Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai
ke jaringan tubuh yang membutuhkan(1). Hipertensi merupakan penyakit yang sangat
berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini.
Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi(2). Hipertensi telah
lama diketahui sebagai penyakit yang melibatkan banyak faktor baik faktor internal
seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor eksternal seperti pola makan,
kebiasaan olahraga dan lain-lain.(3) penyakit ini dikenal sebagai "silent killer" karena
tidak memiliki gejala awal tetapi dapat menyebabkan penyakit jangka panjang dan
komplikasi yang berakibat fatal(4).
Menurut WHO secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki
tekanan darah tinggi (hipertensi). Sepertiga dari populasi orang dewasa di Asia
Tenggara termasuk Indonesia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi
kematian pada semua umur di Indonesia (2). Di Indonesia, angka kejadian hipertensi
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Departemen Kesehatan tahun 2013
mencapai sekitar 25,8%.(5). Berdasarkan hasil utama riskesdas 2018 prevalensi
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun menurut
provinsi mulai dari tahun 2007 sampai tahun 2018 dengan kalimantan selatan dengan
kasus terbanyak hingga 44,1% dan meningkat disetiap tahunnya dan provinsi Papua
dengan kasus terendah yaitu 22,2%. Sedangkan Sultra pada tahun 2007 mengalami
peningkatan kemudian mengalami penurunan drastis pada tahun 2013 lalu kemudian
naik lagi pada tahun 2018 walaupun tidak setinggi pada tahun 2007(6).
Faktor resiko hipertensi dapat dibedakan atas faktor yang tidak dapat dikontrol
(seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti
kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam).
Hipertensi juga dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen
seperti neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun yang bersifat eksogen seperti
rokok, nutrisi dan stres(2)
Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan
penyakit jantung koroner, infark (kerusakan jaringan) jantung, stroke, dan gagal ginjal
(Calhoun et al., 2008)(5), Akibat lain yang ditimbulkan tekanan darah yang selalu
tinggi adalah pendarahan selaput bening, pecahnya pembuluh darah di otak serta
kelumpuhan. Jika tekanan darah semakin tinggi maka semakin berat pula kerja
jantung dan jika tidak segera diobati jantung akan menjadi lemah untuk melaksanakan
beban tambahan. Hal tersebut memungkinkan terjadinnya penyempitan pembuluh
darah dan gagal jantung dengan gejala seperti kelelahan, napas pendek, serta
kemungkinan terjadi pembengkakan pada kaki (Sutanto, 2010)(7).
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non
farmakologis (8)Pemberian terapi non farmakologis relatif praktis, efisien dan dapat
menekan pengeluaran. Beberapa jenis terapi non farmakologis diantaranya
akupresure, terapi jus, pijat, yoga, pengobatan herbal, pernafasan dan relaksasi,
relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik relaksasi (Bulecheck, dkk 2013
dalam Erwanto, dkk 2017).(7)

B. Tujuan penulisan
1. Mahasiswa mengetahui proses terjadinya hipertensi
2. Mahasiswa mengetahui proses mencegah dan mengurangi faktor resiko
hipertensi
3. Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan untuk kasus
hipertensi

C. Manfaat penulisan
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk
kasus hipertensi
2. Bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi serta menambah
wawasan agar lebih mengetahui apa yang dimaksud dengan hipertensi dan
sebagainya.
3. Bagi ilmu keperawatan, makalah ini dapat dijadikan salah satu update
referensi mengenai kasus hipertensi
BAB II

KONSEP KELUARGA

A. Pengertian keluarga
Beberapa definisi keluarga,antara lain sebagai berikut :
1. Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan
darah, adopsi,perkawinan, atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama)dan
adanya hubungan psikologis(ikatan emosional) (Siti Nur Kholifah, 2016)(ZAMNI
2018)
2. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dan saling ketergantungan( departemet kesehatan RI dalam
siti,N,K,2016)(ZAMNI 2018)
3. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep Kes RI, 1998) dalam Ns. Komang
Ayu Henny Achjar (2010)(YUANA 2020)

B. Karakteristik keluarga
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi
2. Anggota keluarga hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak, adik
4. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota (Salvari Gusti,
2013) dalam (YUANA 2020)

C. Tipe keluarga
Dalam (ZAMNI 2018) dan (YUANA 2020)Berbagai tipe keluarga sebagai berikut:
1. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe yaitu:
a. The Nuclear Family ( keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami,
istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
b. The dyad family ( keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri dari atas
suami dan istri tanpa anak
c. Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
d. Single adult,yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa.
Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak
mempunyai suami.
e. Extended family, keluarga yang terdiri atas keluaga inti ditambah keluarga
lain, seperti paman, bibi, kakek, dan sebagainya.Tipe keluarga ini banyak
dianut oleh keluarga indonesia terutama di daerah pedesaan.
f. Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah (baik
suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun karir
sendiri atau sudah menikah.
g. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang –barang pelayanan, seperti dapur dan
kamar mandi yang sama
2. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe kelurga nontradisional, tipe keluarga ini
tidak lazim ada di indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
a. Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua
dan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. Cohabitating couple. Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
c. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis kelamin
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/
saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

