Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Platax Vol.

I-1, September 2012 ISSN: 2302-3589

KONDISI EKOLOGI DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA MANGROVE DI DESA


TAROHAN SELATAN KECAMATAN BEO SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN
1
TALAUD
2 3 3
Rivay Ontorael , Adnan S Wantasen , Ari B Rondonuwu

ABSTRACT
This study aims to determine the ecological condition of mangrove forests,
and the use/utilization of mangrove forests. The method used is method of survey
and interview cruising. Ecological data retrieval is done by making transects
kuadrant shaped by the size of 25x25 cm by 3 pieces lengthwise parallel to the
coastline of South Tarohan Village. Respondents to the data carried by a
purposive sampling interview respondents who have been determined. The
results showed that the highest density is owned by Sonneratia alba and the
highest frequency is owned by species Sonneratia Alba its index value is also
important because it is owned by Sonneratia Alba. Sonneratia Alba is a type of
mangrove, Sonneratia which have a dominant role in the mangrove forest
ecosystem. Environmental conditions of coastal waters of South Tarohan village
has a good environment and support the survival of mangrove forests and biota
in the vicinity. South Tarohan Villagers were already aware of and understand the
benefits of mangrove forests, it can not guarantee the preservation of mangrove
forests because most people still use mangrove wood for household needs for
fuel wood.

Keywords : Mangrove, ecological

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi hutan mangrove,
serta penggunaan/pemanfaatan hutan mangrove. Metode yang digunakan yaitu
metode survey jelajah dan wawancara. Pengambilan data ekologi dilakukan
dengan membuat transek berbentuk kuadrant dengan ukuran 25x25 m sebanyak
3 buah memenjang sejajar garis pantai Desa Tarohan Selatan. Untuk data
responden dilakukan dengan wawancara secara purposive sampling yaitu
responden yang sudah ditentukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Kerapatan jenis tertinggi di miliki oleh Sonneratia alba dan Frekuensi Jenis
tertinggi di miliki oleh Sonneratia alba beserta Indeks Nilai Penting juga di miliki
oleh Sonneratia alba karena Sonneratia alba merupakan jenis mangrove yang
memiliki peranan dominan dalam ekosisten hutan mangrove. Kondisi lingkungan
perairan pesisir Desa Tarohan Selatan memiliki lingkungan yang baik dan
mendukung kelangsungan hidup dari hutan mangrove dan biota yang ada di
sekitarnya. Masyarakat Desa Tarohan Selatan ternyata sudah mengetahui dan
memahami manfaat hutan mangrove, hal ini tidak dapat menjamin kelestarian
hutan mangrove karena masih sebagian besar masyarakat menggunakan kayu
bakau sebagai kebutuhan rumah tangga untuk kayubakar kayu bakar.

Kata kunci : Mangrove, ekologi

1
Bagian dari skripsi
2
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK-UNSRAT
3
Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi

7
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: 2302-3589

PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN


Indonesia merupakan negara Tempat dan Waktu Penelitian
kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau Pengambilan data dilakukan di
2
dengan luas laut sekitar 5,8 juta km Desa Tarohan Selatan Kecamatan Beo
dan bentangan garis pantai sepanjang Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud
81.000 km (Dahuri et al. 1996). Seba- Provinsi Sulawesi Utara. Waktu
gian besar pulau tersebut merupakan penelitian dilaksanakan kurang lebih tiga
pulau-pulau kecil yang tersebar di bulan meliputi penulisan rencana kerja,
seluruh wilayah Indonesia. Pulau-pulau pengambilan data, analisis data dan
kecil merupakan ekosistem pesisir yang laporan hasil.
memiliki keunikan dan sumberdaya alam
yang spesifik.
Pulau Karakelang merupakan
pulau ter-besar di Kabupaten Kepulauan
Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Pulau
2.
Karakelang memiliki luas 975 km yang
terbagi atas 6 kecamatan yaitu
Kecamatan Melonguane, Kecamatan
Beo, Kecamatan Esang, Kecamatan
Gemeh, Kecamatan Tampanamma dan
Kecamatan Rainis, dan pulau Gambar : 1 Peta Lokasi Penelitian
Karekelang juga memiliki sumberdaya
alam yang beragam salah satunya yaitu Metode Pengambilan Data Mangrove
hutan mangrove (BirdLife, 2006).
Metode yang digunakan dalam
Luas hutan mangrove yang ada di penelitian ini menggunakan metode
Desa Tarohan berkisar kurang lebih 20 survey jelajah dan wawancara pada
hektar (Anonimous, 2010). Hutan responden. Selanjutnya data yang
mangrove memiliki manfaat yang nyata dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri
bagi kehidupan, baik manfaat ekologi dari data primer dan data sekunder.
yaitu sebagai penyedia nutrient bagi
biota perairan, tempat pemijahan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
asuhan bagi berbagai macam biota,
pena-han abrasi, amukan angin, taufan Kondisi Ekologi Hutan Mangrove
dan tsunami, penyerap limbah, dan lain Pengambilan data yang dilakukan
sebagainya. Sedangkan manfaat ekono- di Desa Tarohan Selatan pada 3 (tiga)
mi dan sosial berfungsi sebagai penye- stasiun penelitian dengan titik koordinat
dia kayu, bahan obat-obatan dan lain- o o
04 08’23,5” LU dan 126 44’54,5” LS
lain. o
(stasiun 1), 04 08’22,3” LU dan
Secara umum hutan mangrove o
126 44’53,4” LS (stasiun 2), dan
diguna-kan untuk kayu bakar dan o o
04 08’20,4“ LU dan 126 44’51,4” LS
bahan-bahan bangunan, sehingga hutan (stasiun 3).
mangrove banyak memberikan manfaat Berdasarkan hasil identifikasi dan
yang besar bagi umat manusia, oleh pengamatan di lapangan terhadap vege-
karena itu kita harus menjaga tasi hutan mangrove yang tumbuh di
kelestariannya agar ekosistem hutan lokasi penelitian, pada 3 stasiun ditemu-
mangrove tetap berfungsi secara kan 49 individu dari 3 spesies yang
berkelanjutan. Oleh sebab itu ekosistem termasuk dalam 3 famili yaitu
hutan mangrove harus dikelola dan Avicenniaceae, Rhizophoraceae, dan
dimanfaatkan secara berkesinam- Sonneratiaceae. Adapun spesies yang
bungan untuk kesejahteraan masya- di temukan yaitu Avicennia marina,
rakat, baik generasi sekarang maupun
yang akan mendatang.

