliki
pengetahuan serta kemauan untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatannya.
Masyarakat.
Masyarakat diharapkan dapat bekerjama dalam mewujudkan lingkungan sehat, dan dapat
menggalang potensi untuk mengembangkan kegiatan peningkatan upaya kesehatan.
Pemerintah/Lintas Sektor/Politisi/Swasta
Dapat membuat kebijakan sosial dengan memerhatikan dampak dibidang kesehatan, serta
memiliki sikap peduli dengan mendukung upaya kesehatan dalam mengembangkan perilaku
dan lingkungan sehat.
Petugas/Pelaksana Program
Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sehingga masyarakat dapat mengalami
kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Kemudian melibatkan komponen promosi
kesehatan dalam setiap program kesehatan (Maulana, 2014).
7
umum dan diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik yang mendukung atau kondusif terhadap
kesehatan masyarakat.
3) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serice) adalah penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi dan
penerima pelayanan orientasi pelayanan diarahkan dengan menempatkan masyarakat
sebagai subjek yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya sendiri.
Hal tersebut berarti pelayanan lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat.
4) Meningkatkan keterampilan individu (increase individual skills). Kesehatan masyarakat
adalah kesehatan yang terdiri atas kelompok, keluarga, dan individu. Kesehatan
masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, keluarga, dan individu terwujud.
Oleh sebab itu, peningkatan keterampilan anggota masyarakat atau individu sangat
penting untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
memelihara serta meningkatkan kualitas kesehatannya.
5) Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), derajat kesehatan
masyarakat akan terwujud secara efektif jika unsur-unsur yang terdapat di masyarakat
tersebut bergerak sama-sama. Memperkuat kegiatan masyarakat berarti memberikan
bantuan terhadap kegiatan yang sudah berjalan di masyarakat sehingga lebih dapat
berkembang. Disamping itu, tindakan ini memberi kesempatan masyarakat untuk
berimprovisasi, yaitu melakukan kegiatan dan berperan serta dalam pembangunan
kesehatan. Pendekatan yang menyeluruh dalam pembangunan kesehatan dengan
menggunakan lima ruang lingkup tersebut jauh lebih efektif dibanding dengan
menggunakan pendekatan tunggal.
8
D. SUB BIDANG KEILMUAN PROMOSI KESEHATAN
Mata-mata ajaran atau sub bidang keilmuan sebagai bagian dari Promosi Kesehatan. Mata-
mata ajaran tersebut adalah:
Ilmu Komunikasi
Dinamika keiompok adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan. Oleh sebab itu dinamika
kelompok diperlukan dalam mengkondisikan faktor-faktor predisposisi perilaku kesehatan, dan
harus dikuasai oleh setiap petugas kesehatan.
Untuk memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan secara efektif diperlukan faktor-faktor
pendukung yang berupa sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan
fasilitas-fasilitas tersebut sebagian harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri.
Masyarakat harus mampu untuk mengorganisasikan komunitasnya sendiri untuk berperan
serta dalam penyediaan fasilitas-fasilitas. Untuk itu maka para petugas kesehatan harus dibekali
Ilmu Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM).
PKMD pada dasamya adalah bagian dari PPM. Bedanya, PKMD ini lebih khusus, mengarah
kepada kesehatan. PKMD pada prinsipnya adalah wadah partisipasi masyarakat dalam bidang
pengembangan kesehatan. Filosofi dari PKMD adalah pelayanan kesehatan untuk mereka, dari
mereka, dan oleh mereka. Di samping itu PKMD adalah bentuk operasional dari Primary Health
Care yang merupakan wahana untuk mencapai kesehatan untuk semua, dan merupakan
kesepakatan intemasional (Dekiarasi Alma Atta). Oleh sebab itu semua petugas kesehatan
harus dibekali dengan PKMD ini.
9
Untuk memasyarakatkan produksi (Products) kesehatan baik yang berupa peralatan, fasilitas
maupun jasa-jasa pelayanan, perlu usaha pemasaran. Pemasaran jasa-jasa pelayanan ini
menurut istilah dunia bisnis disebut pendidikan kesehatan. Pemasaran sosial diperlukan untuk
intervensi pada faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor pendorong dalam perubahan
perilaku masyarakat.
Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis maupun tingkatnya, pada dasamya adalah
pendidik kesehatan (health educator). Di tengah-tengah masyarakat petugas kesehatan
menjadi tokoh panutan di bidang kesehatan. Untuk itu maka petugas kesehatan harus
mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Demikian pula petugas-
petugas lain atau tokoh-tokoh ssasyarakat. Mereka juga merupakan panutan perilaku, termasuk
perilaku kesehatan. Oleh sebab itu mereka harus mempunyai sikap dan perilaku yang positif.
Sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lain merupakan pendorong atau
penguat perilaku sehat masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut maka petugas kesehatan dan
para petugas lain harus memperoleh pendidikan pelatihan khusus tentang kesehatan atau
pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku.
Dalam proses pendidikan kesehatan agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu atau
media pendidikan. Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat peraga untuk
menyampaikan informasi atau pesan-pesan tentang kesehatan.
Untuk mencapai tujuan program dan kegiatan yang efektif dan efisien diperlukan perencanaan
dan evaluasi. Perencanaan dan evaluasi program pendidikan kesehatan mempunyai
kekhususan bila dibandingkan dengan program dan evaluasi program-program kesehatan yang
lain. Hal ini karena tujuan program pendidikan sebagai indokator keberhasilan dari program
pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran yang memerlukan
pengukuran khusus. Oleh sebab itu untuk evaluasi secara umum ini kepada mereka perlu
diberikan perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan.
Antropologi Kesehatan
10
Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosio-budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan
harus menguasai berbagai macam latar belakang sosio-budaya masyarakat yang bersangkutan.
Oleh sebab itu petugas kesehatan harus menguasai antropologi, khususnya antropologi
kesehatan.
Latar belakang sosial, struktur sosial dan ekonomi mempunyai pengarah terhadap perilaku
kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan juga perlu mendalami tentang aspek-aspek sosial
masyarakat. Oleh karena itu mereka pun harus menguasai sosiologi, terutama sosiologi
kesehatan.
Psikologi merupakan dasar dari ilmu perilaku. Untuk memahami perilaku individu, kelompok
maupun masyarakat, maka orang harus mempelajari psikologi. Dalam memahami perilaku
masyarakat, psikologi sosial sangat diperlukan. Oleh sebab itu semua petugas kesehatan harus
menguasai psikologi, terutama psikologi sosial.
11
PERSEPSI DALAM PROMOSI KESEHATAN
PENGERTIAN
Persepsi adalah hasil interprestasi sebuah stimulus
Interpretasi adalah apa yang keluar dari kepala kita
Sensasi adalah apa yang kita terima dari luar dan masuk kedalam kepala kita
FAKTOR PERSEPSI
Faktor Eksternal:
1. Kontras: warna, ukuran, bentuk dan gerakan
2. Perubahan intensitas: perubahan suara, cahaya, akan menarik perhatian
3. Penggulangan
4. Sesuatu yang baru
5. Sesuatu yang menarik perhatian orang banyak
Faktor Internal:
1. Pengalaman/Pengetahuan
2. Harapan
3. Kebutuhan
4. Motivasi
5. Emosi
6. Budaya
Hukum Kesamaan (similarity): stimulus yang serupa cenderung kita persepsikan sebagai suatu
kesatuan. Contoh:
Jika kita orang sunda akan dipersepsikan suka sayuran
Jika kita orang jogja akan dipersikan halus berbahasa
12
Hukum Kesederhanaan (simplicity): dalam mempersepsikan stimulus kita cenderung
mempersepsikan yang sederhana. Contoh:
Huruf K bolak balik, akan kita persepsikan layang2
Angka 8 akan kita persikan dua bulatan ditumpuk
Hukum Keteraturan Bentuk (good figure): dalam mempersepsikan stimulus kita cenderung
membuatnya menjadi satu kesatuan yang sempurna atau simetris. Contoh:
Sorang ibu dengan dua anaknya cenderung kita katakan sebagai suatu keluarga, walaupun
ayahnya sudah tidak ada
Hukum Kesempurnaan (law of closure): Kita mengorganisasikan stimulus yang kita lihat dengan
dengan cara mengisi bagian2 yang hilang. Contoh:
Gambar berkedip pada iklan akan kita persepsikan sebagai benda utuh
Benda dengan garis putus2 akan kita persepsikan gambar utuh
Hukum Kesenasiban (law of common fate): hukum ini menyangkut gerakan, benda yang
bergerak ke arah yang sama, benda itu akan kita persepsikan bagian dari kelompoknya. Contoh:
Bunglon saat diam akan kita persepsikan sebagai pohon, karena warnanya sama dengan
pohon, namun saat bergerak akan kita persepsikan bunglon
HUKUM KETETAPAN
Hukum Ketetapan Ukuran: jarak yang jauh seharusnya akan bertambah kecil, tetapai kita akan