D. Fungsi keluarga
Menurut friedman dalam (Anizarwan 2018) dan (ZAMNI 2018)fungsi keluarga ada
lima antara lain :
1. Fungsi afektif Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan
kebutuhan psikososial anggota keluarga.Melalui pemenuhan fungsi ini, maka keluarga
akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama, membentuk sifat kemanusiaan
dalam diri anggota keluarga,stabilitas kepribadian dan tingkah laku, kemampuan
menjalin secara lebih akrab, dan harga diri.
2. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya
diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, karena individu
secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang
terpola secara sosial yang mereka alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan
atau perubahan yangdialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial
dan pembelajaran peran-peran sosial.
3. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan.
Perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat(yang mempengaruhi status kesehatan
anggota keluarga secara individual) merupakan bagian yang paling relevan dari fungsi
perawatan kesehatan.
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga.
c. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan.
d. Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat.
e. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas.

E. Tahap dan tugas perkembangan keluarga


Dalam (YUANA 2020)(ZAMNI 2018)(Anizarwan 2018)Terdapat delapan tahap
perkembangan keluarga yang perlu di ketahui yaitu :

1. Tahap Keluarga Pemula atau Pasangan Baru


Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan yang
harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2. Tahap keluarga sedang mengasuh anak
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu membentuk keluarga muda
sebagai suatu unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar denganmenambahkan peran
orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga
besar masing- masing pasangan.
3. Tahap keluargadengan anak usia pra sekolah
Tugas perkembangannya adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap
memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai
mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
Tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan mengembangkan dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar
teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5. Tahap keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu menyeimbangkan kebebasan dan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua
dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah.
6. Tahap keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
Tugas perkembangannnya adalah memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-anak,
melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua
lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri, membantu anak mandiri,
mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara orang tua
dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi setelah ditinggalkan anak.
7. Tahap orang tua usia petengahan
Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan
kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti para
orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, menjaga keintiman,
merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan kesehatan masing-
masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
8. Tahap keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap perkembangan keluarga ini adalah yaitu mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyeuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk
memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang menyenangkan
antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti
berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai elevasi persisten dari tekanan darah sistolok
(TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik(TDD) pada level
90 mmHg atau lebih.(9)
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di
masyarakat. Hipertensi bukanlah penyakit menular, namun penyakit ini merupakan
penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta
produktivitas (5).

B. Etiologi
Penyebab hipertensi belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
risiko yang dapat menjadi pemicu terjadinya hipertensi mulai dari faktor yang tidak
dapat diubah dan faktor yang dapat diubah(9).
1. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap polenik dan multifaktorial yaitu, pada seseorang dengan
riwayat hipertensi keluarga, beberapa gen mungkin berinteraksi dengan yang
lainnya dan juga lingkungan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik dari
waktu kewaktu. Kecenderungan genentis yang membuat keluarga tertentu
lebih rentan terhadap hipertensi mungkin berhubungan dengan peningkatan
kadar natrium intraselular dan penurunan rasio kalsium-natrium, yang lebih
sering ditemukan pada orang berkulit hitam. klien dengan orang tua yang
memiliki hipertensi berada pada risiko hipertensi yang lebih tinggi pada usia
muda.

b. Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun. Peristiwa
hipertensi meningkat dengan usia 50-60% klien yang berumur lebih dari 60
tahun memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg. Penelitian
epidimologi, bagaimanapun juga, telah menunjukan prognosis yang lebih
buruk pada klien yang hipertensinya mulai pada usia muda. Hipertensi sistolik
terisolasi umumnya terjadi pada orang yang berusia 50 tahun, dengan hampir
24% dari semua orang terkena pada usia 80 tahun.
c. Jenis kelamin
Pada keseluruhan insiden, hipertensi lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita sampai kira-kira usia 55 tahun. Risiko pada pria dan
wanita hampir sama antara usia 55 sampai 74 tahun; kemudian, setelah usia 74
tahun, wanita brisiko lebih besar.
d. Etnis
Statistik moralitas mengindikasikan bahwa angka kematian pada wanita
berkulit putih dewasa dengan hipertensi lebih rendah pada angka 4,7%; pria
berkulit putih pada tingkat pada tingkat terendah berikutnya yaitu 6,3% dan
pria berkulit hitam pada tingkat terendah berikutnya yaitu 22,5%; angka
kematian tertinggi pada wanita berkulit hitam pada angka 29,3%. Alasan
peningkatan prevalensi hipertensi di antara orang berkulit hitam tidaklah jelas,
akan tetapi penignkatanya dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah,
sensitivitas yang lebih besar terhadap vasoprenin, tinggianya asupan garam,
dan tingginya stres lingkungan.
2. Faktor-faktor risiko yang dapat diubah
a. Diabetes
hipertensi telah terbukti terjadi lebih dari dua kali lipat pada klien diabetes
menurut beberapa studi penelitian terkini, diabetes mempercepat aterosklerosis
dan menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah besar.
Oleh karena itu hipertensi akan menjadi diagnosis yang lazim pada diabetes,
meskipun dibetesnya didiagnosis dengan hipertensi, keputusan pengobatan
dan perawatan tindak lanjut harus benar-benar individual dan agresif.
b. Stres
Stres meningkatkan resistansi vaskular perifer dan curah jantung serta
menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Dari waktu ke waktu hipertensi
dapat berkembang. Stresor bisa banyak hal, mulai dari suara, infeksi,
peradangan, nyeri, berkurangnya suplai oksigen, panas, dingin, trauma,
pengerahan tenaga berkepanjangan, respons pada peristiwa kehidupan,
obesitas usia tua, obat-obatan, penyakit pembedahan dan pengobatan medis
dapat memicu respons stres.
c. Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas (tubuh berbentuk “apel”), dengan
meningkatnya jumlah lemak sekitar diafragma, pinggang, dan perut,
dihubungkan dengan pengembangan hipertensi. Orang dengan kelebihan berat
badan tetapi mempunyai kelebihan paling banyak dipantat, pinggul, dan paha
(tubuh berbentuk “pear”) berada pada risiko jauh lebih sedikit untuk
pengembangan hipetensi sekunder dari pada peningkatan berat badan saja.
Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai dengan sindrom
metabolis, yang juga meningkatkan risiko hipertensi.
d. Nutrisi
Konsumsi natrium bisa menjadi faktor penting dalam perkembangan
hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang terkena hipertensi akan
sensitif terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab
pencetus hipertensi pada individu ini. Diet tinggi garam mungkin
menyebabkan pelepasan hormon natriuetik yang berlebihan, yang mungkin
secara tidak langsung meningkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga
menstimulasi mekanisme vasopresor di dalam sistem saraf (SSP). Penelitian
juga menunjukan bahwa asupan diet rendah kalsium dan magnesium dapat
berkontribusi dakam pengembangan hipertensi.
e. Penyalahgunaan obat
Merokok iogaret, menkonsumsi banyak alkohol dan beberapa pengguaan obat
terlarang merupakan faktor-faktor risiko hipertensi. Pada dosis tertentu
nikoton dalam rokok sigaret serta obat serta obat seperti kokain dapat
menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung. Namun bagaimanapun
juga, kebiasaan memakai zat ini telah turut meningkatkan kejadian hipertensi
dari waktu ke waktu. Kejadian hipertensi juga tinggi di antara orang yang
minum 3 ons etanol perhari. Pengaruh dari kafein yang kontroversional.
Kafein meningkatkan tekanan darah akut tidak mnghasilkan efek
berkelanjutan.

C. Patofisiologi

1. Hipertensi primer (esensial)


Hipertensi primer kemungkinan besar terjadi karena kerusakan atau malfungsi
pada beberapa atau semua sistem ini; sistem baroreseptor dan kemoreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiostensin,autoregulasi
vaskular, agaknya bukan kerusakan tunggal yang menyebabkan hipertensi
esensial pada semua orang yang terkena.
Baroreseptor dan kemoresptor arteri bekerja secara refleks untuk mengontrol
tekanan darah. Baroreseptor, reseptro pemegang utama, ditemukan pada sinus
karotis, aorta, dan dinding bilik jantung kiri. Mereka memonitor tingkat
tekanan darah dan mengatasi melalui vasodilastasi dan memperlambat denyut
jantung melalui saraf vagus. Kemoreseptor, berada di medula dan tubuh
konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen (pH) dalam darah.
Penurunan konsetrasi oksigen arteri atau pH menyebabkan kenaikan refleksif
pada tekanan, sementara kenaikan konsentrasi karbon dioksida menyebabkan
penurunan tekanan darah. Perubahan-perubahan pada volume cairan
memperngaruhi tekanan arteri sistemik. Dengan demikian kelainan dalam
transpor natrium dalam tubulus ginjal mungkin menyebabkan hipertensi
esensial. Ketika kadar natrium dan air berlebih, volume total darah meningkat
dengan demikian meningkatkan tekanan darah. Perubahan-perubahan
patologis yang mengubah ambang tekanan darah sistemik. Selain itu, produksi
hormon penahan natrium yang berlebihan menyebabkan hipetensi.
Renin dan angiostensin memainkan peran dalam pengaturan tekanan darah.
Renin adalah enzim yang diproduksi oleh ginjal yang mengatasi
substratprotein plasma untuk memisahkan angiostensin I yang dihilangkan
eolh enzim pengubah ke paru-paru untuk membentuk angiostensin II dan
kemudian angiostensin III. Angiostensin II dan III bertindak sebagai
vasokonstriktor dan juga merangsang pelepasan aldosteron. Dengan
meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik, angiostensin II dan III
tampaknya juga menghambat ekskresi natrium, yang menghasilkan naiknya
tekanan darah. Sekresi renin yang bertambah telh diteliti sebagai penyebab
meningkatnya resisten vaskular periferal pada hipertensi primer(9).
Sel endotel vaskular terbukti penting dalam hipertensi. Sel endotel
memproduksi nitrat oksida yang mendilatasi arteriol dan endotelium yang
mengontriksikannya. Disfungsi endotelium telah berimplikasi pada hipertensi
esensial manusia(9).
2. Hipertensi sekunder
Banyak masalah ginjal, vaskular, neurologis, dan obat dan makanan yang
secara langsung atau tidak langsung berpengaruh negatif terhadaf ginjal dapat
mengakibatkan gangguan serius pada organ-organ ini yang mengganggu
ekskresi natrium, perfusi renal, atau mekanisme renin-angiostensin-aldosteron,
yang mengakibatkan naiknya tekanan darah dari waktu ke waktu(9).
Glomerulonefritis dan stenosis arteri renal kronis adalah penyebab yang paling
umum dari hipertensi sekunder. Juga, kelenjar adrenal dapat mengakibatkan
hipertensi sekunder jika ia memproduksi aldosteron, kortisol, dan katekolamin
berlebih. Kelebihan aldosteron mengakibatkan renal menyimpan natrium dan
air, memperbanyak volume darah, dan menaikkan tekanan darah.
Feokromositoma, tumor kecil di medula adrenal, dapat mengakibatkan
hipertensi dramatis karena pelepasan jumpa epinefrin dan norepinofrin
(disebut-katekolamin) yang berlebihan. Permasalahan adrenokorsikal lainya
dapat mengakibatkan produksi kortisol yang berlebihan( sindrom chusing).
Klien dengan sindrom chusing memiliki 80% risiko pengembangan hipertensi.
Kortisol meningkatkan tekanan darah dengan meningkatnya simpanan natrium
renal, kadar angiotensin II, dan reaktivitas vaskular terhadap norepinefrin.
Stres kronis meningkatkan kadar katekolamin, aldosteron, dan kortisol dalam
darah(9).

