Askep Suramadhan Pada Keluarga Sendiri
Askep Suramadhan Pada Keluarga Sendiri
S
DENGAN LANSIA MENDERITA
OSTEOPOROSIS PADA NY. S
OLEH:
SURAMADHAN
S.0017.P.037
PRODI S1 KEPERAWATAN
KENDARI
2021
DAFTAR ISI
Contents
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Tujuan penyusunan...............................................................................................................5
C. Manfaat.................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.........................................................................................................................6
A. Defenisi Osteoporosis...........................................................................................................6
B. Mekanisme Terjadinya Osteoporosis...................................................................................7
C. Etiologo.................................................................................................................................8
D. Patofisiologi........................................................................................................................12
E. Patogenesis.........................................................................................................................13
F. Manufestasi klinis...............................................................................................................14
G. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................................................14
H. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................15
I. Penatalaksanaan..................................................................................................................16
J. Pencegahan.........................................................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................18
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................18
A. Pengkajian Keluarga...........................................................................................................18
B. Pengkajian Individu............................................................................................................20
C. Kesehatan Lingkungan.......................................................................................................24
D. Struktur Keluarga................................................................................................................25
E. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga....................................................................25
F. Status Social Ekonomi Keluarga........................................................................................26
G. Fungsi Keluarga..................................................................................................................26
H. Koping Keluarga.................................................................................................................26
I. Aktivitas Rekreasi Keluarga...............................................................................................27
J. Harapan Keluarga...............................................................................................................27
K. Tingkat Kemandirian Keluarga..........................................................................................27
L. Tipe Keluarga Sejahtera.....................................................................................................27
BAB IV..........................................................................................................................................35
PENUTUP.....................................................................................................................................35
A. Kesimpulan.........................................................................................................................35
B. Saran...................................................................................................................................35
DAFRAR PUSTAKA....................................................................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi rapuh sehingga
berisiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktur (pecah atau retak) dibandingkan tulang yang
normal. Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan tulang baru
dan resorpsi tulang tua. Osteoporosis biasanya tidak memiliki tanda-tanda atau gejala
khusus sampai akhirnya terjadi fraktur. Karena inilah osteoporosis sering disebut sebagai
'silent disease. Faktor-faktor resiko teijadinya osteoporosis adalah faktor yang bisa
dirubah (alcohol,merokok,BMIkurang,kuranggizi,kurangolahraga,jatuh berulang) dan
factor yang tidak bisa diubah (umur,jenis kelamin,riwayatkeluarga,menopause,penggunaa
nkortikosteroid, rematoid arthritis). Karena puncak kepadatan tulang dicapai pada sekitar
usia 25 tahun, maka sangatlah penting untuk membanguntulang yang kuat di sepanjang
usia, sehingga tulang-tulang akan tetap kuat di kemudianhari. Asupan kalsium yang
memadaimerupakanbagian pentinguntuk membanguntulang yang kuat.1
Osteoporosis sering disebut juga dengan ”silent disease”, karena penyakit ini
datang secara tiba-tiba, tidak memiliki gejala yang jelas dan tidak terdeteksi hingga orang
tersebut mengalami patah tulang.(Nuhonni, 2000) Akan tetapi, menurut yatim (2003),
biasanya seseorang yang mengalami osteoporosis akan merasa sakit/pegal-pegal di
bagian punggung atau daerah tulang tersebut.Dalam beberapa hari/minggu, rasa sakit
tersebut dapat hilang dengan sendiri dan tidak akan bertambah sakit dan menyebar jika
mendapatkan beban yang berat. Biasanya postur tubuh penderita osteoporosis akan
terlihat membungkuk dan terasa nyeri pada tulang yang mengalami kelainan tersebut
(ruas tulang belakang). 2
