Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN

TSUNAMI

Dosen Pengampu:
Ihda Arifin Faiz, S.E., M.Sc.

Disusun oleh :

Cendra Kurnia Turnip (17/410713/SV/12640)

DEPARTEMEN EKONOMIKA DAN BISNIS


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Tsunami” ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Penyusunan tugas ini bertujuan guna memenuhi mata kuliah manajeemen
dari Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah
Mada. Penulisan Tugas Akhir ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak.
Dalam penyusunan Tugas ini tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan, demi kemampuan Tugas penulis mohon kritik dan saran demi
perbaikan Tugas. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan, penyusunan, dan
pengesahan Tugas ini.

Yogyakarta, 20 Desember 2019


Penulis,

Kelompok Tsunami

2
DAFTAR ISI

POTENSI KECURANGAN PADA BUKTI TRANSAKSI PEMBAYARAN


ONLINE (E-RECEIPT) PERJALANAN DINAS PEMERINTAH KOTA
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 MENGGUNAKAN METODE STUDI
KASUS....................................................................................................................ii

UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI DEPARTEMEN


EKONOMIKA DAN BISNIS SEKOLAH VOKASI PROGRAM STUDI
AKUNTANSI.........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI............................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................viii

INTISARI...............................................................................................................ix

ABSTRACT...............................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................11

1.1 Latar Belakang........................................................................................11


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................13
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................13
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................13
1.5 Batasan Masalah......................................................................................14
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................14
1.7 Kerangka Pemikiran................................................................................15
BAB II GAMBARAN UMUM..............................................................................16

2.1 Kondisi Umum........................................................................................16


2.1.1 Sejarah Kota Bandar Lampung........................................................16
2.1.2 Letak Geografis.....................................................................................17

3
2.1.3 Struktur Organisasi................................................................................18
2.1.4 Profil Perjalnan Dinas......................................................................19
2.1.5 Undang – Undang Perjalanan Dinas................................................20
2.1.6 Penelitian Terdahulu..............................................................................21
2.2 Landasan Teori........................................................................................22
2.2.1 Akuntansi Pertanggung Jawaban.....................................................22
2.1.2 Pengendalian Internal.......................................................................23
2.1.3 Fraud Triangle..................................................................................24
2.3 Kerangka pemikiran.........................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................29

3.1 Jenis Data/Sumber Data..........................................................................29


3.2 Objek Penelitian......................................................................................29
3.3 Teknik Pengumpulan Data......................................................................29
3.4 Teknik Analisis Data...............................................................................29
3.5 Pemikiran Konseptual.............................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran...............................................................................15


Gambar 2 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Bandar Lampung..............................18
Gambar 3 Fraud Triangle.......................................................................................24
Gambar 4 Kerangka Pemikiran...............................................................................28
Gambar 5 Pemikiran Konseptual.............................................................................30

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategori, Definisi dan Contoh Fraud Risk Factor dalam SAS No.99 yang
berkaitan dengan Financial Statement Fraud.........................................................25

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi yang

menciptakan banyak aplikasi – aplikasi pemesanan online seperti

Traveloka, Tiket.com, Agoda, Nusatrip, Tokopedia, Airy, Pegipegi, E-

loket dan sebagainya mengubah hidup masyarakat menjadi lebih praktis

sehingga mayoritas orang mulai beralih dari pemesanan secara

konvensional menjadi online. Proses pemesanan online ini biasanya

didukung dengan bukti transaksi berupa e-receipt yang akan dikirimkan ke

e-mail penerima pesan. Bukti pembayaran merupakan surat keterangan

mengenai pembayaran yang telah disepakati oleh seseorang (KBBI).

Dalam proses pemesanan, bukti pembayaran akan digunakan

sebagai bukti pertanggungjawaban ketika terdapat pihak yang akan

menyelenggarakan suatu kegiatan. Namun, sering kali banyak oknum yang

menyalahgunakan bukti pembayaran untuk kepentingan pribadi maupun

kelompok karena tidak ada ketetapan khusus yang mengatur bukti

pembayaran. Padahal bukti transaksi merupakan hal penting bagi

seseorang ketika bekerja di sebuah instansi swasta ataupun pemerintah.