3. Perubahan pembuluh
Pada awal perjalanan perkembaangan hipertensi, tidak ada perubahan
patologis nyata pada pembukuh darah dan organ darah yang dapat dilihat
selain dari elevasi intermiten tekanan darah(hipertensi labil). Dengan
perlahan, penyebaran perubahan patologis terjadi baik dalam pembuluh darah
kecil dan kecil dan di jantung, ginjal, dan otak(9).
Pembuluh besar, seperti aorta, arteri koroner, arteri basilaris ke otak, dan
pembuluh darah perifer pada organ tubuh, menjadi sklerosis, berkelok, dan
lemah. Luminanya sempit, dengan hasil menurunnya aliran darah ke jantung,
otak, dan ekstremitas bawah. Oleh karena kerusakan berlanjut,pembuluh besar
mungkin menjadi tersumbat dan mungkin menjadi perdarahan, yang
menyebabkan infark jaringan yang disuplai oleh pembuluh yang dengan tiba-
tiba tekah diambil suplay darahnya(9).
Kerusakan pembuluh kecil, sama berbahayanya, mengakibatkan perubahan
struktur jantung, ginjal, dan otak. Elevasi TDD merusak lapisan intima
pembuluh kecil. Oleh karena kerusakan intima, fibrin terakumulasi
dipembuluh, edema lokal berkembang, dan menggumpalan intravasular
mungkin terjadi. Hasil akhir dari perubahan ini adalah:
a. penuruan suplai darah ke jaringan jantung, otak, ginjal, dan retina.
b. gangguan fungsional progresif organ-organ ini.
c. dan akhirnya, sebagai konsekuensi iskemia kronis, infrak jaringan yang
disuplai oleh pembuluh ini, berasal dari banyak cara yang sama seperti
oklusi pembuluh besar.

D. Kriteria

Tabel 1. Kriteria hipertensi(10).


E. Pathway hipertensi

F. Manifestasi klinik

Pada tahap awal perkembangan hipertensi, tidak ada manifestasi yang dicatat
oleh klien atau praktisi kesehatan. Pada akhirnya tekanan darah akan naik, jika dan
jika keadaan ini tidak “terdeteksi” selama pemeriksaan rutin, klien akan tetap tidak
sadar bahwa tekanan darahnya naik. jika keadaan ini dibiarkan tidak terdiagnosis,
tekanan darah akan terus naik, manifestasi klinik akan menjadi jelas, dan klien
akhirnyaakan datang ke rumah sakit dan mengeluhkan sakit kepala terus menerus,
kelelahan, pusing, berdebar-debar, sesak, pandangan kabur atau penglihatan ganda,
atau mimisan(9).

G. Komplikasi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang potensial. Bila dibiarkan tidak


diobati, keadaan ini akan menimbulkan berbagai macam komplikasi(3), Komplikasi
pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner, infark (kerusakan jaringan) jantung, stroke, dan gagal ginjal (Calhoun et al.,
2008)(5), yang tidak jarang berujung pada kematian(3).

H. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium; Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel


terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia. BUN/ kreatinin: memberikan informasi
tentang perfusi/fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus
hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Urinalisa:
darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, di mana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
4. IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan
ginjal.
5. Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(11).

