Anda di halaman 1dari 176

IMPLEMENTASI PENILAIAN HASIL BELAJAR PADA

KURIKULUM 2013 DI MADRASAH ALIYAH


PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Naufal Misbahuddin
NIM: 11150182000076

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M / 1441 H
IiI
III
ABSTRAK
Naufal Misbahuddin (11150182000076), Implementasi Penilaian Hasil
Belajar Pada Kurikulum 2013 Di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta. Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penilaian
pada kurikulum 2013 yang meliputi teknik, instrumen, hasil penilaian dari
(KI-1) kompetensi sikap dan (KI-4) Kompetensi keterampilan di Madrasah
Aliyah Pembagunan UIN Jakarata. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan
studi dokumen. Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan melakukan
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implemantasi penilaian hasil
belajar di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sudah terlaksana
dengan baik, namun masih ditemukan adanya kendala yang dialami oleh guru
dalam pengimplentasiannya yaitu terdapat pada (KI-1) aspek penilaian sikap
dan (KI- 4) aspek penilaian keterampilan. Karena dalam penerapannya guru
tidak memiliki banyak waktu untuk menilai di luar jam belajar mengajar
sedangkan pada aspek sikap banyak instrumen penilaian yang harus terisi
pada lembar jurnal dari seluruh murid yang diajarnya. Pada penilaian aspek
keterampilan guru sulit menilai secara objektif dari hasil unjuk kerja ataupun
produk yang dikumpulkan dalam portofolio, karena murid dibuat
perkelompok sehingga dalam menilai antar individu guru harus maksimal
untuk membagi nilai yang adil. Di samping itu kepala sekolah dan guru-guru
selalu berupaya untuk memaksimalkan nilai siswanya di atas kriteria
ketuntasan minimum (KKM) yaitu 75 serta rutin mengadakan rapat untuk
evaluasi di setiap minggunya, tidak lain membahas keberlangsungan proses
penerapan penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013. Adapun saran yang
diajukan dalam penelitian ini diharapkan kepala sekolah dan guru selalu
bersinergi secara aktif untuk memecahkan setiap masalah dan membuat
inovasi dalam penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013 guna
meningkatkan mutu dari kinerjanya juga hasil belajar peserta didik.

Kata Kunci: Implementasi, Penilaian hasil belajar, dan Kurikulum 2013

IV
Abstract
Naufal Misbahuddin (11150182000076), Implementation of Study Results
Assessment in Curriculum 2013 at Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta. Thesis of Strata One Program (S-1) Faculty of Tarbiyah and
Teacher Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta,
2020.
This study aims to find out the implementation of the assessment in
the 2013 curriculum which includes techniques, instruments, assessment
results from (KI-1) attitude competencies and (KI-4) Competency skills in
Madrasah Aliyah Pembagunan UIN Jakarata. This research is a qualitative
research with data collection techniques, namely interviews, observations,
and document studies. Data analysis techniques used are by reducing data,
presenting data and drawing conclusions.
The results showed that the implementation of the assessment of
learning outcomes in Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta has been
carried out well, but there are still found obstacles experienced by teachers in
the implementation of which is contained in (KI-1) aspects of attitude
assessment and (KI-4) aspects of skill assessment. Because in its application
the teacher does not have much time to assess outside the teaching and
learning hours while in the attitude aspect many assessment instruments must
be filled in the journal sheets of all the students he taught. In the assessment
of aspects of teacher skills it is difficult to objectively assess the results of
performances or products collected in the portfolio, because students are
made in groups so that in assessing between individual teachers must be
maximal to divide fair value. In addition, the principal and teachers always
strive to maximize their students' grades above the minimum completeness
criteria (KKM) of 75 and regularly hold meetings for evaluation every week,
none other than discussing the continuity of the process of applying
assessment of learning outcomes in the 2013 curriculum. The advice
proposed in this study is expected that principals and teachers always
synergize actively to solve every problem and make innovations in the
assessment of learning outcomes in the 2013 curriculum in order to improve
the quality of its performance as well as the learning outcomes of learners.
Keywords: Implementation, Assessment of learning outcomes, and
Curriculum 2013

V
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, berkah, karunia, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dan kekuatan
untuk menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Implementasi
Penilaian Hasil Belajar Pada Kurikulum 2013 Di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta”. Shalawat serta salam tak lupa tercurahkan
kepada junjungan alam, Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW, seorang
suri tauladan yang mulia beserta keluarga, sahabat, serta umatnya yang setia
kepada ajarannya hingga akhir zaman..
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Manajemen
Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka
berakhirlah langkah awal dari sebuah perjuangan yang penuh dengan kerja
keras, kesabaran, dan do’a yang telah memberikan banyak pelajaran hidup
yang berarti bagi penulis.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa keberhasilan
bukanlah semata-mata diperoleh dari hasil usaha sendiri, melainkan berkat
dukungan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya dari pihak-
pihak terdekat. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda (Ismail) dan Ibunda (Ida Farida).
Terima kasih untuk cinta, kasih sayang, perhatian, dan segala dukungan
yang kalian berikan baik dari segi moril maupun materiil. Atas
perjuangan, kesabaran serta puisi kalbu yang terucap dari lisan yang tak
pernah kering untuk selalu mendoakan anakmu ini, pada akhirnya

VI
skripsi ini terselesaikan. Semoga anakmu ini kelak dapat membalas
perjuangan dan pengorbanan kalian selama ini, dan semoga Allah SWT
selalu memberikan kesehatan dan panjang umur
2. Prof. Dr. Amany Lubis, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sururin, M. Ag, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan .
5. Dr. Zahruddin, Lc, M.Pd, Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan
sekaligus Penasehat Akademik penulis selama perkuliahan ini.
6. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd dan Dr. Salman Tumanggor M.Pd, dosen
Pembimbing Skripsi, yang senantiasa berkenan memberikan bimbingan,
waktu, arahan, petunjuk, dan sumbangan pikiran dalam penulisan, serta
saran demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis, dari awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai,
Serta seluruh civitas akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
8. Kepala Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Zakaria, M.A.
Ahmad Sohibul Wafa ZA., M.Pd. Selaku wakil kepala sekolah bidang
Kurikulum, para guru, staf dan karyawan lainnya, serta siswa-siswi di
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu
penulis mengerjakan penelitian skripsi ini hingga selesai.
9. Kakak dan adik-adikku tersayang, M. Faqihudin, Akmal Imanullah, dan
Azmi Nur Rahmah, terima kasih karena selalu mendoakan yang terbaik
serta setia menyemangati, memberi nasihat dan membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
10. Saudara-saudaraku Bani Fadil dan Bani Tarma’un, terima kasih atas
semangat yang selalu kalian berikan kepada penulis.
11. Seluruh keluarga besar HmI Manajemen Pendidikan (Lesehan MP),
Keluarga Besar HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat, kakanda dan
ayunda terkhusus kawan seperjuangan: M. Azzam Baihaqi, Satria Saputra,
M. Irfaul Aziz, Ahmad khoirul Fuad, M. Irfan, Denny Rizky kurniawan,

VII
Riza Badruzaman, Alfa rezky ramadhan, Reza Rizkia, Roiyatul Jannah,
Anis purwanti, Annisa silviani, Selfi safitria, dan Azizah yang telah
memberikan dukungan, pembelajaran, pengalaman, semangat dan do’a
kepada penulis. Yakin Usaha Sampai
12. Keluarga Jurusan Manajemen Pendidikan angkatan 2015 yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa rindu.
Terima kasih untuk segala kebersamaan kita selama 4 tahun ini, untuk
semua cerita dan pengalaman yang luar biasa serta suasana belajar dan
diskusi yang menyenangkan dalam setiap mata kuliah.
13. Jajaran Organisasi Mahasiswa Intra Kampus FITK terkhusus pengurus
Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
periode 2018/2019, telah memberikan ruang belajar
mengimplementasikan ilmu manajemen dan kepemimpinan sehingga
membentuk pribadi yang berpengalaman dan lebih bertanggung jawab.
14. Teman-teman KKN 200 PELITA. Terima kasih telah memberikan warna
dalam canvas putih saat masa pengabdian di masyarakat lewat semangat
untuk penulis.
15. Ikatan Pemuda Citugu (IPCI) yang selalu mengingatkan untuk selalu
berjuang, beramal baik di tanah kelahiran sehingga penulis bersemangat
dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Syahroni solihin, Hernanda, Pandu, Alik, Ibrahim, Kausar, Zein Rosidi,
Syarif hidayatullah, Dimas, Fadilah Jidni, Abdul Ajiz, Ismail saleh,
Mahesa, Erwin, Farah, Futihat, Tiyas, Wida, dan Ramadhani, yang telah
menemani dalam suka duka, canda tawa dan menjadi kawan dalam
proses pendewasaan.
17. Semua pihak yang ikut membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya satu-persatu.
Hanya harapan dan do’a yang dapat penulis panjatkan semoga semua pihak
yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan ridho dan
balasan yang berlipat dari Allah SWT. Amin. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar khususnya bagi

VIII
penulis pribadi dan umumnya bagi siapa saja yang membaca dan
berkeinginan untuk mengeksplornya lebih lanjut.

Jakarta, 01 Oktober 2020.


Penulis

Naufal Misbahuddin

IX
DAFTAR ISI
ABSTRAK............................................................................................................... i
ABSTRACT............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL.....................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah...............................................................................9
C. Pembatasan Masalah............................................................................. 9
D. Rumusan Masalah................................................................................10
E. Tujuan Penelitian................................................................................. 10
f. Manfaat Penelitian.................................................................................10
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................... 11
A. Kurikulum 2013....................................................................................11
1. Pengertian Kurikulum 2013........................................................... 11
2. Landasan Kurikulum 2013............................................................. 14
3. Komponen Kurikulum 2013...........................................................16
4. Karakteristik Kurikulum 2013.......................................................19
5. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum 2013........................... 20
6. Tujuan Kurikulum 2013................................................................. 22
B. Penilaian Hasil Belajar Pada Kurikulum 2013..................................23
1. Pengertian Penilaian Hasil Belajar kurikulum 2013....................23
2. Pendekatan Penilaian Kurikulum 2013.................................. 25
3. Prinsip PenilaianKurikulum 2013............................................26
4. Ruang Lingkup, Teknik dan Instrumen Penilaian kurikulum
2013....................................................................................................... 28
5. Tujuan Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013.........................31
6. Fungsi Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013..........................32
7. Strategi Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013........................33
8. Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar kurikulum 2013.................35

X
9. Penilaian dalam Kurikulum 2013................................................. 36
C. Hasil Penelitian Yang Relevan............................................................ 42
D. Kerangka Berfikir................................................................................ 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 48
B. Metode Penelitian................................................................................. 49
C. Sumber Data......................................................................................... 49
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data....................................... 50
1. Wawancara.......................................................................................50
2. Observasi.......................................................................................... 51
3. Studi Dokumen.................................................................................51
E. Kisi-Kisi Instrumen.............................................................................. 52
F. Teknik Analisis Data............................................................................ 53
1. Reduksi Data......................................................................................53
2. Penyajian Data...................................................................................54
3. Penarikan kesimpulan.......................................................................54
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data.............................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................57
A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. 57
1. Sejarah Singkat Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.57
2. Visi Misi Sekolah..............................................................................60
a. Visi Sekolah.................................................................................60
b. Misi Sekolah............................................................................... 60
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan..............................................61
4. Data Peserta Didik...........................................................................61
5. Struktur Organisasi Sekolah.......................................................... 62
B. Deskripsi dan Analisis Data.................................................................62
1. Implementasi Penilaian Hasil Belajar pada Kurikulum
2013 di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta............... 62
2. Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar di Madrasah Aliyah
Pembangunan.................................................................................. 72

XI
a. Pendekatan Penilaian.................................................................72
b. Prinsip Penilaian........................................................................ 74
c. Ruang lingkup, Teknik dan Instrumen Penilaian...................75
1) Aspek Sikap............................................................................ 76
a) Observasi............................................................................. 77
b) Penilaian Diri...................................................................... 81
c) Penilaian antar peserta didik.............................................83
2) Aspek Pengetahuan................................................................85
a) Tes Tertulis..........................................................................86
b) Tes lisan...............................................................................90
c) Penugasan............................................................................91
3) Aspek Keterampilan.............................................................. 91
3. Strategi Penilaian...........................................................................92
4. Kendala Guru dalam Pelaksanaan Penilaian Kurikulum 2013
..........................................................................................................94
a. Kendala pada Kompetensi Sikap..............................................95
b. Kendala pada Aspek Pengetahuan...........................................96
c. Kendala pada Aspek Keterampilan..........................................97
5.Upaya Kepala Sekolah untuk Mengatasi Permasalahan
dalam Pelaksanaan Penilaian Kurikulum 2013...........................98
BAB V PENUTUP..............................................................................................101
A. Kesimpulan....................................................................................... 101
B. Saran.................................................................................................. 102
1. Kepada Kepala Sekolah.............................................................. 102
2. Kepada Guru................................................................................103
3. Kepada Siswa............................................................................... 103
4. Kepada Peneliti Yang Akan Datang.......................................... 104
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 109

XII
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi MA Pembangunan UIN Jakarta............. 62

Gambar 4.2 Halaman Sistem Informasi Akademik MA Pembangunan ... 94

Tabel

Tabel 2.1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum................ 12

Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan................................................43

Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian........................................................... 48

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara di MA Pembangunan......... 52

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Observasi ............................................... 52

Tabel 3.3 Daftar Ceklis Studi Dokumen................................................ 53

Tabel 4.1 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan.............................. 61

Tabel 4.2 Data Peserta Didik..................................................................61

Tabel 4.3 Anggaran Pelatiahan kurikulum 2013 di MA


Pembangunan ................................................................................................69

Tabel 4.4 Hasil Observasi Sarana Prasarana.......................................... 70

Tabel 4.5 Lembar Penilaian Sikap......................................................... 77

Tabel 4.6 Instrumen Penilaian Observasi...............................................77

Tabel 4.7 Lembar penilaian diri............................................................. 81

Tabel 4.8 Lembar Penilaian Antar Peserta Didik...................................83

Tabel 4.9 kisi-kisi tes tertulis................................................................. 87

XIII
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam


pembangunan suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk
meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, yang
nantinya akan menentukan corak dan kemajuan bangsa itu sendiri.
Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang
merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Pembentukan
manusia yang berkualitas melalui pendidikan menekankan pada
pembentukan sumber daya manusia yang memiliki etos kerja,
produktivitas, dan mampu menguasai serta memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia


seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi
kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik. Pembaharuan
sebagai bentuk pengembangan dan penyempurnaan di dalam pendidikan
harus memperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan pengembangan
pendidikan. Sehingga, perlu dilakukan penataan terhadap sistem
pendidikan secara menyeluruh, terutama yang berkaitan dengan kualitas
pendidikan dan relevansinya dengan kebutuhan masyarakat dan dunia
kerja. Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang cukup
mendasar dalam sistem pendidikan. Pada dasarnya kurikulum bersifat
dinamis, karena kurikulum itu sendiri terkait erat dengan perubahan dan
perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta tidak terlepas dari pengaruh perubahan
global,perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan

1
2

budaya.1 Dengan demikian kurikulum akan terus menerus


mengalami perubahan agar suatu kurikulum mampu menjawab tantangan
zaman, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di
masa mendatang dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan tersebut berkaitan dengan kurikulum yang dengan sendirinya
menuntut dan mempersyaratkan sebagai perubahan pada komponen-
komponen pendidikan yang lain.

Mulyasa menyatakan bahwa perubahan kurikulum merupakan


perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional,
Kurikulum 2013 merupakan alternatif kurikulum yang ditawarkan sebagai
salah satu cara untuk mengantisipasi permasalahan sistem pendidikan
nasional. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi
sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan konseptual
diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.2

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum


sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Kurikulum
2013 sebagai langkah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu
mengembangkan potensi diri peserta didik dilihat dari kualifikasi
kompetensi lulusan yang mencakup kompetensi sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang
sudah ditetapkan. Perubahan kurikulum dilakukan sebagai upaya
mengatasi persoalan kualitas moral bangsa, Sumber Daya Manusia (SDM),
dan tantangan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
1
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013,
(Yogyakarta: Kata Pena, 2014) h. 56.
2
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: Rosda Karya,
2014) h. 7.
3

Dijabarkan dalam Pasal 36 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang


sistem pendidikan nasional, pengembangan Kurikulum 2013 mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan. Kebijaksanaan pemerintah menggunakan kurikulum
2013 didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, dan tentang
standar nasional pendidikan.

Adapun Keputusan Menteri Agama nomor 184 Tahun 2019


tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah diterbitkan
untuk mendorong dan memberi aturan bagaimana berinovasi dalarn
implementasi kurikulum madrasah serta memberikan payung hukum
dalam pengembangan kekhasan Madrasah, pengembangan penguatan
Karakter, Pendidikan Anti Korupsi dan Pengembangan Moderasi
Beragama pada Madrasah. KMA Nornor 183 Tahun 2019 dan KMA
Nomor 184 Tahun 2019 akan diterapkan secara bertahap pada jenjang MI,
MTS dan MA mulai Tahun Pelajaran 2020/2021.3 Pemerintah telah
menetapkan standar nasional pendidikan sebagai acuan dałam pengelolaan
pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menegah. Disamping
iłu pemerintah telah memberlakukan kurikulurn 2013 sebagai panduan
umum dałam penyelenggaraan pembelajaran pada satuan pendidikan.
Karakteristik kurikulum 2013 adalah adanya keseimbangan antara
pengembangan aspek sikap spiritual dan sosial, aspek pengetahuan dan
aspek keterampilan.

Dalam proses pelaksanaan Kurikulum 2013 kepemimpinan kepala


sekolah merupakan salah satu penentu yang dapat menggerakkan semua
3
Keputusan Menteri Agama nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi
Kurikulum pada Madrasah
4

sumber daya sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan
sasaran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap.4 Selanjutnya faktor yang terpenting dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah guru, karena gurulah yang
menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam belajar. Karena
kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi antara lain mengubah pola
pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi kependidikan sebagai
proses, melalui pendekatan tematik integratif dengan kontekstual teaching
and learning. Oleh karena itu pembelajaran harus sebanyak mungkin
melibatkan peserta didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk
membentuk kompetensi dengan menggali berbagai kompetensi dan
kebenaran secara ilmiah.5 Dari uraian tersebut maka jelas guru merupakan
faktor terpenting dalam pelaksanaan Kurikulum 2013.

. Pada kurikulum 2013 terjadi pergeseran: (1) standar kelulusan


yang diturunkan dari kebutuhan, karakteristik dan perkembangan peserta
didik sehingga beban belajar berkurang; (2) semua mata pelajaran terikat
dengan kompetensi inti dan berkontribusi dalam pembentukan sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, keterampilan. Semua mata pelajaran
dikembangkan dari kompetensi yang ingin dicapai dan disajikan berkaitan
dengan norma dan nilai-nilai yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari;
(3) proses pembelajaran ditekankan pada student center learning, yaitu
berpusat pada peserta didik dengan menggunakan pendekatan ilmiah; (4)
pelaksanaan penilaian baik secara proses dan hasil mengarah pada
pembentukan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian merupakan salah satu komponen yang penting dalam


pelaksanaan proses pembelajaran. Penilaian yang dilaksanakan oleh guru
digunakan untuk memantau proses, kemajuan belajar dan perbaikan hasil

4
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum,(Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 37
5

belajar peserta didik secara berkelanjutan yang digunakan untuk menilai


pencapaian kompetensi peserta didik dengan menggunakan alat
pengukuran tertentu seperti soal dan lembar pengamatan. Pelaksanaan
sistem penilaian hasil belajar dengan baik bukanlah hal yang mudah perlu
persiapan dan perencanaan yang maksimal, untuk melaksanakan penilaian
hasil belajar yang baik, maka guru harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan penilaian. Ada beberapa kegiatan yang
harus dilakukan dalam perencanaan penilaian, diantaranya menentukan
apa yang akan dinilai, menentukan metode dan instrumen penilaian,
menentukan cara penyekoran untuk menentukan nilai akhir. Jika
perencanaan penilaian tersebut telah dilakukan guru sebelum pelaksanaan
penilaian dengan efektif, maka diharapkan nilai akhir tersebut dapat
dipertanggungjawabkan keobjektifannya dan memberikan tindak lanjut
dari pelaksanaan penilaian.

Efektivitas Kurikulum 2013 akan berjalan ketika penilaian dan


pembelajaran menjadi salah satu urgensi dalam pelaksanaan di satuan
pendidikan. Pertama penilaian sebagai tolak ukur pendidik untuk capaian
kompetensi peserta didik dan yang kedua pembelajaran sebagai acuan
keberhasilan standar kompetensi lulusan. Kunandar menyatakan bahwa
salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik
(authentic assessment). Sebenarnya dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik,
tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan optimal. Melalui
kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius di
mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-
benar memerhatikan penilaian autentik.6 Oleh karenanya ada pada
kurikulum 2013 guru dituntut memiliki kreatifitas yang tinggi dalam
mengemas pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah. Selain itu, guru
menguasai sistematika proses penilaian hasil belajar dan memiliki

6
Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013. (Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 12..
6

kemampuan melakukan penilaian hasil belajar.


Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai
aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses
pembelajaran, dari siswa “diberi tahu” menjadi siswa “mencari tahu”,
sedangkan proses penilaian diri berfokus pada pengetahuan melalui
penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses,
fortopolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh. Oleh karena
hal itu pengembangan Kurikulum 2013 nantinya akan menghasilkan
peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Pada kenyataannya masih banyak permasalahan dalam
pengimplementasian Kurikulum 2013. Seperti halnya sulitnya mengubah
mindset guru, perubahan proses belajar dari teacher centred ke student
centred, rendahnya moral spiritual, kurangnya penguasaan IT oleh guru.
Lemahnya bidang administrasi dan kecendrungan guru lebih banyak
menekankan aspek kognitif. Padahal, semestinya guru juga harus
memberikan porsi yang sama pada aspek afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan oleh Badrun
kartowagiran dan Amat Jaedun menemukan permasalahan di lapangan
mengenai penilaian autentik, antara lain: Kondisi guru yang melaksanakan
penilaian autentik di SMP yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta
masih memerlukan perbaikan. Hal ini ditengarai: hampir semua guru
merasa senang mengajar di sekolah tempat mereka bertugas, sebagian
besar guru SMP masih menggunakan kurikulum 2006 (KTSP) meskipun
sebagian besar guru tersebut telah mengikuti pelatihan/sosialisasi
Kurikulum 2013, materi yang paling sulit dipahami oleh sebagian besar
guru pada saat pelatihan adalah materi penilaian, dan secara keseluruhan
menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melakukan penilaian masih
rendah. Kedisiplinan guru melaksanakan prinsip-prinsip penilaian autentik
masih perlu diperbaiki. Pertama lebih dari separuh guru tidak melakukan
penilaian secara terpadu dengan pembelajaran, dan baru 68% siswa yang
7

mengatakan bahwa guru mengembalikan soal yang telah dikoreksi.


Masukan para guru untuk perbaikan penilaian adalah: sebagian besar guru
memerlukan panduan penilaian autentik dan pelatihan tentang cara
melakukan penilaian autentik, serta pelatihan yang diperlukan guru adalah
pelatihan yang aplikatif, banyak contoh-contohnya. Pelatihan yang
difasilitasi oleh instruktur yang menguasai materi pelatihan dan memiliki
waktu untuk memberi- kan contoh penilaian autentik.7 Namun sebaik
apapun konsep dan tujuan dari penilaian autentik, jika perencana dan
pelaksana (guru) tidak melaksanakan dengan baik dan tulus, maka tujuan
dari penilaian autentik dalam kurikulum 2013 tidak akan bisa tercapai.
Dalam hal ini lahirlah permasalahan penilaian hasil belajar pada
kurikulum 2013 yang di hadapi dalam setiap tahunnya, dengan
memperhatikan evaluasi pemerintah dalam pelaksanaan kurikulum 2013
antara lain; pertama yang terjadi oleh pendidik yaitu, metode penilaian
yang menyulitkan guru sehingga tidak fokus dalam memberi perhatian
penuh terhadap siswa terutama dalam penilaian sikap spiritual (KI-1) dan
sikap sosial (KI-2), belum terbiasanya guru dengan teknik (portofolio dan
proyek) dalam penilaian keterampilan, penyusunan kompetensi isi dan
kompetensi dasar yang tidak selaras, kurangnya penguasaan IT oleh guru,
kurangnya budaya literasi yang timbul dari pengajar baik membaca
maupun meneliti siswa dalam memahami pembelajaran di kelas semua itu
terkemas dalam kesiapan administrasi guru bagi kurikulum 2013 di
lembaga pendidikan. Selanjutnya yang terjadi pada satuan pendidikan
yaitu, sekolah mengalami kesulitan dalam menentukan interval nilai
predikat pengetahuan dan keterampilan yang merujuk KKM untuk batas
minimal predikat C. Pemahaman dan Implementasi remedial di sekolah
masih banyak persepsi yang berbeda-beda, masih kurangnya fasilitas
untuk menunjang keberhasilan pembelajaran dari konsep kurikulum 2013

7
Badrun Kartowagiran, Amat Jaedun, “Model Asesmen Autentik Untuk Menilai Hasil
Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Smp): Implementasi Asesmenautentik di SMP”, Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Volume 20, No 2, Desember 2016. hal. 139-140.
8

itu sendiri, berganti-gantinya regulasi kementerian pendidikan dan


kebudayaan akibat revisi yang berulang.
Hari Setiadi dalam hasil penelitiannya mengungkapkan
permasalahan dalam penilaian kurikulum 2013 antara lain: Pertama, pada
tahap perencanaan, ditemukan banyak guru-guru di lapangan yang belum
mengerti tentang: kisi-kisi soal dan kegunaannya, juga menganalisis
instrumen penilaian dan membuat pedoman penskoran atau rubrik soal
uraian. Kedua, pada tahap pelaksanaan, ditemukan banyak guru-guru yang
kesulitan dalam melaksanakan penilaian pada kurikulum 2013, terutama
kesulitan dalam penilaian sikap, dan penilaian pembelajaran tematik, juga
kesulitan dalam menganalisis instrumen penilaian dan revisi butir soal.
Ketiga, pada tahap pelaporan, ditemukan di lapangan guru banyak yang
mengalami kesulitan dalam pembuatan laporan yang menggunakan
rentang nilai 1-4 pada penilaian pengetahuan dan keterampilan, nilai
dengan skala 1-4 sulit dibaca oleh orang tua siswa, dan kesulitan penulisan
rapor.8 Di antara semua kendala di atas, yang menjadi garis besar atau
benang merah sebuah pokok masalah adalah penerapan atau
pengimplementasian penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013 yang di
dalamnya terdapat perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, dan
pemanfaatan hasil penilaian serta pelaporan yang selalu menjadi bahan
revisi dan menyisakan masalah.
Salah satu sekolah yang mendapatkan kendala seperti di atas
adalah Madrasah Pembangunan di samping standar kurikulum yang sudah
bisa dibilang baik akan tetapi tidak juga dipungkiri masih terdapat
kekurangan terutama dalam implementasi penilaian hasil belajar pada
kurikulum 2013. Setelah melakukan studi pendahuluan beberapa waktu
lalu yang disampaikan oleh pak wafa selaku wakil kepala sekolah bidang
kurikulum di tingkat Aliyah mengatakan dalam implementasi penilaian
hasil belajar pada kurikulum 2013 di sekolahnya masih butuh evaluasi

8
Hari setiadi, “Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013”, Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan Volume 20, No 2, Desember 2016, hal. 176-177.
9

juga pengawasan secara terus-menerus terutama mulai dari penilaian


keterampilan pada KI-4 juga penerapan metode pembelajaran saintifik
hingga pelaksanaan penilaian dengan format yang lebih rumit.