Perjalanan dinas merupakan agenda tahunan yang dilakukan oleh

anggota DPR RI dimana dana yang dianggarkan cukup besar dan sangat

memungkinkan terjadinya perjalanan fiktif atau disebut kecurangan.

7
Dengan dana yang besar, kegiatan ini menjadi perhatian BPK maupun

masyarakat. Oleh karena itu, bagi instansi pemerintah perlu adanya bukti

pertanggungjawaban yang harus ditunjukkan dengan bukti-bukti yang

valid karena hal ini menyangkut dengan Undang-undang nomor 17 tahun

2003 khususnya pasal 3 ayat (1) mengenai keuangan negara yang harus

dikelola secara efektif dan efisien serta transparan sebab biaya perjalanan

dinas atau kunjungan kerja dibiayai Mata Anggaran Kegiatan (MAK).

Setalah dilakukan perjalanan dinas, bukti pertanggungjawaban harus

segera dilaksanakan dan bukti yang tidak dapat dibayarkan adalah bukti

yang tidak menyatakan kejadian yang sebenarnya dan dapat diduga

terjadinya kecurangan (fraud).

Menurut Wana Alamsyah dalam bukunya yang berjudul laporan

tren penindakan kasus korupsi tahun 2018 menjelaskan pemetaan korupsi

berdasarkan provinsi bahwa Lampung meupakan sepuluh besar provinsi

terbanyak terjadi korupsi serta banyak sekali berita-berita anggota DPRD

dengan kasus penggelapan uang anggaran perjalanan dinas.

Dengan adanya pengendalian internal dari pihak yang

membutuhkan bukti pembayaran, maka akan meminimalisir adanya

penyalahgunaan bukti pembayaran. AICPA (American Institute of

Certified Public Accountants) dalam Wilopo (2006: 349) menjelaskan

bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk memberikan

perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk

mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai

8
dengan aturan. Hal yang penting juga bagi pihak yang membutuhkan bukti

pembayaran untuk melakukan otorisasi sehingga mencegah adanya

penyalahgunaan bukti pembayaran di masa mendatang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apa saja potensi kecurangan pada transaksi pemesanan

secara online Perjalanan Dinas Pemerintah Kota Bandar

Lampung?

2. Bagaimana prosedur pengendalian terhadap kecurangan

transaksi pemesanan secara online pada Perjalanan Dinas

Pemerintah Kota Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui potensi kecurangan pada transaksi

pemesanan secara online Perjalanan Dinas Pemerintah Kota

Bandar Lampung.

2. Untuk mengetahui prosedur pengendalian terhadap

kecurangan transaksi pemesanan secara online pada

Perjalanan Dinas Pemerintah Kota Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Manfaat Teoritis

9
Memberikan informasi terkait dengan kecurangan dalam

akuntansi melalui teknologi.

2. Manfaat Praktis

1) Memberikan pengetahuan kepada instansi pemerintah kota

Bandar Lampung bahwa kecurangan akan selalu terjadi

ketika pengendalian internal lemah.

2) Memberikan gambaran kepada instansi pemerintah kota

Bandar Lampung bahwa kecurangan dalam akuntansi dapat

dilakukan upaya preventif.

1.5 Batasan Masalah


Simulasi yang dilakukan oleh penulis adalah percobaan mengenai

penggantian nominal pada bukti pembayaran menggunakan

aplikasi Corel Draw karena aplikasi tersebut dinilai lebih mudah

digunakan oleh editor ataupun designer pemula.

1.6 Sistematika Penulisan


Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian serta sistematika penulisan dan rangkaian

penulisan tugas akhir.

Bab II Gambaran Umum Penulisan

Bab ini berisi penjelasan mengenai kondisi umum dari subjek yang

akan diteliti, metode penelitian serta tinjauan pustaka.

Bab III Analisis dan Pembahasan

10
Bab ini menjelaskan faktor terjadinya kecurangan, teori fraud

traiangle serta simulasi penggantian nominal pada bukti

pembayaran online.

Bab IV Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis.

