ABSTRAKS
Pengembangan E-Government pada pemerintah daerah (pemda) sudah menjadi keharusan ( Inpres No. 3
tahun 2003.), namun dalam pelaksanaannya banyak sekali kendala di lapangan, antara lain dilihat dari faktor
sumber daya manusia yang tersedia di pemda berdasarkan kuantitas (jumlah) hingga kualitas (ketrampilan dan
kemampuan menggunakan teknologi) belum memadai, faktor pengadaan aplikasi yang belum mampu
mendukung proses bisnis, faktor teknologi yang digunakan belum sesuai dengan kebutuhan, model manajemen
perubahan yang tidak berdasarkan budaya organisasi yang sedang berjalan. Kendala ini berpengaruh pada
tingkat keberhasilan pengembangan E-Government.
Penelitian ini berfokus pada proses manajemen perubahan pada pengembangan e-goverment, yaitu
manajemen perubahan dari government menuju ke e-governmet. Manajemen perubahan yang digunakan
berdasarkan pada budaya organisasi yang sedang berjalan di pemda dalam hal ini pemerintah provinsi DIY,
yaitu budaya Clan.
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah model manajemen perubahan untuk pengembangan e-government
berdasarkan budaya organisasi yang sedang berjalan di pemerintah provinsi DIY.
C-29
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
Upaya Pemerintah Provinsi Yogyakarta dalam government yang dikeluarkan oleh Organization for
menerapkan e-government dikenal dengan konsep Economic Co-operation and Development (OECD)
Jogja Cyber Province. Definisi mengenai Jogja [www.oecd.org/puma/Egov]. Definisi e-government
Cyber Province ini mengacu pada Rancangan menurut OECD lebih menitikberatkan pada
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta transformasi model kepemerintahan daripada isu
mengenai Blueprint Jogja Cyber Province tahun yang berbau ”elektronic”. Definisi ini membawa
2006 yang merupakan landasan hukum bagi akibat pada perlunya model manajemen
pengembangan Jogja Cyber Province. Jogja Cyber kepemerintahan yang berorientasi pada masyarakat.
Province merupakan pengembangan dari penerapan
e-government di Propinsi Daerah Istimewa 2.2 Budaya Organisasi
Yogyakarta. Blueprint Jogja Cyber Province Definisi budaya organisasi menurut Cameron
disusun sebagai inisiatif yang dikembangkan guna dan Quinn budaya organisasi adalah adanya suatu
mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan perekat sosial yang ada dalam organisasi,
komunikasi yang seluas-luasnya bagi masyarakat mengandung nilai, kebiasaan, kepercayaan yang
dan pemerintah dalam rangka meningkatkan mencirikan karakteristik organisasi dan seluruh
interaksi satu dengan yang lainnya, dan selanjutnya anggota organisasi. Budaya organisasi menjadi titik
diharapkan dapat berfungsi sebagai akselerator tekan dalam melakukan perubahan organisasi. Alat
upaya peningkatan taraf hidup dan daya saing untuk yang digunakan untuk melakukan pengukuran pada
mewujudkan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta budaya orgniasai adalah OCAI. Framework sebagai
sebagai pusat pertumbuhan Jawa bagian selatan model yang dapat digunakan untuk memahami
maupun sebagai Economic Hub bagi propinsi budaya organisasi. Strategi secara sistematik untuk
lainnya di Indonesia. melakukan perubahan pada budaya organisasi.
Kebijakan dan strategi diperlukan untuk Dimensi yang menjadi indikator dalam
mewujudkan tujuan pengembangan Jogja Cyber framework ini adalah:
Province. Berdasarkan Peraturan Gubernur 1. Dimensi Pertama
mengenai Blueprint Jogja Cyber Province maka Dimensi pertama meliputi hal-hal yang terkait
kebijakan yang mendasari Jogja Cyber Province dengan faktor internal yaitu seperti fleksibilitas,
adalah sebagai berikut: kebijakan dan dinamisasi meliputi hal-hal
a. Memposisikan masyarakat sebagai pelanggan stabilisasi, masukan dan kontrol. Beberapa
(customer); organisasi melihatnya dari bagaimana organisasi
b. Mengenal pelanggan dengan baik dan dapat melakukan perubahan, beradaptasi dan
memberikan layanan berbasis pengetahuan yang alami. Selain itu dapat juga dipandang efektiv
sesuai dengan budaya pelanggan; jika suatu organisasi mampu bekerjasama,
c. Inovasi dalam mengembangkan produk dan terprediksi dan cara kerjanya termekanisasi.