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi farmakologis dan non
farmakologis (8) Pemberian terapi non farmakologis relatif praktis, efisien dan dapat
menekan pengeluaran. Beberapa jenis terapi non farmakologis diantaranya
akupresure, terapi jus, pijat, yoga, pengobatan herbal, pernafasan dan relaksasi,
relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik relaksasi (Bulecheck, dkk 2013
dalam Erwanto, dkk 2017)(7).
BAB V

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. PENGKAJIAN KELUARGA

A. DATA UMUM & KONDISI KESEHATAN KELUARGA


Puskesmas :Landono Alamat : Desa abenggi Hari/Tanggal : 04-03-2021
Nama KK :Tn.B Usia : 61 tahun Pengkajian
Pendidika :SMA Pekerjaan : Petani
n

1. Komposisi Keluarga

(sehat/tidak sehat)Keadaan umum

& alergiRiwayat penyakit


Anggota Keluarga

ptotesaAlat bantu,
Imunisasi (L/TL)
Hub. Keluarga

Pendidikan
Umur (th)

Pekerjaan
Agama
Nama

Suku
L/P

KB
No

1. Tn.B Suami L 61 SMA Kristen Makassar Petani L - - Sehat -


Kristen Jawa - Sehat Ht
2. Ny.Y Istri P 53 SMA IRT L -

3. Tn. j Anak L 23 SMA Kristen Makassar Buruh L - - Sehat -

2. Jarak untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat


Fasilitas Kesehatan Jarak Cara tempuh
1. Posyandu : 700 meter 1. Motor roda 2 : ya
3. Genogram 3 generasi

X X X X

x ? 53
X 61 ? x x x

Keterangan :

= laki –laki

= perempuan 23

= Garis tinggal serumah

X = telah meninggal ? = usia tidak diketahui = garis keturunan

4. Tipe keluarga
Keluarga inti (nuclear family) dalam keluarga Tn. B, Terdiri dari suami, istri, dan anak kandung
B. Pengkajian individu
No Data Tn. B Ny.Y
Tn. J
1. Keadaan umum : Compos Compos mentis Compos mentis
mentis
Penampilan Baik Baik Baik
BB 65 kg 63 kg 70 kg
TB 165 cm 157 cm 168 cm
Status Gizi
Diagnosa medis Tidak ada Ht Tidak ada
Masalah kesehatan yang pernah Sakit kepala Tidak ada
dialami
Masalah kesehatan sekarang Mengalami Ht Tidak ada
batuk-batuk,
nyeri lutut
Masalah kesehatan yang lalu Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Masalah kesehatan keluarga Tidak ada Tidak ada Tidak ada
(turunan)
11. TTV :
Tekanan darah 120/80 mmHg 160/100 mmHg 120/80 mmHg
Nadi 80 x /menit 90x/menit 80x/menit
Respirasi 20x/menit 20x/menit 20x/menit
Suhu 36,5°C 36,5°C 36,5°C
CRT ˂3 detik ˂3 detik ˂3 detik
17. Mata :
Sclera Baik Baik Baik
Konjungtiva Normal kemerahan Normal
20. Palpebra Normal Normal
Normal
Fungsi Normal Normal Normal
22. Telinga :
Bentuk Square Ear Narrow ear serta Narrow ear serta
dan simetris simetris kiri dan simetris kiri dan
kiri dan kanan kanan kanan
Keadaan Bersih Bersih Bersih
Fungsi Kiri dan kanan Kiri dan kanan Kiri dan kanan
normal normal normal
26. Hidung :
Bentuk Simetris dan Simetris dan Simetris dan
mancung mancung mancung
Keadaan Bersih Bersih Bersih
Fungsi Normal Normal Normal
30. Mulut :
Gigi Bersih Bersih Bersih
Fungsi menelan Normal Normal Normal
Kelembaban Baik Baik Baik
34. Leher :
Pembengkakan kelenjar tiroid - - -
36. Dada :
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Suara paru ronchi Tidak ada bunyi Tidak ada bunyi
tambahan tambahan
Respirasi Normal Normal Normal
Bunyi jantung S1 S2 S1 S2 S1 S2
41. Abdomen :
Bentuk Normal.dan Normal.dan Normal.dan
simetris simetris simetris
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
nyeri tekan tekan tekan
44. Ekstremitas :
Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Oedema Oedema Oedema
Kontraktur Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kontraktur kontraktur kontraktur
47. Istirahat dan tidur 8 jam 8 jam 8 jam
48. Status mental Baik Baik Baik
49. Kebersihan diri Baik , mandi 3 Baik , mandi 3 Baik , mandi 3
kali 3 sehari kali 3 sehari kali 3 sehari
50. Sistem respirasi Ada bunyi Normal Normal
Ronchi
51. Sistem kardiovaskuler Normal Hipertensi Normal
52. Sistem pencernaan Normal Normal Normal
53. Sistem urinaria Normal Normal Normal
54. Sistem integument Normal Normal Normal
55. Sistem persyarafan Normal Normal Normal
56. Sistem muskulosketal Normal Normal Normal
57. Pemeriksaan penunjang bagi - - -
yang sakit (lab, radiologi, EKG,
USG)
C. Kesehatan Lingkungan