1.7 Kerangka Pemikiran


Berikut kerangka pemikiran yang disajikan penulis.

Pengendalian Internal

Kemampuan Individu

Kecenderungan
Tekanan Perilaku Tidak Kecurangan
Etis Akuntansi

Kesempatan

Rasionalisasi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

11
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Kondisi Umum

2.1.1 Sejarah Kota Bandar Lampung

Sejak zaman Kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Tanjungkarang


dan Kota Telokbetong menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Selatan
hingga diterbitkannnya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yang
memisahkan kedua kota tersebut dari Kabupaten Lampung Selatan dan
mulai diperkenalkan dengan istilah penyebutan Kota Tanjungkarang-
Telukbetung.

Pada perkembangannya selanjutnya, status Kota Tanjungkarang dan


Kota Telukbetung terus berubah dan mengalami beberapa kali perluasan
hingga pada tahun 1965 setelah Keresidenan Lampung dinaikkan statusnya
menjadi Provinsi Lampung (berdasarkan Undang-Undang Nomor : 18
tahun 1965), Kota Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi
Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung dan sekaligus
menjadi ibukota Provinsi Lampung.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1983,


Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung berubah
menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran
Negara tahun 1983 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3254).
Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun
1998 tentang perubahan tata naskah dinas di lingkungan Pemerintah
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II se-Indonesia yang kemudian
ditindaklanjuti dengan Keputusan Walikota Bandar Lampung nomor 17
tahun 1999 terjadi perubahan penyebutan nama dari “Pemerintah

12
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung” menjadi “Pemerintah
Kota Bandar Lampung” dan tetap dipergunakan hingga saat ini.

2.1.2 Letak Geografis

Kota Bandar Lampung, terletak antara 3°45'-6°45' lintang selatan

dan 103°40'-105°50' bujur timur, merupakan wilayah di Pulau Sumatera,

yang berbatasan di sebelah utara dengan Propinsi Sumatera Selatan dan

Bengkulu, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah selatan dengan

Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudra Indonesia.

Kota Bandar lampung merupakan Ibukota Propinsi Lampung, selain

merupakan pusat kegiatan Pemerintahan, Sosial Politik, Pendidikan dan

Kebudayaan, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian, yang secara

ekonomis menguntungkan pertumbuhan dan pengembangan kota Bandar

Lampung, yaitu sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata.

Dengan letaknya yang strategis, di mana Propinsi Lampung sebagai daerah

lalu lintas dan transit berbagai kegiatan perekonomian antara Pulau

Sumatra dan Pulau Jawa. Hal ini menjadikan Kota Bandar Lampung

berkembang cukup pesat dalam wilayah Propinsi Lampung. Luas wilayah

Kota Bandar Lampung 197,22 km2 yang terdiri dari 13 Kecamatan dan 98

Kelurahan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Nomor 04 Tahun 2012 tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan

Kecamatan, Kota Bandar Lampung saat ini menjadi 20 kecamatan dengan

126 kelurahan.

13
2.1.3 Struktur Organisasi

WALIKOTA
DPRD
WAKIL WALIKOTA

SEKERTARIS DAERAH
SEKERTARIAT
DPRD
DINAS ASISTEN
DAERAH
CAMAT BAGIAN
Gambar 2 BAGIAN LEMBAGA
Struktur Organisasi TEKNIS
Pemerintah Kota Bandar Lampung DAERAH

1. Walikota

Walikota merupakan kepala daerah untuk daerah kota yang

menjalankan penyelenggaraan pemerintah dan melaksanakan

kebijakan-kebijakan pemerintahan kota yang ditetapkan

bersama-sama dengan DPRD. Walikota merupakan sebuah

jabatan politis bukan Pegawai Negeri Sipil yang sejajar dengan

Bupati dalam daerah kabupaten dan dipilih melalui Pemilihan

Umum Daerah (PILKADA).