layanan berdasarkan kebutuhan pelanggan dan 2. Dimensi Kedua
mengantisipasi potensi masalah selanjutnya; Dimensi kedua orientasi pada faktor internal
d. Inovasi untuk memperbaiki dan mengubah proses yaitu integrasi dan faktor eksternal yaitu
kerja agar dapat terus menerus meningkatkan ditekankan pada faktor-faktor pembeda dan
kepuasan pelanggan; persaingan. Beberapa organisasi melihat
e. Memperbaiki dan meningkatkan kompetensi dan keefektivan dari karakteristik internal organisasi
profesionalitas sumberdaya dan organisasi yang harmonis.
penyedia layanan;
f. Mendekatkan produk dan layanan kepada Fkesibel dan Kebijakan
masyarakat;
g. Memanfaatkan Information and Communication
Technology (ICT) yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan, bukan untuk kepentingan pemerintah.
Faktor Eksternal dan Pembeda
Clan Adhocracy
Faktor nternal dan Integrasi
C-30
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
Kedua dimensi ini dibagi dalam empat kuadran bukan karena terpaksa, takut atau ikut-ikutan
yang menggambarkan indikator efektiv suatu tanpa pertibangan dan apatis.
organisasi. Gambar 1 mengilustrasikan hubungan b. Pendekatan Normatif – Reedukatif
antara satu dimensi dengan dimensi yang lain. Pendekatan yang digunakan adalah memberikan
Indikator keefektivan menggambarkan nilai yang pendidikan ulang mengenahi nilai dan norma dari
dianut dan menyangkut performansi. perlunya perubahan. Orang akan berubah karena
Komponen budaya oranisasi meliputi beberapa sebuah kebutuhan. Butuh waktu yang panjang
hal yaitu: untuk melakukan perubahan.
a. Nilai dan Kepercayaan c. Pendekatan Kekuasaan – Koersif
Nilai didefinisikan sebagai karakter dan gerak Pendekatan ini dasarnya adalah kepatuhan,
dalam melakukan suatu keputusan dalam sehingga memanfaatkan pimpinan. Pendekatan
organisasi tersebut. Nilai suatu organisasi dapa ini efektif jika karyawan mengakui kepakaran dan
dilihat dari kebiasaan atau rutinitas keseharian. keabsahan pihak yang menjalankan kekuasaan.
b. Leadership Butuh pemimpin yang tegas, adil dan mampu
Leadership fokus pada segala hal yang mengayomi bawahan.
berhubungan pimpinan. Kepemimpinan yang d. Pendekatan Lingkungan – Adatif
benar adalah pimpinan yang mampu Dasar pendekatan lingkungan adalah kemampuan
menunjukkan kepercayaan pada anggota untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
organisasi, dan menjadikan inspirasi anggota lingkungan atau situasinbterbaru sekalipun.
organisasi sebagai team untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Leadership yang tepat dapat 3. ANALISIS KONDISI SAAT INI
dimulai dengan menggunakan model manajemen. Analisis kondisi saat ini, adalah analisis pada
c. Sistem Sumber Daya Manusia Pemerintah Provinsi terhadap beberapa hal yang
Budaya harus dikelola untuk mendapatkan hasil terkait tentang :
yang memuaskan. Ketidakpahaman akan budaya a. Budaya organisasi yang berjalan saat ini.
yang ada pada organisasi mengakibatkan usaha b. Tahapan Pengembangan E-Government.
yang lebih berat dalam memahamkan budaya c. Infrastruktur dan teknologi yang digunakan.