Berdasarkan problematika yang telah dipaparkan di atas, penulis


ingin menggali lebih dalam mengenai bagaimana pelaksanaan penilaian
hasil belajar di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta Tangerang
Selatan, serta membandingkan dengan pedoman penilaian hasil belajar
oleh pendidik dan satuan pendidikan untuk sekolah menengah atas.
Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Implementasi Penilaian Hasil Belajar pada Kurikulum 2013 di
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya supervisor dan kepala sekolah dalam pengawasan
pelaksanaan kurikulum 2013
2. Masih banyaknya guru yang mengalami kesulitan dalam penilaian
sikap spiritual (KI-1) dan sikap sosial (KI-2)
3. Rendahnya pemahaman guru dalam membuat kisi-kisi soal dan
kegunaannya,
4. Masih banyaknya guru yang belum terbiasa menggunakan beberapa
teknik penilaian, seperti portofolio dan proyek dalam melakukan
penilaian keterampilan.
5. Kurang maksimalnya guru dalam penyusunan kompetensi isi dan
kompetensi dasar pada rencana pelaksanaan pembelajaran di
kurikulum 2013.
6. Guru merasa kesulitan dalam mengelola waktu pelaksanaan penilaian
hasil belajar.
7. Rendahnya pemahaman guru akan panduan penilaian oleh pendidik
dan satuan pendidikan dalam kurikulum 2013.
10

C. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya ruang lingkup permasalahan yang ada, maka
penulis membatasi penelitian ini pada masalah: Implementasi penilaian
hasil belajar dalam KI-1 (sikap) dan KI-4 (keterampilan) pada kurikulum
2013 di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka masalah yang diangkat dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi penilaian hasil belajar dalam KI-1 (sikap)
dan KI-4 (keterampilan) pada kurikulum 2013 di Madarsah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Mengetahui implementasi penilaian hasil belajar dalam KI-1 (sikap)
dan KI-4 (keterampilan) pada kurikulum 2013 di Madarsah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam dunia pendidikan, antara lain:
1. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan
pengalaman mengenai Implementasi penilaian hasil belajar pada
kurikulum 2013 yang sebenarnya di lapangan.
2. Bagi sekolah, sebagai informasi dan bahan masukan dalam upaya
lebih meningkatkan keberhasilan sekolah dalam Implementasi
penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013 Disamping memberikan
penjelasan yang bersifat teori tentang Implementasi kurikulum 2013
dalam standar penilaian di sekolah.
3. Bagi penulis, berharap mendapat ilmu yang bermanfaat untuk
mengembangkan keilmuan secara pribadi, serta mampu
mengimplementasikan hasil penelitian yang telah diselesaikan.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum pendidikan/ pembelajaran
untuk satuan pendidikan, mulai tingkat sekolah dasar sampai sekolah
menengah atas. Dalam konteks system pendidikan di sekolah,
kurikulum 2013 merupakan perbaikan/ perubahan dalam standar isi
yang berimplikasi pada 8 standar nasional pendidikan. Peraturan
menteri nomor 19 tahun 2005 pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa
standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan republik
Indonesia. Lebih lanjut pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa lingkup
standar nasional pendidikan meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,
standar penilaian pendidikan.9 Ke delapan standar tersebut saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Namun dalam perubahannya
hanya beberapa standar yang ditekankan pada kurikulum 2013 ini.
Terkhusus dalam standar penilaian yang berbasis kompetensi atau
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik mulai dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sehingga kurikulum dipandang
bukan sekedar teks, tapi juga konteks, di mana guru akan menjadi
ujung tombak dalam pelaksanaannya dan keberhasilan mewujudkan
tujuan pendidikan tertentu.

9
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 2.

11
12

Pengertian mengenai kurikulum terdapat dalam undang-undang


No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat
(19), yang menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.10
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran. Sedangkan kurikulum 2013 merupakan
perubahan dan pengembangan dari kurikulum itu sendiri yang berbasis
karakter. Menurut Mulyasa, kurikulum 2013 merupakan
penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis
pada tahun 2004 kemudian dilanjutkan kurikulum 2006 (KTSP)
dengan mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara terpadu.11 Penyempurnaan tersebut sebagai bentuk
pengembangan kurikulum 2013 yang merupakan bagian dari strategi
untuk meningkatkan pencapaian pendidikan.
Menurut Kemendikbud menjelaskan bentuk penyempurnaan
perumusan kurikulum 2013 akan diuraikan dalam tabel berikut ini.12
Tabel 2.1 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum

No KBK KTSP Kurikulum 2013


1 Standar kompetensi lulusan Standar kompetensi lulusan
diturunkan dari Standar Isi diturunkan dari kebutuhan
2 Standar Isi dirumuskan Standar Isi diturunkan dari Standar
berdasarkan Tujuan Mata Kompetensi Lulusan melalui KI
pelajaran dirinci menjadi SK & KD

10
Undang-Undang Nomor.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.
11
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: Rosda karya,
2014) h. 66.
12
Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 2014 tentang Implementasi
Kurikulum 2013, h. 46.
13

3 Pemisahan mata pelajaran dalam Semua mata pelajaran berkontribusi


pembentukan sikap, pengetahuan, dalam pembentukan sikap,
dan Keterampilan pengetahuan, dan keterampilan
4 Kompetensi diturunkan dari mata Mata pelajaran diturunkan dari
pelajaran kompetensi yang ingin dicapai
5 Mata pelajaran terpisah satu sama Mata pelajaran terikat oleh kompetensi
inti (tiap kelas)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum 2013


memberikan arahan yang berbeda dari segi standar kompetensi lulusan,
materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian (proses dan hasil),
serta pendidik dan tenaga kependidikan untuk membentuk karakter
individu sebagai manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia,
produktif, inovatif, kreatif, demokratis, dan bertanggung jawab dengan
mempertimbangkan tiga aspek untuk menentukan kualitas kompetensi
lulusan yang mencakup pada pengembangan keterampilan (skill),
sikap (attitude), dan pengetahuan (knowledge).
Mohammad Nuh dalam Kurniasih dan Sani, menjelaskan bahwa
implementasi kurikulum 2013 akan menekankan pada pengembangan
kreativitas siswa dan penguatan karakter. Kurikulum ini akan
memenuhi tiga komponen utama dalam pendidikan secara berimbang
yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.13 Hal tersebut sejalan
dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 pasal 35 yang menyatakan
bahwa setiap lulusan satuan pendidikan harus memiliki kualifikasi
kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap
sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa kurikulum 2013 adalah
rancangan pembelajaran yang didesain untuk mengembangkan potensi
peserta didik yang mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan,

13
Imas Kurinasih & Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep Dan Penerapan.
(Surabaya: Kata Pena, 2014) h. 22.
14

dan sikap secara terpadu dengan tujuan untuk mencapai peningkatan


mutu pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

2. Landasan Kurikulum 2013


Tiga aspek yang menjadi landasan pengembangan kurikulum
secara jelas terangkul dalam isi materi uji kurikulum sebagai berikut:
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofos dalam pengembangan kurikulum
menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum,
sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta
didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan
masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya. kurikulum 2013
dikembangkan dengan landasan fiosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional.14 Senada dengan paparan di atas landasan filosofis
kurikulum 2013 adalah undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pada pasal (1) butir 1 yang menyatakan
bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara “.15 Sejalan dengan penyataan di
atas juga kurikulum 2013 dikembangkan dengan membawa amanah
untuk mampu menumbuhkan nilai-nilai pancasila dalam jiwa
peserta didik.
b. Landasan Yuridis dan Empiris
Landasan yuridis dan empiris kurikulum 2013 lahir dari

14
Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013. (Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2013) h. 31-32.
15
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.
15

peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 71 tahun 2013


tentang buku teks pelajaran dan buku panduan guru.16 Setiap guru
harus memahami baik buku siswa maupun buku guru dan mampu
menggunakannya dalam pembelajaran. Selain itu, peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah juga menjadi landasan
yuridis dan empiris kurikulum 2013. Implementasi kurikulum 2013
akan sesuai dengan harapan, apabila guru mampu menyusun RPP
yang sesuai dengan panduan yang diberlakukan serta melaksanakan
dan memahami konsep dari penilaian autentik pada kurikulum 2013.
Undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, bab IV, bagian kedua, pasal 7
ayat (1) dan (2). Amanat yang tertuang dalam undang-undang ini
menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan, termasuk guru,
berkewajiban untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang
perkembangan yang telah dicapai anaknya. Oleh karenanya
pelaksanaan penilaian yang efektif menjadi urgensi dalam
memberikan informasi kepada seluruh pelaksana pendidikan juga
komite sekolah.
c. Landasan Konseptual
Aspek konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan pada
ide atau gagasan yang diabstraksikan dari peristiwa konkret. Dalam
penyusunan kurikulum 2013 ini landasan konseptualnya antara lain:
1) Prinsip relevansi
2) Model kurikulum berbasis kompetensi
3) Kurikulum lebih dari sekedar dokumen
4) Proses pembelajaran, yang meliputi aktivitas belajar, output
belajar, dan outcome belajar.
5) Penilaian, kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi dan

16
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru, Pasal 1.
16

penjenjangan penilaian.17
Berdasarkan paparan di atas menunjukkan bahwa landasan
konseptual menjadi salah satu aspek yang penting dalam landasan
kurikulum karena berdasarkan ide yang diambil dari peristiwa nyata
yang terjadi.

3. Komponen Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 memiliki empat komponen utama, yaitu: Pertama
tujuan, kedua materi/isi, ketiga metode atau strategi pembelajaran dan
yang keempat yaitu evaluasi. Seluruh komponen tersebut memiliki
keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.18
a. Komponen Tujuan
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan
pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan
institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap
jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.
Dalam Permendikbud No. 69 Tahun 2013 dikemukakan bahwa
tujuan pendidikan pada kurikulum 2013 yaitu : kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.19 Dapat disimpulkan bahwa komponen kurikulum
2013 pada aspek tujuan yaitu terciptanya generasi yang memiliki
kemampuan baik dan siap menjadi pengabdi untuk masyarakat dan
negaranya.

17
M. Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) h. 29.
18
Juharti, “Komponen-Komponen-Kurikulum” diakses dari https://juharti.wordpress.com
/kajian-kurikulum-bsap/komponen-komponen-kurikulum/, pada tanggal 12 September 2019 pukul
18.30
19
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,
h. 4.
17

b. Komponen Isi/ Materi Pelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan
dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi
kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan
dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya
tergambarkan pada isi setiap materi pelajaran yang diberikan
maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas
itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Dalam pembelajaran kurikulum 2013 ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan bersama oleh para guru dalam
melaksanakan pembelajaran, di antaranya: Pertama berpusat pada
peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik,
menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang. Kedua
bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestika. Ketiga
menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efesien, dan bermakna.20
Berdasarkan pemaparan di atas komponen isi dalam
kurikulum mencangkup materi yang diajarkan kepada peserta didik
dalam proses pembelajaran.
c. Komponen Metode/ Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen
yang memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan
dengan implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya
tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk
mencapainya, maka maka tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai.
Strategi meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Sejalan dengan

20
M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, &
SMA, ( Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2014), hl. 180.
18

pendapat di atas, strategi pembelajaran adalah sebagai pola dan


urutan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari kedua pengertian di atas, ada dua hal yang patut kita
cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
Ini berarti penyusunan atau strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Kedua,
strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. artinya, arah dari
semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Dengan demikian penyusunan langkah– langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya
diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
d. Komponen Evaluasi
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan
pengukuran dan pengumpulan data dan informasi, pengolahan,
penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang
tingkat hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa setelah
melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator
adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa. Komponen
evaluasi untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Evaluasi
sebagai alat untuk melihat keberhasilan dapat dikelompokkan
dalam dua jenis yaitu tes dan non tes.
1) Tes
Tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan
reabilitas. Jenis – jenis tes terdiri atas tes hasil belajar yang
dapat dibedakan atas beberapa jenis. Berdasarkan jumlah
peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes kelompok
19

dan tes individu. Dilihat dari cara penyusunannya, tes juga


dapat dibedakan menjadi tes buatan guru dan tes standar.
2) Non tes
Non tes adalah alat evaluasi yang digunakan untuk menilai
aspek tingkah laku temasuk sikap, minat dan motivasi. Ada
beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi, di antaranya
wawancara observasi, studi kasus, skala penilaian.

4. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan serangkaian penyempurnaan
terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 dengan berbasis
kompetensi kemudian diteruskan dengan kurikulum 2006 (KTSP).
Namun, kurikulum 2013 memiliki ciri tersendiri. Ciri kurikulum 2013
yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam mencari
informasi atau pengetahuan sebanyak-banyaknya karena saat ini siswa
mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan
teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa itu lebih didorong
untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan
interpersonal, antar personal, maupun memiliki kemampuan berpikir
kritis.21
Adapun pendapat dari Abdul Majid, menjelaskan karakteristik
kurikulum pembelajaran tematik sebagai berikut: Pertama
pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning), kedua
pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada peserta didik,
ketiga fokus pembelajaran diarahkan pada tema yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari peserta didik, keempat menyajikan konsep-
konsep dari berbagai mata pelajaran, kelima pembelajaran tematik

21
Imas dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep Dan Penerapan.
(Surabaya: Kata Pena, 2014) h. 36.
20

bersifat fleksibel dapat dikaitkan dengan mata pelajaran lainnya,


keenam menggunakan prinsip belajar sambil bermain.22
Berdasarkan karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa
kurikulum 2013 berupaya untuk mengembangkan kompetensi peserta
didik mulai dari kompetensi sikap, pengetahuan, hingga keterampilan
secara proporsional. Pencapaian kompetensi ini dinyatakan dalam
kompetensi inti yang dijabarkan ke dalam kompetensi dasar. Dalam
hal ini, semua mata pelajaran saling terkait satu sama lain karena diikat
oleh kompetensi inti di tiap jenjang pendidikan. Untuk tercapainya
kompetensi tersebut secara seimbang dibutuhkan waktu belajar yang
lebih banyak dan pembelajaran berpusat kepada peserta didik, oleh
karena itu dalam penerapan kurikulum 2013 ada penambahan jam
belajar untuk para siswa. Selain itu, karakteristik di atas juga
menggambarkan kurikulum 2013 berusaha memberikan pembelajaran
yang bermakna bagi peserta didik dalam konteks dunia nyata sehingga
peserta didik mampu memanfaatkan ilmu yang mereka dapatkan
dalam kesehariannya baik di sekolah maupun di masyarakat.

5. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum 2013


Prinsip dasar pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis
karakter harus sesuai dengan kondisi negara dan masyarakat,
kebutuhan dunia kerja, perkembangan teknologi dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung. Oleh karena
itu, terdapat adanya pertimbangan- pertimbangan mengenai prinsip
dasar pengembangan kurikulum yang sesuai dengan perubahan
perubahan zaman. Pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Pengembangan kurikulum mengacu pada standar nasional

22
Abdul Majid. Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014). Hal. 89-90.
21

pendidikan yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan


nasional.
b. Kurikulum yang diterapkan pada semua jenjang dan
penyelenggara pendidikan. Dikembangkan sesuai dengan prinsip
diverifikasi sesuai dengan potensi daerah, peserta didik, dan
satuan pendidikan.
c. Mata pelajaran merupakan wahana/sarana untuk mewujudkan
pencapaian kompetensi.
d. Standar kompetensi lulusan dijabarkan berdasarkan tujuan
pendidikan nasional, kebutuhan negara dan masyarakat, serta
perkembangan global.
e. Standar isi dijabarkan berdasarkan standar kompetensi lulusan.
f. Standar proses dijabarkan berdasarkan standar isi.
g. Standar penilaian dijabarkan berdasarkan standar kompetensi
lulusan, standar isi, dan standar proses.
h. Kompetensi inti memuat uraian standar kompetensi lulusan.

i. Kompetensi inti memuat diuraikan ke dalam kompetensi dasar


yang dikontekstualisasikan dalam satu mata pelajaran.
j. Kurikulum tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah.
k. Kurikulum tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah.
l. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan
pendidikan.
m. Penyelenggaraan proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi. Lebih lanjut
pembelajaran diharapkan mendorong siswa untuk aktif
berpartisipasi dan mengembangkan kreativitas dan kemandirian
sesuai minat dan bakat peserta didik.
n. Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.
o. Proses belajar menekankan melalui pendekatan ilmiah (scientific
22

approach)23
Atas dasar prinsip-prinsip kurikulum di atas pendidikan di
Indonesia terus mengalami perubahan dan pengembangan guna
mencapai tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa

6. Tujuan Kurikulum 2013


Dalam salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 69 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur
kurikulum Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah, dijelaskan
“tujuan kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia”.24
Sejalan dengan hal itu, Mulyasa menjelaskan bahwa tujuan
tersebut ditempuh melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.25
Berpedoman dalam tujuan kurikulum 2013 bermakna dengan
penerapan kurikulum ini diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai
keimanan dan budi pekerti kepada siswa. Produktif adalah kecakapan
untuk menggunakan kemampuannya dan dapat merealisasikan potensi
yang ada pada dirinya. Melalui penerapan kurikulum 2013 diharapkan
terbentuk pribadi yang produktif pada siswa sehingga mampu
menggambarkan potensi, persepsi dan kreativitas yang senantiasa
ingin menyumbangkan kemampuannya agar bermanfaat bagi dirinya
sendiri dan lingkungannya. Maka, kelak mereka dewasa dan terjun ke
dalam masyarakat mampu menjadi seorang yang memberikan

23
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: Rosda karya,
2014) h. 81-82.
24
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,
h. 4.
25
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: Rosda karya,
2014) h. 65.
23

kontribusi yang nyata dan berarti bagi lingkungan di sekitarnya,


imajinatif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi persoalan di masa
mendatang. Dengan masyarakat yang memiliki kreatifitas dan inovatif
tinggi akan terbentuk masyarakat yang mandiri dan produktif. Oleh
karena itu, kreatifitas dan inovatif semestinya ditanamkan sedini
mungkin termasuk dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kurikulum
2013 memiliki tujuan yaitu mengembangkan potensi peserta didik
yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu sehingga mampu mencapai peningkatan mutu
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, sebagaimana telah diamanatkan
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

B. Penilaian Hasil belajar pada kurikulum 2013


1. Pengertian Penilaian Hasil Belajar kurikulum 2013
Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Karena penilaian termasuk bagian yang
harus diperhatikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan, melalui
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem
penilaiannya. Penilaian adalah upaya sistematik dan sistemik yang
dilakukan melalui pengumpulan data atau informasi tersebut diolah
sebagai upaya melakukan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan
suatu program pendidikan.26 Adapun Mimin Haryati mengemukakan
penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat, penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang

26
Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016) h. 15.
24

sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang


ketercapaian kompetensi peserta didik.27 Penilaian diartikan sebagai
hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan peserta didik baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dikuasai setelah proses
pembelajaran.28 Nana Sudjana dalam bukunya berpendapat bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya.29
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil
belajar adalah pengumpulan data atau informasi mengenai pencapaian
hasil belajar melalui kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang dimiliki peserta didik setelah menerima pembelajaran dan
pengalaman belajarnya dalam upaya pengambilan keputusan program
pendidikan.
Menurut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Standar Penilaian
Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan
sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik dan pembelajaran
adalah proses interaksi antar peserta didik, dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkup penilaian
pendidikan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri
dari. penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah meliputi aspek: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.

27
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta:
Referensi, 2013) h. 16.
28
Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013. (Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2013). h. 62.
29
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009) h. 2.
25

2. Pendekatan Penilaian kurikulum 2013

Dalam perkembangannya penilaian tidak hanya mengukur


dari capaian kompetensi saja. Melainkan bagaimana penilaian
mampu meningkatkan kompetensi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu penilaian perlu dilaksanakan melalui
tiga pendekatan, yaitu penilaian atas pembelajaran, penilaian untuk
pembelajaran dan penilaian sebagai pembelajaran.30

a. Penilaian atas pembelajaran (assessment of learning),


merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses
pembelajaran selesai. Penilaian ini dimaksudkan untuk
mengetahui pencapaian hasil belajar setelah peserta didik
selesai mengikuti proses pembelajaran. Berbagai bentuk
penilaian sumatif seperti ulangan akhir semester, ujian sekolah,
dan ujian nasional merupakan contoh assessment of learning.
b. Penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning),
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses
pembelajaran. Dengan assessment for learning guru dapat
memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik,
memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.
Assessment for learning merupakan penilaian proses yang
dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan kinerjanya
dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian
formatif, misalnya tugas-tugas di kelas, presentasi, dan kuis,
merupakan contoh-contoh assessment for learning.
c. Penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning).
mirip dengan assessment for learning, karena juga
dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Bedanya, assessment as learning melibatkan peserta didik
30
Pedoman Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah
Atas, Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, hal. 5.
26

secara aktif dalam kegiatan penilaian. Peserta didik diberi


pengalaman untuk belajar menilai dirinya sendiri atau
memberikan penilaian terhadap temannya secara jujur.
Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antarteman (peer
assessment) merupakan contoh assessment as learning. Dalam
assessment as learning peserta didik juga dapat dilibatkan
dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun
rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui dengan
pasti apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian
belajar yang maksimal.
Dapat disimpulkan dari pendekatan di atas mampu dijadikan
acuan pendidik dalam melaksanakan penilaian serta untuk melihat
tingkat keberhasilan dan efektivitas guru dalam pembelajaran ,
sehingga pembelajaran di sekolah tidak hanya dijadikan formalitas
bagi pendidik dan peserta didik. Melainkan menciptakan suasana
belajar yang bermakna dan sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

3. Prinsip Penilaian Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Penilaian hasil


belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip yaitu: sahih, objektif, adil, terpadu,
terbuka, menyeluruh, sistematis, beracuan, akuntabel.31
a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur
b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai
c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan gender.
31
Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Pasal 6.
27

d. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang


tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran
e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai
perkembangan kemampuan peserta didik
g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku
h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan
i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik
dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
Menurut Abdul Majid, menjelaskan prinsip-prinsip penilaian
autentik, yaitu: Pertama proses penilaian merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses pembelajaran, kedua penilaian mencerminkan
masalah dunia nyata (riil), bukan dunia sekolah, ketiga penilaian harus
menggunakan beberapa ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, keempat penilaian
harus bersifat holistik (menyeluruh) mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran.32
Imas Kurinasih dan Berlin Sani, menjelaskan prinsip-prinsip
penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013 bersifat objektif yaitu
penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi oleh faktor
subjektivitas. Terpadu yaitu penilaian dilakukan oleh guru secara
terencana, menyatu, dan berkesinambungan, Ekonomis yaitu penilaian
yang efektif dan efisien dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

32
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013). Hal. 187.
28

pelaporannya. Transparan yaitu penilaian baik secara prosedur, kriteria,


dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
akuntabel, penilaian dapat dipertanggungjawabkan pada pihak internal
maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya edukatif
yaitu penilaian bersifat mendidik dan memotivasi bagi peserta didik
maupun guru.mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat
kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah.33
Dengan merujuk kepada prinsip-prinsip penilaian.di atas,
hasil dari penilaian dapat diterima oleh semua pihak dan dengan
prinsip itulah pelaksanaan penilaian bisa berjalan secara optimal.

4. Ruang Lingkup, Teknik dan Instrumen Penilaian Kurikulum 2013

Ruang lingkup, teknik dan instrumen penilaian tentang penilaian


pada kurikulum 2013 tertuang dalam Permendibud No. 23 Tahun 2016
yaitu ruang lingkup penilaian, teknik dan instrumen penilaian. 34
a. Ruang lingkup penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara
seimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi
relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan
proses.
b. Teknik dan Instrumen penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

33
Imas dan Berlin, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep Dan Penerapan. (Surabaya:
Kata Pena, 2014) h. 49-50.
34
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2013, h. 3-4.
29

1) Penilaian kompetensi sikap, diartikan sebagai penilaian yang


dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi
sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau
memerhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau
menghargai, mengorganisasi atau mengelola dan berkarakter.
Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi dua yakni sikap spiritual dan
sikap sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi
inti, yakni kompetensi inti 1 (KI-1) untuk sikap spiritual dan
kompetensi inti 2 (KI-2) untuk sikap sosial.35 Adapun kompetensi
sikap yang harus dimiliki peserta didik adalah perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.36 Oleh karena itu kompetensi sikap harus
muncul dalam tindakan nyata peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, maka pencapaian kompetensi sikap tersebut harus
dinilai oleh guru secara berkesinambungan dengan menggunakan
instrumen tertentu.
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui
beberapa teknik, diantaranya adalah observasi, penilaian diri,
penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik
dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian
diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik.
2) Penilaian kompetensi pengetahuan adalah penilaian yang
dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau
35
Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013. (Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2013). h. 104.
36
Ridwan Abdullah Sani, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016) h. 131.
30

penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi


ingatan, atau hafalan, pemahaman, penerapan, atau aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam kurikulum 2013 kompetensi
pengetahuan menjadi kompetensi inti 3 (KI-3) kompetensi
pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar.37
Dapat dijelaskan bahwa kompetensi pengetahuan menjadi capaian
pokok dalam penilaian hasil belajar peserta didik, dan pendidik
sering memberikan ukuran nilai lebih besar dari kompetensi lain
dalam proses pembelajaran.
Instrumen yang digunakan pendidik dalam menilai
kompetensi pengetahuan yaitu: melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Instrumen tes tertulis dapat berupa soal, pilihan ganda,
isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
Untuk instrumen uraian tentu saja harus dilengkapi dengan
petunjuk penskoran. Instrumen tes lisan dapat berupa daftar
pertanyaan yang akan ditanyakan pada saat pelaksanaan penilaian
berlangsung. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah
ataupun proyek yang dikerjakan baik secara individu maupun atau
kelompok sesuai dengan karakteristik proyek.
3) Penilaian kompetensi keterampilan. adalah penilaian yang
dilakukan guru, untuk mengukur tingkat pencapaian peserta didik
yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presesi, artikulasi, dan
naturalisasi, dalam kurikulum 2013 kompetensi keterampilan
menjadi kompetensi keterampilan menjadi kompetensi empat (KI-
4).38 Dapat dijelaskan juga kompetensi keterampilan sebagai
implikasi dari tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta
didik dan keterampilan itu sendiri menunjukan tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
37
Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013. (Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2013). h. 165.
38
Ibid.
31

Instrumen yang digunakan pendidik menilai kompetensi


keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian
portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Instrumen
penilaian harus memiliki beberapa persyaratan. Persyaratan yang
harus dipenuhi diantarnya substansi yang mempresentasikan
kompetensi yang dinilai, konstruksi yang memenuhi persyaratan
teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan,
penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.

5. Tujuan Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013

Nana Sudjana menyatakan bahwa tujuan penilaian hasil belajar


adalah untuk mendeskripsikan kecakapan belajar siswa, untuk
mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,
untuk menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan
perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan
pengajaran serta strategi pelaksanaannya, dan untuk memberikan
pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.39
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, tujuan penilaian hasil
belajar yaitu untuk menyeleksi siswa untuk mengetahui apakah siswa
itu ditolak atau diterima dalam proses seleksi, untuk mengetahui
kelemahan siswa dan penyebabnya, dengan jalan melakukan diagnosis
kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya, untuk menentukan
dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan; dan

39
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009) h. 4.
32

untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.40


Adapun tujuan hasil belajar berdasarkan pelaksana pendidikan,
antara lain:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau
dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan.
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk
menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran.
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
penilaian bertujuan untuk menilai hasil belajar siswa, mengetahui
kelebihan dan kelemahan siswa, mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran di sekolah, menentukan tindak lanjut penilaian,
mengetahui mutu pendidikan pada sekolah, sebagai umpan balik
dalam perbaikan program pembelajaran pada sekolah.

6. Fungsi Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013

Terdapat beberapa fungsi penilaian dalam sistem pendidikan


diantaranya adalah:
a. penilaian berfungsi selektif yaitu cara untuk menyeleksi atau
penilaian terhadap siswanya.
b. penilaian berfungsi diagnostik yaitu penilaian guna mengetahui
kelebihan dan kekurangan serta dapat diketahui sebab-sebab
kelemahan dan akan mudah diatasi.
c. penilaian berfungsi penempatan yaitu penilaian yang digunakan

40
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program
Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa Dan Praktisi Pendidikan. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2010) h. 18.
33

untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan serta bakat


dan minatnya.
d. penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan yaitu
penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana program
berhasil diterapkan.41
Dapat ditarik kesimpulan fungsi penilaian sangat berarti terhadap
proses pembelajaran dengan fungsi tersebut guru dapat mengetahui
batas kemampuan diantara semua siswanya.

7. Strategi Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013

Terdapat beberapa strategi penilaian hasil belajar diantaranya yaitu:


a. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, pemerintah dan/atau
lembaga mandiri.
b. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian autentik,
penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian sekolah, dan ujian nasional. (1)
penilaian autentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan, (2)
penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum
ulangan harian, (3) penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk
tiap akhir bab atau tema pelajaran, (4) ulangan harian dilakukan oleh
pendidik terintegrasi dengan proses pembelajaran dalam bentuk
ulangan atau penugasan, (5) ulangan tengah semester dan ulangan
akhir semester, dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan
pendidikan, (6) ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan
pendidikan pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas
VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5), dengan menggunakan
kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat kompetensi

41
uharsimi Arikunto. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara,2009)
h.18-19.
34

pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII
(tingkat 6) dilakukan melalui UN, (7) ujian mutu tingkat kompetensi
dilakukan dengan metode survey oleh pemerintah pada akhir kelas II
(tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI
(tingkat 5), (8) ujian sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, (9) ujian nasional
dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
c. Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik
sesuai dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
d. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:
Pertama menyusun kisi-kisi ujian, kedua mengembangkan (menulis,
menelaah, dan merevisi) instrumen, ketiga melaksanakan ujian,
keempat mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan
kelulusan peserta didik, kelima melaporkan dan memanfaatkan hasil
penilaian.
e. Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur
dalam prosedur operasi standar (POS).
f. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum
diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum
mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedial.
g. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan
dalam bentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada
orangtua dan pemerintah.42
Dalam penyusunan strategi penilaian, guru mampu
merencanakan pembelajaran dengan efektif sehingga penilaian yang di
laksanakan sesuai dengan pedoman yang digunakan saat ini.