2. Sekertaris Daerah

Sekretaris Daerah merupakan unsur staf Pemerintah Daerah Kota

yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada

14
Walikota. Sekretaris daerah mempunyai tugas membantu

walikota dibidang hukum dan perundang-undangan, organisasi

dan tatalaksana, hubungan masyarakat, protokol serta fungsi

pemerintah umum lainnya yang tidak tercakup dalam tugas dinas

dan lembaga teknis, misalnya penanganan urusan kerjasama,

perbatasan dan lain-lain, serta mengkoordinasikan dinas daerah

dan lembaga teknis daerah.

Fungsi Sekretasis daerah dalam penyelenggaraan tugas-tugasnya

ialah, sebagai berikut:

1. Pengkoordinasian penyusunan kebijakan pemerintah daerah

2. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas dan lembaga

teknis daerah

3. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai

dengan fungsi dan tugasnya.

2.1.4 Profil Perjalnan Dinas

Perjalanan dinas adalah perjalanan ke suatu tempat kerja yang

berbeda yang ditentukan oleh perusahaan. Perjalanan dinas dilaksanakan oleh

pimpinan berkaitan dengan tugas pekerjaan untuk jangka waktu tertentu.

Pelaksanaan perjalanan dinas berbeda dengan perjalanan biasa. Seseorang yang

melaksanakan perjalanan biasa, mempersiapkan sendiri segala sesuatunya, baik dalam

menentukan tempat yang di tuju maupun dalam menggunakan dana, dan biasanya

15
keluarga pun ikut serta. Sedangkan perjalanan dinas, biasanya perusahaan

yang memutuskan semuanya. Perusahaan yang menentukan tempat tujuan yang

akan dikunjungi serta perusahaan yang membayar semua biaya untuk keperluan

perjalanan dinas termasuk biaya transportasi, hotel, makan, minum, dan tunjangan

lainnya. Dalam perjalanan dinas, keluarga tidak ikut serta, karena perjalanan

dinas adalah urusan bisnis semata yang bertujuan meningkatkan prospek bisnis agar

lebih cerah dan memperoleh mitra bisnis yang lebih baik, serta untuk

mengembangkan dan meningkatkan kegiatan perusahaan.

2.1.5 Undang – Undang Perjalanan Dinas

Perjalanan dinas yang dilakukan pejabat negara, pegawai negeri atau

pegawai tidak tetap dilaksanakan berdasarkan Surat Tugas yang diberikan

sesuai dengan PMK nomor 113/PMK.05/2012 Pasal 6 ayat (1) dan biaya-

biaya yang ditanggung oleh negara meiputi :

a. uang harian;

b. biaya transport;

c. biaya penginapan;

d. uang representasi;

e. sewa kendarapan dalam kota dan/atau;

f. biaya menjemput/ mengantar jenazah

Setelah dilaksanakan Perjalanan Dinas, maka dilakkukan

pertanggunga jawaban atas biaya perjalanan dinas yang diatur pada Pasal 34.

Bukti bukti yang tidak menyatakan keaslian dari bukti perjalanan dinas akan

ditanggung sepenuhnya atas tindakan yang telah dilakukan pada pasal 36

16
2.1.6 Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitiani terdapat beberapa penelitian

terdahulu yang mendasari. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh

Mayangsari dan Wilopo (2002) meneliti pengaruh pengendalian internal dan

perilaku tidak etis terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian

lain yaitu dari Wilopo (2006) meneliti faktor – faktor yang berpengaruh

terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi dengan hasil perilaku tidak

etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan

dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan

akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi.

17
2.2 Landasan Teori

2.2.1 Akuntansi Pertanggung Jawaban

a. Definisi
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan akuntansi yang

berkaitan dengan akuntansi manajemen yang berkaitan dengan pusat

pertanggungjawaban. Ada beberapa pendapat mengenai definisi akuntansi

pertanggungjawban, antara lain menurut Mulyadi (1997:188) definisi

akuntansi pertanggungjawaban adalah: “Akuntansi pertanggungjawaban

adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian rupa sehingga

pengumpulan serta pelaporan biaya dan pendapatan dilakukan sesuai

dengan pusat pertanggungjawaban dalam organisasi, dengan tujuan agar

dapat ditunjuk orang atau kelompok orang yang bertanggung jawab atas

penyimpangan biaya dan atau pendapatan yang dianggarkan”.