Osteoporoasis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang
total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi
mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.3
Pada umumnya usia lanjut diartikan sebagai usia saat memasuki masa pensiun
yang di Indonesia dapat berkisar antara usia di atas 55 tahun. Proporsi penduduk lanjut
usia (lansia) Indonesia meningkat dari 1.1% menjadi 6.3% dari total populasi. Pening-
katan jumlah lansia memengaruhi aspek kehidupan mereka seperti terjadinya perubahan
fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan. Salah satu perubahan
fisik yang terjadi seiring per- tambahan usia adalah terjadinya penurunan massa tulang
yang sering disebut osteoporosis.4
Di Indonesia jumlah wanita lansia penderita osteoporosis mengalamitrend yang
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan bencana sosial luar biasa pada
masyarakat, karena peningkatan biaya pengobatan atau perawatan serta dapat
menurunkan kualitas hidup. Saat ini saja22-55 persenwanita lansiaIndonesiamenderita
osteoporosis. Jika diubah dalam angka, maka ada sekitar 8,5 juta lansia yang mencapai
total 17 juta dari 222 juta penduduk Indonesia menderita osteoporosis. Seiring
meningkatnya jumlah penduduk menjadi 261 juta pada tahun 2020 maka jumlah
penderita diperkirakan akan meningkat menjadi 5-11juta. Dandengan penduduk 273 juta
pada2050makajumlah penderitamenjadi5,2-11,5juta.1
Osteoporosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini masih
meruppakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di Negara berkembang. Di
Amerika Serikat, osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk,1 diantara 2-3 wanita
post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Mengutip data
dari WHO yang menunjukan bahwa di seluruh dunia ada sekitas 200 juta orang yang
menderita osteoporosis. Pada tahun 2050, diperkirakan angka patah tulang pinggul akan
meningkat dua kali lipat pada wanita dan tiga kali lipat pada pria. LaporanWHO juga
menunjukan bahwa 50% patah tulang adalah patah tulang paha atas yang dapat
mengakibatkan kecacatan seumur hidup dan kematian. Dibandingkan dengan masyarakat
dinegara-negara afrika, densitas tulang masyarakat eropa dan asia lebih rendah, sehingga
mudah sekali mengalami osteoporosis. Hasil penelitian white paper yang dilaksanakan
bersama himpunan osteoporosis Indonesia tahun 2007, melaporkan bahwa proporsi
penderita osteoporosis pada penduduk yang berusia diatas 50 tahun adalah 32,3% pada
wanitadan 28,8% pada pria. Sedangkan data sistem informasi rumah sakit (SIRS,2010)
menunjukan angka insiden patah tulang paha atas akibat osteoporosis adalah sekitar 200
dari 100.000 kasus pada usia 40 tahun.5
B. Tujuan penyusunan
1. Mahasiswa mengetahui proses terjadinya Osteoporosis
2. Mahasiswa mengetahui cara mencegah kejadian Osteoporosis
3. Mahasiswa mampu merumuskan rencana asuhan keperawatan pada kasus
Osteoporosis
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan reverensi untuk materi
kasus osteoporosis
2. Bagi masyarakat, makalah ini dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang
osteoporosis, hingga masyarakat dapat mengetahui apa itu osteoporosis , penyebab
dan tanda gejala dan lain sebagainya
3. Bagi ilmu pengetahuan keperawatan, makalah ini dapat dijadikan sebagai update
referensi mengenai kasus osteoporosis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi berkurangnya massa tulang dan gangguan struktur
tulang (perubahan mikroarsitektur jaringan tulang) sehingga menyebabkan tulang
menjadi mudah patah.2 Penyakit osteoporosis menjadi salah satu penyakit yang
mempunyai pengaruh di Amerika yaitu sebesar 10 juta dan bertambah menjadi 18 juta
akibat dari rendahnya massa tulang.(Mccabe, 2004) Menurut Yi-Hsiang Hsu, et al
(2006), osteoporosis dengan patah tulang menjadi masalah utama pada populasi lanjut
usia.2
Manusia lanjut usia (lansia) beresiko menderita osteoporosis, sehingga setiap
patah tulang pada lansia perlu diasumsikan sebagai osteoporosis, apalagi jika disertai
dengan riwayattrauma ringandankesehatanseperti mata,jantung, danfungsi
organlain.Padausia60-70tahun, lebih dari 30% perempuan menderita osteoporosis dan
insidennyameningkat menjadi70%padausia80 tahunke atas. Hal ini berkaitan dengan
defisiensi estrogen pada masa menopause dan penurunan massa tulang karena proses
penuaan. Pada laki-laki osteoporosis lebih dikarenakan proses usia lanjut, sehingga
insidennya tidak sebanyak perempuan.1
Osteoporosis sering disebut juga dengan ”silent disease”, karena penyakit ini
datang secara tiba-tiba, tidak memiliki gejala yang jelas dan tidak terdeteksi hingga orang
tersebut mengalami patah tulang.(Nuhonni, 2000) Akan tetapi, menurut yatim (2003),
biasanya seseorang yang mengalami osteoporosis akan merasa sakit/pegal-pegal di
bagian punggung atau daerah tulang tersebut.Dalam beberapa hari/minggu, rasa sakit
tersebut dapat hilang dengan sendiri dan tidak akan bertambah sakit dan menyebar jika
mendapatkan beban yang berat. Biasanya postur tubuh penderita osteoporosis akan
terlihat membungkuk dan terasa nyeri pada tulang yang mengalami kelainan tersebut
(ruas tulang belakang). 2
Osteoporosis terbagi menjadi 2 tipe, yaitu primer dan sekunder. primer terbagi
lagi menjadi 2 yaitu tipe 1 (postmenopausal) dan tipe 2 (senile). Penyebab terjadinya
osteoporosis tipe 1 erat kaitannya dengan hormon estrogen dan kejadian menopause pada
wanita. Tipe ini biasanya terjadi selama 15 – 20 tahun setelah masa menopause atau pada
wanita sekitar 51 – 75 tahun (Putri, 2009) Dan pada tipe ini tulang trabekular menjadi
sangat rapuh sehingga memiliki kecepatan fraktur 3 kali lebih cepat dari biasanya. (Riggs
et al, 1982 dalam National Research Council, 1989) Sedangkan tipe 2 biasanya terjadi
diatas usia 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Penyebab terjadinya senile