42
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
66 Tahun 2013, h. 6.
35

8. Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar Kurikulum 2013

Menurut Kunandar, menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan


penilaian belajar peserta didik pertama, melakukan penetapan
indikator pencapaian belajar. Indikator merupakan indikasi pencapaian
yang menunjukan ketercapaiannya kompetensi dasar yang mengacu
pada materi pelajaran sesuai kompetensi. Kedua, pemetaan kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator, dan teknik penilaian. Penetapan
dilakukan untuk menentukan teknik penilaian yang akan digunakan
untuk mengukur pencapaian hasil belajar. Dan langkah selanjutnya,
yaitu menyusun instrumen. Instrumen digunakan untuk menghasilkan
informasi pencapaian hasil belajar peserta didik yang tepat, valid, dan
akurat.43

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian tentang implementasi


penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013 di Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta perlu memperhatikan langkah penilaian
untuk mengetahui arah dan tujuan pelaksanaan penilaian yang
dilakukan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
melaksanakan penilaian hasil belajar sebagai berikut:

a. Membuat rencana dan menentukan tujuan penilaian hasil belajar.


Rencana dan tujuan berkaitan dengan analisis kebutuhan. Analisis
kebutuhan digunakan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi

b. Membuat instrumen penilaian yang relevan. Instrumen digunakan


untuk mengukur kesesuaian materi pelajaran dengan kebutuhan
yang diinginkan.

c. Melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai dengan perencanaan


penilaian. Penilaian hasil belajar mencakup kompetensi sikap
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian

43
Kunandar, Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013. (Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2014). h. 93-95
36

hasil belajar dapat berupa tes (lisan, tertulis, dan pilihan ganda)
maupun non tes (penilaian, jurnal/catatan anekdot, unjuk kerja,
praktek lapangan dan observasi). Penilaian hasil belajar dilakukan
untuk mengetahui kompetensi yang telah dicapai peserta didik dan
tingkat pemahamannya.

d. Melakukan pengecekan pelaksanaan penilaian hasil belajar.


Pengecekan dilakukan untuk melihat kesesuaian pelaksanaan
penilaian dengan perencanaan agar tidak terjadi hal negatif dan
dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan penilaian hasil belajar.

e. Menganalisis adanya umpan balik dari peserta didik sebagai proses


pengumpulan data atau informasi.44

Dengan dilaksanakanya penilaian yang efektif sekolah mampu


mendapat informasi atau bentuk nilai yang valid yg dilakukan oleh
penilai, sehingga sekolah mampu mengolah nilai dan menginput ke
dalam rapor peserta didik.

9. Penilaian dalam Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi
dengan Kompetensi Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang
harus dicapai oleh peserta didik. Untuk mengetahui ketercapaian
KD, guru harus merumuskan sejumlah indikator sebagai acuan
penilaian dan sekolah juga harus menentukan ketuntasan belajar
minimal atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk
memutuskan seorang peserta didik sudah tuntas atau belum. KKM
menggambarkan mutu satuan pendidikan, oleh karena itu KKM
setiap tahun perlu dievaluasi dan diharapkan secara bertahap terjadi
peningkatan KKM.
Penilaian di dalam Kurikulum 2013 meliputi 4 kompetensi inti
(KI):

44
Ibid., h. 96
37

a. KI-1: kompetensi inti sikap spiritual. Teknik penilaian yang


digunakan untuk penilaian sikap spiritual adalah:
1) Observasi digunakan mengamati secara langsung keadaan
peserta didik agar memperoleh gambaran sikap spiritual
peserta didik yang lebih luas. Prinsip-prinsip dalam observasi:
pertama dilakukan dengan jelas dan terencana yang
mencakup indikator/aspek yang diamati, yang kedua
menentukan aspek yang diamati, yang ketiga menggunakan
pedoman observasi berupa daftar cek atau skala penilaian,
yang keempat pencatatan dilakukan selekas mungkin, dan
kelima kesimpulan dibuat setelah observasi selesai
dilaksanakan.
2) Penilaian diri memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai
dengan pengalaman dan yang dirasakan. Penilaian diri
membutuhkan adanya instrumen yang biasanya berupa
angket.
Kriteria penilaian diri dirumuskan secara sederhana,
jelas dan tidak bermakna ganda, bahasa yang lugas dan dapat
dipahami siswa, menggunakan format yang sederhana dan
mudah dipahami siswa, menunjukan kemampuan siswa
dalam situasi nyata/sebenarnya, bermakna/ mengarahkan
siswa untuk memahami kemampuannya, memuat indikator
yang menunjukan kemampuan yang akan diukur, memetakan
kemampuan siswa dari yang terendah sampai tertinggi.
Langkah-langkah penilaian diri: pertama menentukan
kompetensi atau aspek yang akan dinilai, kedua menentukan
kriteria penilaian yang digunakan, ketiga merumuskan format
penilaian, berupa pensekoran daftar tanda cek, atau skala
penilaian, keempat meminta siswa melakukan penilaian diri,
kelima guru mengkaji sampel hasil penilaian siswa secara
38

acak, keenam menyampaikan umpan balik kepada siswa


berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang
diambil.
3) Penilaian antar teman adalah penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan peserta didik lain dalam berbagai hal. Penilaian
antar teman biasanya membutuhkan instrumen penilaian yang
berupa angket. Sistem penilaian antar teman dapat dilakukan
dengan cara: masing-masing siswa diminta saling menilai
temannya, membentuk sebuah tim yang terdiri dari beberapa
siswa yang bertanggung jawab menilai keterampilan seluruh
siswa dalam kelas tersebut, masing-masing siswa diminta
menilai tiga atau empat temannya. Kriteria yang diperhatikan
dalam menyusun instrumen penilaian antar teman adalah:
pertama sesuai dengan kompetensi dan indikator yang akan
diukur, kedua indikator dapat dilakukan melalui pengamatan
siswa, ketiga kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana,
jelas dan tidak menimbulkan penafsiran yang bermakna
ganda, keempat menggunakan bahasa yang lugas dan mudah
dipahami siswa, kelima menggunakan format yang sederhana
dan mudah digunakan siswa, keenam indikator menunjukan
sikap siswa dalam situasi yang nyata dan sebenarnya dan
dapat diukur, ketujuh instrumen dapat mengukur target
kemampuan yang akan diukur, kedelapan memuat indikator
kunci atau esensial yang menunjukan penguasaan suatu
kompetensi, kesembilan mampu memetakan sikap siswa dari
yang terendah sampai yang tertinggi.
4) Penilaian jurnal adalah penilaian yang didasarkan pada
catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Kriteria penilaian jurnal:
39

mengukur capaian kompetensi sikap yang penting, sesuai


dengan kompetensi dasar dan indikator, menggunakan format
yang sederhana dan mudah diisi/digunakan, dapat dibuat
rekapitulasi tampilan sikap siswa secara kronologis,
memungkinkan untuk dilakukan pencatatan yang sistematis,
jelas dan komunikatif, format pencatatan memudahkan siswa
dalam pemaknaan terhadap tampilan sikap siswa, menuntun
guru untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa.
b. KI-2: kompetensi inti sikap sosial. Teknik penilaian yang
digunakan untuk penilaian sikap sosial sama dengan teknik
penilaian sikap spiritual.
c. KI-3: kompetensi inti pengetahuan. Teknik penilaian yang
digunakan untuk penilaian pengetahuan adalah dengan tes atau
ujian. Tes adalah penilaian yang digunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik, tes dibagi dua bagian: tes secara lisan
dan tes secara tulisan.
1) Lisan adalah bentuk tes yang pelaksanaannya dilakukan secara
langsung dengan cara berbicara atau wawancara tatap muka
secara langsung antara penguji dan yang diuji. Prinsip-prinsip
penilaian lisan yaitu tes lisan dibagi menjadi dua jenis yaitu tes
lisan bebas dan tes lisan berpedoman. Tes lisan bebas yaitu
guru tidak mempersiapkan daftar pertanyaan secara tertulis,
sedangkan tes lisan berpedoman adalah guru menggunakan
pedoman tertulis mengenai apa yang akan ditanyakan. Tes
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berbahasa, dan
hasil tes langsung dapat diketahui siswa.
2) Tulisan adalah bentuk tes yang dalam pelaksanaanya
menggunakan kertas dan tulisan sebagai alat bantu, baik untuk
soal maupun jawaban tes. Terdapat dua kategori tes tertulis
yaitu: Tes objektif adalah bentuk tes yang bersifat dan hanya
dipengaruhi oleh objek jawaban atau respon yang diberikan
40

oleh peserta tes. Serta tes subjektif adalah pensekorannya


dipengaruhi oleh pemberi skor.
d. KI-4: kompetensi inti keterampilan. Teknik penilaian yang
digunakan untuk penilaian pengetahuan adalah:
1) Penilaian kerja adalah penilaian yang digunakan untuk
mengamati kegiatan peserta didik dalam melaksanakan
sesuatu. Langkah-langkah untuk membuat penilaian kerja
adalah; mengidentifikasi langkah penting yang diperlukan
atau yang akan mempengaruhi hasil akhir yang baik,
menuliskan kemampuan perilaku spesifik yang penting untuk
menyelesaikan dan menghasilkan output yang terbaik,
memuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur,
mendefinisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang dapat diamati,
mengurutkan kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan urutan yang dapat diamati, periksa dan
bandingkan dengan kriteria kemampuan yang dibuat
sebelumnya oleh orang lain. Empat hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun standar penilaian kinerja
adalah: Pertama, validitas adalah keabsahan standar yang
sesuai dengan kompetensi yang dinilai, kedua kesepakatan
yaitu standar penilaian disepakati/disetujui oleh semua siswa
yang akan mendapat penilaian, ketiga realisitas berarti
standar penilaian bersifat realistis, dapat dicapai sesuai
dengan kemampuan siswa, keempat objektivitas yaitu standar
penilaian bersifat objektif, yaitu mampu mencerminkan
keadaan yang sebenarnya tanpa menambah atau mengurangi
kenyataan dan sulit untuk dipengaruhi oleh subjektivitas.
2) Portofolio adalah penilaian untuk kumpulan seluruh karya
peseta didik dalam bidang tertentu dan dalam kurun waktu
tertentu.
41

Prinsip dasar penilaian portofolio: Pertama prinsip


penilaian proses dan hasil. Proses belajar yaitu catatan
anekdot mengenai sikap siswa dalam belajar, antusias atau
tidak mengikuti pelajaran, kedua prinsip penilaian berkala
dan berkesinambungan. Menilai berkala misalnya setiap
selesai satu satuan mata pelajaran atau satu kompetensi
dasarkan ulangan. Sedangkan penilaian berkelanjutan yaitu
kontinuitas penilaian, baik penilaian hasil maupun penilaian
proses tidak boleh ada yang terputus. Tugas terstrukturpun
harus diberikan secara berkelanjutan, ketiga prinsip penilaian
yang adil yaitu dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan
individual, karena dua hal tersebut berkaitan dengan masalah
keadilan.
Pedoman penilaian portofolio meliputi: karya siswa
adalah benar-benar karya siswa itu sendiri, saling percaya
antara guru dan siswa, kerahasiaan bersama antara guru dan
siswa, Milik bersama antara siswa dan guru, kepuasan yaitu
hasil kerja portofolio berisi bukti dan keterangan yang
memberikan dorongan siswa untuk lebih meningkat diri,
kesesuaian adalah hasil kerja yang di kumpulkan sesuai
dengan kompetensi, penilaian proses dan hasil merupakan
proses belajar yang dinilai dan diperoleh dari catatan guru
yang tentang kinerja dan karya siswa, penilaian dan
pembelajaran yaitu sebagai diagnostik yang sangat berarti
bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan siswa.
3) Penilaian projek adalah penilaian yang harus diselesaikan
dalam periode atau waktu tertentu di luar kegiatan
pembelajaran di kelas. Perencanaan penilaian projek meliputi:
kemampuan pengolahan yaitu kemampuan siswa dalam
memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
penilaian serta penulisan laporan, relevansi yaitu kesesuaian
42

dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap


pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran, keaslian yaitu projek yang dilakukan siswa
harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan
kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap
projek siswa.
4) Penilaian produk adalah penilaian terhadap kemampuan
siswa membuat produk-produk tertentu. Aspek-aspek
penilaian produk: pertama tahap persiapan, meliputi:
penilaian kemampuan siswa dan merencanakan, menggali,
dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk, kedua
tahap pembuatan produk (proses), meliputi : penilaian
kemampuan siswa dalam menyeleksi dan menggunakan
bahan, alat dan teknik, ketiga tahap penilaian produk,
meliputi: penilaian produk yang dihasilkan siswa sesuai
kriteria yang ditetapkan.

C. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan tiga
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Bambang Suryadi (2014)
dalam penelitiannya yang berjudul “Kesiapan Guru-Guru Madrasah dalam
Mengimplementasikan Standar Penilaian Pendidikan untuk Kurikulum
2013 di Jakarta Selatan” Penelitian Bahrul Alam (2015) yang berjudul
“Implementasi Kebijakan Penilaian Autentik Kurikulum 2013 di SMA
Negeri 78 Jakarta”, dan Penelitian Walsuti Gina Wiranti (2015) yang
berjudul “Implementasi Penilaian Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013 di
SMP (Studi Kasus Penilaian Hasil Belajar di MTs Negeri Yogyakarta II)”
Ketiga penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan, persamaan
tersebut terdapat pada pengkajian topik yang sama tentang kurikulum
2013. Sedangkan perbedaannya terletak pada tiga penelitian sebelumnya
tidak hanya meneliti implementasi kurikulum 2013 tetapi juga
menganalisis bagaimana penerapan penilaian hasil belajar pada kurikulum
43

2013 terkhusus komponen pengembangan dan kesiapan gurunya. selain itu


lokasi penelitian, bidang studi, subjek serta hasil penelitian yang
disesuaikan dengan judul yang dibahas. Untuk lebih jelasnya persamaan
dan perbedaan penelitian ini dengan tiga penelitian tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Persamaan Bambang Bahrul Alam Walsuti Gina Penelitian ini


dan Suryadi Wiranti
Perbedaan

Topik Kesiapan guru Implementasi Implementasi Implementasi


Penelitian madrasah dalam Kebijakan Penilaian Hasil Penilaian hasil
mengimplementa penilaian autentik Belajar Dalam belajar pada
sikan standar kurikulum 2013 di Kurikulum 2013 kurikulum 2013
penilaian SMA Negeri 78 Di SMP (Studi
kurikulum 2013 Jakarta Kasus Penilaian
Hasil Belajar Di
MTs Negeri
Yogyakarta II
Jenis Deskriftif Kualitatif Kualitatif dengan Kualitatif
Penelitian pendekatan studi
kasus.

Instrumen Kuesioner Kuesioner, observasi, observasi,


Penelitian observasi, wawancara dan wawancara dan
wawancara, dokumentasi dokumentasi
dokumentasi

Lokasi Madrasah se- SMA Negeri MTs Negeri Madrasah


Penelitian Jakarta Selatan 78 Jakarta Yogyakarta II Aliyah
Pembangunan

Subyek/ 167 Guru yang Guru kelas X yang guru-guru di kelas Kepala sekolah,
Sampel Terdiri 15 guru mengajarkan mata VII wakil bidang
MI, 78 (guru pelajaran kurikulum dan
MTs, dan74 guru Sejarah guru mata
MA) pelajaran

Tujuan Mengetahui Mengetahui mengetahui Mengetahui


Penelitian kesiapan guru implementasi pelaksanaan kesiapan guru
Madrasah dalam penilaian autentikpenilaian hasil pada pelaksanaan
mengimplemen kurikulum 2013. penilaian hasil
44

tasikan standar belajar terhadapbelajar


penilaian kompetensi sikapkurikulum 2013
spiritual, sikapdan kendala guru
dalam
sosial, pengetahuan,
implementasinya
dan keterampilan
dan mengetahui
kendala yang
dihadapi guru dalam
melaksanakan
penilaian hasil
belajar

Hasil Kesiapan guru- Semua siswa (1) penilaian sikap Guru mampu
Penelitian guru madrasah memenuhi KKM yang dilakukan melaksanakan
dalam untuk kompetensi guru hanya berupa penilaian secara
implementasi pengetahuan dan pengamatan pada efektif yang
Kurikulum 2013 keterampilan perilaku menonjol, sesuai dengan
masih relatif sedangkan pada bukan pada pedoman
rendah aspek sikap frekuensi perilaku. penilaian
mendapat minimal Selain itu guru
B (baik) belum
menggunakan
lembar observasi
dalam melaporkan
pengamatan yang
telah dilakukan; (2)
pelaksanaan
penilaian
kompetensi
pengetahuan
terlaksana sesuai
dengan teknik
penilaian hasil
belajar dalam
kurikulum 2013;
(3) pelaksanaan
penilaian
kompetensi
keterampilan
masih belum
semuanya
dilakukan.
Penilaian yang
dilakukan oleh
beberapa guru
untuk keterampilan
diantaranya unjuk
kerja/praktek dan
observasi diskusi
45

kelompok.
Sedangkan untuk
portofolio serta
projek hanya
dilaksanakan oleh
beberapa guru.

D. Kerangka Berfikir
Kurikulum 2013 adalah bentuk penyempurnaan dari kurikulum
KBK dan KTSP. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi
ini difokuskan untuk melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas, berkompeten, berkarakter, dan berbudi pekerti luhur seperti
yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Tujuan Pendidikan Nasional.
Pada kurikulum 2013 penilaian ditekankan pada penilaian autentik
dan non-autentik. Penilaian autentik dan non-autentik mengukur sikap
spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan proses
pembelajaran dan hasil belajar. Pergeseran tersebut menuntut guru
memiliki kemampuan dalam melakukan penilaian secara kualitatif.
Melihat secara nyata (riil) kemampuan yang dimiliki peserta didik,
perkembangan dan pemahaman materi dalam proses pembelajaran. Guru
sebagai tenaga profesional harus memiliki kompetensi dengan kualifikasi
yang layak sebagai seorang guru. Kurang siapnya guru dalam menerapkan
kurikulum 2013 akan berdampak pada pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di
Madrasah Aliyah pembangunan, di lapangan guru belum terbiasa atau
membudaya dalam konsep Kurikulum 2013. Meskipun sudah mengikuti
pelatihan kurikulum 2013, namun dirasakan masih kurang cukup untuk
membiasakan Kurikulum 2013 ini. Guru mengeluh terutama pada saat
pelaksanaan proses penilaian. Guru merasa bahwa proses penilaian pada
kurikulum 2013 sangat rumit dan banyak menggunakan prosedur serta
membutuhkan banyak waktu dalam penerapannya. Guru bertanggung
jawab untuk membawa peserta didik menuju kematangan belajar tertentu
dalam meningkatkan keseimbangan antara kompetensi sikap spiriual dan
46

sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Penelitian dalam penilaian


hasil belajar ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
penilaian hasil belajar pada kompetensi sikap dan keterampilan yang
dilakukan guru, dan mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013
47

Kurikulum 2013 merupakan Tujuan pendidikan Nasional pasal


pengembangan dari KBK dan 3 UU sisdiknas NO. 20 Tahun
KTSP 2003

Berkarakter (mencangkup sikap spiritual, sikap


sosial, pengetahuan, dan keterampilan)

(1) Rendahnya pemahaman guru dalam membuat kisi-kisi soal dan


kegunaannya, (2) Guru masih merasa kesulitan dalam menganalisis instrumen
penilaian dan membuat pedoman penskoran atau rubrik soal uraian. (3) Masih
banyaknya guru yang belum terbiasa menggunakan beberapa teknik
penilaian, seperti portofolio dan proyek dalam melakukan penilaian
keterampilan. (4) Guru merasa kesulitan dalam mengelola waktu pelaksanaan
penilaian hasil belajar. (5) Rendahnya pemahaman guru akan panduan
penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dalam kurikulum
2013.(6)Belum optimalnya guru dalam penilaian autentik terhadap
keseluruhan peserta didik.

Perlu adanya penelitian tentang implementasi penilaian hasil belajar dalam


KI-1 dan KI-2 pada kurikulum 2013

Ditinjau dari (1) Pelaksanaan penilaian hasil belajar terhadap kompetensi


sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan pada
kurikulum 2013 (2) KendalaGambar
yang di hadapi guru dalam penerapan
penilaian dalam kurikulum 2013.

Gambar 2.2: kerangka Berfikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang menjadi objek penelitian adalah Madrasah Aliyah


Pembagunan 1 yang terletak di Jl. Ibnu Taimia IV komplek UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Pisangan, Ciputat timur, Tangerang Selatan. Adapun
waktu penelitian direncanakan mulai dari bulan Juli-Desember 2019
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian

Waktu Penelitian
No Kegiatan
Ag No De
Juli u Sept Okt v s
Observasi
1
pendahuluan
Pengesahan
2
proposal

3 Perbaikan bab 1, 2
dan 3
4 Penyusunan
instrumen penelitian
Penyerahan izin
5
penelitian

6 Pengumpulan data

Pengolahan data dan


7
analisis data
Penyusunan laporan
8
hasil penelitian

48
49

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam bentuk
deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk menjelaskan secara
deskripsi mengenai situasi, permasalahan, fenomena-fenomena, layanan
atau program yang ada, mengungkap dan memahami bagaimana
Implementasi Penilaian Hasil Belajar pada kurikulum 2013 di Madrasah
Aliyah Pembangunan.
Sugiyono mengartikan bahwa :
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) di mana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/ kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna daripada
generalisasi.45

Dalam penelitian ini peneliti berusaha memberikan pemahaman dari


sudut pandang responden, peneliti sendiri dan responden diharapkan alan
saling melengkapi dan mampu menjelaskan secara kompleks yang
diamatinya. Sesuai metode yang digunakan oleh peneliti, maka dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara,
observasi dan studi dokumen yang bertujuan untuk menggali data dan
informasi yang dibutuhkan peneliti secara komprehensif dan mendalam.
C. Sumber Data
Sumber data pada tahap awal memasuki lapangan di pilih dari
orang-orang yang memiliki power dan otoritas pada situasi sosial atau
objek yang diteliti, sehingga mampu “membukakan pintu” ke mana saja
peneliti akan melakukan pengumpulan data.46 Sesuai fokus penelitian
maka yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 9.
46
Ibid., h. 293
50

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti
dari hasil wawancara dan observasi terhadap kepala sekolah, Wakil
kepala sekolah bidang kurikulum, guru-guru.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau
dokumen yang berkaitan dengan penelitian, data-data ini diperoleh
dari berbagai tulisan atau informasi lainnya.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.47 Pengumpulan data adalah suatu proses untuk
memperoleh data dalam kegiatan penelitian. Ada beberapa teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Wawancara
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan wawancara. Wawancara merupakan proses interaksi
dengan orang lain, dan bagaimana mengolah pandangan yang mungkin
berbeda. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara.
yaitu:48
a. Wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman yang hanya memuat
garis besar yang akan ditanyakan.
b. Wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga menyerupai dokumen check-list.
Wawancara yang digunakan peneliti yaitu wawancara tidak
terstruktur dengan menggunakan pedoman yang hanya berisi garis
besar pertanyaan yang akan ditujukan kepada narasumber. Wawancara
juga digunakan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan
penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013 dan kendala yang
dialami guru dalam melaksanakan penilaian mencakup kompetensi

47
Ibid., h. 224.
48
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2013), h. 270. .
51

sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan


demikian sumber data yang akan diwawancarai adalah kepala sekolah,
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru-guru.

2. Observasi
Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut.49 Observasi digunakan untuk
memperoleh data tambahan setelah wawancara dilakukan. Dengan
metode observasi ini peneliti mengamati berbagai aktivitas dan
kegiatan yang sedang berlangsung di lapangan. Dengan demikian
fokus observasi ditujukan kepada lingkungan fisik dan lingkungan
sosial sekolah, serta sarana dan prasarana yang berkaitan dengan
implementasi penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013 selama
peneliti berada di lokasi penelitian. Observasi dilakukan dengan
menggunakan pedoman observasi yang akan dicantumkan pada kisi-
kisi instrumen.

3. Studi Dokumen
Dokumentasi ialah setiap proses pembuktian yang didasarkan atas
jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran,
atau arkeologis.50 Studi dokumen sangat diperlukan guna mendukung
berjalannya observasi dan tambahan objek temuan mengenai profil
Madrasah Aliyah Pembangunan, data guru, lembar pengamatan, data-
data/informasi, catatan lapangan, foto-foto kegiatan, sarana dan
prasarana serta hal-hal yang berkaitan dengan implementasi penilaian
hasil belajar dalam kurikulum 2013. Dokumen-dokumen tersebut
digunakan untuk melengkapi data peneliti sehingga dapat
menampilkan gambaran mengenai objek penelitian. Dengan demikian
untuk memperoleh dokumen tersebut dibutuhkan daftar checklist.

49
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 143.
50
Ibid., h. 175.
52

E. Kisi-Kisi Instrumen
Kisi-kisi instrumen digunakan untuk mempermudah penyusunan
instrumen penelitian, di dalam kisi-kisi instrumen terdapat dimensi dan
indikator dari variabel penelitian yang akan diuraikan dalam bentuk
pertanyaan dan pernyataan. Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan
dalam pengumpulan data sebagai berikut:
1. Pedoman Wawancara
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Implementasi Penilaian
Hasil Belajar Dalam Kurikulum 2013 di MA Pembangunan

No Aspek yang Dimensi Sumber Data


dikaji
1. Implementasi a. Perencanaan penilaian pada a. Kepala sekolah
Penilaian hasil kurikulum 2013 b. Wakil bidang
belajar pada 1) Sosialisasi penilaian kurikulum
kurikulum 2013 kurikulum 2013 c. Guru mata
2) Pelatihan guru pelajaran
3) Pembiayaan pendidikan
4) Sarana prasarana
b. Pelaksanaan penilaian
1) Pendekatan penilaian
2) Prinsip-prinsip penilaian
3) Lingkup penilaian (sikap,
pengetahuan dan keterampilan)
4) Teknik dan instrumen
penilaian
5) Strategi penilaian
c. Kendala guru dalam
pelaksanaan penilaian kurikulum
2013
Tabel 3.3 Kisi-kisi Pedoman Observasi

No Aspek yang Diamati Keadaan Keterangan

1 Lingkungan sosial

2 Sarana dan Prasarana


Pelaksanaan penilaian hasil
3
belajar
53

Tabel 3.4 Daftar Ceklis Studi Dokumen

Keterangan
No Dokumen Tidak
Ada
Ada
1 Sejarah dan profil sekolah
2 Visi dan misi sekolah
3 Struktur Organisasi
4 Dokumen tenaga pendidik dan kependidikan
5 Kalender pendidikan sekolah
6 Tata tertib sekolah
7 Data Sarana dan Prasarana sekolah
8 Pedoman pelaksanaan penilaian
9 Rancangan pelaksanaan penilaian
10 Hasil rapor
11 Lembar jurnal penilaian KI-1 dan KI-2
12 Lembar penilaian pengetahuan
13 Lembar penilaian keterampilan
14 Daftar hadir siswa
15 Daftar hasil penilaian siswa
16 Foto kegiatan pelaksanaan penilaian

F. Teknik Analisis Data


Analisis data yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengolah
data-data yang telah diperoleh peneliti melalui proses pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Langkah-langkah
dalam analisis data yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawancara
yang tinggi.51 Proses reduksi data dapat dilakukan dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari beberapa sumber yang berbeda, yaitu
dari pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Setelah data diperoleh,
dibaca dan dipahami, maka berikutnya yaitu mengadakan reduksi data.

51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011),
h. 249.
54

Langkah ini berkaitan dengan proses menyeleksi, memfokuskan dan


mentransformasikan data mentah yang telah diperoleh melalui
penelitian.