Menurut Hansen dan Mowen (2009:299) adalah sebagai berikut:

“Akuntansi pertanggungjawaban adalah alat fundamental untuk

pengendalian manajemen dan ditentukan melalui empat elemen penting,

yaitu pemberian tanggung jawab, pembuatan ukuran kinerja atau

brenchmarking, pengevaluasian kinerja, dan pemberian penghargaan.

Akuntansi pertanggungjawaban bertujuan memengaruhi perilaku dalam

cara tertentu sehingga seseorang atau kegiatan perusahaan akan

disesuaikan untuk mencapai tujuan bersama.”

Permasalahan pada akuntansi pertanggungjawaban adalah sejauh

mana rentang pengendalian biaya. Oleh karena itu, suatu instansi akan

22
melakukan pusat – pusat pertanggungjawaban dengan beberapa prinsip

yang dikemukakan oleh Siegel dan Ramanauskas (1989); (a) Untuk

memastikan pertanggungjawaban dan akuntabilitas jaringan berjalan

dengan baik maka struktur organisasi dalam suatu perusahaan harus

dianalisa secara cermat dan pendapatan/ biaya yang benar – benar terjadi

harus ditentukan; (b) Untuk menciptakan struktur jaringan

pertanggungjawaban yang efisien maka tanggung jawab dan ruang lingkup

otoritas dari setiap individu, dari manajemen puncak sampai dengan

karyawan paling bawah harus dapat ditentukan secara logis dan jelas.

b. Manfaat Informasi Akuntasi Pertanggungjawaban

Bagi perusahaan informasi Akuntansi pertanggungjawaban

berguna untuk penganggaran di masa yang akan datang sedangkan

informasi historis akuntansi pertanggungjawaban berguna sebagai penilai

bagi kinerja manajer dan pemotivasi manajer (Mulyadi,1997).

2.1.2 Pengendalian Internal

Pengendalian internal menurut Krismiaji (2010:218) menyatakan

“Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode yang

digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva dan menghasilkan

informasi yang akurat dan dapat dipercaya.” COSO dalam Susanto

(2008:95) mengatakan tujuan sistem pengendalian internal adalah efisiensi

dan efektivitas operasi, penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya,

dan ketaatan terhadap undang – undang dan aturan yang berlaku

23
COSO dalam Susanto (2008:96) mengatakan pengendalian internal

memiliki lima komponen, yakni lingkungan pengendalian, penilaian

resiko, pengendalian aktivitas, informasi dan komunikasi, serta monitoring

2.1.3 Fraud Triangle

Gambar 3 Fraud Triangle

Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (1953)

Fraud Triangle adalah sebuah teori yang dikemukakan oleh Donald


R. Cressey (1953) untuk mengetahui kecurangan. Terdapat tiga komponen
yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan
yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi
(rationalization).

Tekanan (Pressure)
Dalam lingkup perusahaan tekanan terjadi karena adanya tuntutan
gaya hidup dan tuntutan terbesar adalah tuntutan ekonomi. Menurut
Moeller (Rustendi, 2009) tekanan situasional berpotensi muncul karena
adanya kewajiban keuangan yang melebihi batas kemampuan yang harus
diselesaikan manajemen sehingga terjadi kegagalan hubungan kerja.
Menurut SAS No.99, terdapat kondisi pada tekanan yang dapat

24
mengakibatkan kecurangan antara lain stabilitas keuangan, tekanan
eksternal, kebutuhan keuangan pribadi, dan target finansial.

Peluang (Opportunity)
Peluang terjadi karena lemahnya pengendalian organisasi yang
lemah. Dalam kecurangan, peluang merupakan komponen yang kapan saja
dapat terjadi namun dapat diminimalisir melalui pembangunan proses,
prosedur dan pengendalian yang bermanfaat agar efektif dalam mendeteksi
kecurangan seperti yang dinyatakan dalam SAS No.99. SAS No. 99
menyebutkan bahwa peluang pada financial statement fraud dapat terjadi
pada kondisi sifat industri, pemantauan yang tidak efektif, dan struktur
organisasi.
Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi adalah komponen yang paling penting karena pelaku
mencari pembenaran atas tindakannya. Berikut ini disajikan ringkasan
kategori, definisi dan contoh fraud risk factor berdasarkan fraud triangle
theory oleh Cressey yang diadopsi dalam SAS No. 99 berkaitang dengan
kecurangan laporan keuangan.