osteoporosis yaitu karena kekurangan kalsium dan kurangnya sel-sel perangsang
pembentuk vitamin D. Dan terjadinya tulang pecah dekat sendi lutut dan paha dekat sendi
panggul. (Yatim, 2003)2
Tipe osteoporosis sekunder, terjadi karena adanya gngguan kelainan hormon,
penggunaan obat-obatan dan gaya hidup yang kurang baik seperti konsumsi alkohol yang
berlebihan dan kebiasaan merokok. (Hartono, 2004). 2
C. Etiologo
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut :
1. Determinan massa tulang
a. Faktor genetik Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat
kepadatan tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang
lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur
tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap
fraktur karena osteoporosis.3
b. Faktor mekanis. Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping
faktor genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan
perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara
massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap
kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar
dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau
pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun
tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot
maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur
dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa.
Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis
yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di sampihg
faktor genetic3
c. Faktor makanan dan hormon Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon
dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.
Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan
maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa
tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai
dengan kemampuan genetiknya.3
2. Determinan penurun masssa tulang
a. Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada
seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal
yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai
ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar
badannya. Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses
penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka
individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih banyak dari pada individu
yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama3
b. Fakrot mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting
dalarn proses penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia.
Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor
mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan
menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi
beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya
usia.3
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan
massa tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post
menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada
masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak
bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang
mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan
keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa
menopause ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan
keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya
kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran
keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.3
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan
ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan
meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein tidak dimakan secara
tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung
fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.
Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja.
Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif3
e. Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena
menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya
konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa
tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium
melalui urin maupun tinja.
g. Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium
rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang
jelas belum diketahui dengan pasti .3
h. Menopause dini
Menopause merupakan akhir dari masa reproduktif karena telah
berhentinya masa haid, biasanya terjadi usia 50 – 51 tahun. Biasanya pada wanita
yang merokok akan mengalami menopause 1 tahun lebih cepat dari wanita yang
bukan perokok. Seseorang yang mengalami menopause akan mengalami fase
klimaksterium, yaitu terjadinya peralihan dari reproduktif akhir ke masa
menopause. Fase klimaksterium memiliki 3 masa yaitu premenopause yang
terjadi sekitar 4 – 5 tahun sebelum menopause, masa menopause, dan
pascamenopause yang terjadi sekitar 3 – 5 tahun setelah menopause. 2
Pada masa pramenopause, biasanya ditandai dengan haid yang mulai tidak
teratur dan rasa nyari saat haid, sampai akhirnya haid tersebut berhenti. (Baziad,
2003) Saat menopause, terjadi penurunan estrogen yang akan menyebabkan
homon PTH (parathyroid hormon) dan penyerapan vitamin D berkurang, sehingga
pembentukan tulang (osteoblast) pun akan terhambat dan kadar mineral akan
berkurang.Jika kadar mineral tulang terus menerusberkurang, maka akan
terjadilah osteoporosis. (Purwoastuti, 2008).2
Menurut Compston, seseorang yang menggunakan kontrasepsi hormonal
(estrogen) akan meningkatkan massa tulang. Tetapi dalam waktu jangka panjang,
akan memberikan efek untuk memicu terjadinya penyakit lain seperti kanker
payudara dan lain sebagainya. (Compston, 2009) Berdasarkan hasil penelitian
Tsania mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status menopause
dengan kejadian osteoporosis. (Tsania, 2008)2
D. Patofisiologi
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic
dan factor lingkungan.