8
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: 2302-3589

Rhizophora mucronata, dan Sonneratia kan nilai kerapatan relatif terendah


alba. ditempati oleh spesies Rhizophora
Menurut Soerinegara dan mucronata.
Indrawan (1980) in Facrul (2007), anali-
Frekuensi Jenis dan Frekuensi Relatif
sis vegetasi dalam ekologi tum-buhan
Jenis
adalah cara untuk mempelajari struktur
Pada stasiun 1 frekuensi keha-
vegetasi dan komposisi jenis tumbuhan.
diran terbanyak diperoleh Rhizophora
Analisis vegetasi bertujuan untuk
mucronata dan Sonneratia alba yaitu 1,5
mengetahui komposisi jenis (su-sunan)
dengan nilai frekuensi relatif 33%. Pada
tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi
stasiun 2, diperoleh Rhizophora
yang ada di wilayah yang di analisis
mucronata dan Sonneratia alba yaitu 1
pada setiap stasiun.
dengan nilai frekuensi relatif 37%, Pada
Kerapatan Jenis dan Kerapatan stasiun 3, diperoleh Rhizophora
Relatif Jenis mucronata dan Sonneratia alba yaitu 1
Pada stasiun 1, nilai kerapatan dengan nilai frekuensi relatif sebesar
jenis tertinggi terdapat pada spesies 37%, sedangkan frekuensi terendah
2 juga dimiliki oleh spesies Avicennia
Sonneratia alba (0,0176 ind/m ) dengan
nilai kerapatan relatif jenis 91,67%, marina (0,67) dengan nilai frekuensi
sedangkan terendah yaitu pada spesies relatifnya 25% (pada stasiun 2 dan 3).
Rhizophora mucronata (0, 0016) dengan Menurut Fachrul (2007) frekuensi
nilai kerapatan relatif jenis 8,33%. Se- merupakan salah satu parameter vege-
lanjutnya untuk stasiun 2, nilai kera- tasi yang dapat menunjukan pola distri-
patan jenis tertinggi dimiliki oleh spesies busi atau sebaran jenis tumbuhan dalam
Sonneratia alba (0,0176) dengan nilai ekosistem atau memperlihatkan pola
kerapatan relatifnya 68,75%, sedangkan distribusi tumbuhan. Nilai frekuensi
nilai kerapatan terendah dimiliki oleh dipengaruhi oleh nilai petak dimana
Rhizophora mucronata (0,0032) dan ditemukannya spesies mangrove. Makin
nilai kerapatan relatif yaitu 12,5%. Sama banyak jumlah kuadran ditemukannya
halnya dengan stasiun 1 dan 2, pada jenis mangrove, maka nilai frekuensi
stasiun 3, spesies Sonneratia alba juga kehadiran jenis mangrove semakin
yang memiliki nilai kerapatan tertinggi tinggi. Dari ketiga stasiun penelitian
(0,0208) dengan nilai kerapatan relatif Rhizophora mucronata dan Sonneratia
61,90% sedangkan nilai kerapatan alba memiliki nilai frekuensi tertinggi
terendah juga terdapat pada spesies karena memiliki jumlah yang lebih
Rhizophora mucronata (0,0048) dengan banyak dibandingkan dengan spesies
nilai kerapatan relatif 14,29 %. Avicennia marina dan kedua spesies ini
Nilai kerapatan suatu jenis menun- terdistribusi merata disetiap kuadran.
jukan kelimpahan jenis dalam suatu Frekuesi kehadiran terendah dimiliki
ekosistem dan nilai ini dapat meng- oleh Avicennia marina disebabkan kare-
gambarkan bahwa jenis dengan kera- na jenis Avicennia marina tidak terdis-
patan tertinggi memiliki pola penyesu- tribusi merata dan hanya terdapat pada
aian yang besar. Kerapatan sangat satu kuadran saja. Spesies Rhizophora
dipengaruhi oleh jumlah ditemukannya mucronata dan Sonneratia alba
spesies dalam daerah penelitian. merupakan spesies yang memiliki
Semakin banyak suatu spesies, maka frekuensi tertinggi hal itu dilihat dari
kerapatan relatifnya semakin tinggi. Dari frekuensi kehadiran dari kedua spesies
perbandingan pada ketiga stasiun pene- tersebut yang terdistribusi merata
litian didapati spesies Sonneratia alba disetiap stasiun. Kondisi tersebut terjadi
memiliki nilai kerapatan tertinggi, hal itu karena spesies ini menyukai daerah
disebabkan karena habitat yang cocok pasir berlumpur seperti daerah yang
dan kemampuan mangrove dalam dilokasi penelitan yang memiliki substrat
beradaptasi pada lingkungan, sedang- pasir berlumpur (Nybakken,1998).