2. Penyajian Data
Setelah peneliti melakukan langkah reduksi data, langkah
selanjutnya ialah penyajian data di mana sekumpulan data atau
informasi yang memungkinkan peneliti dapat melakukan penarikan
kesimpulan. Adapun bentuk penyajian data berupa uraian singkat,
bagan atau hubungan antar kategori, namun yang paling sering
digunakan ialah dengan teks naratif yang menceritakan temuan
penelitian.52

3. Penarikan kesimpulan
Peneliti akan merumuskan hasil analisis data dalam bentuk
kualitatif deskriptif sebagai hasil akhir temuan penelitian dengan
penarikan kesimpulan atau proses verifikasi. Data yang sudah
terkumpul dari hasil pengamatan, wawancara dan studi dokumen yang
terkait dengan implementasi penilaian hasil belajar dalam kurikulum
2013 yang sedemikian banyak reduksi datanya akan dipilih mana yang
paling tepat untuk disajikan. Proses pemilihan data akan difokuskan
pada data yang mengarah pada pemecahan masalah, penemuan pada
saat penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
terkait dengan implementasi penilaian hasil belajar dalam kurikulum
2013 di Madrasah Aliyah Pembangunan.
G. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Lexy J. Moleong, keabsahan data merupakan konsep
penting yang diperbaharui dari konsep keshahihan (validitas) dan

52
Ibid.
55

keandalan (realibilitas) yang disesuaikan dengan pengetahuan, kriteria dan


paradigmanya sendiri.53
Adanya keabsahan data memberikan kesan bahwa dari segi
validitas dan realibilitas, bila tidak dilakukan dengan tepat dan benar serta
secara lebih hati-hati, ancaman terhadap hasil penelitian akan benar-benar
terjadi kenyataan.54 Maka dari itu, untuk melakukan keabsahan data harus
diteliti dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar tidak terjadi
ancaman terhadap hasil penelitian.
Ada tiga teknik yang dilakukan dalam pemeriksaan keabsahan
data, yaitu:55
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjang keikutsertaan dimana peneliti tinggal di lapangan
penelitian sampai pengumpulan data tercapai, jika dilakukan
perpanjang keikutsertaan maka akan memungkinkan peningkatan
kepercayaan data yang dikumpulkan, hal ini disebabkan karena:
a. Dapat lebih mudah mempelajari budaya di lapangan sehingga
peneliti dapat menguji kebenaran atau tidaknya informasi yang
dikumpulkan.
b. Dapat mendeteksi dan memperhitungkan penyimpangan yang
kemungkinan dapat mengotori atau merusak data.
c. Dapat membangun kepercayaan terhadap peneliti itu sendiri atau
pada subjek terhadap peneliti
2. Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti mencari interprestasi secara
konsisten dengan berbagai cara yang berkaitan dengan proses analisis
yang konstan atau tentatif. Tujuannya ialah untuk menemukan ciri-ciri
dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan yang berkaitan

53
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2017), h.321.
54
Ibid., h.323.
55
Ibid., h.326.
56

dengan persoalan atau issue dan kemudian memfokuskan diri pada


hal-hal tersebut secara terperinci.
3. Triangulasi Data
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang
digunakan ialah triangulasi dengan sumber, di mana prosesnya
membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif.56
Tujuan peneliti menggunakan teknik triangulasi adalah untuk
memastikan kebenaran dari data yang diperoleh dari satu pihak dengan
cara memperoleh data yang sama dari sumber yang berbeda, sehingga
peneliti dapat membandingkan informasi mengenai hal yang sama
yang diperoleh dari berbagai sumber sehingga tidak ada keraguan dari
data yang sudah diperoleh.

56
Lexy J. Moleong, Op. Cit., h. 327-331.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Pembangunan UIN


Jakarta

1. Sejarah Singkat Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta


Lahirnya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta berawal dari
keinginan akan adanya lembaga pendidikan Islam yang representatif
dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung
Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).
Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada
masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah. Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserah-
terimakan dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk
Madrasah Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tahun 1974, pertama kali Madrasah
Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58
orang, terdiri dari Kelas I: 43 orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7
orang. Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7
Januari 1974.Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai ‘Hari
Kelahiran’ Madrasah Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Tsanawiyah. Peserta didik angkatan pertama berjumlah 19 orang.
Bulan Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang,
bekerja sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.

57
58

Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,


sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan
dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas
Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah
Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas Tarbiyah
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai
Madrasah Pilot Proyek Percontohan (yakni madrasah dengan
kurikulum yang bermuatan pendidikan umum dan agama sehingga
lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum sederajat) oleh
Departemen Agama RI melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam
Depag RI Nomor: Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut,
kemudian diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji
coba pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi
Al-Quran Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Matematika
telah diujicobakan sampai dengan tahun 1985.
Mulai tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang
pembinaan dan pengelolaan Madrasah Pembangunan dilimpahkan
kepada Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengembanan sebagai
'Madrasah Laboratorium' dilaksanakan bersama-sama dengan Fakultas
Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun Pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka
tingkat Aliyah. Peserta didik yang diterima pertama kali sebanyak 32
orang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. setelah empat tahun
berjalan, berkenaan dengan kebijakan pemerintah dalam hal
pendidikan (khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran
1995/1996 MA Pembangunan tidak menerima pendaftaran peserta
didik baru lagi. Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang peserta didik
terakhir lulus dari MA Pembangunan IAIN Jakarta.
59

Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta


menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
sejak tahun 2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti
perubahan nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Tahun Pelajaran 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat,
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat
Aliyah. Jumlah peserta didik pertama yang diterima adalah 47 peserta
didik terbagi dalam 2 rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan,
akhir tahun 2009 Madrasah Aliyah Pembangunan UIN JakartaUIN
Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade A kategori Memuaskan,
sama dengan perolehan akreditasi MI dan MTs.
Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar
Nasional (MSN) di lingkungan Kantor Wilayah Departemen Agama
Provinsi DKI Jakarta dengan SK Nomor:
Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008 dan Madrasah Aliyah pun telah
diverifikasi MSN pada 25 Desember 2010. Tahun 2011 Kepala
Kanwil Kemenag DKI Jakarta kembali mengukuhkan status MSN
melalui Surat Keputusan Nomor: Kw.09.4/1/HK.005/2293/2011.
Pada tahun pelajaran 2010/2011 telah dimulai rintisan program
bilingual di tingkat Tsanawiyah yang secara intens dievaluasi dan
disempurnakan. Pada aspek manajemen Madrasah Pembangunan UIN
mengimplementasikan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan telah
memperoleh sertifikat ISO 9001 : 2008 No. QSC: 00863 untuk
pelayanan pendidikan pada seluruh satuan pendidikan.57

57
Hasil dokumentasi sekolah periode 2018-2023
60

2. Visi Misi Sekolah


a. Visi Sekolah
Menjadi lembaga pendidikan dasar dan menengah yang
unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan, dan
keindonesiaan, dengan mengapresiasi potensi peserta didik serta
perkembangan era global.
b. Misi Sekolah
1) Menyelenggarakan pendidikan dasar dan menengah yang
akan melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta
memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komparatif;
2) Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terbentuk
keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan
perkembangan jasmani peserta didik serta dapat melahirkan
lulusan yang cerdas, kuat dan sehat;
3) Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada
pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif
terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak
pada kepribadian Indonesia;
4) Melakukan pembinaan tenaga pendidik sebagai tenaga
profesional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan
mengajar, kepribadian pedagogis serta komunikasi global
yang dijiwai akhlak mulia;
5) Melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang profesional
yang menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos
kerja yang tinggi, serta kepribadian yang Islami;
6) Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas
belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-
luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai
pusat pembelajaran;
61

7) Melakukan pembinaan kemandirian dan team work melalui


berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.58

3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan


Berikut adalah data tenaga pendidik dan kependidikan di
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta:
Tabel 4.1
Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan59
NO Keterangan Jumlah
1 Pendidik PNS 26
2 Tenaga kependidikan PNS 11
3 Pendidik Honor 0
4 Tenaga kependidikan Honor 1

4. Data Peserta Didik


Adapun data peserta didik Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta sebagai berikut:
Tabel 4.2
Data Peserta Didik60
Kelas Jurusan Jumlah Rombel
Kelas X IPS 60 2
MIPA 62 2
Kelas XI IPS 46 2
MIPA 31 2
Kelas XII IPS 53 2
MIPA 56 2
JUMLAH 308 12

58
Ibid.
59
Ibid.
60
Ibid.
62

5. Struktur Organisasi Sekolah

Gambar 4.1: Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Pembangunan


UIN Jakarta

B. Deskripsi dan Analisis Data


1. Implementasi Penilaian Hasil Belajar pada Kurikulum 2013 di
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta dipercaya menjadi


School of Project atau proyek sekolah kurikulum 2013 sejak tahun
pelajaran 2013/2014. Ketika memasuki tahun pelajaran 2014/2015
khususnya di semester ganjil, tiba-tiba pemerintah memberhentikan
kurikulum 2013 bagi sekolah yang baru menerapkan satu semester.
Meski pun kurikulum 2013 diberhentikan bagi sekolah yang baru
menerapkan kurikulum 2013, Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakarta tetap menerapkan kurikulum 2013 sebagai sekolah
percontohan kurikulum 2013 dikarenakan Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak
awal ditetapkannya kebijakan dari Kementerian Agama.
63

Penerapan kurikulum 2013 pada saat itu belum merata sehingga


masih terdapat sekolah di seluruh indonesia yang belum menerapkan
kurikulum 2013 ini. Kurikulum yang berbasis karakter ini mempunyai
tiga aspek yang dinilai mulai dari aspek sikap, aspek pengetahuan dan
aspek keterampilan. Meski pun sekolah di perkotaan sudah
menerapkannya namun bisa di katakan belum maksimal dalam
implementasinya mulai dari penentuan kompetensi dasar sampai
penilaian dalam kurikulum 2013 yang rumit, namun di samping itu
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN JakartaUIN Jakarta sudah
mengupayakan kebijakan ini hingga sampai tahun 2019 sudah mampu
melaksanakannya dengan baik.
Pak Zaka selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah menjelaskan
bahwa:
Pada tahun pelajaran 2014/2015 atau tahun kedua Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta menerapkan kurikulum 2013,
diawali dengan BIMTEK atau pelatihan guru Madrasah Aliyah
pembangunan UIN Jakarta yang diadakan oleh pihak yayasan
maupun kementerian dan melibatkan seluruh satuan pendidikan
yang ada di Madrasah. Namun hanya beberapa guru saja yang di
ikutsertakan dalam pelatihan ini. Sekitar 83% dari 30 guru belum
memperoleh pelatihan mengenai kurikulum 2013. Adapun guru
yang menjadi prioritas pelatihan kurikulum 2013 hanya guru mata
pelajaran Agama, Bahasa Indonesia, dan Sejarah, adapun untuk
guru sejarah semua guru sudah mendapatkan pelatihan dari
pemerintah. Selain itu, ketiga mata pelajaran ini saja yang
mendapatkan buku pegangan guru dan siswa yang berbentuk
hardcopy.61
Adapun sebelum membahas mengenai pelaksanaan penilaian
dalam kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah pembangunan, ada
beberapa hal yang perlu diketahui :
a. Sosialisasi Penilaian Hasil Belajar pada Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 atau biasa dikenal dengan K13 atau Kurtilas
mulai disosialisasikan kepada para stakeholder Pendidikan sejak

61
Hasil Wawancara dengan Bapak Zakaria, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Senin, 9 Desember 2019 pukul 10.35 WIB di Ruang Kepala
Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
64

pertengahan tahun 2013. Sejak diberlakukan hingga saat ini,


banyak penyempurnaan yang dilakukan, perbaikan serta
penyempurnaan yang dilakukan berdasarkan pengamatan, masukan,
pengalaman dan pendampingan penerapan kurikulum 2013 di
lapangan. Sosialisasi kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta tadi diberlakukan saat kebijakan baru
ini diturunkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan yang
diturunkan lewat kementerian agama yang pada saat itu Madarasah
Aliyah pembangunan menjadi salah satu Madarasah percontohan
bagi sekolah-sekolah yang dinaungi kementerian agama.
Menurut kepala sekolah, Madarasah Aliyah Pembangunan
selalu mengikuti aturan atau kebijakan yang diberlakukan. Hal ini
dikuatkan kembali oleh pemaparan wakil kepala sekolah bidang
kurikulum dalam sebuah wawancara yaitu, sejak awal
diberlakukannya kurikulum 2013 sebagai sebuah institusi di bawah
kementerian, pihak sekolah telah mengikuti aturan-aturan
kurikulum yang ditentukan khususnya dalam menerapkan
kurikulum 2013 saat proses belajar mengajar. Dimulai dari
perubahan-perubahan dalam empat standar yang signifikan dan
berfokus pada sekolah dan guru, yaitu; standar isi, standar SKL,
standar proses, dan standar penilaian.
Dari keempat standar tersebut tentunya dibutuhkan
persiapan-persiapan untuk menunjang kelancaran ketika
menerapkan kurikulum baru. Pertama, diadakannya workshop atau
pelatihan dan sebagainya untuk guru-guru yang mengacu pada
kurikulum 2013. Kedua, membuat dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan kurikulum 2013, dari mulai peraturan, pedoman
sampai format penilaiannya. Penilaian yang diberlakukan
mencakup tiga aspek, yakni: aspek penilaian sikap, penilaian
pengetahuan, dan penilaian keterampilan. Saat guru sudah
mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dan telah siap
65

mengimplementasikannya, pihak sekolah bersedia membantu


mempersiapkan administrasi yang dibutuhkan oleh guru.62
Namun, dalam perjalanannya hingga saat ini, kurikulum
banyak mengalami perubahan terutama dalam penilaian hasil
belajar peserta didik. Penerapan kurikulum itu sendiri telah
diberlakukan sejak awal tahun ajaran baru di mulai. Tidak
dilakukan di tengah-tengah pembelajaran, melainkan dilaksanakan
secara bertahap mulai dari tingkat bawah kelas sepuluh hingga
tingkat paling atas kelas dua belas.
Dari pendapat di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sudah siap dalam
menjalankan aturan kementerian dengan hasil kajian yang
mendalam. Terkhusus dalam mengimplementasikan kurikulum
2013 yang sudah berjalan kurang lebih tujuh tahun.
b. Pelatihan Guru
Dalam persiapan pelaksanaan kurikulum 2013 guru
diwajibkan untuk mengikuti pelatihan, guna keberlangsungan
kegiatan belajar mengajar yang efektif dan meningkatkan
kompetensi guru dalam pengembangan materi. Terlebih kurikulum
yang diberlakukan ini baru dan pelaksanaan pembelajaranya
menggunakan pendekatan saintifik. Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta selalu mengikutsertakan guru-guru
dalam pelatihan kurikulum 2013, secara umum banyak keluhan
yang terjadi di lapangan mengenai pelatihan guru yang hanya
beberapa hari saja. Namun permasalahan yang di alami oleh guru-
guru madrasah Aliyah adalah masih canggung dan belum
terbiasanya dengan kurikulum 2013 ini. Hal tersebut disampaikan
oleh Pak Wafa selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum,

62
Hasil Wawancara dengan Bapak Wafa, Wakil Kepala Bidang Kurikulum Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Selasa, 10 Desember 2019 pukul 13.00 WIB di
Ruang Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
66

Di awal diberlakukan kurikulum 2013 ini guru-guru sedikit


mengalami masalah atau bisa dikatakan kaget dengan adanya
kurikulum terbaru ini. Dengan sistem penilaian yang berbasis
Autentik dan menyeluruh, sebelumnya mungkin ada penilaian yang
tidak menilai kognitifnya saja melainkan yang sekarang lebih
dominan ke aspek tersebut. Di awal penerapannya masih terasa
canggung dan kaget namun seiring berjalannya waktu pada
prosesnya guru mulai terbiasa dan mampu sesuai dengan tagihan
dari standar penilaian kurikulum 2013 itu sendiri.63
Pelaksanaan pelatihan kurikulum 2013 untuk guru-guru
Madrasah Aliyah sudah cukup, dan pelaksanaannya pun tidak
hanya berada di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta saja,
namun seringkali diikutsertakan di lembaga pendidikan yang
memang memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk
pelatihan itu sendiri. Seperti kementerian agama, atau di sekolah
MAN 4 kadang di Bogor, pertemuan khusus mengenai kurikulum
pokoknya semua lini kita sertakan guru dan tenaga kependidikan
dalam pelatihan tersebut.64
Berikut adalah materi-materi yang diberikan kepada guru-
guru Dalam pelatihan kurikulum 2013:

NO MATERI
01. Kebijakan kurikulum 2013
02. Perubahan mindset guru
03. Matrikulasi kurikulum 2006 dengan kurikulum 2013
04 Analisis kompetensi inti/ kompetensi dasar
05. Prosedur penilaian kurikulum 2013

63
Ibid.
64
Hasil Wawancara dengan Bapak Zakaria, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Senin, 9 Desember 2019 pukul 10.35 WIB di Ruang Kepala
Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
67

06. Pramuka dan kepramukaan K 13


07. Pengembangan RPP dan implementasi pembelajaran
08. Strategi pendampingan

Adapun laporan hasil mengikuti pelatihan implementasi


kurikulum 2013 bagi guru yang diikuti oleh Pak Yayat pada awal
diberlakukannya kurikulum 2013 berdasarkan materi yang
disampaikan dalam pelatihan tersebut terdapat tindak lanjut yang
harus diimplementasikan di Madrasah Aliyah salah satunya dalam
kebijakan K13 dan pengembangan RPP itu sendiri. 65
Dengan
adanya pelatihan tersebut, pengajar tidak kesulitan dalam
memberi materi yang sesuai dengan kurikulum 2013. Dan juga
dalam sistem penilaian berdasarkan KD di setiap mata pelajaran
walaupun cukup dirasa rumit namun penilaian yang didapat
mampu menyeluruh mulai dari aspek sikap, pengetahuan sampai
keterampilan peserta didik.66

Dari keterangan di atas, kepala sekolah beserta wakakur


sangat memperhatikan sekali guru-guru yang harus mendapatkan
pelatihan, serta guru yang sangat antusias terhadap kebijakan yang
sedang berjalan ini. Jika tidak dibiasakan di awal dengan materi
kurikulum 2013, mungkin guru-guru Madrasah Aliyah saat ini
sangat sulit dalam membelajarkan peserta didik, dengan
diadakannya pelatihan guru, diharapkan ia mampu menjadi
fasilitator yang baik bagi dirinya khususnya peserta didik yang
dituntut aktif, kreatif dan inovatif. Karena guru adalah teladan
bagi muridnya.
c. Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan Pendidikan terutama dalam implementasi

65
Hasil Laporan Pelatihan kurikulum 2013 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
66
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah Akhlak
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 10.35
WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
68

kurikulum 2013 terdapat dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB)


yang sudah disediakan di setiap wilayah mengacu dari
pendampingan Implementasi kurikulum 2013 oleh Kementerian
Agama. Pembiayaan tersebut meliputi pelatihan guru dan MONEV
yang menggunakan dana dari APBN sementara pengadaan buku
kurikulum 2013 didanai melalui dana BOS.
Berdasarkan hasil observasi, anggaran Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta itu sendiri sifatnya pengajuan kepada
sub bagian keuangan Madrasah Pembangunan UIN Jakarta Pusat.
Kepala sekolah Madrasah Aliyah menjelaskan bahwa untuk
pembiayaan itu sendiri sudah disiapkan oleh pusat dalam RAK
(Rancangan Anggaran Kegiatan) setiap tahun ajaran dan sudah
ditentukan apabila tahun tersebut masih memerlukan anggaran
untuk kurikulum 2013 dalam pelatihan guru, pengadaan buku dan
yang lainnya. Sistem keuangan di lembaga ini sebagian besar
terpusat, semua anggaran bersifat pengajuan. Namun terkadang ada
anggaran yang dititipkan untuk pengembangan SDM dari
Madrasah Aliyah itu sendiri.67
Yang dimaksud oleh kepala sekolah di atas adalah biaya
untuk pengadaan buku, pelatihan dan sebagainya sudah di siapkan
oleh Yayasan namun tidak selalu bergantung ke pusat, ketika dari
Madrasah Aliyah memiliki dana untuk pengembangan SDM
disisipkan untuk keberlangsungan kegiatan belajar mengajar.

Berikut anggaran pelatihan K13 di sekolah Madrasah


Aliyah Pembangunan:68
Tabel 4.3 Anggaran Pelatiahan kurikulum 2013 di

67
Hasil Wawancara dengan Bapak Zakaria, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta., pada hari Senin, 9 Desember 2019 pukul 10.35 WIB di Ruang Kepala
Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
68
Hasil dokumentasi, di Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan, 2019
69

Madrasah Aliyah Pembangunan


Harga
No Komponen Yang Dibiayai Volume Jumlah
Satuan
1 Pembukaan dan Penutupan Kegiatan
a. Konsumsi pembukaan dan 80 org Rp. 15.000 Rp.1.200.000
penutupan (40org x 2)
b. Honor pengarah pembukaan dan 2 Org Rp. 100.000 Rp. 200.000
penutupan
2 ATK Penyelenggaraan
a. Peserta pelatihan (buku, penggaris, 30 Paket Rp. 10.000 Rp. 300.000
bolpoin, dll)
b. Operasional untuk 1 Keg Rp. 200.000 Rp. 200.000
penyelenggaraan pembelajaran
(bloknote, tinta printer, kertas hvs,
dll)
3 Honor
a. Panitia
- Ketua Pelaksana 1 Ob Rp. 432.000 Rp. 432.000
- Sekretaris 1 Ob Rp. 360.000 Rp. 360.000
- Bendahara 1 Ob Rp. 360.000 Rp. 360.000
- Tenaga ADM 1 Ob Rp. 360.000 Rp. 360.000
- Tenaga Pembantu Umum 1 Ob Rp. 360.000 Rp. 360.000
b. Tenaga Instruktur selama 36 36 Oj Rp. 50.000 Rp. 1.800.000
jampel (3 org)
4 Transport
a. Peserta pelatihan (30 org x 6 hr) 180 Ok Rp. 20.000 Rp. 3.600.000
b. Panitia (5 org x 6 hr) 30 Ob Rp. 20.000 Rp. 600.000
c. Tenaga instruktur (3 org x 6 hr) 18 Ok Rp. 20.000 Rp. 360.000
5 Bahan
a. Bahan ajar teori 3 modul x 30 org 90 Eks Rp. 5.000 Rp. 450.000
peserta pelatihan
b. Bahan praktik 30 peserta pelatihan 90 Paket Rp. 7.000 Rp. 630.000
x 3 paket
70

6 Konsumsi
a. Peserta pelatihan (30 org x 6 hr) 180 Ok Rp. 15.000 Rp. 2.700.000
b. Panitia (5 org x 6 hr) 30 Ok Rp. 15.000 Rp. 450.000
c. Tenaga instruktur (3 org x 6 hr) 18 Ok Rp. 15.000 Rp. 270.000
d. Rapat-rapat panitia (5 org x 2 10 Ok Rp. 5.000 Rp. 50.000
pertemuan)
TOTAL BIAYA

d. Sarana prasarana
Ketersediaan sarana prasarana sangat penting untuk
keberlangsungan proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di
luar kelas. Adapun standar sarana prasarana yang terlampir dalam
peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 2013: “Standar sarana dan
prasarana adalah kriteria mengenai ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi.”69
Berikut adalah hasil observasi sarana dan prasarana di
sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan:
Tabel 4.4 Hasil Observasi Sarana Prasarana

SARANA KEGIATAN
NO KET NO KET
PENDUKUNG EKSTRAKURIKULER
1. Mesjid/Mushola  1. Pramuka 
2. Perpustakaan  2. Palang Merah -
3. Lapangan Olah Raga  3. Pengajian Siswa/Lembaga -
Dakwah Siswa
4. Alat-alat Kesenian  4. Buletin/Majalah Sekolah -
5. Alat-alat  5. Seni Musik 
Keterampilan
6. Laboratorium M-IPA  6. Seni Lukis/Kaligrafi 

Salinan Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan


69

Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun2015 tentang Standar Nasional Pendidikan, h.3
71

7. Laboratorium  7. Olah Raga (Termasuk Bela 


Komputer Diri)

Berdasarkan tabel observasi di atas, sekolah ini memiliki


sarana prasarana seperti perpustakan, ruang belajar yang
dilengkapi proyektor dan papan tulis terpisah atau fasilitas untuk
menunjang kegiatan ekstrakurikuler yakni lapangan futsal,
laboratorium bahasa, komputer, dan MIPA. Adapun hasil
dokumentasi akan di sertakan dalam lampiran70.

Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta


menyampaikan bahwa, lembaga ini sangat menunjang dalam
kelengkapan sarana dan prasarananya. Sebab sekolah ini
tergolong sekolah dengan ekonomi menengah ke atas dan
semuanya harus terfasilitasi sebagai penunjang pendidikan dan
keberlangsungan pembelajaran, khususnya dalam menjalankan
kurikulum 2013. Dan menurutnya, guru profesional ialah guru
yang dapat menggunakan sarana dan prasarana secara efektif.71

Salah satu guru mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah


tersebut juga mengungkapkan bahwa sarana prasarana di sekolah
ini sudah sangat baik. Dengan kelengkapan itu, proses belajar
mengajarnya menjadi lebih efektif. Tidak hanya itu, dalam segi
perawatannya juga sangat baik, jika ada alat yang rusak pihak
sekolah segera memperbaikinya.72 Sarana prasarana menjadi salah
satu penunjang kegiatan pembelajaran terkhusus tuntutan
kurikulum yang di mana peserta didik harus proaktif dan kreatif.

70
Observasi, di Madrasah Aliyah Pembangunan, 03 Desember 2019
71
Hasil Wawancara dengan Bapak Zakaria, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakartaa, pada hari Senin, 9 Desember 2019 pukul 10.35 WIB di Ruang Kepala
Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
72
Hasil Wawancara dengan Ibu Isma, Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Kamis, 12 Desember 2019 pukul 09:00 WIB di
Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
72

Kesimpulannya, sarana dan prasarana di Madrasah Aliyah


Pembangunan UIN Jakarta sudah memadai. Dengan fasilitas yang
lengkap siswa lebih mudah untuk belajar meskipun kelengkapan
sarana dan prasarana hanya menjadi alternatif bagi seorang guru
dalam mengajar, bukan semata-mata menjadi inti dari sumber
belajar, melainkan mampu meningkatkan kreatifitas guru dalam
mengemas sebuah materi sehingga murid dapat menangkap ilmu
yang disalurkan oleh guru berkompeten tersebut dengan cepat.
Dari sebuah pembelajaran yang efektif melahirkan hasil belajar
yang maksimal bagi siswanya.

2. Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar di Madrasah Aliyah


Pembangunan
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta menjadi sekolah percontohan
terutama dalam pengimplementasian kurikulum 2013. Sampai saat ini,
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta mampu melaksanakan
kurikulum dengan sangat baik dan tidak banyak kendala yang
dirasakan oleh guru, terlebih guru-guru yang mengajar di sekolah ini
tergolong muda. Penilaian yang dilaksanakan sudah sesuai dengan
pedoman yang diberlakukan. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di
sekolah ini mencapai angka 75 pada setiap mata pelajaran.
a. Pendekatan penilaian
Dalam penilaian hasil belajar peserta didik, terdapat tiga
pendekatan penilaian yang digunakan sebagaimana yang terlampir
dalam pedoman penilaian sekolah menengah ke atas, “Penilaian
perlu dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu penilaian atas
pembelajaran (assessment of learning), penilaian untuk
pembelajaran (assessment for learning), dan penilaian sebagai
pembelajaran (assessment as learning)”73

73
Pedoman Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah Menengah
Atas, Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, hal. 5.
73

Dilihat dari pengamatan langsung pada saat proses belajar


mengajar, guru-guru di Madarasah Aliyah Pembangunan tidak
menggunakan tiga pendekatan penilaian secara bersamaan
melainkan salah satu pendekatan saja. Seperti penuturan yang
disampaikan oleh Pak Denden selaku guru matematika, beliau
hanya menggunakan pendekatan penilaian sebagai pembelajaran.
Selain menilai sejauh mana kinerja siswa dalam belajar, siswa pun
dilihat dari hasil belajarnya. Contoh pengamatan dalam menilai
tugas harian siswa, apakah sudah mampu mencapai kompetensi
yang diinginkan. Jika belum, siswa akan diberikan remedial
sebagai perbaikan, namun apabila siswa sudah tuntas dan mencapai
KKM berarti sudah tercapai juga kompetensi yang diinginkan.74
Berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh Pak Yayat
selaku guru fiqih yaitu menjadikan pendekatan penilaian untuk
pembelajaran. Beliau menyebutkan bahwa proses pendekatan
penilaian itu sendiri adalah untuk pembelajaran. Semisal dalam
penilaian aspek pengetahuan lewat teknik tes tulisan dalam
penugasan harian, PTS, PAS. Penentuan penilaian berdasarkan KD
untuk bobot penilaian mencapai untuk PH 60%. PTS 20%, dan
PAS 20% total 100% untuk pengetahuan. Dari sanalah siswa dapat
mengetahui ketercapaian kompetensi yang dimiliki.75
Dari kedua pendekatan yang dilakukan oleh guru-guru di atas,
bisa dijelaskan sejatinya setiap guru memiliki pendekatanya
masing-masing dalam penilaian, yang terpenting bagi seorang guru
bagaimana menjadikan penilaian menjadi dasar untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan peserta didik dalam menyerap dan
memahami materi yang telah di berikan oleh guru.