1. Faktor genetik meliputi : usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh
2. Factor lingkungan meliputi : merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi,
Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.
Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap
kalsium dari darah ke tulag, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak
tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang
selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang
baru sehingga terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis. Berikut
tanda dan gejalanya:
1. Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan
atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.
2. Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur
3. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas
4. Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan
kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi
paraparesis.
5. Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang
dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran
klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung
terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak
pada pergelangan tangan setelah jatuh.
6. Kecenderungan penurunan tinggi badan.
7. Postur tubuh kelihatan memendek
E. Patogenesis
Patogenesis semua macam osteoporosis adalah sama yaitu adanya balans tulang
negatif yang patologik dan kekurangan kalsium yang dapat disebabkan oleh peningkatan
resorpsi tulang dan atau penurunan pembentukan tulang. Massa tulang pada semua usia
ditentukan oleh 3 variabel yaitu massatulangpuncak,usia dimana kekurangan massa
tulang mulai terjadi dan kecepatan kehilangantulang meningkat.1
Massa tulang akan terus meningkat sampai mencapai puncaknyapadausia 30-35
tahun. Puncak masa tulang ini lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Untuk
jangka waktu tertentu keadaan massa tulang tetap stabil dan kemudian terjadi
pengurangan massa tulang sesuai dengan pertambahan umur. Densitas tulang yang
rendah padausia lanjut dapat terjadi akibat puncak massa tulang yang tidak cukup atau
meningkatnya kehilangan tulang sebagai kelanjutan usaha untuk mencapai massa tulang
yang normal.1
Pada osteoporosis didapat massa tulang yang rendah dan kerusakan
mikroarsitektur jaringan tulang dengan akibat peningkatan fragilitas tulang dan resiko
fraktur. Bertambahnyakehilangantulang dapat disebabkan olehumur,menopause, dan
beberapa faktor sporadik.1
Gambar 4. Perbedaan tulang normal & osteoporosis
1. Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang
yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada
perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses
pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang.3
2. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang
bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
3. Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian
korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda
4. Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan
pada wanita 40-50 %
5. Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal,
kolum femoris, dan korpus vertebra
6. Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan
radius bagian distal. 3
F. Manufestasi klinis
1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur
kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
a. Nyeri timbul mendadak
b. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
c. Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur
d. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena
melakukan aktivitas
e. Deformitas vertebra thorakalis - Penurunan tinggi badan.3
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
1. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total
dan massa tulang.
2. Pemeriksaan absorpsiometri
3. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
4. Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi
tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
5. Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya
dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada
pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).3
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan
daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra
yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.
a. Pemeriksaan Densitas Massa tulang (Densitometri)
b. Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase
alkali, eksresi kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED)
c. Pemeriksaan x-ray
d. Pemeriksaan absorpsiometri
e. Pemeriksaan Computer Tomografi (CT)
f. Pemeriksaan biopsi
g. Diagnosis/criteria diagnosis
Diagnosis osteoporosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan :
a. Radiology
b. Pengukuran massa tulang
c. Pemeriksaan lab kimiawi
d. Pengukuran densitas tulang
e. Pemeriksaan marker biokemis
f. Biopsi
g. Dan memperhatikan factor resiko (wanita, umur, ras, dsb)
I. Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan
yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara
yaitu memperhatikan faktor makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis),
pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra violet. Selain itu juga menghindari obat-
obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko osteoporosis seperti alkohol,
kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan
melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan
progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi
seperti kalsium serta senam beban. Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila
terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur panggul.
J. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat mengurangi terjadinya osteoporosis dan osteopenia, antara
lain :
1. Pencegahan dengan mengurangi faktor resiko Pencegahan
lakukan pencegahan dengan menghindari kebiasaan merokok, mengurangi
konsumsi obat-obatan seperti steroid, tidak mengkonsumsi alkohol. (Cosman, 2009)
Selain itu juga dapat melakukan terapi sulih hormon (Hormone Replacement Therapy
(HRT)). Hal ini sudah dibuktikan dengan penelitian yang menyatakan bahwa sekitar
30 – 50% terjadinya fraktur tulang akan menurun karena melakukan HRT.2
2. Pencegahan melalui nutrisi
Pencegahan melalui nutrisi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konsumsi
makanan dan minuman yang mengandung kalsium dan vitamin D, serta dan
mengurangi konsumsi kafein. Sehingga dengan demikian dapat meningkatkan
kepadatan tulang dan mengurangi terjadinya osteoporosis dan osteopenia.2
3. Pencegahan melalui olahraga
Dengan olahraga yang dilakukan secara teratur, maka kesehatan pun akan
menjadi lebih baik. Olahraga yang baik untuk dilakukan, misalnya saja jalan, aerobik,
jogging, renang, dan bersepeda. Akan tetapi jika melakukan aktivitas fisik secara
berlebih justru akan mengurangi massa tulang. (Nuhonni, 2000) Selain itu sekitar 10
– 15 menit/hari keluar dipagi hari diantara pukul 06.00 s/d 09.00.2
BAB III
A. Pengkajian Keluarga
Data Umum & Kondisi Kesehatan Keluarga
Puskesmas : Kel. Kadia Alamat : Kel. Kadia, kec. Kadia Hari/Tanggal Pengkajian : Sabtu, 18
Nama KK : Tn. S Usia : 60 tahun Desember
Pendidika : Tamat SMA Pekerjaan : Petani
n
1. Komposisi Keluarga :
Imunisasi (L/TL)
Hub. Keluarga
Pendidikan
Umur (th)
Pekerjaan
Agama
Nama
Suku
L/P
KB
No
B. Pengkajian Individu
No Data Tn. S Ny. S Tn. D
1. Keadaan umum : Compos mentis Compos mentis Compos mentis
BB 60 Kg 50 Kg 53 Kg
TB 177 cm 155 cm 165 cm
Status Gizi Kurang (Berat badan Baik (Berat Baik (Berat badan ideal
kurang berdasarkan IMT) badan ideal berdasarkan IMT)
berdasarkan
IMT)
Diagnosa medis Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Masalah kesehatan sekarang Tidak ada Nyeri pada sendi Tidak ada
Masalah kesehatan yang lalu Tidak ada gastritis Tidak ada
Masalah kesehatan keluarga (turunan) Hipertensi Tidak ada Hipertensi
11. TTV :
Tekanan darah 130 MmHg 120 MmHg 110 MmHg
Nadi 80 X/menit 78X/menit 84X/Menit
Respirasi 18X/menit 18X/menit 22X/Menit
Suhu 36,60C 36,90C 37,00C
17. Mata :
Sclera putih Putih Putih
Konjungtiva Pink Pink Pink
20. Palpebra Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Fungsi Baik Baik Baik
22. Telinga :
Bentuk Normal Normal Normal
Keadaan Bersih Bersih Bersih
Fungsi Baik Baik Baik
26. Hidung :
Bentuk Normal Normal Normal
Keadaan Bersih Bersih Bersih
Fungsi Baik Baik Baik
30. Mulut :
Gigi Baik Baik Baik
34. Leher :
Pembengkakan kelenjar tiroid Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
pembengkakakn pembengkakakn pembengkakakn
36. Dada :
Bentuk Normal Normal Normal
Suara paru Resonan Resonan Resonan
Respirasi 18X/menit 18X/menit 20X/Menit
Bunyi jantung S1, S2 S1, S2 S1, S2
41. Abdomen :
Bentuk Normal Normal Normal
Nyeri tekan Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
44. Ekstremitas :
Oedema Tidak ada oedema Tidak ada Tidak ada oedema
oedema
50. Sistem respirasi Tidak ada masalah Tidak ada Tidak ada masalah
masalah
51. Sistem kardiovaskuler Tidak ada masalah Tidak ada Tidak ada masalah
masalah
52. Sistem pencernaan Tidak ada masalah Tidak ada Tidak ada masalah
masalah
53. Sistem urinaria Tidak ada masalah Tidak ada Tidak ada masalah
masalah
54. Sistem integument Tidak ada masalah Tidak ada Tidak ada masalah
masalah
55. Sistem persyarafan Tidak ada masalah Tidak ada Tidak ada masalah
masalah
56. Sistem muskulosketal Tidak ada masalah Nyeri pada sendi Tidak ada masalah
lutut, dirasakan
seperti tertusuk
pada lutut dan
bagian
punggung,
kesulitan
bergerak
57. Pemeriksaan penunjang bagi yang sakit Tidak ada pemeriksaan Tidak ada Tidak ada pemeriksaan
(lab, radiologi, EKG, USG) pemeriksaan
C. Kesehatan Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Denah Rumah :
J Kod Ket.