1. Karakteristik rumah
a. Dena rumah

Keterangan:
b e g
A. = warung
B. = kamar tidur
C. = ruang tamu
d b f
D. = ruang keluarga
E. = kamar mandi/Wc
F. = ruang makan
b c G. = dapur
a

b. Tipe tempat tinggal

Rumah milik Tn.B Merupakan milik pribadi

c. Gambaran kondisi rumah


Jenis Rumah milik Tn.B merupakan rumah permanen dengan
luas rumah 9x7 meter dan dengan luas pekarangan 50 x 25
meter dengan jumlah kamar 3 buah, memiliki 16 jendela serta 1
kamar mandi , rumah Tn. B mempuyai ventilasi yang baik serta
seluruh ruangan mendapatkan cahaya matahari, dengan lantai
rumah dari Tegel, serta kondiri rumah nampak bersih terdapat
tempat permbuangan sampah untuk limbah rumah tangga yang
berada di belakang rumah, jamban menggunakan jenis jamban
leher angsa , sumber air bersih dari sumur bor, dan galon , jarak
sumber air dengan septic tank yaitu 25 meter , untuk sumber air
minum dari air galon , keadaan dapur cukup bersih, pemuangan
limbah teratur dengan baik, dengan lokasi pembuangan berada
dibelakang rumah, Tn. B mengatakan lingkungan rumah sangat
aman karena terdapat pagar keliling, keluarga Tn.B
Mengatakan merasa nyaman dengan keadaan rumah yang ada
sekarang ini .

2. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal


yang lebih luas
a. Karakteristik fisik dari lingkugan
Rumah Tn.B berada dekat dengan beberapa fasilitas umum
seperti balai desa, kantor desa, posyandu, serta masjid dan
sekolah dasar & gereja.
b. Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas
Lokasi rumah Tn.B berada di wilayah pegunungan, dengan
curah hujan yang kurang
c. Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh
keluarga
d. Insiden kejahatan disekitar lingkungan masyarakat tidak pernah
terjadi dalam kurun waktu 1 Tahun terakhir
e. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.B tidak pernah pindah rumah semenjak
berkeluarga
f. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.B mengatakan sering mengikuti kegiatan di masyarakat
seperti Kerja bakti.

D. Struktur Keluarga
1. Pola dan komunikasi keluarga
Komunikasi yang digunakan sehari hari menggunakan bahasa
Indonesia. Dengan jenis komunikasi terbuka.
2. Struktur kekuatan keluarga
Saat ini anak dari Tn.B yaitu Tn.J sekarang berperan sebagai
pencari nafkah
3. Struktur Peran
a. Peran formal
Tn. B sebagai kepala keluarga, Ny. Y sebagai ibu rumah tanga
dan Tn.J sebagai anak
4. Nilai-Nilai Keluarga
Dalam keluarga Tn.B selalu megajarkan tentang kesopanan kepada
anak-anaknya, terutama nilai kesopanan kepada orang yang lebih
tua,Ny.Y juga menanamkan nilai-nilai kejujuran sejak kecil kepada
anak- anaknya.

E. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Agin family member
2. Riwayat kesehatan keluarga inti
Saat ini Tn. B Mengalami batuk-batuk dan mengalami nyeri pada
lutut. Ny. Y mengalami Hipertensi
3. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. Y sering mangalami sakit kepala
4. Latar Belakang Budaya Keluarga
Tn.B dengan latar belakang suku makassar, bahasa yang digunakan
sehari hari adalah bahasa Indonesia. Ny. Y latar belakang budaya
suku jawa.
5. Identifikasi Religius
Keluarga Tn.B menganut agama kristen, keluarga taat menjalankan
ibadah.

F. Status sosial ekonomi keluarga.


Tingkat status sosial keluarga yaitu menengah atas (upper
middle)Tn.B memiliki pekerjaan sebagai petani, penghasilan yang
didapatkan perbulan kurang lebih < 2.000.000, penghasilan tersebut
digunakan untuk kebutuhan sehari hari. Sedangkan Ny.Y memiliki
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan penghasilkan sebesar
<1500000 perbulan yang digunakan untuk kebutuhan sehari. Sebagian
besar pemenuhan kebetuhan ekonomi di tanggung anak.

G. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Ny.Y yang saling menyayangi dan peduli terhadap
anggota keluarga yang sakit khusunya Ny.Y.
b. Fungsi sosialisasi
Tn.B dan Ny.Y selalu mengajarkan dan menekankan pada
keluarganya bagaimana berperilaku sesuai dengan ajaran agama
yang dianutnya dalam kehidupan sehari-harinya di rumah dan
lingkungan tempat tinggalnya.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Masalah atau penyakit: hipertensi
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga Ny.Y dalam hal kesehatan Telah mampu mengenal
masalah-masalah kesehatan, terbukti dengan kesigapan
keluarga khususnya Tn.B tentang penyakit yang di derita
sehingga cepat melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan
terdekat. dan ketika penyakitnya belum kunjung sembuh Tn.B
dan keluarga berinisiatif memeriksaan Tn.B ke Rumah sakit
atau tempat praktek, serta pada saat ini keluarga Tn.B Telah
mengerti tanda gejala serta penanganan menganai
HIPERTENSI.
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan yang tepat
Keluarga Ny.Y Telah mampu mengambil keputusan mengenai
akibat yang di timbulkan jika tidak mengkonsumsi obat
hipertensi secara teratur.
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Anggota keluarga Telah mengerti tentang tanda dan gejala
yang selama ini di Perlihatkan dari Ny. Y, keluarga sudah tahu
obat yang harus selalu di minum Dan sudah mengetahui
tentang resiko jika tidak memimun obat secara teratur .
4. Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara
lingkungan.
Keluarga Ny.Y Telah mampu memodifikasi lingkungan terlihat
dari kebersihan rumah yang bersih , jendelah kamar yang
sering dibuka, pemanfaatan pekarangan rumah sebagai tempat
menanan tanaman obat.
5. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.
Keluarga mampu menggunakan pelayanan kesehatan terbukti
dengan jika ada anggota keluarga yang sakit selalu diantarkan
di fasilitas kesehatan
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Ny.Y dahulu mengikuti Kb dan sekarang telah berhenti ,
mereka memiliki 1 orang anak berjenis kelamin laki-laki.
a. Fungsi ekonomi
Ny. Y Mengatakan dari penghasilannya sendiri dan suami dari
hasil pekerjaan sebagai petani dan ibu rumah tangga di rasa cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

H. Koping keluarga
1. Stressor yang dihadapi keluarga
a. Stressor jangaka panjang
Ny.Y mengatakan khawatir dengan penyakitnya tidak dapat
teratasi, Ny. Y mengatakan penyakit hiupertensi telah di alami
selama 1 tahun terakhir.
b. Stressor jangka pendek
Ny. Y Khawatir dengan tidak dapat membantu anaknya untuk
mandiri karena tempat kerjanya yang sangat jauh dari tempat
tinggalnya sehingga harus menetap untuk tinggal selama
beberapa hari tempat kerjanya
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situsasi/stressor
Keluarga saling memberikan dukungan dan semangat pada anggota
keluarga yang memiliki masalah
3. Strategi koping yang digunakan
a. Internal

Saat menghadapi masalah Ny.Y berusaha menyelesaikan


masalah tersebut dengan melibatkan suami maupun anaknya.

b. Eksternal

Terkadang saat tidak dapat menyelesaikan masalah dengan


anggota keluarga inti, keluarga Ny.Y akan melakukan
musyawarah dengan saudarahnya.

4. Strategi adaptasi disfungsional


Ny.Y mengatakan dalam menghadapi masalah, keluarga tidak
pernah putus asa dan tidak pernah melapiaskan ke hal-hal yang
merugikan diri sendiri dan keluarga.

I. Aktivitas Rekreasi Keluarga


Setiap sebulan sekali seluruh anggota keluarga akan melakukan
rekreasi di pantai maupun hanya sekedar berkumpul bersama dirumah
dan menonton tv bersama sambil bercerita dan bercanda gurau.

J. Harapan Keluarga Trerhadap Petugas Kesehatan


Keluarga berharap agar petugas kesehatan selalu dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan optimal demi
terjaganya kesehatan individu, keluarga, maupun masyarakat.
K. Tingkat Kemandirian Keluarga
Tingkat kemandirian keluarga terdiri dari tujuh kriteria
kemampuan keluarga yang telah tercapai :

Kriteria 1 : keluarga menerima perawat


Kriteria 2 : keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai
rencana rencana keperawatan keluarga
Kriteria 3 : keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatannya secara benar
Kriteria 4 : keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
pelayanan kesehatan sesuai anjuran
Kriteria 5 : keluarga melakukan tindakan keperawatan
sederhana yang sesuai anjuran
Kriteria 6 : keluarga melakukan tidakan pencegahan secara aktif
Kriteria 7 : keluarga melakukan tidakan promotif secara aktif

Krit
Tingkat Kriteri Kriteri Kriteri Kriteri Kriteri Kriteri
eria
Kemandirian a2 a3 a4 a5 a6 a7
1
Tingkat I V v - - - - -
Tingkat II V v v v v - -
Tingk at III V v v v v v
Tingkat IV V v v v v v v

L. Tipe Keluarga Sejahterah


Tipe keluarga Ny.Y adalah keluarga sejahterah tipe II

M. Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agens cedera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan aktivitas
II. ANALISIS DATA
Analisis Data Etiologi Masalah
DS : Ny.Y mengatakan sering Nyeri akut
pusing dan tegang pada lehernya. Agen
cedera
fisiologis

DO : Ny.Y Nampak meringis dan


sering memegang bagian
kepalanya.