memepersepsikan sama besarnya. Contoh:
Seorang anak naik sepeda, makin jauh tidak makin kecil tetapi kita persepsikan sama
besarnya
Hukum Ketetapan Warna: warna obyek akan kita persepsikan sama, walaupun pencahayaanya
berubah. Cohtoh:
Baju perawat yang berwarna putih, akan kita persepsikan tetap putih walaupun di
tempat yang agak gelap (bukan abu2)
Hukum Ketetapan Gerak: saat kita naik kereta api, maka perasaan yang bergerak adalah tiang
listrik, tetapi kita tetap mempersepsikan kereta yang bergerak
13
VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN
Untuk mencapai visi tersebut diatas perlu upaya-upaya yang dilakukan dan biasanya dituangkan
dalam misi. Misi promosi kesehatan secara garis besar dirumuskan sebagai berikut:
1. Advokat (Advocate), melakukan kegiatan advokasi / upaya –upaya terhadap para
pengambil keputusan diberbagai program / sektor yang terkait dengan kesehatan. Dengan
maksud agar program kesehatan yang ditawarkan dipercayai dan perlu dukungan melalui
kebijakan-kebijakan / keputusan politik.
2. Menjembatani (Mediate), menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai
program dan sektor yang terkait dengan kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-
program kesehatan perlu adanya suatu kerja sama dengan program lain dilingkungan
kesehatan , maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan
menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang
memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat
14
diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap
maslah kesehatan tersebut. oleh karena itu promosi kesehatan memilikiu peran yang
penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitaraan ini.
3. Memampukan (Enable), memberikan ketrampilan / kemampuan pada masyarakat agar
mereka mempercayai dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini
dimaksudkan agar masyarakat mampunyai kemauan dan kemampuan yang mandiri
dibidang kesehatan termasuk kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
diri masing-masing
15
Untuk mewujudkan atau mencapai visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan efisien,
diperlukan cara dan pendekatan yang strategis. Cara ini sering disebut ³strategi´, yakni teknik
atau cara bagaimana mencapai atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan tersebut
secara berhasil guna dan berdaya guna.
Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri 3 hal,
yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut membantu atau
mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah
pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di
berbagai tingkat, sehingga para penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang
kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang- undang, peraturan pemerintah,
surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam
bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi
dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para
pejabat yang terkait. Kegiatan advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat
yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik
dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitaslain. Dari uraian dapat
disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik eksekutif maupun legislatif, di
berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan masalah kesehatan (sasaran tertier).
16
dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan
pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi,
pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating
skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana
sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan
semacam ini di masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.
17
kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun
swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat
berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran
promosi kesehatan sangat penting.
18
BAB VIII
PENUTUP
KESIMPULAN :
Perawat adalah salah satu lembaga kesehatan yang memiliki peran aktif dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Selain itu, perawat mempunyai peran dalam
promosi kesehatan.
Perawat harus dapat mempromosikan kesehatan dengan menyesuaikan bahasa dan budaya
yang ada agar dapat diterima oleh kelompok masyarakat. Selain itu perawat perlu memahami
model dan teori konseptual mengenai keperawatan keluarga, keperawatan komunitas, dan
ilmu sosial keluarga dan komunitas.
19
20