74
Hasil Wawancara dengan Bapak Denden, Guru Mata Pelajaran Matematika Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 09.30 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
75
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah Akhlak
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 10.35
WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
74

b. Prinsip-Prinsip Penilaian
Dalam melakukan penilaian hasil belajar agar dapat diterima
oleh semua pihak, baik yang dinilai, yang menilai, maupun pihak
lain yang akan menggunakan hasil penilaian, maka kegiatan
penilaian harus merujuk kepada prinsip-prinsip penilaian.
Menurut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, “Penilaian hasil
belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip yaitu: sahih, objektif, adil, terpadu,
terbuka, menyeluruh, sistematis, beracuan, akuntabel.”76
Penelitian yang ditemukan di sekolah Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta mengenai prinsip penilaian hasil
belajar sudah berjalan dengan efektif karena sekolah tersebut telah
melaksanakannya sesuai dengan pedoman dan aturan yang
diberlakukan. Melainkan guru-guru tidak menjadikan prinsip
penilaian yang menyeluruh sebagai beban dalam pembelajaran
yang menyita waktu untuk menilai secara holistik terhadap
peserta didiknya.
Selain prinsip penilaian yang menyeluruh adapun prinsip
penilaian objektif. Keobjektifan nilai dapat diukur pada saat guru
memberikan nilai berdasarkan hasil yang sebenarnya tidak
dipengaruhi unsur kesubjektifitasan. Hal yang sama dilakukan
oleh guru Fiqih, Pak Yayat menjelaskan, “Penilaian secara
objektif artinya kita melakukan penilaian dengan terukur sesuai
ukuran yang tepat dan rubrik yang telah ditentukan. Dalam rubrik
tersebut, kita berikan skala 1-4 dan aspek yang dinilai mulai dari
bagaimana ia persentasi, cara penyampaiannya dan sebagainya.
Maka itu menjadi bagian objektifitas dari penilaian itu sendiri.”77
dan terdapat hal yang unik dilakukan oleh guru geografi, ia

76
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan, Pasal 5.
77
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah Akhlak
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 10.35
WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
75

mempunyai cara tersendiri untuk menilai secara objektif dan


dibuktikan dengan studi kasus yang dijelaskan oleh Ibu Tri;

Keobjektifan guru terhadap siswa, saya akan


berikan apresiasi kepada siswa yang jujur dibanding nilai
tinggi tapi hasil menyontek. Jika ada dari siswa yang belum
mampu mendapatkan nilai yang standar, itu akan kembali
kepada saya selaku guru untuk ajang evaluasi. Sering saya
sampaikan coba tanyakan hati kamu, kamu bangga
mendapat nilai yang tinggi tapi hasil ketidak jujuran atau
dapat nilai rendah tapi hasil usahamu sendiri? Itu juga salah
satu pembentukan karakter siswa yang di mana ia mampu
menghargai jerih payah ia sendiri. Keobjektifan penilaian
mampu di lihat dari keaktifan siswa lalu kooperatif dalam
proses pembelajaran.78
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
prinsip penilaian bisa dijadikan acuan untuk proses penilaian yang
efektif dan terukur. Seluruh penilaian yang dilakukan oleh guru
pada setiap mata pelajaran tidak terlepas dari prinsip-prinsip
penilaian tersebut karena dengan menerapkan prinsip tersebut
nilai siswa mampu dipertanggungjawabkan.
c. Ruang lingkup, Teknik dan Instrumen Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi
penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Cakupan
penilaian tersebut merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan
proses. Dalam penelitian yang ditemukan terdapat teknik-teknik
dan instrumen yang digunakan oleh guru dalam menilai peserta
didik. Madrasah Aliyah ini dalam penerapannya sudah
menggunakan peraturan yang terbaru dari kementerian, dan sudah
menyesuaikan dengan pedoman yang diberlakukan. Hal serupa
disampaikan oleh wakil bidang kurikulum, yakni teknik dan

78
Hasil Wawancara dengan Ibu Tri, Guru Mata Pelajaran Geografi Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Jumat, 13 Desember 2019 pukul 13.20 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
76

instrumen penilaian yang digunakan menyesuaikan panduan dari


kementerian, khususnya KEMENDIKBUD. Empat dimensi yang
telah di sebutkan tadi yaitu KI-1 sikap spiritual, KI-2 sikap sosial,
KI-3 pengetahuan, dan KI-4 keterampilan. Semuanya
menyesuaikan dari panduan yang diberlakukan.79

1) Aspek Sikap

Dalam kurikulum 2013, aspek sikap atau (afektif) masuk


sebagai kompetensi inti sikap spiritual (KI 1) dan sikap sosial
(KI 2). Penilaian Kompetensi sikap dilakukan untuk
mengukur tingkat pencapaian peserta didik dari aspek
menerima dan memperhatikan, merespon, menanggapi,
menilai dan menghargai dan lain sebagainya. Dalam
kurikulum 2013 kompetensi sikap, baik sikap spiritual
maupun sosial tidak diajarkan dalam proses pembelajaran,
artinya kompetensi sikap baik sikap spiritual maupun sosial
tidak dijabarkan dalam materi atau pun konsep pembelajaran.
Dalam pelaksanaan penilaian kompetensi sikap di
Madrasah Aliyah Pembangunan. Guru menilai kompetensi
sikap dengan berbagai teknik penilaian seperti teknik
observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik, dan
jurnal. Dipertegas dengan pendapat salah satu guru
Matematika yaitu “Untuk KI-1 dan KI-2 bentuk penilaiannya
sepaket biasanya, yaitu indirec teaching atau penilaian tidak
langsung, jadi seorang guru mengamati seorang siswa dalam
aspek spritual dan sosial. Penilaian di sini bisa menggunakan
beberapa sumber seperti guru, penilaian antar teman dan

79
Hasil Wawancara dengan Bapak Wafa, Wakil Kepala bidang kurikulum Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Selasa, 10 Desember 2019 pukul 13.00 WIB di
Ruang Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
77

penilaian diri, jadi seorang siswa mampu menilai dirinya


bahkan teman sejawatnya”80. Berikut lembar penilaian sikap:

Tabel 4.5
Lembar Penilaian Sikap81
Nama Satuan Pendidikan : MA Pembangunan UIN Jakarta
Tahun pelajaran : 2019-2020
Kelas/semester :
Mata Pelajaran :

Kejadian/ Butir Pos/ Tindak


No Waktu Nama
perilaku sikap neg lanjut
01
02
03

Dalam lembar penilaian tersebut, guru mampu


menilai siswa berdasarkan perilaku atau kejadian, serta
menindak lanjuti hasil penilaian dari setiap siswa yang
dinilai. Adapun Teknik-teknik dan instrumen penilaiannya:

a) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang
dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indra, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan lembar observasi.
Adapun instrumen atau lembar penilaian observasi
yang terdapat di RPP sebagai berikut:

Tabel 4.6
Instrumen Penilaian Observasi82
Keterangan:

80
Hasil Wawancara dengan Bapak Denden, Guru Mata Pelajaran Matematika Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 09.30 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
81
Hasil Dokumentasi, di Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan, 1 Juli 2019
82
Ibid,
78

Spiritual Sosial Total


No Nama Mensyukuri Jujur Kerjasama Harga Diri
1
2
3
1. Sikap Spiritual
Indikator sikap spiritual “mensyukuri”:
a. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran.
b. Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi
sesuai agama yang dianut.
c. Saling menghormati dan toleransi.
d. Memelihara hubungan baik dengan sesama teman.
Rubrik pemberian skor:
4 = Jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.
3 = Jika siswa melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut.
2 = Jika siswa melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut.
1 = Jika siswa melakukan salah satu dari empat
kegiatan tersebut.
2. Sikap sosial
a. jujur
Indikator sikap sosial “jujur”
- Tidak bohong
- Mengembalikan kepada yang berhak bila
menemukan sesuatu
- Tidak nyontek dan tidak plagiarisme
- Terus terang
Rubrik pemberian skor:
4 = Jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.
3 = Jika siswa melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut.
2 = Jika siswa melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut.
1 = Jika siswa melakukan salah satu dari empat
kegiatan tersebut.
79

b. Kerja sama
Indikator sikap sosial “kerja sama”
- Peduli kepada sesama
- Saling membantu dalam hal kebaikan
- Saling menghargai/toleran
- Ramah dengan sesama
Rubrik pemberian skor:
4 = Jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.
3 = Jika siswa melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut.
2 = Jika siswa melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut.
1 = Jika siswa melakukan salah satu dari empat
kegiatan tersebut.
c. Harga Diri
Indikator sikap sosial “harga diri”
- Tidak suka dengan dominasi asing
- Bersikap sopan untuk menegur bagi mereka yang
mengejek
- Cinta produk negeri sendiri
- Menghargai dan menjaga karya-karya sekolah dan
masyarakat sendiri.
Rubrik pemberian skor:
4 = Jika siswa melakukan 4 (empat) kegiatan tersebut.
3 = Jika siswa melakukan 3 (tiga) kegiatan tersebut.
2 = Jika siswa melakukan 2 (dua) kegiatan tersebut.
1 = Jika siswa melakukan salah satu dari empat
kegiatan tersebut.
Adapun dalam pelaksanaan penilaian observasi di
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, Menurut
Ibu Tri, “Teknik yang saya gunakan adalah penilaian
observasi juga pengamatan terhadap siswa, dalam
penilaian jurnal juga dilaksanakan dengan baik mulai
80

dari mencatat hal yang kurang baik dan sebaliknya dari


peserta didik”83
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun
2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
Penilaian observasi bisa dilakukan dengan melihat
sikap dan perilaku keseharian peserta didik direkam
melalui pengamatan dengan menggunakan format
yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati,
baik yang terkait dengan mata pelajaran maupun
secara umum.84 Oleh karena itu dalam pelaksanaan
penilaian observasi di Madrasah Aliyah Pembangunan
UIN Jakarta sudah baik, karena berdasarkan
pengamatan berdasarkan kedisiplinan siswa, namun
masih terdapat kekurangan yaitu guru tidak selalu
membawa lembar penilaian karena dalam aspek
penilaian observasi tidak hanya di dalam kelas saja
melainkan juga di luar kelas.

b) Penilaian Diri
Teknik penilaian diri merupakan penilaian yang
dilakukan dengan meminta peserta didik untuk menilai
kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Adapun dalam
pelaksanaannya di Madrasah Aliyah Pembangunan,
penilaian diri dilakukan berdasarkan sikap yang di

83
Hasil Wawancara dengan Ibu Tri, Guru Mata Pelajaran Geografi Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari jumat, 13 Desember 2019 pukul 13.20 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
84
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. h.3
81

miliki oleh masing-masing peserta didik, sehingga ia


mampu mengukur dirinya sejauh mana kompetensi
dalam aspek sikap selama pembelajaran. Jadi, selain
teknik observasi dan jurnal juga dilakukan teknik
penilaian diri. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Isma
“Dalam teknik penilaian sikap selain menggunakan
lembar catatan/jurnal, saya juga melakukan penilaian
diri dan antar teman”85

Tabel 4.7
Lembar penilaian diri86
Nama : ____
Kelas/semester: ____

No Pernyataan Ya Tidak
Saya berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran
1
dimulai
Saya merapihkan dan membersihkan meja dan
2
lembar sebelum diminta pembelajaran
Saya aktif dalam bertanya saat pembelajaran
3
dengan sopan
Saya mengusulkan ide atau jawaban dari
4 pertanyaan saat pembelajaran atau saat diskusi
kelompok
5 Saya mengerjakan tugas individu dengan sendiri
Saya membantu teman saya jika sulit dalam
6
belajar
7 Saya menertawakan pendapat teman

Berdasarkan pengamatan langsung, lembar


penilaian di atas dibagikan kepada setiap murid agar
guru dapat melakukan penilaian.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

85
Hasil Wawancara dengan Ibu Isma, Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Kamis, 12 Desember 2019 pukul 09.00 WIB di
Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
86
Hasil Dokumentasi, di Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan, 1 Juli 2019.
82

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun


2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
Untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik
menilai diri terlalu tinggi dan subjektif, penilaian diri
dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Untuk itu penilaian diri oleh peserta didik di kelas
perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut, pertama menjelaskan kepada peserta didik
tujuan penilaian diri, kedua menentukan kompetensi
yang akan dinilai, ketiga menentukan kriteria penilaian
yang akan digunakan, dan keempat merumuskan
format penilaian, dapat berupa daftar tanda cek, atau
skala penilaian.87
Oleh karena itu dari berbagai hasil penelitian
dalam pelaksanaan penilaian diri di Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta membuktikan bahwa sudah
mampu diterapkan dengan baik oleh para guru yang
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, di
mana peserta didik, sudah mengukur dirinya
berdasarkan kompetensi yang dimilikinya

c) Penilaian Antar Peserta Didik


Teknik penilaian antar peserta didik merupakan
penilaian yang dilakukan dengan meminta peserta
didik untuk saling menilai teman-temannya. Adapun
dalam pelaksanaannya penilaian ini tidak jauh berbeda
dengan penilaian diri, penilaian berdasarkan pada
perilaku teman sejawatnya dalam pembelajaran di

87
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, h.3
83

kelas.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun
2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
Penilaian teman sebaya atau antar peserta didik
merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk saling menilai terkait dengan
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan
berupa lembar pengamatan antar peserta didik.
Penilaian teman sebaya dilakukan oleh peserta didik
terhadap 3 (tiga) teman sekelas atau sebaliknya.88
Adapun contoh lembar penilaian antar peserta didik
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Lembar Penilaian Antar Peserta Didik89
Nama teman : _____
Nama penilai : _____
Kelas : _____

Teman 1 Teman 2
No Pernyataan/Indikator Pengamatan
Ya Tidak Ya Tidak
Teman saya selalu berdoa sebelum
1
melakukan aktivitas
Teman saya tidak mengganggu teman
2
yang lain saat pembelajaran
Teman saya mengajukan pertanyaan
3
dengan waktu
Teman saya mengerjakan tugas dengan
4
tepat waktu
Teman saya menjawab pertanyaan yang
5
diajukan teman lain
Teman saya menertawakan pendapat
6
teman yang aneh
Teman saya tidak menyontek dalam
7
mengerjakan ujian/ulangan

88
Ibid, h. 4.
89
Hasil Dokumentasi, di sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan, 1 Juli 2019
84

Teman saya tidak melakukan plagiat


8
dalam mengerjakan setiap tugas

Dari hasil pengamatan di Madrasah Aliyah


Pembangunan, peserta didik lebih banyak menilai
perilaku yang menonjol saja dari temannya. Hal serupa
dijelaskan oleh beberapa guru di sekolah tersebut. Dari
hasil penelitian di atas pelaksanaan penilaian antar
teman sudah efektif dibuktikan dengan lembar
pengamatan atau jurnal yang dibuat sekolah sesuai
dengan peraturan pemerintah yang ditetapkan.
d) Jurnal
Jurnal merupakan merupakan penilaian catatan guru
untuk menilai sikap dan perilaku siswa berdasarkan
pengamatan guru. Adapaun dalam pelaksanaanya di
Madrasah Aliyah UIN Jakarta, penilaian dengan
menggunakan jurnal juga dilakukan berdasarkan
kehadiran dan kedisiplinan peserta didik. Untuk
instrumen atau lembar penilaian jurnalnya pun guru
tidak membuatnya. Lembar penilaian jurnal sudah
terdapat pada pedoman penilaian yang diberlakukan.
Teknik penilaian sikap yang digunakan adalah
penilaian pengamatan terhadap siswa melalui jurnal,
yang di dalamnya terdapat penilaian diri, dan penilaian
antar teman yang dijadikan subjektifitas
pembanding.”90
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan

90
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah Akhlak
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 10.35
WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
85

Dasar dan Pendidikan Menengah, jurnal merupakan


kumpulan rekaman catatan guru dan/atau tenaga
kependidikan di lingkungan sekolah tentang sikap dan
perilaku positif atau negatif, selama dan di luar proses
pembelajaran mata pelajaran.91 Berdasarkan peraturan
tersebut, pelaksanaan penilaian jurnal di Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sudah cukup baik,
karena berdasarkan pengamatan sikap dan juga
kehadiran peserta didik. Namun masih terdapat
kekurangan yaitu, guru tidak cukup memiliki banyak
waktu untuk menilai pengamatan setiap kejadian yaitu
harus mencatat perilaku siswa baik maupun yang
kurang baik.
2) Aspek Pengetahuan
Dalam aspek pengetahuan atau kognitif, penilaian
dilaksanakan dengan beberapa instrumen yang di gunakan
mulai dari tes tertulis, tes lisan dan penugasan. Dari aspek ini
sudah jelas untuk mengukur kompetensi pengetahuan yang
dimiliki oleh peserta didik. Di Madrasah Aliyah
Pembangunan, guru menggunakan instrumen yang berbeda
seperti yang digunakan oleh guru fiqih yaitu “Dalam
pelaksanaan pengetahuan yang menggunakan teknik tes
tertulis, tes lisan, dan penugasan. Seperti penugasan saya
memberikan tugas kepada anak anak untuk melakukan
analisis suatu masalah. Ketika saya mengadakan tes lisan
saya berikan beberapa soal permasalahan, setelah selesai di

91
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. h. 5
86

jawab secara lisan.”92 setiap guru sangat inovatif dalam


menyajikan soal baik tes tertulis maupun tes lisan.
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam
penilaian aspek pengetahuan, teknik yang digunakan hanya
salah satunya saja, baik itu tes tertulis, tes lisan maupun
penugasan. Berikut ini contoh bentuk teknik dan instrumen
aspek pengetahuan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN
Jakartayang tercantum di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
a) Tes Tertulis
Dalam pelaksanaan teknik tes tertulis di Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta bahwa teknik tes
tertulis merupakan teknik yang paling banyak digunakan
untuk mengukur kompetensi pengetahuan siswa. Tes
tertulis meliputi penilaian harian yang dilaksanakan
akhir pelajaran, penilaian tengah semester dan penilaian
akhir semester, termasuk penilaian tes tertulis yang
soalnya berbentuk essay dan pilihan ganda. Seperti yang
disampaikan guru matematika yaitu, “teknik yang saya
gunakan adalah tes tulis bukan tes lisan untuk menilai
KD pada aspek penilaian pengetahuan, dalam penugasan
harian bentuk solanya essay namun untuk penilaian
tengah semester dan akhir semester itu bentuk soalnya
ada essay dan pilihan ganda.”93 Adapun contoh
instrumen kisi-kisi tes tertulis yang mencangkup
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator
sebagai berikut:

92
Hasil wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah Akhlak
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 10.35
WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
93
Hasil wawancara dengan Bapak Denden, Guru Mata Pelajaran Matematika Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 09.30 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
87

Tabel 4.9 kisi-kisi tes tertulis94


Mata Pelajaran : Matematika (wajib)
Kelas/semester : X MIA & IIS / Ganjil
Kurikulum : Nasional 2013
Bentuk Soal : Pilihan Ganda
No Kompetensi Kompetensi TB Materi Indikator TB Nomor
Inti Dasar Soal Soal
1 3 3.1 C3 Persamaan dan 1) Disajikan
Memahami, Menginterpretasi Pertidaksamaan bentuk
menerapkan, persamaan dan Linear satu operasi nilai
menganalisis pertidaksamaan variabel yang mutlak
pengetahuan nilai mutlak dari memuat nilai bentuk [a-b],
faktual, bentuk linear mutlak peserta didik
konseptual, satu variabel dapat
procedural dengan menentukan
berdasarkan persamaan linear penyelesaian
rasa ingin satu variabel nilai mutlak
tahunya dengan dengan tepat.
tentang ilmu persamaan dan
C2 1
pengetahuan, pertidaksamaan
teknologi, linear Aljabar
seni, budaya, lainnya.
dan
humaniora
dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan,
dan
peradaban

94
Hasil dokumentasi, di sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan, 09 November 2017
88

terkait
penyebab
fenomena
2) Disajikan
bentuk
persamaan
linear satu
variabel yang
mengandung
perkalian
dengan C2 2
sebuah
konstanta,
peserta didik
dapat
menentukan
penyelesaian
dengan tepat.
3) Disajikan
bentuk
persamaan
linear satu
variabel yang
mengandung
C2 3
perkalian
dengan
bilangan
pecahan,
peserta didik
dapat
89

menentukan
penyelesaian
dengan tepat.
4) Disajikan
soal cerita
mengenai
persamaan
linear dua
variabel,
C3 4
peserta didik
dapat
menentukan
solusi dari
permasalahan
dengan tepat.
5) Disajikan
bentuk |ax +
b| = c,
peserta didik
dapat
menentukan C2 5
himpunan
penyelesaian
persamaan
tersebut
dengan tepat.

b) Tes lisan
Teknik tes lisan merupakan teknik yang juga dapat
mengukur kompetensi pengetahuan peserta didik selain
90

tes tertulis. Pak Yayat mengungkapkan, “tes lisan


digunakan sebagai teknik perbaikan penilaian siswa
untuk tes tertulis, terkadang digunakan untuk mengukur
kompetensi pengetahuan.”95
Berdasarkan penjelasan di atas, teknik tes lisan di
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta digunakan
untuk mengukur kompetensi pengetahuan dan perbaikan
penilaian (remedial) apabila dalam hal kompetensi
pengetahuan dan keterampilan belum memenuhi
Kiriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan.
c) Penugasan
Penugasan juga merupakan teknik yang dapat
mengukur kompetensi pengetahuan peserta didik selain
tes tertulis dan juga tes lisan. Dalam hal teknik
penugasan ini beberapa guru lebih banyak memberikan
tugas untuk membuat makalah atau paper kepada siswa.
Seperti hal nya Ibu Tri selaku guru geografi menjelaskan
dalam wawancara yakni, “teknik yang saya gunakan
adalah tes tulis, dan non tes (penugasan) yang dimasukan
ke dalam bisnis file dan tergabung dengan KI-4”96
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014
Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, di mana
penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.

95
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah Akhlak
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 10.35
WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
96
Hasil Wawancara dengan Ibu Tri, Guru Mata Pelajaran Geografi Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Jumat, 13 Desember 2019 pukul 13.20 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
91

Dari penjelasan di atas teknik penugasan di


Madrasah Aliyah Pembangunan, sudah terlaksana
dengan baik. Namun masih terdapat sedikit kekurangan
yaitu tidak terdapatnya instrumen dalam teknik penilaian
penugasan.
3) Aspek Keterampilan
Kompetensi keterampilan sebagai implikasi dari
tercapainya kompetensi pengetahuan dari peserta didik dan
keterampilan itu sendiri menunjukan tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Instrumen yang digunakan pendidik menilai kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan
penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar
cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta melaksanakan
penilaian keterampilan dengan teknik yang bermacam-
macam, namun lebih sering menggunakan teknik unjuk kerja
yang di mana siswa diminta membuat kelompok lalu diberi
tugas, jadi mereka berlomba-lomba dalam rumpun gotong
royong, kerjasama. Sebagaimana yang ditagihkan dalam
panduan penilaian.97
Berdasarkan observasi langsung di Madrasah Aliyah
Pembangunan, guru fiqih mengadakan ujian praktik pada
Ujian Tengah Semester, yakni praktik sholat. Adapun
penilaian portofolio dan produk yang digunakan oleh guru
geografi yaitu membuat sebuah hasil karya dari hasil
kelompok siswa sebagaimana di jelaskan, “Pelaksanaan yang

97
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah Akhlak
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 10.35
WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
92

saya lakukan pada keterampilan ini harus berprogres, dengan


portofolio yang ada menjadikan penilaian jadi sederhana.
Semisal saya memberikan tugas mengenai flora dan fauna di
dunia silahkan kalian print out beserta peta indonesia dan
juga karakter dari setiap wilayah, dalam tugas itu di
satupadukan ke dalam portofolio yang dibuat.”98 Dari hasil
studi dokumentasi yang saya lakukan terdapat beberapa hasil
karya peserta didik terdapat dalam lampiran.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakartapada aspek keterampilan,
penulis menyimpulkan bahwa guru belum terbiasa
melaksanakan penilaian keterampilan ini dengan baik dan
juga belum menggunakan instrumen yang tersedia secara
maksimal.

3. Strategi Penilaian
Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian autentik,
penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi, ujian sekolah, dan ujian nasional. Strategi
penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta mengikuti panduan penilaian dan aturan
yang di tetapkan oleh pemerintah. Ketika mengacu dalam dua hal
tersebut penilaian yang dilaksanakan akan berjalan efektif dengan
menyesuaikan kompetensi guru dalam kurikulum 2013. Hal ini di
pertegas oleh guru matematika yang menjelaskan, “dengan
menyesuaikan pembelajaran dan pedoman, guru sudah mampu
merancang KD yang baik sehingga kegiatan pembelajaran dan

98
Hasil Wawancara dengan Ibu Tri, Guru Mata Pelajaran Gegrafi Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Jumat, 13 Desember 2019 pukul 13.20 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
93

penilaian berjalan efektif. Karena dengan mengacu kepada pedoman


penilaian siswa juga mampu mencapai kompetensi yang diinginkan.”99
Adapun strategi penilaian dalam mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) di sekolah ini, yaitu dengan nilai 75 dari setiap mata
pelajaran. Sesuai yang disampikan oleh Pak Yayat sebagai guru Fiqih
“Dalam mata pelajaran fiqih sama yaitu 75, dengan melaksanakan
remedial teaching dan remedial test bisa menjadi salah satu upaya
dalam membantu siswa untuk mencapai nilai KKM yang berlaku.”100
Usaha guru dalam mencapai KKM bisa dimaksimalkan dengan
remedial teaching seperti apa yang di paparkan di atas, apabila
terdapat siswa yang tidak mencapai KKM yang di tentukan maka
siswa tersebut di minta untuk melaksanakan remedial atau jam
tambahan. Namun Pak Yayat sebagai guru Fiqih memiliki metode
yang unik beliau menggunakan model pembelajaran multidimensional,
yang di mana ia menangani dua posisi siswa yang berbeda, satu belum
tuntas dalam pemahaman materi dan yang satunya sudah mencapai
pemahaman materi yang diajarkan, sehingga pada siklus kesekian
kedua siswa tersebut akan berada dalam satu capaian materi yang
sama.
Selain itu Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memiliki
sistem akses online khususnya untuk menginput nilai yang disebut
dengan Sistem Informasi Akademik (SIMAK) di sekolah. Dengan
SIMAK, guru menjadi lebih mudah dalam menginput nilai dan juga
orang tua peserta didik mampu mengakses sistem ini kapan pun, dan
di mana pun. Adapun contoh halaman depan dari SIMAK yang

99
Hasil Wawancara dengan Bapak Denden, Guru Mata Pelajaran Matematika Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul 09.30 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
100
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah
Akhlak Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul
10.35 WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
94

dimiliki Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta sebagai


berikut.101

Gambar 4.2: Halaman Sistem Informasi Akademik MA Pembangunan


UIN Jakarta

Dapat disimpulkan dari penyampaian di atas beserta hasil


pengamatan langsung yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah
Pembangunan, pengimplementasian penilaian sekolah tersebut telah
mengacu kepada pedoman penilaian dan aturan pemerintah yang sudah
ditetapkan dan sudah menggunakan sistem untuk menginput nilai
siswa yang sangat memudahkan guru-guru dan para siswa dalam
mengaksesnya. Bisa dikatakan strategi penilaian hasil belajar yang
digunakan oleh Madrasah ini berjalan dengan efektif.