Tabel 1 Kategori, Definisi dan Contoh Fraud Risk Factor dalam SAS No.99 yang
berkaitan dengan Financial Statement Fraud

Fraud Risk Kategori Definisi dan Contoh Faktor Risiko


Factor menurut
SAS No.99

Pressure Financial Keadaan yang menggambarkan kondisi stabil.


Stability Contoh faktor risiko: perusahaan mungkin
memanipulasi laba ketika stabilitas keuangan atau
profitabilitasnya terancam oleh kondisi ekonomi

External Tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk

25
Pressure memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak
ketiga. Contoh faktor risiko : ketika perusahaan
menghadapi adanya tren tingkat ekspektasi para
analis investasi, tekanan untuk memberikan kinerja
terbaik bagi investor dan kreditur yang signifikan
bagi perusahaan atau pihak eksternal lainnya.

Personal Suatu keadaan dimana keuangan perusahaan turut


Financial dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif
Need perusahaan. Contoh faktor risiko : kepentingan
keuangan oleh manajemen yang signifikan dalam
entitas, manajemen memiliki bagian kompensasi
yang signifikan yang bergantung pada pencapaian
target yang agresif untuk harga saham, hasil
operasi, posisi keuangan, atau arus kas manajemen
menjaminkan harta pribadi untuk utang entitas

Financial Tekanan berlebihan pada manajemen untuk


Targets mencapai target keuangan yang dipatok oleh
direksi atau manajemen. Contoh faktor risiko :
perusahaan mungkin memanipulasi laba untuk
memenuhi prakiraan atau tolok ukur para analis
seperti laba tahun sebelumnya.

Nature of Berkaitan dengan munculnya risiko bagi


Opportunity Industry perusahaan yang berkecimpung dalam industri
yang melibatkan estimasi dan pertimbangan yang
signifikan jauh lebih besar. Contoh faktor risiko :
penilaian persediaan mengandung risiko salah saji
yang lebih besar bagi perusahaan yang
persediaannya tersebar di banyak lokasi. Risiko
salah saji persediaan ini semakin meningkat jika
persediaan itu menjadi usang.

26
Ineffective Keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit
Monitoring pengawasan yang efektif memantau kinerja
perusahaan. Contoh faktor risiko : adanya dominasi
manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil,
tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya
pengawasan dewan direksi dan komite audit atas
proses pelaporan keuangan dan pengendalian
internal dan sejenisnya.

Organizatio Struktur organisasi yang kompleks dan tidak stabil.


nal Contoh faktor risiko : struktur organisasi yang
Structure terlalu kompleks, perputaran personil perusahaan
seperti senior manajemen atau direksi yang tinggi.

Rationalizatio Rationalizat Sikap/rasionalisasi anggota dewan manajemen atau


n ion karyawan yang memungkinkan mereka untuk
terlibat dalam dan/atau membenarkan kecurangan
pelaporan keuangan. Contoh faktor risiko : jika
CEO atau manajer puncak lainnya sangat tidak
peduli pada proses pelaporan keuangan, seperti
terus mengeluarkan prakiraan yang terlalu
optimistik, pelaporan keuangan yang curang lebih
mungkin terjadi
Sumber : Skousen et al.,2009

2.3 Kerangka pemikiran

27
Pengendalian Internal

Kemampuan Individu

Kecenderungan
Tekanan Perilaku Tidak Kecurangan
Etis Akuntansi

Kesempatan

Rasionalisasi

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Perusahaan selalu memiliki pengendalian internal untuk menjaga


keberlanjutan usahanya sehingga pengendalian menjadi hal yang sangat
perlu diperhatikan. Namun, penurunan pengendalian akan menimbulkan
perilaku tidak etis pada karyawan sehingga timbullah kecenderungan
kecurangan akuntansi. Dalam kerangka ini pun memberitahukan bahwa
kemampuan individu atau karyawan dapat mempengaruhi tindak
kecurangan.
Kemampuan individu atau karyawan memang berbeda - beda tetapi
kemampuan itu akan berkembang ketika ada faktor - faktor lain yang
mendukung yakni tekanan, kesempatan serta rasionalisasi. Tentunya,
semua hal itu berkaitan erat atau saling mendukung satu sama lain dan
berakibat pada kecenderungan kecurangan akuntansi, laporan keuangan
yang disajikan secara tidak benar dengan kata lain ketidaktaatan pada
akuntansi.