e
A Kamar istirahat 1
I B Kamar istirahat 2
F
C Kamar istirahat 3
E D Kamar istirahat 4
D U E Kamar istirahat 5
C F Kamar mandi/toilet
H G Ruang tamu
B H Ruang Keluarga
I Dapur masak
J Ruang makan
G A
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn. S berkomunikasi dengan bahasa tolaki dan Indonesia. Tetapi bahasa
tolaki lebih sering digunakan didalam rumah
2. Struktur kekuatan keluarga
Hingga saat ini hanya Tn.S yang berperan dalam mencari nafkah, sedangkan istri
dan anaknya tidak bekerja
3. Struktur peran (formal dan informal)
Dalam struktur peran keluarga, Tn. S sebagai kepala keluarga berperan sebagai
sumber kekuatan keluarga, Ny.S hanya menjalankan perannya sebagai ibu rumah
tangga yang berperan dalam mengurus rumah, sedangkan Tn. D berperan sebagi
anak.
4. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang dianut adalah dari dua sisi yaitu berdasarkan budaya suku
tolaki serta dari agama islam. Nilai dan norma yang dimaksut seperti, saling
menghargai, menjaga kerukunan masyarakat serta gotong royong.
G. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Sosial
Keluarga Tn. S aktif dalam kegiatan social yang berada dimasyarakat,
keluarga tersebut juga aktif berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dengan kata
lain, hubungan keluarga Tn. S dengan tetangga terjalin dengan baik.
2. Fungsi Perawatan kesehatan
Jika salah satu dalam keluarga Tn.S, mereka saling merawat dalam anggota
keluarga. Biasanya mereka meminum obat-obatan yang bebas terbatas terlebih
dahulu sebagai tindakan pertama. Namun jika keadaan tidak membaik maka
mereka akan berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.
H. Koping Keluarga
1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang
Terdapat beberapa stressor jangka pendek dalam keluarga Tn. S, bagi Tn. S
pribadi yang menyadi stressor adalah seputar pekerjaannya yaitu petani, urusan
perkebunan, kelelahan dan ancaman gagal panen serta masalah pendidikan
anaknya. Sedangkan stressor yang dialami oleh Ny. S paling sering akibat
kelelahan dalam mengurus rumah dan stressor yang bagi Tn.D adalah masalah
perkuliahan serta lingkungan pergaulan.
2. Kemampuan keluarganya berespon terhadap situasi/ stressor
Tn.S biasanya berusaha mencegah masalah-masalah yang biasa
menyebabkan terjadinya gagal panen dan menyisipkan uang untuk memenuhi
kebutuhan biaya pendidikan anaknya. Ny. S biasanya memanagement aktifitas
dalam rumah agar tidak kelelahan dalam bekerja dirumah. Tn.D biasanya
menyelesaikan tugas-tugas kuliah dengan segera agar tidak menumpuk, memilih
lingkungan yang baik serta menjalin hubungan yang baik dengan orang sekitar.
3. Strategi koping yang digunakan
Untuk mengatasi stres yang dialami, keluarga Tn. S biasanya dengan cara
bercengkrama bersama anggota keluarga, refresing, mendekatkan diri kepada tuhan
dan berisitirahat yang cukup.
I. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn.S jarang melakukan liburan bersama mengingat pekerjaan Tn.S
sebagai petani. Rekreasi yang sering dilakukan adakah berkumpul bersama dengan
anggota keluarga seperti menonton bersama, minum teh bersama dll.
J. Harapan Keluarga
Dengan adanya petugas kesehatan yang datang kerumahnya menurutnya
mengharapkan supaya petugas kesehatan bisa memberikan pengetahuan yang dapat
membantu dirinya mempersiapkan bagaimana sebenarnya kesehatan dalam rumah
tangga.