4. Kendala Guru dalam Pelaksanaan Penilaian Kurikulum 2013


Di dalam setiap program baru, hendaknya terlepas dari kelebihan
dan kekurangan program itu sendiri. Terlebih dalam pelaksanaan
seperti program penilaian kurikulum 2013 ini masih dirasa memiliki
kendala, mulai dari persiapanya, pelaksanaannya, bahkan sampai
pelaporan dari penilaian K13 itu sendiri. Madrasah Aliyah

101
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, “Sistem Informasi Manajemen
Akademik”, diakses dari https://ma-mpuin.simakonline.com/ pada 3 Juli 2020, pukul 09.55 WIB
95

Pembangunan UIN Jakartayang sudah menerapkan kurikulum 2013


beserta aspek penilaianya dari awal tahun 2014 sampai saat ini banyak
mengalami dinamika dan perkembangan yang cukup besar. Dari
persiapan guru dalam hal administratif sampai pihak sekolah yang
selalu mengembangkan guru dalam pelatihan, semua itu dilakukan
demi keberhasilan pelaksanaan penilaian pada kurikulum 2013.102
Adapun permasalahan yang cukup signifkan di lapangan
mengenai kompetensi inti 4, yaitu pada aspek keterampilan, dipertegas
oleh wakil bidang kurikulum yakni “Dari ke-empat KI tersebut dalam
implementasinya yang belum maksimal terdapat pada KI-4 yaitu
keterampilan, namun selalu diupayakan agar dalam penilaian ini
mampu dilaksanakan seperti pada penilaian yang lainnya dengan
menyeluruh secara objektif.”103 Di samping itu, penilaian kompetensi
inti lainnya pun memiliki kendalanya masing-masing, jika di uraikan
sebagai berikut:
a. Kendala pada Kompetensi Sikap
Dalam kompetensi sikap ini, guru melakukan penilaian
dengan lebih banyak mencatat perilaku yang menonjol dari
peserta didik diantaranya perilaku baik maupun perilaku yang
kurang baik. Dipertegas dengan kesaksian dari Ibu Tri selaku guru
geografi di Madrasah Aliyah Pembangunan, beliau
mengungkapkan, “Dalam menilai jurnal tidak selamanya kita
membawa catatan, dan siswa di sekolah ini juga tidak sedikit,
namun pada saat memegang catatan kita akan nilai pada saat itu
juga.”104 Berbeda permasalahan yang dialami oleh Pak Yayat

102
Hasil Wawancara dengan Bapak Zakaria, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Senin, 9 Desember 2019 pukul 10.35 WIB di Ruang Kepala
Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
103
Hasil Wawancara dengan Bapak Wafa, Wakil Kepala Bidang Kurikulum Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Selasa, 10 Desember 2019 pukul 13.00 WIB di
Ruang Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
104
Hasil Wawancara dengan Ibu Tri, Guru Mata Pelajaran Geografi Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari jumat, 13 Desember 2019 pukul 13.20 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
96

selaku guru fiqih, beliau memaparkan kendala yang dialami


bahwa, sekolah belum memiliki sistem yang kira-kira bisa
menyesuaikan mulai dari aspek sikap yang deskriptif, kemudian
di kurikulum 2013 ini belum menemukan keselarasan bagaimana
kemudian membandingkan antara sikap, pengetahuan, dan
keterampilan supaya kemudian bisa menjadi satu kekuatan. Dalam
catatannya semua aspek tersebut harus tercapai atau lulus.
Maksudnya, belum ada perangkat yang bisa diformulasikan,
sehingga bisa menjadi satu kesatuan dalam penilaian.105
Dari kedua pendapat di atas sudah jelas dalam penilaian sikap
pada praktiknya masih menemui beberapa kendala mulai dari
keterbatasan waktu guru dalam menilai siswa di luar pelajaran, di
kelas, sampai kepada keselarasan sikap dengan aspek yang
lainnya sehingga menjadikan penilaian sikap yang efektif dan
terarah kepada hakikat penilaian itu sendiri. Namun di Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta itu sendiri, guru-guru selalu
mengupayakan yang terbaik untuk siswanya terutama dalam
penilaian.
b. Kendala pada Aspek Pengetahuan
Dalam aspek ini, kendala yang dialami kebanyakan dari
peserta didik itu sendiri, karena untuk mencapai nilai yang
maksimun peserta didik harus mampu menguasai materi yang
diajarkan oleh gurunya. Dengan keberagaman pemahaman dan
daya tangkap dari masing-masing peserta didik menjadikan tugas
bagi seorang guru untuk memberikan formula atau pembelajaran
yang menyenangkan bagi peserta didik. Di samping itu, guru-guru
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta memiliki kendala
yang hampir sama yaitu mengupayakan seluruh siswanya

105
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah
Akhlak Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul
10.35 WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
97

mencapai KKM yang sudah ditentukan. Seperti yang disampaikan


oleh guru fiqih yaitu,
Adapun kendalanya, terlepas dari kondisi anak apa
mungkin mereka tidak sempat belajar atau memang belum
sepenuhnya paham akan materi, kendalanya memang ada
yang belum tuntas adapun yang sudah. Yang sudah tuntas
kita kembangkan dengan pengayaan yang belum kita
adakan untuk remedial. Atau bisa dibilang kemampuan
peserta didik tidak sama dan juga beragam, metode yang
yang kita sajikan mudah-mudahan bisa mengakomodir
semuanya.”106
Adapun penjelasan yang disampaikan oleh Ibu Isma selaku
guru Bahasa Inggris yakni “Kendala dalam aspek ini, karena ini
bahasa Inggris, tidak semua siswa mampu menguasai bahasa
Inggris, apalagi ketika mereka di minta mengemukakan pendapat
sehingga nilai remedialnya lumayan banyak, mungkin di situ
kendala yang ada.”107
Dari hasil penelitian di atas bisa disimpulkan bahwa dalam
pelaksanaan penilaian pada aspek pengetahuan untuk mencapai
KKM, jika terdapat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM
maka guru wajib mengadakan remedial.
c. Kendala pada Aspek Keterampilan
Dalam penilaian pada aspek keterampilan yang telah
disebutkan kendalanya yaitu, belum terbiasanya guru-guru dalam
menggunakan instrumen ini sehingga penilaian yang dilaksanakan
belum bisa maksimal. Dan itu terjadi pada salah satu guru fiqih, ia
menjelaskan bahwa kendala yang dialami karena dengan
banyaknya persentasi dalam rumpun kerjasama, mereka sudah
bekerjasama hanya saja menentukan semua nilai yang di dapat
sama itu sulit, karena tidak semuanya bekerja dalam pekerjaan
yang sama ada yang persentasi, ada yang hanya memberikan ide.
106
Ibid.
107
Hasil Wawancara dengan Ibu Isma, Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Kamis, 12 Desember 2019 pukul 09.00 WIB di
Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
98

Namun pada akhirnya guru harus memberikan nilai yang objektif


juga dari subjektifitas itu sendiri. Yang kedua, rubrik dalam
penilaian yang kurang tepat dalam menilai keterampilan itu
sendiri. 108
Adapun menurut para guru sumber masalah yang di alami
terdapat pada siswa itu sendiri seperti yang diungkapkan oleh Ibu
Tri selaku guru geografi yaitu, “Kendala terdapat pada siswa yang
mana jika mengerjakan dan mengumpulkan soal selalu last minute,
sehingga tugasnya menumpuk. Mungkin manajemen waktu siswa
yang harus diperbaiki. Karena kita sering mengingatkan di awal
penugasan.”109 Karena dalam aspek keterampilan ini guru sering
memberikan tugas saat akan libur panjang sekolah, mungkin
karena murid-murid terlalu asik berlibur sehingga lupa akan
tugasnya. Oleh karena itu dalam aspek ini masih harus banyak
evaluasi dan pengembangan guna keefektifan dalam menilai
keterampilan peserta didik.

5. Upaya Kepala Sekolah untuk Mengatasi Permasalahan dalam


Pelaksanaan Penilaian Kurikulum 2013
Saat menerapkan sebuah program baru, pasti ada kekurangan
dan kelebihannya, dan hal itu merupakan suatu kewajaran. Namun
tetap harus ada upaya untuk menanggulangi atau bahkan mengatasi
permasalahan itu. Upaya yang dilakukan kepala sekolah Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan dalam pelaksanaan penilaian kurikulum 2013 tersebut
agar pengimplementasian K 13 ini dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan peraturan yang ada ialah: pertama, membangun
jaringan atau relasi, salah satunya membekali guru dengan pelatihan

108
Hasil Wawancara dengan Bapak Yayat, Guru Mata Pelajaran Fiqih dan Aqidah
Akhlak Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Rabu, 11 Desember 2019 pukul
10.35 WIB di Ruang Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
109
Hasil Wawancara dengan Ibu Tri, Guru Mata Pelajaran Geografi Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Jumat, 13 Desember 2019 pukul 13.20 WIB di Ruang
Administrasi Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.
99

kurikulum 2013 terutama dalam pelaksanaan penilaiannya. Dengan


diadakannya pelatihan, mengadakan supervisi, kemudian sharing
dengan kepala sekolah dan lembaga pendidikan yang lainnya dan
mendatangkan narasumber, diharapkan guru dapat berpartisipasi
secara aktif dalam kegiatan tersebut. Tidak hanya itu, kepala sekolah
juga mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan pelatihan
mengenai regulasi dan kebijakan kurikulum 2013. Harapannya, kepala
sekolah mampu menjadi mutu terhadap peserta didik dalam
pendidikan dan mampu memastikan kurikulum yang diterapkan di
sekolah tersebut telah dipahami dan dapat dijalankan dengan baik oleh
guru-guru.
Kedua, untuk mengontrol berjalannya pelaksanaan penilaian
kurikulum 2013 serta memberikan solusi dari setiap permasalahan,
kepala sekolah mengadakan briefing di setiap minggunya dan diskusi
untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi dan dikaji
lebih mendalam agar dapat menemukan solusi terbaik. Bahkan
seringkali kepala sekolah memberikan masukan juga komentar
terhadap laporan yang didapat. Semisal hambatan itu terjadi oleh guru
semisal guru yang masih melakukan pengajaran dengan metode
konvensional atau mengalami kesulitan saat melaksanakan evaluasi
atau penilaian-penilaian dalam pembelajaran kurikulum 2013, ia
panggil guru tersebut lalu diajak berdiskusi dan diberikan pandangan
juga masukan. Lebih kepada mengajak diskusi dengan guru.
Komunikasi dan pendekatan menurutnya adalah nomor satu. Karena
fungsi umum dari hubungan masyarakat adalah menjalin hubungan
positif agar citra organisasi atau instansi tetap baik di mata publik.
Dan kunci kesuksesan dari proses hubungan masyarakat salah satunya
ditunjang oleh adanya komunikasi yang baik.110

110
Hasil Wawancara dengan Bapak Zakaria, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
Pembangunan UIN Jakarta , pada hari Senin, 09 Desember 2019 pukul 10.35 WIB di Ruang
Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
100

Dari kendala-kendala di atas dan upaya kepala sekolah dalam


mengatasi permasalahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam
penerapan penilaian hasil belajar di Madrasah Aliyah secara umum
kembali ke awal, masalah yang terjadi atau kegiatan yang belum
dimaksimalkan adalah belum membudaya dalam dimensi penilaian
keterampilan. Namun menurut pengamatan pribadi, guru-guru sudah
berusaha maksimal untuk membiasakan dalam penilaian keterampilan.
Dalam perencanaan sampai evaluasi, dirasa tidak ada kendala secara
signifikan, mungkin yang harus ia monitor selaku wakil bidang
kurikulum adalah pembiasaan atau budaya guru untuk menilai.111
Oleh karenanya, guru-guru di Madrasah Aliyah harus selalu
mengadakan evaluasi dan memperkaya wawasan untuk menguasai
seluruh kompetensi guru baik dari aspek pedagogik dan keterampilan.

111
Hasil Wawancara dengan Bapak Wafa, Wakil Kepala bidang kurikulum Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, pada hari Selasa, 10 Desember 2019 pukul 13.00 WIB di
Ruang Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada bagian akhir skripsi ini, penulis akan memaparkan beberapa
kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pada temuan hasil penelitian.
Secara umum penulis menyimpulkan bahwa implementasi penilaian hasil
belajar yang diberlakukan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
khususnya dalam KI-1 (sikap) dan KI-4 (keterampilan )pada pembelajaran
Kurikulum 2013 sudah dilaksanakan dengan cukup baik, namun masih
ditemukan adanya kendala dalam pengimplementasiannya. Madrasah
Aliyah Pembangunan UIN Jakarta selalu berupaya melaksanakan proses
pembelajaran dengan mengikuti kebijakan dari pemerintah dengan tepat
dan tanggap.
Adapun kendala yang dihadapi oleh guru selama proses
pelaksanaan penilaian hasil belajar pada kurikulum 2013 yang signifikan
terdapat pada Kompetensi Inti ke-1 yakni aspek penilaian sikap dan
Kompetensi ke-4 yakni aspek penilaian keterampilan. Akan tetapi, guru-
guru selalu berupaya agar penilaian ini mampu dilaksanakan secara
objektif dan menyeluruh.
1. Dalam pelaksanaan sosialisasi kurikulum 2013, di sekolah ini selalu
berupaya mengikuti aturan atau kebijakan yang diberlakukan, jika
terdapat pembaruan pada aspek penilaian hasil belajar pada kurikulum
2013 segera mengaplikasikannya. Pihak sekolah selalu melibatkan
guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan cara
mengadakan pelatihan-pelatihan terhadap guru, baik di dalam maupun
di luar sekolah.

101
102

2. Dari segi implementasi penilaian hasil belajar, penulis menyimpulkan


bahwa setiap guru memiliki pendekatan yang berbeda-beda dalam
melakukan penilaian terhadap peserta didik.
3. Dilihat dari prinsip penilaian, guru di madrasah Aliyah ini cenderung
memiliki penilaian yang menyeluruh dan objektif karena mengikuti
panduan penilaian yang telah ditentukan.
4. Adapun kendala yang dihadapi oleh guru dari setiap kompetensi pada
materi pelajaran yakni pada penilaian aspek sikap. Guru tidak
memiliki banyak waktu untuk menilai peserta didik di luar belajar
mengajar, pada penilaian aspek pengetahuan siswa yang mendapatkan
nilai di bawah KKM dan guru harus mengadakan remedial, dan
penilaian pada aspek keterampilan guru belum membiasakan dimensi
penilaian pada aspek ini, ditambah guru harus menilai dengan objektif
kepada siswa yang diberikan tugas secara berkelompok.
5. Adapun upaya Kepala sekolah sebagai leader untuk menangani
masalah di lembaga ini berperan sebagai supervisi dalam kegiatan
belajar mengajar. Beliau mengontrol setiap minggunya dengan
mengadakan briefing dan evaluasi terhadap guru-guru tidak lain
membahas keberlangsungan proses penerapan kurikulum 2013, yang
harapannya guru-guru dapat mementingkan mutu dari kinerjanya juga
hasil belajar peserta didik.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada Kepala Sekolah


Kepala sekolah menyarankan kepada wakil kepala sekolah bidang
kurikulum guna mengadakan sosialisasi serta pelatihan secara
menyeluruh dan komprehensif terhadap guru-guru mata pelajaran.
Tidak hanya terfokus dalam pengembangan kurikulum 2013 nya saja
melainkan juga terfokus dalam penilaian hasil belajar peserta didik,
103

serta mengevaluasi secara continue mengenai administrasi persiapan


penerapan penilaian terhadap guru yang diharapkan guru memiliki
kompetensi yang lebih matang dalam membelajarkan siswanya.

2. Kepada Guru
Guru menyiapkan formula yang lebih sederhana dan efektif dalam
menilai ketiga aspek kompetensi yang ditentukan berdasarkan
pedoman penilaian yang diberlakukan terhadap peserta didik. Serta
dalam mengatasi kendala dalam penerapan penilaian hasil belajar
selain menyiapkan administrasinya mulai dari aspek sikap, guru
menyiapkan catatan kosong berbentuk buku kecil berupa tabel
penilaian yang berisi poin 1-10 baik itu penilaian yang baik atau yang
buruk dan pihak sekolah meluangkan waktu sehari dalam seminggu
mengadakan kajian keagamaan kepada peserta didik. Dalam aspek
pengetahuan, guru memberikan kelas tambahan kepada siswa yang
memiliki nilai di atas rata-rata dan membuat kelas remedial dengan
target sampai peserta didik memahami materi dan mendapatkan nilai
di atas KKM. Melainkan dalam penilaian pada aspek keterampilan
guru harus lebih variatif dalam membuat soal dan penilaiannya agar
murid tidak jenuh serta mampu mengembangkan psikomotorik dari
peserta didik yang diajarnya.

3. Kepada Siswa
Dengan diberikannya pembelajaran oleh guru, hendaknya
mengikuti apa yang sudah menjadi aturan dan arahannya, serta
mengerjakan tugas tepat waktu guna memudahkan guru dalam menilai
dan tidak menambah pekerjaannya, dan diharapkan siswa lebih aktif
bersemangat serta lebih proaktif dalam mengikuti proses pembelajaran
dan menjadikan visi misi sekolah sebagai acuan dalam belajar.
104

4. Kepada Peneliti Yang Akan Datang


Diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dalam
lingkup yang lebih luas. Penulis berharap para peneliti dapat
meneruskan atau mengembangkan penelitian ini untuk variabel-
variabel lain yang sejenis atau metode-metode implementasi lainnya,
sehingga dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan kualitas
penilaian hasil belajar peserta didik pada kurikulum 2013, khususnya
pada implementasi penilaian hasil belajar pada kurikulum selanjutnya.
105

DAFTAR PUSTAKA
Akdon, Dedy, dan Deni. 2015. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya

Alvinnoor. 2013. “Pengembangan Kurikulum 2013”,


https://www.slideshare.net/alvinnoor/pengembangan-kurikulum,
diakses pada 3 Juli 2020 pukul 08.10.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2010. Evaluasi Program
Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 dalam SD/MI, SMP/MTS,


SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.

Haryati, Mimin. 2013. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta: Referensi

Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
106

Juharti. 2016. “Komponen Komponen Kurikulum”, https://juharti.wordpress.com


/kajian-kurikulum-bsap/komponen-komponen-kurikulum/, diakses
pada tanggal 12 September 2019 pukul 18.30

Kartowagiran, Badrun dan Amat Jaedun. 2016. “Model Asesmen Autentik Untuk
Menilai Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Smp):
Implementasi Asesmenautentik di SMP” dalam Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan Volume 20, No 2, (hal. 139-140). Yogyakarta:
Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep
dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum


2013. Yogyakarta: Kata Pena.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 66 Tahun 2013, h. 3-4.

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta, “Sistem Informasi Manajemen


Akademik”, https://ma-mpuin.simakonline.com/, diakses pada 3 Juli
2020 pukul 09.55 WIB

Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
107

Mulyasa. 2013. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosydakarya,) h. 55

Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:


Rosda Karya.

Musfah, Jejen. 2015. Manajemen Pendidikan, Teori, Kebijakan dan Praktik.


Jakarta: Prenada Media Group.

Paparan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun 2014 tentang Implementasi


Kurikulum 2013.

Pedoman Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk Sekolah


Menengah Atas, Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar
dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71/Permendikbud/ Tahun


2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


19/Permendikbud/ Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


23/Permendikbud/ Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Rifa’i, A, dkk. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor


69/Permendikbud/ Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia Nomor 104/Permendikbud/ Tahun 2014 Tentang Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.
108

Salinan Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang


Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19/Permendikbud/ tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Sani, Ridwan Abdullah. 2016. Penilaian Autentik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Setiadi, Hari. 2016. “Pelaksanaan Penilaian Pada Kurikulum 2013” dalam


Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Volume 20, No 2, (hal.
176-177). Yogyakarta: Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Tina, Jajang dan Yopina. 2013. Mudah dan Sukses Menyelenggarakan Pelatihan,
Melejitkan Potensi Diri. Yogyakarta: Kanisnus.

Undang-Undang No 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


109

LAMPIRAN-LAMPIRAN
110

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Wawancara Implementasi Penilaian Hasil


Belajar Dalam Kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Pembangunan

No Aspek yang Dimensi Sumber Data


dikaji
1. Implementasi c. Perencanaan penilaian a. Kepala sekolah
Penilaian hasil pada kurikulum 2013 b. Wakil bidang
belajar pada 5) Sosialisasi penilaian kurikulum
kurikulum 2013 kurikulum 2013 c. Guru mata
6) Pelatihan guru pelajaran
7) Pembiayaan
pendidikan
8) Sarana prasarana
d. Pelaksanaan penilaian
6) Pendekatan penilaian
7) Prinsip-prinsip
penilaian
8) Lingkup penilaian
(sikap, pengetahuan
dan keterampilan)
9) Teknik dan instrumen
penilaian
10)Strategi penilaian
c. Kendala guru dalam
pelaksanaan penilaian
kurikulum 2013
111

Lampiran 2 Instrumen Pedoman Wawancara Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah


Pembangunan UIN Jakarta

No Pokok Pertanyaan Sub Pokok Pertanyaan Butir Pertanyaan


1 Implementasi 1. Perencanaan 1. Bagaimana persiapan
kurikulum 2013 kurikulum 2013 sekolah dalam penerapan
2. Sosialisasi kurikulum 2013?
Kurikulum 2013 2. Kapan sosialisasi kurikulum
3. Pelatihan Guru 2013 pertama kali
tentang K-13 dilaksanakan?
4. Pembiyaaan 3. Apakah sudah dilaksanakan
Kurikulum 2013 pelatihan terhadap guru
5. Sarana Prasarana dalam penerapan kuriukulum
Kurikulum 2013 2013?
4. Berapa kali dilakukan
pelatihan guru dalam satu
tahun ajaran baru di sekolah
ini?
5. Bagaimana pembiayaan
pendidikan dalam penerapan
kurikulum 2013 disekolah
ini?
6. Apakah sarana dan prasarana
sudah memadai dalam
menunjang keberhasilan
pengimplementasian
kuriukulum 2013 ?
7. Bagaimana distribusi buku
kurikulum 2013 di sekolah
ini?
112

2 Faktor pendukung 1. Faktor penghambat 8. Apa pandangan bapak mengenai


dan penghambat penilaian K13 konsep penilaian hasil belajar
implementasi pada kurikulum 2013 ?
penilaian pada
9. Adakah hambatan sebagai
K13
kepala sekolah dalam penerapan
kebijakan terkhusus kurikulum
yang sedang diberlakukan?

3. Solusi dari 1. Peran kepala 10.Bagaimana peran kepala sekolah


hambatan sekolah dalam menghadapi perubahan
penilaian K13 dan pengembangan kurikulum
2013 ini?

11.Bagaimana kepala sekolah


dalam mengatasi kendala yang
terjadi pada pelaksanaan
penilaian pada kurikulum 2013?

Lampiran 3 Instrumen Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang


Kurikulum di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
No Pokok Pertanyaan Sub Pokok Pertanyaan Butir Pertanyaan
1 Persiapan 1. Perencanaan penilaian 1. Bagaimana persiapan yang
penilaian hasil pada kurikulum 2013 dilakukan untuk kurikulum
belajar pada 2. Pelatihan Guru 2013 terkhusus dalam penilaian
kurikulum 2013 tentang K-13 hasil belajar di sekolah ini?

2. Berapa kali diadakan evaluasi


terhadap guru dalam penilaian
hasil belajar di sekolah?
113

2 Implementasi 1. Teknik dan 3. Teknik dan instrumen apa saja


penilaian hasil Instrumen penilaian yang digunakan dalam
belajar pada K13 hasil belajar peserta pelaksanaan penilaian?
didik
4. Dalam panduan penilaian satuan
2. KKM peserta didik
pendidikan tahun 2017 tingkat
sekolah menengah atas dalam
K13, KKM dijadikan sebagai
standar ketuntasan/ kelulusan
satuan pendidikan. Apa dalam
praktiknya dapat
diimplemantasikan secara
efektif terhadap penilaian
keselurauhan peserta didik,
sehingga standar kompetensi
lulusan pada semua mata
pelajaran sudah terpenuhi?
3. Hambatan dalam 1- Kendala dalam 5. Dari semua capaian kompetensi
Implementasi capaian KD pada KI-1, dasar (KD) pada kompetensi inti
penilaian K13 KI-2, KI-3, KI-4 (KI) yaitu KI-1,KI-2, KI-3, dan
peserta didik KI-4. Diantara KI tersebut mana
yang mash dirasa terdapat
problem atau kendala dalam
implementasinya?
6. Dalam penilaian sikap pada K13
guru mata pelajaran dan guru
BK/wali kelas di minta untuk
melengkapi jurnal pada setiap
peserta didik, bagaimana
pelaksanaan kegiatan penilaian
tersebut dalam 1 semester? Apa
114

semua guru sudah


menjalanakanya dengan baik
sesuai format yg ditentukan?
Dan masihkah terdapat kendala
di dalamnya?
7. Dengan diberlakukanya
kebijakan pada penilaian hasil
belajar dalam K13, Pada
pelaksanaan penilaian oleh
satuan pendidikan/ sekolah.
Masihkah ada masalah dalam
praktiknya, terkhusus dalam
menyusun perencaaan penilaian
satuan pendidikan dan
menentukan KKM yang
memperhatikan pada standar
kompetensi lulusan?

Lampiran 4 Instrumen Pedoman Wawancara Guru di Madrasah Aliyah


Pembangunan UIN Jakarta
No Pokok Pertanyaan Sub Pokok Pertanyaan Butir Pertanyaan
1 Implementasi 1. Pendekatan penilaian 1. Bagaimana pelaksanaan
Penilaian hasil pada kurikulum 2013 penilaian hasil belajar yang
belajar pada 2. Perinsip Penilaian dilakukan?
kurikulum 2013 hasil belajar pada K13 2. Pada pendekatan penilaian
terdapat 3 pendekatan, yang
pertama penilaian atas
pembelajaran, penilaian untuk
pembelajaran dan penilaian sebagai
pembelajaran. bagaimana dalam
implementasinya?
115

3. Bagaimana seorang guru mampu


melaksanakan prinsip penilaian
secara menyeluruh dan sistematik.
sedangkan tugas guru dengan
mengajarpun sudah cukup banyak?

4. Apakah guru mampu


melaksanakan prinsip penilaian
secara objektif?
2 Teknik dan 1. Penilaian 5. Bagaimana cara guru menilai
Instrumen kompetensi Sikap pada aspek sikap sosial dan sikap
penilaian hasil K13 spiritual?
belajar pada K13 2. Penilaian 6. Apa saja teknik yang biasa
kompetensi digunakan untuk menilai pada (KI-
Pengetahuan pada K13 1 dan KI-2) kompetensi sikap
3. Penilaian spiritual dan sikap sosial?
kompetensi 7. Bagaimana guru dalam
keterampilan pada K13 pelaksanaan penilaian pada
kompetensi pengetahuan?
8. Teknik apa saja yang digunakan
pada kompetensi pengetahuan?
9. Bagaimana pelaksanaan dan cara
dalam menilai aspek keterampilan
peserta didik?
10. Bagaimana penerapan teknik
portofolio dalam kompetensi
keterampilan?
116

3. Hambatan dalam 2- Kendala dalam 11. Apakah kendala yang di alami


Implementasi penilaian pada KI-1, guru dalam penilaian aspek sikap
penilaian K13 KI-2, KI-3, KI-4 spritual dan sikap sosial ?
12. Apakah kendala yang di alami
guru dalam penilaian aspek
pengetahuan?
13. Apakah terdapat problem dalam
praktinya pada KI-4 keterampilan
di sekolah ini?
3. Tanggapan guru 1. Solusi yang 14. Dalam pengolahan penilaian
dalam mengatasi diberikan guru keterampilan ini juga semua teknik
penilaian peserta terhadap masalah yang yang digunakan memiliki format
didik ada yang digunakan untuk pengisian
2. Upaya guru dalam nilai dan itu tidak sederhana.
meningkatkan KKM Bagaimana guru mengatasi hal itu?
peserta didik 15. Bagaimana strategi guru dalam
merancang pelaksanaan
pembelajaran? Apakah sudah
mampu menyesuaikan dengan
pedoman yang diberlakukan?
16. Dalam strategi penilaian,
peserta didik di upayakan mencapai
KKM yang di tentukan. Bagaimana
usaha guru dalam mengupayakan
hal tersebut?

Lampiran 5 Hasil Wawancara Kepala Sekolah di Madrasah Aliyah Pembangunan


UIN Jakarta
Tanggal : 06 Desember 2018

Narasumber : Zakaria, M.A.

Jabatan : Kepala Sekolah


117

Lokasi : Ruang Kepala Sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta

Peneliti :Bagaimana persiapan sekolah dalam penerapan kurikulum 2013?


Kepala sekolah :persiapan ya tentunya mengadakan BIMTEK (bimbingan teknis)
terkait kurikulum 2013. Dan dilakukan serentak di pusat yaitu
Madrasah Pembangunan, ketika pemerintah mengambil
kebijakan baru kurikulum 2013, kita ikuti di bawah kementerian
Agama, pelatihan yang diadakan sudah lama, ketika kurikulum
2013 sudah ada langsung diadakan bimbingan teknis di pusat
juga pada tingkat SMA atau Aliyah itu sendiri. Dari hasil bimtek
itu kita terus evaluasi dengan mengadakan beberapa kali
pelatihan untuk guru dan sebagainya. Pada pelatihan kurikulum
2013 itu sendiri kita mengundang narasumber-narasumber yang
memang dalam bidangnya, dan kita agendakan untuk guru dan
cukup panjang perjalanan dari kesiapan itu sendiri.
Peneliti :Kapan sosialisasi kurikulum 2013 pertama kali dilaksanakan?
Kepala Sekolah :Sosialisasi dilakukan pada saat kurikulum 2013 itu diberlakukan
mulai dari 2014, pada zaman pak Anis Baswedan selaku menteri
pendidikan dan kebudayaan pada saat itu. Dan mulai 2015 sudah
mulai eksis dan bertahap, mulai dari kelas sepuluh, pada tahun
selanjutnya kelas sebelas hingga saat ini sudah semuanya
memberlakukan kurikulum 2013 ini
Peneliti :Apakah sudah dilaksanakan pelatihan terhadap guru dalam
penerapan kurikulum 2013?
Kepala Sekolah :Cukup banyak diadakan pelatihan untuk guru, dan
pelaksanaanya tidak hanya di sekolah kita saja, seperti lembaga
pendidikan yang memang memberikan kesempatan kepada guru-
guru untuk pelatihan itu sendiri. Seperti kementerian agama, atau
di sekolah MAN 4 kadang di Bogor, pertemuan khusus mengenai
118

kurikulum pokoknya semua lini kita sertakan guru dan tenaga


kependidikan dalam pelatihan tersebut.

Peneliti :Berapa kali dilakukan pelatihan guru dalam satu tahun ajaran
baru di sekolah ini?

Kepala Sekolah:Pelatihan guru-guru di adakan oleh manager pusat, percisnya jadi


belum tahu. Namun seinget saya diadakan sekitar 5 kali lebih
dalam satu tahun ajaran berlangsung. Bahkan sampai tahun
setelah diberlakukan masih sering kita datangkan narasumber.
Jika di hitung dari awal bisa 10 kali lebih untuk pelatihan
kurikulum 2013.”