yang hendak diterapkan sebelum pencapaian d. Penerapan Manajemen perubahan
hasil yang lebih tinggi. Untuk itu dibutuhkan
sebuah departemen yang mengurusi segala 3.1 Budaya Organisasi
sesuatu yang berhubungan dengan sumber daya Budaya organisasi Pemprov yang sedang berjalan
manusia (SDM), dimana SDM merupakan saat ini adalah budaya clan, dengan rincian sesuai
penggerak dalam organisasi. dengan tabel 1.
d. Karakter Organisasi
Karakter organisasi adalah ekspresi dalam 3.2 Tahapan Pengembangan E-Government
berkomunikasi dan feedback yang timbal balik, Tahapan pengembangan E-Government di
selain itu kemampuan untuk melakukan Pemprov Yogyakarta saat ini tahapan inisialisasi
perubahan pada lingkungan organisasi. Kekuatan menuju tahap interaktif. Pada tahap inisialisasi hal-
karakter organisasi merupakan kekuatan karakter hal yang sudah dijalankan antara lain :
masing-masng individu. a. Ketersediaan infrastruktur berupa perangkat
keras belum berdasarkan pada kebutuhan untuk
2.3 Manajemen Perubahan membantu pekerjaan.
Manajemen perubahan adalah proses perubahan b. Jaringan LAN sudah berjalan di semua instansi.
yang dilakukan dengan perencanaan yang matang, c. Penggunaan email sudah mulai digunakan oleh
terus menerus sehingga menghasilkan sesuai tujuan beberapa pegawai, namun belum digunakan
yang diinginkan. sebagai alat koordinasi.
Model pendekatan dalam manajemen perubahan d. Situs web sudah mulai ke arah dinamis, yaitu
ada empat (Davidson, J. 2005 dan Azizy, Q. 2007), update secara rutin.
yaitu: Akses internet sudah berjalan.
a. Pendekatan Rasional – Empiris
Pendekatan yang akan dilakukan menggunakan Tabel 1. Budaya clan.
pertimbangan rasional dan empiris. Diasumsikan KOMPETENSI Clan
sasaran yang dirubah akan menerima perubahan Karakteritik Organisasi merupakan tempat yang sangat
dominan personal/pribadi, seperti suatu keluarga
ketika menerima pertimbangan untuk berubah. besar, di mana orang-orang di dalamnya
Perlu adanya komunikasi yang baik dan efektif saling berbagi satu sama lain (bersifat
engenahi insentif atau hasil yang akan kekeluargaan), mengemban visi dan misi,
menguntungkan mereka jika perubahan itu orientasi pada hasil (pelayanan pada
masyarakat)
berhasil. Mereka akan melakukanperubahan Pemimpin Pemimpin bertindak sebagai mentor,
C-31
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
C-32
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
PUSTAKA
Alamsyah, M. (5 September 2006). Reformasi
Birokrasi: Mengakhiri Inefisien dengan
Rekayasa Ulang, Media Indonesia, A7.
Davidson, J. (2005). The Complate Idiot’s Guide to
Change Management. Prenada.
Cameron, K. (2004), “A Process for Changing
Organizational Culture”, Michael Driver (ED.)
The Handbook of Organizational Development.
_________, 1999. Diagnosing and Changing
Organizational Culture, Prantice Hall.
Kreitner, R., Kinicki, (1992) “A. Organizational
Behavior”, Boston, Richard d Irwan, Inc.
_________, Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta mengenai Blueprint Jogja Cyber
Province, No. 42, (2006).
Handayaningsih, S. (2007), Analisis Terhadap
Budaya Organisasi Sebagai Faktor Penting
Dalam Pengembangan E-Government Pada
Pemerintahan Kabupaten/Kota Studi Kasus :
Pemerintah Propinsi DIY, Tesis Magister
Informatika ITB.
__________, (2008), Pembuatan Model
Pengembangan Teknologi (TI) Government
Berdasarkan Budaya Organisasi, Proseding
SemnasIF UPN.
Handayaningsih, S., Surendro, K. (2009), Model
Strategic Planning The Development of E-
government Based on Organization Culture In
Region Government, Prosiding IIS.
C-33