9
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: 2302-3589

Indeks Nilai Penting Kepulauan Talaud ini memiliki kondisi


Berdasarkan analisis yang dilaku- lingkungan yang baik dan mendukung
kan didapati indeks nilai penting tertinggi kelangsungan hidup dari hutan
pada ketiga stasiun ditemukan pada mangrove dan biota yang ada di
spesies Sonneratia alba sebesar 125%, sekitarnya.
sedangkan nilai indeks penting terendah
Kegiatan Masyarakat Terhadap
pada Rhizophora mucronata sebesar
Pemanfaatan Hutan Mangrove
41,66%. Bengen (2000) mengemukakan
Berdasarkan hasil penelitian
bahwa besarnya indeks nilai penting
terhadap kondisi masyarakat, diperoleh
berkisar 0–300%, semakin besar nilai
hasil yang menunjukkan masyarakat
indeks penting berarti spesies yang
sudah mengetahui dan memahami
bersangkutan berperan semakin besar
manfaat hutan mangrove, walaupun
dalam komunitas tersebut. Berdasarkan
masih ada sebagian masyarakat yang
indeks nilai penting yang diperoleh,
tetap melakukan penebangan pohon
jelaslah bahwa Sonneratia alba
mangrove untuk dimanfaatkan sebagai
merupakan jenis mangrove yang
keperluan kayu bakar, karena kondisi
memiliki peranan dominan dalam
ekonomi mereka (ketidak mampuan
ekosistem hutan mangrove di lokasi
membeli minyak tanah), serta akses
penelitian.
untuk mengambil kayu bakar dari hutan
Variabel Lingkungan mangrove sangat (dekat dengan
Menurut FAO (1982) faktor-faktor pemukiman) dibandingkan dengan
lingkungan yang mempengaruhi mengambil kayu bakar di hutan yang
pertumbuhan hutan mangrove di suatu jauh dari pemukiman.
lokasi yaitu: suhu, salinitas dan substrat.
Berdasarkan hasil pengukuran salinitas KESIMPULAN
pada setiap stasiun 1,2 dan 3 diperoleh
1. Kerapatan jenis tertinggi di miliki
hasil rata-rata 20-39‰. Budiman dan
oleh Sonneratia alba dan frekuensi
Suhardjono (1992) mengatakan bahwa
jenis dan indeks nilai penting
salinitas yang baik untuk pertumbuhan
tertinggi di miliki oleh Sonneratia
mangrove yaitu sekitar 20-40 ‰, dan
alba sehingga Sonneratia alba
berpengaruh besar terhadap distribusi
merupakan jenis mangrove yang
mangrove serta kehidupan fauna akuatik
memiliki peran dominan dalam
yang hidup disekitarnya. Hasil
ekosistem hutan mangrove. Kondisi
pengukuran suhu pada stasiun 1, 2 dan
o lingkungan perairan pesisir Desa
3 diperoleh kisaran 30-35 C, dimana Tarohan Selatan dikategorikan baik
suhu berperan penting dalam proses dan mendukung kelangsungan hidup
fisiologis (fotosintesis dan respirasi) hutan mangrove dan biota yang ada
produksi daun baru (Bengen, 2000). di sekitarnya.
Pengamatan substrat dilakukan secara 2. Pemahaman masyarakat akan pen-
visual dengan cara meraba tekstur tingnya ekosistem mangrove masih
substrat pada setiap stasiun ternyata lemah di Desa Tarohan Selatan,
jenis substrat yang terdapat di lokasi berdasarkan tingginya tingkat
penelitian yaitu substrat batu berpasir. pemanfaatan mangrove sebagai
Substrat berperan sebagai endapan kayu bakar.
yang merupakan salah satu penyebab
terbentuknya zonasi dan penyebaran
mangrove. DAPTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil pengukuran
variabel lingkungan di lokasi penelitian Anonimous, 2010, Profil Desa Tarohan
menunjukkan kondisi lingkungan Selatan, Kecamatan Beo Selatan
perairan pesisir Desa Tarohan Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kecamatan Beo Selatan Kabupaten

10
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN: 2302-3589

BirdLife, 2006. Pulau Karakelang, Surga Dahuri R, J. Rais, S.P. Ginting, M.J.
Kecil Keanekaragaman Hayati Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber
Talaud. Bogor Indonesia. Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan
Secara Terpadu. PT Pradnya
Bengen D. 2000. Ekosistem dan Sum-
Paramita. Hal, 300.
berdaya Alam Pesisir dan Laut
(Sinopsis). Pusat Kajian Sumber- Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling
daya Pesisir dan Lautan. Institut Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Pertanian Bogor.
FAO. 1982. Management and
Budiman dan Soehardjono. 1992. Pene- Untilization of Mangrove in Asia and
litian hutan mangrove di Indonesia. The Pasific. F.A.O Enviroment
Pendayagunaan dan konservasi. Pape.
Lokakarya nasional. Penyusunan
Program penelitian biologi kelautan
Nybakken J. 1998. Biologi Laut; suatu
dan proses dinamika pesisir.
Puslitbang Biologi. LIPI. pendekatan ekologis. Penerbit
Gramedia-Jakarta. 459 hal.

Tabel 1. Data hasil analisis vegetasi hutan mangrove pada setiap stasiun pengamatan

Stasiun Jenis ∑ Individu Di RDi Fi RFi INP DB


S. alba 11 0,0176 91,67 1,5 33 125,00 39
1
R.mucronata 1 0,0016 8,33 1,5 33 41,66 32
S. alba 11 0,0176 68,75 1,0 37 106,20 44
2 R.mucronata 2 0,0032 12,50 1,0 37 49,95 35
A. marina 3 0,0048 18,75 0,67 25 100,75 54
S. alba 13 0,0208 61,90 1,0 37 107,35 41
3 R.mucronata 3 0,0048 14,29 1,0 37 51,74 31
A. marina 5 0,0080 23,81 0,67 25 66,26 33
Sumber : Data Primer dan Analisis Data, 2012

Tabel 2. Hasil Pengukuran Rata-rata Variabel Lingkungan


Parameter
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Lingkungan
Salinitas 39‰ 40‰ 20‰
0 0 0
Suhu 31 c 35 c 34 c
Substrat Batu berpasir Batu berpasir Batu berpasir
Sumber : Data Primer 2012

11
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

Anda mungkin juga menyukai