Peneliti :Bagaimana pembiayaan pendidikan dalam penerapan kurikulum


2013 di sekolah ini?
Kepala Sekolah :untuk pembiayaan itu sendiri sudah disiapkan oleh pusat dalam
RAK ( rancangan anggaran kegiatan) setiap tahun pelajaran. Jadi
sudah di tentukan ketika tahun tersebut masih memerlukan
anggaran untuk kurikulum 2013 dalam pelatihan guru, pengadaan
dan yang lainnya. Karena sistem keuangan di lembaga ini central
jadi semua anggaran modelnya pengajuan. Walaupun terkadang
ada anggaran yang dititipkan untuk pengembangan SDM dari
Madrasah Aliyah itu sendiri. Jadi tidak semua berada di pusat.
Peneliti :Apakah sarana dan prasarana sudah memadai dalam menunjang
keberhasilan pengimplementasian kurikulum 2013 ?

Kepala Sekolah :Lembaga ini sangat menunjang dalam kelengkapan sarana dan
prasarana. Karena di sini memang termasuk ke dalam sekolah
dengan ekonomi menengah ke atas, jadi sekolah sudah support
sekali. Dan itu harus, karena sarpras sebagai penunjang
pendidikan dan keberlangsungan pembelajaran. Terkhusus untuk
kurikulum 2013. Namun menurut saya guru nomor satu dengan
119

guru yang profesional ia dapat menggunakan sarpras dengan


efektif.

Peneliti :Bagaimana distribusi buku kurikulum 2013 di sekolah ini?


Kepala Sekolah :Kita mengikuti regulasi yang ada, jika kebijakan dari
KEMENAG kita dapat buku guru dan buku siswa. Namun kita
lihat dahulu bukunya, sesuai atau tidak dengan materi yang kita
akan ajarkan kepada peserta didik. Tapi yang lebih banyak kita
menggunakan buku dari penerbit dengan yang sudah berstandar
kurikulum 2013. Selanjutnya kita undang untuk penerbit tersebut,
datang bukunya, kita lihat lalu kita nilai sudah sesuai atau belum.
Jika sudah maka kita gunakan. Sekolah hanya menyediakan
kemuadian orang tua siswa membeli buku tersebut. Dan
perjalanan untuk buku juga panjang. Dan untuk pengayaan dan
pengembangan silahkan yang lain namun untuk buku paket sudah
kita sediakan yang berstandar paling tidak anak menguasai pokok
materi.

Peneliti :Bagaimana peran kepala sekolah dalam menghadapi perubahan


dan pengembangan kurikulum 2013 ini?

Kepala Sekolah :Pertama yang kita harus membangun jaringan artinya, kebutuhan
guru kita ini apa selain dengan eksisnya kurikulum 2013 kita
harus membekali guru-guru dengan pengembangan kurikulum
2013 tersebut, dengan mengadakan pelatihan, mengadakan
supervisi, sharing-sharing dengan kepala sekolah dan lembaga
pendidikan yang lain, mendatangkan narasumber dan guru di
minta berpartisipasi secara aktif juga. Tidak hanya itu saya selaku
kepala sekolah juga di undang dalam kegiatan pelatihan
mengenai regulasi dan kebijakan kurikulum 2013 ini. Pastinya
saya juga menjadi mutu terhadap peserta didik dalam pendidikan
itu sudah menjadi tugas saya. Dan juga saya harus bisa
120

memastikan kurikulum yang kita pakai ini, kita sudah


memahaminya dan mengarahkan guru dalam pemahaman
kurikulum 2013 tersebut.

Peneliti :Apa pandangan bapak mengenai konsep penilaian hasil belajar


pada kurikulum 2013 ?

Kepala Sekolah :Menurut saya penilaian 2013 itu lebih fear atau sesuai, terukur,
terarah itu artinya emang sudah komprehensif. Namun
kenyataannya di lapangannya kata guru-guru lebih ribet setiap
KD harus ada, harus di nilai. Sebetulnya tidak seperti itu juga,
artinya penilaian tergantung kebutuhan kita, intinya menurut saya
pribadi apa yang di nilai itu benar-benar anak melaksanakannya
dari hati, bukan karena alasan untuk mendapatkan nilai tersebut.
Menilai itu natural aja. Intinya sudah baik dalam penilaian
kurikulum 2013 ini tinggal guru bisa mengatur waktu seperti apa.

Peneliti :Adakah hambatan sebagai kepala sekolah dalam penerapan


kebijakan terkhusus kurikulum yang sedang diberlakukan?

Kepala Sekolah :Dinamika itu pasti ada, karenanya ini sebuah program baru pasti
ada kurangnya atau lebihnya adapun hambatannya. Menurut saya
itu hal yang biasa, kami pun sebagai warga pendidikan tidak
harus merasa semua program harus terlaksana dengan bagus,
idealnya kan memang harus baik. Dengan adanya hambatan,
membuat kita lebih dewasa, bukan berarti kita gagal. Sama
kurikulum 2013 pun seperti itu seiring waktu berjalan di lapangan
menemukan hambatan atau kendala sedikit ada, ya mungkin
sederhana mungkin tidak semua guru memberikan penilaian tidak
sesuai juknis, atau tidak semua guru tidak menerapkan
pembelajaran kurikulum 2013 jadi masih central kepada guru,
harusnya peserta didik yang aktif di kelas bukan gurunya. Namun
secara umum yang saya sampaikan sebelumnya, karena gurunya
121

muda-muda, pendidikannya bagus jadi kendala yang di hadapi


lebih kepada minor bukan mayor. Selama itu tidak melanggar hal
yang baku menurut saya itu biasa saja.

Peneliti :Bagaimana kepala sekolah dalam mengatasi kendala yang terjadi


pada pelaksanaan penilaian pada kurikulum 2013?

Kepala Sekolah :Dengan diadakannya briefing di setiap minggunya, kita diskusi.


Dan mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi dan
kita selaku kepala sekolah memberikan masukan juga komentar
terhadap laporan yang didapat. Semisal hambatan itu terjadi oleh
guru semisal guru masih mengajar dengan model konvensional
saya panggil guru tersebut lalu saya ajak berdiskusi dan diberikan
pandangan juga masukan. Lebih kepada mengajak diskusi dengan
guru. Komunikasi dan pendekatan menurut saya nomor satu.
Karena yang paling kita harus jaga sebagai pimpinan adalah
komunikasi.”

Lampiran 6 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di


Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Tanggal : 03 Desember 2018

Narasumber : Ahmad Sohibul Wafa ZA., M. Pd.

Jabatan : Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

Lokasi : Ruang Kepala Sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta

Peneliti :Bagaimana persiapan yang dilakukan terhadap kurikulum 2013


terkhusus dalam penilaian hasil belajar di sekolah ini?

Wakakur :Pertama, sudah hampir 4-5 tahunan menjalankan kurikulum


2013 ini. Kemudian sejak awal diberlakukan kurikulum 2013 kita
sebagai institusi di bawah kementerian harus mengikuti aturan-
aturan kurikulum yang ditentukan, khususnya kurikulum 2013.
122

Dimulai dari perubahan-perubahan dalam empat standar yang


signifikan yang terfokus terhadap sekolah dan guru: yaitu standar
isi, standar SKL, standar proses, dan standar penilaian. Dari ke
empat standar itu di awal kami mempersiapkan seperti workshop,
pelatihan dan sebagainya yang mengacu kurikulum 2013 tersebut
untuk guru khususnya. Kedua, kami membuat dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan kurikulum 2013, dari mulai
peraturan, pedoman sampai terhadap format penilaiannya. Jadi
ketika guru sudah melakukan pelatihan dan telah siap, pihak
sekolah juga membantu dalam administrasinya seperti dokumen,
panduan dan format serta dipadukan terhadap guru. Sehingga
sekolah telah siap dalam pelaksanaannya. Termasuk dalam
penilaian, sekolah sudah mempersiapkan penilaian dalam
kurikulum 2013 sejak awal diberlakukan. Dan juga dengan
diadakannya workshop dan pelatihan secara continue untuk guru,
bisa setiap semester dan pertahun serta di dalamnya dilakukan
evaluasi sehingga guru dan sekolah bisa meng-upgrade juga
update khususnya sistem, penilaian kurikulum 2013. Selain itu,
kurikulum 2013 dalam pedoman penilaiannya terdapat revisi
sampai terakhir pada pedoman penilaian edisi revisi 2017. Itulah
persiapan kurikulum 2013 khususnya dalam standar penilaian
yang diberlakukan saat ini.

Peneliti : Teknik dan instrumen apa saja yang digunakan dalam


pelaksanaan penilaian?
Wakakur :Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan menyesuaikan
panduan dari kementerian, khususnya KEMENDIKBUD. Empat
dimensi yang telah disebutkan tadi yaitu KI-1sikap spritual, KI-2
sikap sosial, KI-3 pengetahuan, dan KI-4 keterampilan semuanya
menyesuaikan dari panduan yang diberlakukan.
123

Peneliti :Dengan adanya pelatihan guru dalam kurikulum 2013 terkhusus


penilaian, apakah guru-guru sudah melakasanakanya dengan baik?

Wakakur :Awal diberlakukan kurikulum 2013 ini guru-guru sedikit


mengalami masalah atau bisa dikatakan kaget dengan adanya
kurikulum terbaru ini. Dengan sistem penilaian yang berbasis
Autentik dan menyeluruh, sebelumnya mungkin ada penilaian
yang tidak menilai kognitifnya saja melainkan lebih dominan ke
aspek tersebut. Penilaian sekarang yang diberlakukan pada
kurikulum 2013 ini harus seimbang di antara 4 dimensi yang
disebutkan tadi, di awal penerapannya masih terasa canggung dan
kaget namun seiring berjalannya waktu pada prosesnya guru
mulai terbiasa dan mampu sesuai dengan tagihan dari standar
penilaian kurikulum 2013 itu sendiri.

Peneliti :Berapa kali diadakan evaluasi terhadap guru dalam penilaian


hasil belajar di sekolah?

Wakakur :Sebetulnya evaluasi diadakan pada setiap minggunya, briefing


atau meeting guru namanya, walaupun tidak spesifik setiap
minggu membahas penilaian, namun kadang-kadang
menyinggung aspek penilaian. Tapi secara rutinnya evaluasi
penilaian diadakan di setiap semester dan pertahun pelajaran.

Peneliti :Dalam panduan penilaian satuan pendidikan tahun 2017 tingkat


sekolah menengah atas dalam K13, KKM dijadikan sebagai
standar ketuntasan/ kelulusan satuan pendidikan. Apa dalam
praktiknya dapat diimplemantasikan secara efektif terhadap
penilaian keseluruhan peserta didik, sehingga standar kompetensi
lulusan pada semua mata pelajaran sudah terpenuhi?

Wakakur :Ya karena tagihan dan aturannya seperti itu, sekolah mengikuti
saja, dan dengan adanya panduan KKM itu menjadi acuan dan
standar apakah siswa tuntas dalam kompetensi dasar pada semua
124

kompetensi isi. Tapi pada praktiknya KKM di setiap sekolah


berbeda-beda yang jelas KKM sudah menjadi aturan dari
panduan tersebut dan dijadikan sebagai acuan kenaikan kelas
pada setiap KD di setiap mata pelajaran. Dan penentuan KKM
sendiri memiliki aturan pada 3 aspek yaitu; intake/input,
kompleksitas dan sarana prasarana. Dan di setiap tahunnya bisa
berbeda-beda sesuai dengan 3 aturan tadi untuk penentuan KKM.
Dan untuk KKM di sekolah ini memiliki rata-rata 75 dari setiap
mata pelajaran. Dengan KKM yang cukup tinggi ini semoga bisa
memotivasi siswa dalam pembelajaran.

Peneliti :Dari semua capaian kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti
(KI) yaitu KI-1,KI-2, KI-3, dan KI-4. Diantara KI tersebut mana
yang masih dirasa terdapat problem atau kendala dalam
implementasinya?

Wakakur :Dari ke empat KI tersebut dalam implementasinya yang belum


maksimal terdapat pada KI-4 yaitu keterampilan, namun selalu
diupayakan agar dalam penilaian ini mampu dilaksanakan seperti
pada penilaian yang lainnya dengan menyeluruh secara objektif.
Pada penilaian sikap (KI-1 & KI-2) kelemahannya dalam hal
dokumentasi dalam administrasi, karena pengukuran yang
dilakukan adalah pengamatan dan observasi. Sehingga guru tidak
punya waktu yang banyak dalam penilainya namun di akhir
pelajaran atau ketika senggang barulah guru mendokumentasikan
hasil pengamatan tersebut. Dan juga dalam tindak lanjut
penilaian tersebut, jika siswa mencerminkan sikap yang baik
kadang guru lupa memberi apresiasi terhadap siswa tersebut.
Pada intinya guru belum membiasakan atau membudayakan
penilaian secara administratif pada penilaian sikap. Namun guru
juga sudah mampu melakukan pengamatan lalu pelaporan kepada
guru BK atau wali kelas dari siswa tersebut.
125

Peneliti :Dalam penilaian sikap pada K13 guru mata pelajaran dan guru
BK/wali kelas di minta untuk melengkapi jurnal pada setiap
peserta didik, bagaimana pelaksanaan kegiatan penilaian tersebut
dalam 1 semester? Apa semua guru sudah menjalankannya
dengan baik sesuai format yang ditentukan? Dan masihkah
terdapat kendala di dalamnya?

Wakakur :Teknis di lapangan untuk penilaian sikap kita tetap mengacu


pada panduan yang telaj ditentukan. Penilaian sikap itu sendiri
berdasarkan dari observasi guru mata pelajaran, guru BK dan
observasi dari wali kelas yang akan diakumulasikan pada akhir
semester. Kenapa harus tiga unsur yang terlibat, gunanya untuk
mengkonfrimasi juga penguatan hasil penilaian sikap tersebut.
Untuk format disesuaikan dengan panduan penilaian, yang sudah
di sampaikan pada tahun pelajaran kepada guru mapel, guru BK
dan wali kelas. Alurnya sudah sesuai prosedur dari panduan
penilaian yang berlaku.

Peneliti :Dengan diberlakukannya kebijakan pada penilaian hasil belajar


dalam K13, Pada pelaksanaan penilaian oleh satuan pendidikan/
sekolah. Masihkah ada masalah dalam praktiknya, terkhusus
dalam menyusun perencanaan penilaian satuan pendidikan dan
menentukan KKM yang memperhatikan pada standar kompetensi
lulusan?

Wakakur :Secara umum kembali ke awal, masalah yang terjadi atau


kegiatan yang belum dimaksimalkan adalah belum membudaya
dalam dimensi penilaian keterampilan, tapi yang saya amati guru-
guru sudah berusaha maksimal untuk membiasakan dalam
penilaian keterampilan. Dalam perencanaan sampai evaluasi,
saya rasa tidak ada kendala secara signifikan, mungkin yang
harus saya monitor selaku wakil bidang kurikulum adalah
126

pembiasaan atau budaya guru untuk menilai, sementara untuk


penilaian pada aspek pengetahuan sudah cukup berjalan baik
karena sudah terencana dengan maksimal sehingga tidak terdapat
permasalahan di dalamnya. Dan selain dari penilaian tersebut
harus dibiasakan supaya hasil dari penilaian dari seorang siswa
sudah autentik dan holistik maupun semua pada aspek penilaian
outputnya bisa diprofilkan sehingga siswa dan orangtua wali
mampu melihat nilainya secara menyeluruh.

Lampiran 7 Hasil Wawancara Guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN


Jakarta
Tanggal : 06 Desember 2018

Narasumber : Yayat Hidayatul M., S.Pd.I

Jabatan : Guru PAI

Lokasi : Ruang Administrasi MA Pembangunan UIN Jakarta

Peneliti :Bagaimana pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan?

Guru :Untuk penilaian pelajaran agama di Madrasah Aliyah


Pembangunan ini kita ambil format penilaian Kurikulum 2013.
Yang meliputi tiga aspek penilaian dari mulai aspek sikap
(spritual & sosial) kemudian aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan. Aspek tersebut yang kita gunakan dengan berbagai
teknik juga bentuk format sesuai acuan pedoman penilaian
kurikulum 2013.

Peneliti :Pada pendekatan penilaian terdapat 3 pendekatan, yang pertama


penilaian atas pembelajaran, penilaian untuk pembelajaran dan
penilaian sebagai pembelajaran. bagaimana dalam
implementasinya?
127

Guru :Untuk proses pendekatan penilaian itu sendiri lebih kepada


untuk pembelajaran. Pertama biasa kita lakukan di awal tahun
ajaran adalah kontrak belajar lalu setelah dipahami dan disepakati.
Semisal dalam penilaian aspek pengetahuan lewat teknik tes
tulisan dalam momen penugasan harian, PTS, PAS. Penentuan
penilaian berdasarkan KD untuk bobot penilaian mencapai untuk
PH 60%. PTS 20%, dan PAS 20% total 100% untuk pengetahuan.
Dari sanalah siswa dapat mengetahui ketercapaian kompetensi
yang dimiliki.

Peneliti :Bagaimana seorang guru mampu melaksanakan prinsip penilaian


secara menyeluruh dan sistematik. sedangkan tugas guru dengan
mengajar pun sudah cukup banyak?

Guru :Idealnya dalam konteks menyeluruh, semua aspek tercapai


dengan segala teknik namun yang saya lakukan yang penting
meliputi 3 komponen dari afektif, kognitif serta psikomotorik
dengan mengambil sampel dari masing-masing komponen
semisal dari keterampilan kita mengambil salah satu teknik yang
kita sesuaikan dengan KD pada KI-4 nya dengan contoh
bunyinya mempersentasikan tentang zakat maka rubrik
penilaianya dengan momentum unjuk kerja. Setidaknya ada salah
satu kompetensi dasar yang mampu di persentasikan ke dalam
KI-4 itu sendiri. Atau mampu mengkomparasikan KI-3 ke dalam
KI-4 dan dalam sistematik saya memberikan peta secara
menyeluruh dalam model-model penilaian dari masing-masing
KD.

Peneliti :Apakah guru mampu melaksanakan prinsip penilaian secara


objektif?

Guru :Penilaian secara objektif artinya kita melakukan penilaian


dengan terukur sesuai ukuran yang tepat dan rubrik yang di
128

tentukan. Dalam rubrik tersebut kita berikan skala 1-4 dan aspek
yang di nilai mulai dari bagaimana ia persentasi cara
penyampaianya dan sebagainya. Maka itu menjadi bagian
objektifitas dari penilaian itu sendiri.

Peneliti :Bagaimana cara guru menilai aspek sikap sosial dan sikap
spiritual?

Guru :Untuk penilaian sikap ada 2 standar yaitu spritul dan sosial.
Pertama yang kita buat adalah jurnal penilaian sikap, dalam
jurnal ini menilai kondisi siswa kita anggap baik karena jika nilai
C maka tidak akan tercapai dan kita menilai yang menonjol saja
dari apa yang dilakukan siswa. Jika tidak selaras dengan apa yang
dilakukan siswa bisa kita catat dalam jurnal kemudian terdapat
tindak lanjut kepada guru BK dan wali kelas. Berkaitan dengan
aspek ibadah menjadi penilaian bagi aspek sikap itu sendiri
semisal waktunya shalat tapi terdapat siswa yang tidak shalat itu
menjadi catatan untuk kita tapi sementara ini ketika sudah adzan
semuanya sudah melaksanakan shalat. Kemudian dalam aspek
sosialnya mungkin dalam kedisiplinanya dari mulai datang tepat
waktu, belajarnya tidak bercanda meskipun dalam hal ini kita
memberikan subjektifitas dalam memberikan nilai kita
mempunyai perbandingan dari penilaian diri dan penilaian antar
teman.

Peneliti :Apa saja teknik yang biasa digunakan untuk menilai pada (KI-1
dan KI-2) kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial?

Guru :Teknik yang saya gunakan adalah penilaian pengamatan


terhadap siswa melalui jurnal, penilaian diri dan penilaian antar
teman itu menjadi subjektifitas pembanding, karena saya menjadi
guru agama lebih menekankan kepada sikap religius peserta didik
tersebut.
129

Peneliti :Apakah kendala yang di alami guru dalam penilaian aspek sikap
spritual dan sikap sosial ?

Guru :Kendalanya kita belum memiliki sistem yang kira-kira bisa bisa
menyesuaikan mulai dari aspek sikap yang deskriptif, kemudian
di kurikulum 2013 ini kita belum menemukan keselarasan
bagaimana kemudian membandingkan antara sikap, pengetahuan,
dan keterampilan supaya kemudian bisa menjadi satu kekuatan.
Dalam catatannya semua aspek tersebut harus tercapai atau lulus.
Maksud saya belum ada perangkat yang bisa meramu sehingga
bisa menjadi satu kesatuan dalam penilaian.

Peneliti :Bagaimanana guru dalam pelaksanakan penilaian pada


kompetensi pengetahuan?

Guru :Dalam pelaksanaan pengetahuan yang menggunakan teknik tes


dan non tes, seperti penugasan saya memberikan tugas kepada
anak anak untuk melakukan analisis suatu masalah. Ketika saya
mengadakan tes lisan saya berikan beberapa soal permasalahan,
setelah selesai di jawab secara lisan. Dalam bentuk tulisan saat
PH, PTS, PAS misalnya, itu untuk mengukur kemampuan
pengetahuan mereka tentang KD yang kita sajikan.

Peneliti :Teknik apa saja yang digunakan pada kompetensi pengetahuan?

Guru :Teknik yang saya gunakan ada dua yaitu tes dan non tes, untuk
teknik tes ada yang bersifat tes tulis dan tes lisan, tes lisan
digunakan sebagai teknik perbaikan penilaian siswa untuk tes
tertulis, terkadang digunakan untuk mengukur kompetensi
pengetahuan dan yang teknik non tes bersifat penugasan.

Peneliti :Apakah kendala yang di alami guru dalam penilaian aspek


pengetahuan?
130

Guru :Adapun kendalanya, terlepas dari kondisi anak apa mungkin


mereka tidak sempat belajar atau memang belum sepenuhnya
paham akan materi, kendalanya memang ada yang belum tuntas
adapun yang sudah. Yang sudah tuntas kita kembangkan dengan
pengayaan yang belum kita adakan untuk remedial. Atau bisa
dibilang kemampuan peserta didik tidak sama dan juga beragam,
metode yang yang kita sajikan mudah-mudahan bisa
mengakomodir semuanya.

Peneliti :Bagaimana pelaksanaan dan cara dalam menilai aspek


keterampilan peserta didik?

Guru :Pelaksanaan dalam aspek ini, Jadi saya menilai itu dengan
memetakan kelompok, jadi dalam satu kelompok itu saya sudah
memberikan informasi bahwa hasil uji kerja kelompok maka saya
sama ratakan dalam penilaianya. Jadi mereka berlomba-lomba
dalam rumpun gotong royong , kerja sama. Sebagaimana yang
ditagihkan dalam panduan penilaian. Adapun dalam praktik
bagaimana cara mengurus zenajah bukan hanya konsep saja
disajikan namun praktiknya yang sudah difasilitasi oleh kami.
Adapun dalam model lain yaitu menganilis kajian larangan zina
yang disajikan dalam produk atau projek, misalnya membuat
poster dari larangan-larangan perbuatan zina juga membuat
catatan-catatan dalam kertas kecil menulis dampak-dampak
negatif dari perbuatan zina yang setelahnya saling mengkaji dari
pandangan satu sama lain. Untuk portofolio itu sendiri siswa di
minta membuat rangkuman dari materi itu bisa dibuat dalam
bentuk deskriptif maupun diagram yang nantinya dikumpulkan
dan dinilai

Peneliti :Bagaimana penerapan teknik portofolio dalam kompetensi


keterampilan?
131

Guru :Teknik yang digunakan mulai dari, unjuk kerja atau persentasi,
produk atau projek sampai portofolio peserta didik.

Peneliti :Apakah terdapat problem dalam praktiknya pada KI-4


keterampilan di sekolah ini?

Guru :Kendala yang di alami karena dengan banyaknya persentasi


dalam rumpun kerja sama, mereka sudah bekerja sama hanya saja
menentukan semua nilai yang di dapat sama itu sulit, karena tidak
semuanya berkerja dalam pekerjaan yang sama ada yang
persentasi, ada yang hanya memberikan ide. Namun pada
akhirnya kita harus memberikan nilai yang objektif juga dari
subjektifitas itu sendiri. Kedua, rubrik dalam penilaian yang
kurang tepat dalam menilai keterampilan itu sendiri.

Peneliti :Dalam pengolahan penilaian keterampilan ini juga semua teknik


yang digunakan memiliki format yang digunakan untuk pengisian
nilai dan itu tidak sederhana. Bagaimana guru mengatasi hal itu?

Guru :Dalam pengolahan kita dibantu oleh sistem yaitu SIMAK

Peneliti :Bagaimana strategi guru dalam merancang pelaksanaan


pembelajaran? Apakah sudah mampu menyesuaikan dengan
pedoman yang diberlakukan?

Guru :Awalnya kita sudah memiliki pedoman kurikulum 2013,


begitupun dari hasil kebijakan terkait dengan penilaian mulai dari
per mapelnya juga penentuan KKM peserta didik. Dengan
penyesuaian persiapan rancangan pembelajaran dan penilaian
dengan pedoman yang berlaku menjadi strategi untuk
keberlangsungan pembelajaran yang efektif.

Peneliti :Dalam strategi penilaian, peserta didik di upayakan mencapai


KKM yang di tentukan. Bagaimana usaha guru dalam
mengupayakan hal tersebut?
132

Guru :Dalam mata pelajaran fiqih sama yaitu 75, dengan melaksanakan
remedial teaching dan remedial test bisa menjadi salah satu
upaya dalam membantu siswa untuk mencapai nilai KKM yang
berlaku. Adapun saya di kelas dengan menggunakan model
pembelajaran multidimensional, yang di mana kita menangani
dua posisi anak yang satu belum tuntas pemahaman materi yang
satu sudah pada siklus kesekian nanti anak akan ketemu lagi
untuk berada dalam satu capaian materi yang disampaikan

Lampiran 8 Hasil Wawancara Guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN


Jakarta
Tanggal : 06 Desember 2018

Narasumber : Dra. Tri Sunarsih

Jabatan : Guru Geografi

Lokasi : Ruang Administrasi MA Pembangunan UIN Jakarta

Peneliti :Bagaimana pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan?


Guru :Dalam proses penilaian kita ada beberapa penilaian. Mulai
daripenilaian tugas, penilaian harian, Penilaian Tengah Semester
dan Penilaian Akhir Semester. Dan proses penilaian ini
berdasarkan KD, mengacu pada KD yang ada dalam mata
pelajaran geografi. Di awal tahun ajaran baru, saya memberikan
kontrak belajar, termasuk penilaian yang saya sebut dengan
penilaian formatif. Yang terbagi dalam kehadiran siswa,
keaktifan siswa dalam mengikuti proses KBM kedua itu saya
berikan dalam penilaian formatif. Adapun penilaian sikap yang
diberikan mengacu pada KI-1 dan KI-2.

Peneliti :Pada pendekatan penilaian terdapat 3 pendekatan, yang pertama


penilaian atas pembelajaran, penilaian untuk pembelajaran dan
penilaian sebagai pembelajaran. bagaimana dalam
implementasinya?
133

Guru :Untuk proses penilaian lebih kepada evaluasi kepada materi


yang telah disampaikan atau penilaian sebagai pembelajaran.
Dalam proses evaluasi hanya bisa dilihat dari penilaian harian,
PTS dan PAS. Dalam proses pembelajaran, penilaian yang
dilakukan mengacu kepada formatif. Misalnya keaktifan siswa
dalam bertanya saat pembelajaran, ada juga siswa yang aktif
dalam memberikan respon kepada teman yang bertanya, saya
selalu memberikan kesempatan terhadap siswa di awal
pembelajaran, kemudian jika siswa keliru dalam menjawab
pertanyaan, saya akan klarifikasi. Karena setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda. Ini salah satu untuk membangun
karakter peserta didik juga”

Peneliti :Bagaimana seorang guru mampu melaksanakan prinsip penilaian


secara menyeluruh dan sistematik. sedangkan tugas guru dengan
mengajarpun sudah cukup banyak?

Guru :Awalnya penilaian mengacu dalam KD, kemudian diturunkan


dalam indikator. Dari setiap indikator tersebut kita akan menilai
kemampuan siswa tersebut. pembuatan perangkat pembelajaran,
dilakukan pada saat sebelum tahun ajaran berlangsung, bisa
dikatakan menyeluruh dan sistematik pada saat pembelajaran
berlangsung guru hanya mengacu dalam perangkat yang
menyesuaikan dengan pedoman yang berlaku.

Peneliti :Apakah guru mampu melaksanakan prinsip penilaian secara


objektif?
Guru :keobjektifan guru terhadap siswa, saya akan berikan apresiasi
kepada siswa yang jujur dibanding nilai tinggi tapi hasil
menyontek. Jika ada dari siswa yang belum mampu mendapatkan
nilai yang standar, itu akan kembali kepada saya selaku guru
untuk ajang evaluasi. Sering saya sampaikan coba tanyakan hati
134

kamu, kamu bangga dengan nilai yang tinggi tapi hasil ketidak
jujuran atau dapat nilai rendah tapi hasil usahamu sendiri? Itu
juga salah satu pembentukan karakter siswa yang di mana ia
mampu menghargai jerih payah ia sendiri. Keobjektifan penilaian
mampu dilihat dari keaktifan siswa lalu kooperatif dalam proses
pembelajaran.