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Data/Sumber Data


Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data transaksi pembayaran online yang diambil secara tidak

langsung oleh penulis dari Dinas Kota Bandar Lampung melalui tata usaha Dinas

Kota Bandar Lampung berupa bukti pembayaran online (e-receipt) atas

pemesanan pesawat dan hotel pada tanggal 30 Mei 2016.

3.2 Objek Penelitian


Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berupa bukti transaksi online

(e-receipt) dari aplikasi Tiket.com, agoda, Traveloka dan sebagainya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


1. Dokumentasi dan Analisis, yaitu engumpulkan bukti-bukti transaksi

perjalanan dinas Pemerintah Kota Bandar Lampung pada tanggal 30

Mei 2016.

2. Studi pustaka, melakukan pengumpulan data dengan pengamatan dari

teori-teori yang relevan yang mendukung pembahasan masalah.

3. Wawancara, yaitu memberi pertanyaan pada bidang tata usaha

mengenai keterjadian dari bukti pembayaran online tersebut.

29
3.4 Teknik Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif

melalui pendekatan studi kasus. Studi kasus di anggap sebagai pilihan yang paling

tepat karena dalam penelitian studi kasus merupakan suatu model penelitian

kualitatif tentang individu atau unit sosial yang terperinci, komprehensif, inten

dan mendalam terhadap fonomena-fonomena yang di teliti (Herdiansyah, 2010:

76). Peneliti mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis secara sistematis

mengenai system transaksi pembelian tiket maupun pemesanan hotel melalui

aplikasi online.

3.5 Pemikiran Konseptual

Semakin banyak hadirnya aplikasi yang dapat melakukan tramsaksi


pemesanan transportasi,hotel,wahana,hingga pulsa secara online

Mayoritas masyarakat melakukan pemesanan secara


online agar lebih efektif dan efisien

Bukti transaksi berupa e-receipt adalah bagian dari laporan pertanggung jawaban bagi
masyarakat yang menggunakan dana organisasi/instansi

Pengeditan Potensi terjadinya kecurangan dalam bukti transaksi


nominal merupakan potensi kerugian dalam organisasi/instansi
transaksi

Penambahan watermark paid pada total pembayaran


Inovasi
mengatasi
kecurangan Usaha dalam melakukan pencegahan fraud

Gambar 5 Pemikiran Konseptual

30
31
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Wana, Laid Abid, and Agus Sunaryanto. 2018. Laporan Tren
Penindakan Kasus Korupsi 2018. Indonesia Corruption Watch.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, and Mark S. Beasley. 2014. Auditing&Jasa
Assurance. Penerit Erlangga.
Drs. Amin Widjaja Tunggal, Ak., M.B.A. n.d. Struktur Pengendalian Interen.
Cetakan tahun 1995. Rineka Cipta.
Hansen, Don R, and M. Mowen Maryanne. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta:
Salemba Empat.
Krismiaji. 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: UPPAMP YKPN.
Mulford, Charless W., and Eugene E Comiskey. 2014. Deteksi Kecurangan
Akuntansi. PPM Manajemen.
Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM.
n.d. Peraturan Menteri Keuangan nomor 113/PMK.05/2012.
n.d. Portal Kota Bandar Lampung. Accessed Desember Minggu , 2019.
https://bandarlampungkota.go.id/new/.
Susanto, Azhar. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya.
n.d. Undang Undang nomor 17 Tahun 2003.
Wilopo. 2006. "Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik
dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia." Proceeding Simposium
Nasional Akuntansi IX. Padang. 346-366.

32

Anda mungkin juga menyukai