TD : 160/100 mmHg
N : 90 X/menit
S : 36,5 0C
R : 20 X/menit

DS: Kesiapan
- Keluarga Tn.B Mengatakan
peningkatan koping
akan meningkatkan gaya hidup
keluarga
yang lebih sehat agar
kesehatan keluarga terjaga
- Anggota keluarga Tn.B
mengatakan ingin agar Tn.B
selalu terjaga kondisi
kesehatannnya agar tidak
terkena TB lagi.

DO:
III. Rumusan masalah
Data yang terkumpul dan dianalisis, kemudian didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
A. (D.0077) Nyeri akut
B. (D.0090) Kesiapan peningkatan koping keluarga

IV. Intervensikeperawatan

No Diagnosa Tujuan & kriteria hasil (NOC) Intervensi (NIC)

1. Kode : D.0077 Seteleh dilakukan tindakan keperawatan Intervensi keperawat


selama 3x24 jam, diharapkan
Kategori : psikologis Manajemen nyeri (1.08238)
Sub Kategori : nyeri dan Tingkat nyeri ( L. 08066) 1. Identifikasi skala nyeri, lokasi,
kenyaman Skala 1. Meningkat karakteriksik, durasi, frekuensi,
1. meningkat kualitas, dan intensitas nyeri
Nyeri akut berhubungan
dengan Agen pencedera fisik 2. Cukup meningkat 2. Berikan teknk nonarmakologis untuk
3. Sedang mengurangi rasa nyeri (mis: TENS,
DS : Ny.Y mengatakan sering
pusing dan tegang pada 4. Cukup menurun hypnosis, akupuntur , terapi music,
lehernya. 5. Menurun biofeedback, terapi pijit, aromaterapi ,
Dengan kriteria : teknik imajinasi terbimbing , kompres
1. Keluhan nyeri (skala 3 menjadi 5) air hanyat / dingin dan terapi bermain
DO : Ny.Y Nampak meringis
dan sering memegang bagian 2. Meringis (skala 2 menjadi 4) 3. Monitori keberhasil terapi
kepalanya. komplementer yang sudah diberikan
Kontrol Nyeri (L.08063)
TD : 160/100 mmHg
N : 90 X/menit 1. Menurun
S : 36,5 0C 2. Cukup menurun Edukasi menejement nyeri (I.12391)
R : 20 X/menit
3. Sedang
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
4. Cukup meningkat
menerimqa informasi
5. meningkat
2. Sediakan materi dan media
Dengan criteria hasil: pendidikan kesehatan
3. Berikn kesempatan untuk bertanya
1. Melaporkan nyeri yang yg terkontrol
4. Jelaskan periode, penyebab dan
( skalah 3 menjadi 4)
strategi meredakan nyeri
2. Kemampuan Mengenali penyebab nyeri
( skalah 3 menjadi 4)
3. Kemampuan menggunakan teknik non-
farmakologis ( skalah 3 menjadi 4)
2. Kode : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi keperawat
D.0090 selama 3x24 jam diharapkan Promosi koping keluarga (1.09312)
Kategori : psikologis 1. Identifikasi metode penyelesaian
Sub Kategori : Integritas Ego. Status koping keluarga (09088) masalah
Skala : 2. Gunakan pendekatan yang tenang
Kesiapan peningkatan koping 1. Meningkat dan meyakinkan
keluarga 2. Cukup meningkat 3. Anjurkan mengungkapkan perasaan
3. Sedang dan persepsi
DS: 4. Cukup menurun
- Keluarga Tn.B Mengatakan Dukungan Koping keluarga (I.05173)
6. Menurun
akan meningkatkan gaya 1. Identifikasi respon emosiaonal
hidup yang lebih sehat agar Dengan kriteria : terhadap kondisi saat ini
kesehatan keluarga terjaga 1. Komitmen pada perawatan (skala 3 2. Dengarkan masalah, perasaan dan
- Anggota keluarga Tn.B menjadi 4) pertanyaan keluarga
mengatakan ingin agar Tn.B 2. Komunikasi antara anggota keluarga (skala 3. Hargai dan dukung mekanisme
selalu terjaga kondisi 3 menjadi 4) koping adaptif yang digunakan
kesehatannnya agar tidak 4. Informasi fasilitas perawatan
Fungsi keluarga
terkena TB lagi. kesehatan yang tersedia
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. meningkat

Dengan criteria (13114)

1. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga


(skala 3 menjadi 4)
2. Anggota keluarga saling mendukung
(skala 3 menjadi 4)
3. Adaptasi terhadap masalah (skala 3
menjadi 4)
V. Catatan asuhan keperawatan keluarga
Puskesmas : motui
Nama KK : Tn.B
No. Register : -
TANGGAL/ DIAGNOSA TANDA
TINDAKAN EVALUASI
JAM KEPERAWATAN TANGAN
1.

TANGGAL/ TANDA
DIAGNOSA KEPERAWATAN TINDAKAN EVALUASI
JAM TANGAN

VI. Evaluasi
TANGGAL/ DIAGNOSA EVALUASI TANDA TANGAN
JAM

Anda mungkin juga menyukai