I. ANALISA DATA
Analisis Data Kode Etiologi Masalah
Ds : Kode : Nyeri akut
Agen cedera
Tn.L mengatakan Nyeri otot, D.0077
fisiologis
sendi dan Nyeri dipunggung. Kategori :
psikologis
Do :
Sub Kategori :
Skala nyeri 4 (1-10) nyeri dan
Klien tampak menahan nyeri
kenyaman
1. Menurun
2. Cukup menurun Edukasi menejement nyeri (I.12391)
3. Sedang 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
4. Cukup meningkat menerimqa informasi
5. meningkat 2. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Dengan criteria hasil:
3. Berikn kesempatan untuk bertanya
1. Melaporkan nyeri yang yg terkontrol 4. Jelaskan periode, penyebab dan
( skalah 3 menjadi 4) strategi meredakan nyeri
2. Kemampuan Mengenali penyebab nyeri
( skalah 3 menjadi 4)
3. Kemampuan menggunakan teknik non-
farmakologis ( skalah 3 menjadi 4)
2. Kode : D.0054 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi keperawat
Kategori : fisiologis selama 3x24 jam diharapkan Dukungan Ambulasi (1.086171)
Sub Kategori : 1. Identifikasi adanya nyeri atau
Aktivitas/istrahat Mobilitas fisik (L.05042) keluhan fisik lainnya
Gangguan mobilitas fisik Skala : 2. Monitor kondisi umum selama
berhubungan dengan 1. Meningkat melakukan ambulasi
Kerusakkan integritas struktur 2. Cukup meningkat 3. Fasilitasi mobilisasi fisik, jika perlu
tulang 3. Sedang
4. Cukup menurun
Ds :
1. Klien mengatakan 6. Menurun
kesulitan bergerak
2. Klien merasakan nyeri
saat bergerak Dengan kriteria : Dukungan Mobilisasi (I.05173)
1. Pergerakan ekstremitas (skala 3 menjadi 4)
1. Identifikasi toleransi fisik
2. Rentang gerak ROM (skala 3 menjadi 4)
melakukan pergerakan
Do : Pergerakan sendi (L.05044)
2. Fasilitasi pergerakan dengan alat
1. Klien tampak lemah
Skala :
bantu
1. Menurun
3. Anjurkan mobilisasi sederhana
2. Cukup menurun
yang harus dilakukan
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. meningkat
Dengan kriteria :
1. Punggung (skala 3 menjadi 4)
2. lutut kanan (skala 3 menjadi 4)
3. lutut kiri (skala 3 menjadi 4)
V. EVALUASI
TANGGAL/ DIAGNOSA
EVALUASI TANDA TANGAN
JAM KEPERAWATAN
21 Desember Kode :D.0077 S : Klien mengetahui penyebab terjadinya nyeri, mengetahui
2020 Diagnosa : Nyeri akut metode meredakan nyeri secara non farmakologi serta mengatakan
bahwa nyeri yang timbul sedikit reda dengan metode meredakan
nyeri yang telah diajarkan namun nyeri yang dirasakan kadang-
kadang masih timbul
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan ketidak
seimbangan resorpsi tulang dan pembentukkan tulang. Pada osteoporosis terjadi
peningkatan resorporsi tulang atau penurunan pembentukan tulang (Asikin;dkk
2012:101).
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah
penyakit sekeletal sistemik dengan karakteristik masa masa tulang yang rendah dan
perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas
tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang (Lukman, ningsih 2013:141).
B. Saran
1. Untuk mahasiswa diharapkan agar memahami segelah penjelasan dalam makalah ini
dan menjadi salah sau referensi pembelajaran
2. Untuk dosen diharapkan segalah kritik dan saran agar kedepanya bisa membua
makalah asuhan keperawatan Osteoforosis bisa lebih baik lagi.
DAFRAR PUSTAKA
1. Ramadani M. Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis Dan Upaya Pencegahannya. J Kesehat
Masy Andalas. 2010;4(2):111-115.
4. Marjan AQ, Marliyati SA. Hubungan Antara Pola Konsumsi Pangan Dan Aktivitas Fisik
Dengan Kejadian Osteoporosis Pada Lansia Di Panti Werdha Bogor. J Gizi dan Pangan.
2014;8(2):123. doi:10.25182/jgp.2013.8.2.123-128
5. Goemmel R. Legal and Societal Responses to Threats Resulting from Modern Science
and Technology. Vol 13.; 2009.