Peneliti :Bagaimana cara guru menilai aspek sikap sosial dan sikap
spiritual?

Guru :penilaian sikap bisa di lihat dari kesehariannya, terkait dengan


attitude peserta didik, karena setiap hari bertemu kita akan
mengetahui karakter dan kebiasan seperti apa, misalnya solatnya,
cara bergaul dengan temannya, penggunaan bahasa. Dari proses
observasi memang akan lebih absah. Jika sikap yang ditonjolkan
kurang baik, maka akan diberikan konsekuensi terhadap anak
tersebut. Jika sebaliknya akan diberikan apresiasi kapada siswa
itu.
Peneliti :Apa saja teknik yang biasa digunakan untuk menilai pada (KI-1
dan KI-2) kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial?
Guru :Teknik yang saya gunakan adalah penilaian observasi juga
pengamatan terhadap siswa, dalam penilaian jurnal juga
dilaksanakan dengan baik mulai dari mencatat hal yang kurang
baik dan sebaliknya dari peserta didik.
Peneliti :Apakah kendala yang di alami guru dalam penilaian aspek sikap
spritual dan sikap sosial ?
Guru :Dalam menilai jurnal tidak selamanya kita membawa catatan,
dan siswa di sekolah ini juga tidak sedikit, namun pada saat
memegang catatan kita akan nilai pada saat itu juga.
Peneliti :Bagaimana guru dalam pelaksanaan penilaian pada kompetensi
pengetahuan?
Guru :Untuk KI-3 itu sendiri sudah ada penilaian harian, PTS dan PAS
135

juga dalam akhir tahun ada namanya penilaian akhir tahun. Dan
hasil nilai di masukan dalam bisnis file yang di mana semua nilai
terekap.
Peneliti :Teknik apa saja yang digunakan pada kompetensi pengetahuan?
Guru :Teknik yang saya gunakan adalah tes tulis dan non tes atau
penugasan yang dimasukan ke dalam bisnis file dan tergabung
dengan KI-4.
Peneliti :Apakah kendala yang di alami guru dalam penilaian aspek
pengetahuan?
Guru :Untuk kendala sendiri itu terdapat pada hasil penilaian yang
tidak signifikan antar KD yang sudah diajarkan dengan hasilnya.
Dalam arti masih bayak siswa yang di bawah KKM dan itu
menjadi evaluasi bagi saya pribadi. Secara teoritis jika tidak
banyak siswa yang tidak lulus atau di bawah KKM maka terdapat
kesalahan pada guru, melainkan faktanya menurut saya banyak
aspek bisa dari sarana prasarana, input siswa, adapun proses
dalam pembelajaran itu sendiri. Jika semua itu bersinergi
mungkin akan mendapatkan hasil yang lebih baik dan saya secara
pribadi tidak akan kecewa terhadap siswa yang mendapatkan
nilai rendah jika proses yang dikerjakan jujur.
Peneliti :Bagaimana pelaksanaan dan cara dalam menilai aspek
keterampilan peserta didik?
Guru :Pelaksanaan yang saya lakukan pada keterampilan ini harus
berprogres, dengan portofolio yang ada menjadikan penilaian jadi
sederhana. Semisal saya memberikan tugas mengenai flora dan
fauna di dunia silahkan kalian print out beserta peta Indonesia
dan juga karakter dari setiap wilayah, dalam tugas itu
disatupadukan ke dalam portofolio yang dibuat.
Peneliti :Bagaimana penerapan teknik portofolio dalam kompetensi
keterampilan?
Guru :Dengan menggunakan teknik portofolio dan produk yang di buat
136

oleh siswa tersebut.


Peneliti :Apakah terdapat problem dalam praktinya pada KI-4
keterampilan di sekolah ini?
Guru :Kendala terdapat pada siswa yang mana jika mengerjakan dan
mengumpulkan soal selalu last minut, sehingga tugasnya
menumpuk. Mungkin manajemen waktu siswa yang harus
diperbaiki. Karena kita sering mengingatkan di awal penugasan.
Peneliti :Dalam pengolahan penilaian keterampilan ini juga semua teknik
yang digunakan memiliki format yang digunakan untuk pengisian
nilai dan itu tidak sederhana. Bagaimana guru mengatasi hal itu?

Guru :Dalam pengolahan penilaian keterampilan, dalam produk rubrik


dan bobot penyekorannya tinggal dihitung. Dan juga dalam
portofolio terdapat hasil yang dicapai siswa yang kemudian hasil
itu bisa dijadikan penilaian KD.

Peneliti :Bagaimana strategi guru dalam merancang pelaksanaan


pembelajaran? Apakah sudah mampu menyesuaikan dengan
pedoman yang diberlakukan?

Guru :Dalam merancang pelaksanaan pembelajaran yang efektif,


biasanya saya memberikan kontrak belajar yang akan dijadikan
rule satu semester kedepannya, dan rencana atau penentuan
indikator mengacu terhadap KD yang sesuai dengan pedoman
penilaian yang berlaku.

Peneliti :Dalam strategi penilaian, peserta didik di upayakan mencapai


KKM yang di tentukan. Bagaimana usaha guru dalam
mengupayakan hal tersebut?
Guru :Dalam mata pelajaran geografi itu sendiri memiliki KKM 75,
jika KD yang dicapai belum tuntas dan belum mencapai KKM
maka saya lakukan remedial teaching dan remedial test. Dan
selalu menekankan kepada literasi peserta didik.
137

Lampiran 9 Hasil Wawancara Guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN


Jakarta
Tanggal : 04 Desember 2018

Narasumber : Denden Permana Sidik, S.Pd

Jabatan : Guru Matematika

Lokasi : Ruang Administrasi MA Pembangunan UIN Jakarta

Peneliti :Bagaimana pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan?


Guru :Secara garis besar, penilaian meliputi 4 aspek yaitu KI-1 sikap
spritual, KI-2 aspek sosial, KI-3 aspek pengetahuan dan KI-4
aspek keterampilan. Dari semua KI tersebut dibutuhkan penilaian.
Untuk KI-1 dan KI-2 bentuk penilaianya sepaket biasanya, yaitu
indirec teaching atau penilaian tidak langsung, jadi seorang guru
mengamati seorang siswa dalam aspek spritual dan sosial.
Penilaian disini bisa menggunakan beberapa sumber seperti guru,
penilaian antar teman dan penilaian diri, jadi seorang siswa
mampu menilai dirinya bahkan teman sejawatnya. Sedangkan KI-
3 pengetahuan penilaianya berdasarkan masing kompetensi dasar
mulai dari KD.1.1 sampai KD.3.5 dan semua KD tersebut dinilai.
Contoh kasus pada kelas XI mata pelajaran matematika yang
terdapat 4 KD terbagi sebagai berikut KD 2.2 penilaian harian
satu, KD 3 & KD 4 itu PTS, KD 3.5 penilaian harian 2 dan KD 1
sifatnya penugasan. Sementara untuk keterampilan dinilai juga,
sejauh mana siswa itu terampil dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan matematika kalau saya sendiri di
kelas XI ini saya menggunakan teknik portofolio: mulai dari
penugasan dan sebagainya untuk menilai KD yang bersangkutan.

Peneliti :Pada pendekatan penilaian terdapat 3 pendekatan, yang pertama


penilaian atas pembelajaran, penilaian untuk pembelajaran dan
138

penilaian sebagai pembelajaran. bagaimana dalam


implementasinya?

Guru :Dalam pendekatan ini lebih terhadap penilaian sebagai


pembelajaran. Selain menilai sejauh mana kinerja siswa dalam
belajar siswa pun dilihat dari hasil belajarnya, jadi bagaimana
membelajarkan anak sehingga evaluasi yang dilakukan dari hasil
penilaian tersebut. Contoh dalam pengamatan dalam menilai
penugasan harian siswa apakah sudah mampu mencapai
kompetensi yang diinginkan. Jika belum, di remedial atau
perbaikan dan setelah remedial jika siswa sudah tuntas berarti
sudah tercapai juga kompetensi yang diinginkan.

Peneliti :Bagaimana seorang guru mampu melaksanakan prinsip penilaian


secara menyeluruh dan sistematik. sedangkan tugas guru dengan
mengajarpun sudah cukup banyak?

Guru :Jadi antara pengajaran dan penilaian itu sepaket. Mulai dari
perencanaan, melakukan proses pembelajaran sampai dengan
menilai dan mengevaluasi. Sebetulnya tidak alasan bagi guru jika
beban kerjanya berat dan penilaian itu dikesampingkan karena itu
sudah serangkaian tugas guru yang harus dilaksanakan. Dan hasil
penilaian tersebut di tindak lanjuti, pertama untuk menilai guru
juga sejauh mana performa guru dalam mengajar serta sejauh
mana keberhasilan siswa kita dalam pembelajaran jadi memang
secara keseluruhan. Jadi itulah kiranya dalam prinsip penilaian
secara menyeluruh.

Peneliti :Apakah guru mampu melaksanakan prinsip penilaian secara


objektif?
Guru :Kita pun menilai secara objektif. Misalkan dalam KI-1 dan KI-2
yang bersifat pengamatan dengan dibuatnya pernyataan-
pernyataan yang sekiranya mengacu terhadap kompetensi inti
139

yang diinginkan, biasanya guru memilki jurnal selama


pembelajaran dan melukakan penilaian terhadap sikap yang
menonjol, baik ataupun buruk.jika siswa membuat kesalahan,
tulis dan mencatat tanggal dan motif kesalahanya seperti apa
begitupun kebalikanya jika melakukan perbuatan yang positif
itupun dicatat semuanya berdasarkan faktual. Dan penilaian di
nilai dari berbagai sumber. Begitupun dalam penilaian
pengetahuan, yaitu indikator yang dicapai harus sesuai dengan
Kompetensi Dasar dan soal-soal ujian pun mengacu dalam KD
tersebut jadi tidak keluar dari pencapaian kompetensi dasar yang
diinginkan. Dalam pelaksanaanya saya sendiri membuat soal
dengan berbagai tipe atau paket. Secara teknik duduk siswa pun
saya atur guna meminimalisir pencontek. Itulah upaya dalam
menjaga keobjektifan penilaian.

Peneliti :Bagaimana cara guru menilai aspek sikap sosial dan sikap
spiritual?

Guru :Dalam menilai aspek sikap sosial dan spritual ini, saya nilai
dengan instrumen jurnal siswa yang kedua menyebarkan angket
kepada siswa yang bersangkutan maupun yang penilaian antar
teman untuk menilai kedua aspek tersebut.

Peneliti :Apa saja teknik yang biasa digunakan untuk menilai pada (KI-1
dan KI-2) kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial?

Guru :Teknik yang saya gunakan adalah penilaian jurnal, penilaian diri
dan penilaian antar teman. Semua itu saya gunakan dalam
penilaian pembelajaran pada mata pelajaran saya.

Peneliti :Apakah kendala yang di alami guru dalam penilaian aspek sikap
spritual dan sikap sosial ?
140

Guru :Dalam menilai yang sifatnya angket kita bisa melakukan rutin
sebulan sekali misalkan, karena relatif banyak, itu minimun
dilaksanakan setahun sekali tapi kalau bisa satu semester sekali,
itu harus ada. Dan karena waktu yang terbatas juga, karena
melibatkan siswa banyak dan pemetaan juga dilakukan guna
keefektifan penilaian. Intinya tidak bisa dilaksanakan secara rutin.

Peneliti :Bagaimana guru dalam pelaksanaan penilaian pada kompetensi


pengetahuan?

Guru :Untuk menilai KD kebijakan di sini harus essay dalam


penugasan harian. Dan untuk penilaian tengah semester dan akhir
semester. Untuk PH guru yang mengelola sendiri tapi untuk PTS
dan PAS itu ada panitianya dan bentuk soal dalam PH essay
semua bentuk soalnya dan untuk PTS dan PAS bentuk soalnya
essay dan pilihan ganda. Serta dalam pengoreksian soal PTS dan
PAS kita sudah menggunakan alat bantu scanner, jadi tidak
memakan waktu lama. Sehingga valid nilai yang keluar. Dan
untuk penentuan jumlah butir soalnya tergantung kebijakan dan
beragam juga. Untuk tindak lanjut penilaian guru mengadakan
remedial juga untuk anak yang belum tuntas dalam KD yang
ditentukan dengan KKM keseluruhan 75.

Peneliti :Teknik apa saja yang digunakan cada kompetensi pengetahuan?

Guru :Teknik yang saya gunakan adalah tes tulis bukan tes lisan untuk
menilai KD pada aspek penilaian pengetahuan, dalam penugasan
harian bentuk solanya essay namun untuk penilaian tengah
semester dan akhir semester itu bentuk soalnya ada essay dan
pilihan ganda.

Peneliti :Apakah kendala yang di alami guru dalam penilaian aspek


pengetahuan?
141

Guru :Kendala yang di alami paling dalam waktu mengoreksi soal PH,
di sekolah ini memilki kebijakan batas pengumpulan nilai
seminggu. Jadi menurut kepala sekolah, hasil ulangan dapat
dibagikan dalam waktu seminggu setelah ulangan telah selesai.
Karena bentuknya essay jadi kita harus teliti tidak seperti pilihan
ganda. Dan juga dalam remedial memakan cukup banyak waktu
dengan rangkaian yang ditentukan terkadang anaknya juga yang
tidak mau dan tidak datang itukan menjadi kendala bagi guru.

Peneliti :Bagaimana pelaksanaan dan cara dalam menilai aspek


keterampilan peserta didik?

Guru :Jadi kalau dalam matematika, keterampilan pada contoh KD,


siswa mampu menerapkan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari berarti saya menerjemahkanya ketika ada soal cerita
yang sifatnya kontekstual, ketika siswa sudah mampu
menyelesaikanya itu sudah termasuk keterampilan juga. Dalam
matematika antara keterampilan dan pengetahuan relatif sama,
jadi aplikatifnya. Dan dalam proses pembelajaranya sejauh mana
siswa itu terampil dalam menyelesaikan soal dalam matematika
itu juga saya ukur.

Peneliti :Bagaimana penerapan teknik portofolio dalam kompetensi


keterampilan?

Guru :Dengan menggunakan teknik portofolio, siswa wajib mencatat


pelajaran saya dan mengerjakan tugas. Setiap KD siswa diberi
tugas sehingga tugas itu menjadi portofolio untuk siswa tersebut.
Tidak hanya portofolio saja, melainkan teknik proyek atau
produk. dalam semester genap kemarin mencoba di lab
mendemonstrasikan dalam indikator turunan fungsi diferensial,
siswa menyelesaikan permasalahan kontekstual, dan diwujudkan
142

benda nyatanya, lalu saya membuat rubrik untuk penilaianya, jadi


teknik dalam penilaian keterampilan ini tergantung KD.

Peneliti :Apakah terdapat problem dalam praktinya pada KI-4


keterampilan di sekolah ini?

Guru :Kendala relatif tidak ada, paling untuk laporan penugasan proyek
yang dikerjakan di rumah, kadang siswa telat mengumpulkan.

Peneliti :Dalam pengolahan penilaian keterampilan ini juga semua teknik


yang digunakan memiliki format yang digunakan untuk pengisian
nilai dan itu tidak sederhana. Bagaimana guru mengatasi hal itu?

Guru :Dalam pengolahan penilaian keterampilan, untuk produk rubrik


dan bobot peskoranya tinggal dihitung. Jadi setiap siswa
memiliki nilai dari keterampilan ini.

Peneliti :Bagaimana strategi guru dalam merancang pelaksanaan


pembelajaran? Apakah sudah mampu menyesuaikan dengan
pedoman yang diberlakukan?

Guru :Dengan menyesuaikan pembelajaran dan pedoman, guru sudah


mampu merancang KD yang baik sehingga kegiatan
pembelajaran dan penilaian berjalan efektif. Karena dengan
mengacu kepada pedoman penilaian siswa juga mampu mencapai
kompetensi yang diinginkan.

Peneliti :Dalam strategi penilaian, peserta didik di upayakan mencapai


KKM yg di tentukan. Bagaimana usaha guru dalam
mengupayakan hal tersebut?

Guru :Jadi kita punya patokan yaitu KKM sendiri, dan dalam mata
pelajaran ini 75 untuk KKM nya. Dengan adanya proses
pembelajaran dengan serangkaian penugasan, pembelajaran di
kelas dan saya sebelum pulang selalu merekap tugas, sehingga
143

syarat ulangan semua tugas sudah terisi, dan terdapat review


sebelum hari ujian dilaksanakan setelahnya ulangan, jika belum
ada yang tuntas juga, remedial.

Lampiran 10 Hasil Wawancara Guru di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN


Jakarta
Tanggal : 05 Desember 2018

Narasumber : Isma Maryam, S.Pd

Jabatan : Guru Bhs. Inggris

Lokasi : Ruang Administrasi MA Pembangunan UIN Jakarta

Peneliti :Bagaimana pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilakukan?


Guru :Untuk penilaian itu sendiri mencangkup 4 kompetensi yaitu
kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan
keterampilan. Untuk kompetensi pengetahuan ada berupa
mengerjakan soal untuk latihan, ada juga penilaian harian dan
untuk keterampilan itu sendiri ada penilaian proyek, dalam mata
pelajaran bahasa inggris itu sendiri ada speaking atau persentasi
dan sebagainya. Idealnya seoarang guru ingin anak didiknya
berani berbicara di depan. Untuk kendala yang dihadapi adalah
waktu yang terbatas karena bahasa itu perlu pengayaan yang
lebih.

Peneliti :Pada pendekatan penilaian terdapat 3 pendekatan, yang pertama


penilaian atas pembelajaran, penilaian untuk pembelajaran dan
penilaian sebagai pembelajaran. bagaimana dalam
implementasinya?

Guru :Idealnya pendekatan penilaian mampu terlaksana dengan baik


jadi dampaknya bisa kembali kepada peserta didik, sehingga
kemampuannya dapat tercapai, atau sesuai dengan KD yang kita
harapkan. Dan semuanya telah saya terapkan pada mata pelajaran
144

bahasa inggris ini. Pada intinya pendekatan yang saya lakukan


adalah penilaian sebagai pembelajaran yang mana siswa
mendapatkan impact dari hasil penilaian pembelajaran.

Peneliti :Bagaimana seorang guru mampu melaksanakan prinsip penilaian


secara menyeluruh dan sistematik. sedangkan tugas guru dengan
mengajarpun sudah cukup banyak.

Guru :dengan adanya pedoman yang diberlakukan khususnya


rangkaian rubrik penskoran lembar jurnal dan sebagainya yang
sudah dibuat di awal, jadi kita mengacu terhadap itu saja tidak
mulai dari nol lagi. Sedangkan jika ada revisi, bisa di rubah di
tahun depannya.

Peneliti :Apakah guru mampu melaksanakan prinsip penilaian secara


objektif?

Guru :Pada prinsip ini saya selaku guru bahasa inggris selalu di
upayakan dalam menjaga keobjektifan nilai, saya sering
menggunakan portofolio untuk penilaian, selain itu juga
memerintahkan siswa untuk membuat karangan berbahasa inggris,
jika pada penilaianya salah saya selalu berikan note di bawahnya.
Dengan adanya rubrik yang dibuat guru kesalahan siswa bisa
terukur dan penilaian yang diberikan pasti nilai yang objektif.

Peneliti :Bagaimana cara guru menilai aspek sikap sosial dan sikap
spiritual?

Guru :Untuk penilaian sikap, spiritual maupun sosial kami memiliki


catatan tersendiri, Jika ia melakukan tindakan yang menonjol
baik positif dan negatif kami masukan ke dalam catatan dan kami
laporkan kepada wali kelas atau guru BK. Dan jika siswa
melakukan tindakan baik itu akan diapresiasi diberikan pujian
jika misalkan tindakanya negatif, ada beberapa konsekuensi yang
145

harus diterima, jika berbicara kasar ia kena denda dan uangnya di


masukan infaq atau amal yang disediakan kotak infaqnya oleh
sekolah. Adapun usaha prefatif, ada tindak lanjut jika tindakanya
berlebihan langsung ditangani BK.

Peneliti :Apa saja teknik yang biasa digunakan untuk menilai pada (KI-1
dan KI-2) kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial?

Guru :Dalam teknik penilaian sikap, selain menggunakan lembar


catatan/jurnal, penilaian diri dan antar teman sudah diberlakukan.

Peneliti :Apakah kendala yang di alami guru dalam penilaian aspek sikap
spritual dan sikap sosial ?

Guru :sikap itu kan yang sudah tumbuh dari ia kecil sampai dewasa.
Jadi tidak serta merta dapat berubah langsung dan butuh proses
panjang. kendala dalam penilaian sikap adalah kembali kepada
muridnya dengan ia melanggar kita sebagai guru akan terus
mengingatkan dan mengarahkan untuk lebih baik.

Peneliti :Bagaimana guru dalam pelaksanaan penilaian pada kompetensi


pengetahuan?

Guru :Untuk KI-3 sendiri, untuk mengetahui penilaianya itu bisa


dengan soal latihan, biasanya diperiksa bersama jika itu bukan
tugas membuat kerangsangan berbahasa, agar semua siswa
mengetahui kesalahanya dan pembenarannya masing-masing, itu
pun tidak terlepas dari awasan guru. Kalau untuk writing saya
yang harus menilai secara individu, memberitahu kesalahannya
apa dan di mana terus bagaimana si siswa mampu membuat
outline yang bagus. Kemudian jika terdapat nilai yang di bawah
KKM ada remedial atau tambahan waktu pelajaran. Dan untuk
yang tidak remedial terdapat pengayaan berlaku untuk penilaian
tengah semester.
146

Peneliti :Teknik apa saja yang digunakan cada kompetensi pengetahuan?

Guru :Teknik yang digunakan dalam KI-3 berupa penugasaan/ soal


harian, PTS dan PAS berdasarkan tulisan.

Peneliti :Apakah kendala yang di alami guru dalam penilaian aspek


pengetahuan?

Guru :Kendala dalam aspek ini, karena ini bahasa inggris tidak semua
siswa mampu menguasai bahasa inggris, apalagi ketika mereka di
minta mengemukakan pendapat sehingga nilai remedialnya
lumayan banyak, mungkin disitu kendala yang ada.

Peneliti :Bagaimana pelaksanaan dan cara dalam menilai aspek


keterampilan peserta didik?

Guru :Dalam KI-4 ini siswa pernah juga di minta membuat contoh
surat lamaran adapun diskusi, debat karena terdapat KD tentang
diskusi jadinya saya membagi mereka ke dalam beberapa
kelompok dan di sana mereka di minta untuk debat dan
mengemukakan pendapat mereka.

Peneliti :Bagaimana penerapan teknik portofolio dalam kompetensi


keterampilan?

Guru :yang sudah pasti ada yaitu, proyek dengan produk, presentasi
pun dilaksanakan terus yang terakhir diskusi. Untuk portofolio
karena siswa sudah menggunakan google classroom sehingga
hasil kerja mereka bisa langsung di upload”

Peneliti :Apakah terdapat problem dalam praktinya pada KI-4


keterampilan di sekolah ini?

Guru :Kendalanya adalah, ketika mereka tidak mahir dalam bahasa


inggris, jadi pada akhirnya menghafal apa yang mereka harus
katakan saat debat atau persentasi, harapan saya pribadi inginya
147

siswa mampu spontan dan percaya diri dalam mengemukakan


pendapat menggunakan bahasa inggris tanpa harus menghafal
dahulu atau terpaku pada teks yang mereka buat.

Peneliti :Dalam pengolahan penilaian keterampilan ini juga semua teknik


yang digunakan memiliki format yang digunakan untuk pengisian
nilai dan itu tidak sederhana. Bagaimana guru mengatasi hal itu?

Guru :kami terbantu oleh google, dan menggunakan teknik ATM


(amati tiru dan modifikasi) dalam pengolahan nilai sendiri,
karena saya bukan wali kelas, jadi tidak mengalami kesulitan,
hanya tinggal melaporkan.

Peneliti :Bagaimana strategi guru dalam merancang pelaksanaan


pembelajaran? Apakah sudah mampu menyesuaikan dengan
pedoman yang diberlakukan?

Guru :Secara garis besar saya sudah mengikuti apa yang tertuang
dalam pedoman penilaian, inti dari guru itu harus mendidik
dilapangan, ketika harus membuat administrasi yang cukup
banyak, menguras energi dan tenaga kami untuk mengurus itu
dibanding fokus terhadap anak. Mungkin idealnya memang
mengikuti apa yang ada dalam pedoman, namun kami seorang
guru memiliki pandangan yang berbeda, karena itu semua terlalu
complicated di lapangan. Beruntungnya ada tim bantu dalam
administrasi guru di sekolah ini.

Peneliti :Dalam strategi penilaian, peserta didik di upayakan mencapai


KKM yg di tentukan. Bagaimana usaha guru dalam
mengupayakan hal tersebut?

Peneliti :Saya mempunyai pengalaman, ada beberapa siswa saya yang


memiliki kemampuan kognitif itu rendah, jadi nilai yang
didapatkan selalu di bawah KKM, akhirnya saya memutuskan
148

untuk melakukan jam tambahan kepada siswa tersebut, salah satu


upaya dalam pembelajaran, ketika sedang memberikan tugas
terhadap siswa, saya sebagai guru keliling kelas untuk
memastikan si siswa tersebut mampu mengerjakan dengan baik.
Karena secara pribadi jadi guru itu memiliki kepuasan batin
tersendiri agar siswa mampu memahami apa yang telah di ajarkan
oleh guru tersebut.

Lampiran 11 Instrumen Hasil Observasi Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar di


Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta
Hasil Observasi
No Pernyataan Keterangan
Ya Tidak
1 Guru membuat perencanaan

penilaian di dalam RPP
2 Guru melaksanakan penilaian
sesuai dengan RPP √
3 Guru mengikuti petunjuk Berpacu kepada

penilaian pedoman penilaian
terbaru.
4 Guru membuat teknik

penilaian sikap
5 Guru membuat teknik

penilaian pengetahuan
6 Guru membuat teknik

penilaian keterampilan
7 Guru membuat instrumen

penilaian sikap
8 Guru membuat instrumen Sesuai dengan RPP

penilaian pengetahuan
9 Guru membuat instrumen Namun tidak semua

penilaian keterampilan guru menerapkan
instrumen yang sama.
10 Guru melaksanakan penilaian Intrumen yang di buat
menggunakan instrumen √ sesuai dengan pedoman
penilaian yang di
sosialisasikan oleh
pemerintah
11 Siswa telah memenuhi KKM

yang ditentukan
149

12 Ada tindak lanjut yang Melaksanakan remedial



diberikan guru kepada murid yang
mendapatkan nilai di
bawah KKM dan
memberikan pelajaran
tambahan kepada murid
yang mendapatkan nilai
tinggi.

Lampiran 12 Hasil Dokumentasi Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar di Madrasah


Aliyah Pembangunan UIN Jakarta

Bangunan Madrasah Aliyah Perpustakaan Madrasah Aliyah


Pembangunan Pembangunan

Laboratorium IPA Madrasah Aliyah Laboratorium Bahasa Madrasah Aliyah


Pembangunan Pembangunan
150

Ruang Kelas Madrasah Aliyah Laboratorium Komputer Madrasah Aliyah


Pembangunan Pembangunan

Lapangan Futsal Madrasah Aliyah


Pembangunan

Buku Tata Tertib Peserta didik Madrasah


Aliyah Pembangunan
151

Ujian lisan fiqih pada penilian kompetensi


Pelaksanaan pembelajaran pada KI-4
keterampilan
keterampilan

RPP Madrasah Aliyah Pembangunan


Kalender Akademik Madrasah Aliyah
Pembangunan
152

Rapor/ Capaian Hasil Belajar Peserta


Didik Madrasah Aliyah Pembangunan

Lampiran 13 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi


153
154

Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Penelitian di Madrasah Aliyah Pembangunan


UIN Jakarta
155

Lampiran 15 Tabel Uji Referensi


156
157
158
159
160
161

Lampiran 16 Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

Nama saya Naufal Misbahuddin. Saya lahir di


Bogor, pada tanggal 09 September 1996. Saya
anak kedua dari empat bersaudara, dari
pasangan Ayahanda Ismail dan Ibunda Ida
Farida. Saat ini saya bertempat tinggal di Kp.
Citugu, 02/11, Tugu Jaya, Cigombong, Bogor.
Saya telah menempuh pendidikan di TK
Pertiwi Tahun 2001-2002, SDN Cigombong
01 Tahun 2002-2008, MTs Daarul Uluum
Lido Tahun 2008-2011, MA Daarul Uluum
Lido Jurusan IPA Tahun 2011-2014 dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan, Tahun
2015-2019. Motto hidup saya “Menjadi biasa dan melakukan sesuatu yang luar
biasa”. Alamat email saya, Naufalmisbahuddin1996@gmail.com.

Anda mungkin juga menyukai