Anda di halaman 1dari 15

Case Report Session

TRIKIASIS

Oleh :

Kamilaturrizqi Sakinah 1940312106


Putri Fadhila 1710313064
Hanifa Raissa 1710312024

Preseptor:
Dr. dr. Kemala Sayuti, Sp.M (K)
dr. Mardijas Efendi, SpM

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah case report session berjudul “Trikiasis” yang
disusun untuk memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Mata di
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr.
Kemala Sayuti, Sp.M (K) dan dr. Mardijas Efendi, Sp.M yang telah membimbing
penulis dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
karena itu penulis sangat terbuka dalam menerima saran dan kritik demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang telah penulis susun ini dapat
berguna bagi kita semua.

Padang, 18 Agustus 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelopak mata mempeunyai beberapa fungsi. Salah satunya adalah
sebagai proteksi atau pelindung mekanik terhadap bola mata. Kelopak
mata juga menyediakan elemen kimia yang penting pada lapisan air mata
prekorneal, dan juga membantu mendistribusikan lapisan ini ke seluruh
permukaan bola mata. Selama fase mengedip, kelopak mata mendorong air
mata ke arah kantus medial dan masuk ke dalam sistem drainase pungtum
lakrimal. Bulu mata yang ada di sepanjang tepi kelopak mata
membersihkan partikel-partikel dari depan mata, dan pergerakan gerakan
konstan serta refleks kelopak mata mencegah kornea dari trauma ataupun
cahaya yang menyilaukan.1
Trikiasis adalah suatu kelainan di mana silia bulu mata
melengkung ke arah bola mata. Trikiasis biasanya merupakan akibat dari
inflamasi atau jaringan parut pada palpebra setelah operasi palpebra,
trauma, kalazion, atau blefaritis berat. Trikiasis sering dikaitkan dengan
penyakit sikatriks kronik seperti pemfigoid okular, trakoma, dan steven
johnson syndrome. 1
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering
ditemukan pada orang dewasa. Orang dewasa sampai usia tua merupakan
kelompok risiko terjadinya trikiasis. Sedangkan kelompok anak-anak dan
remaja jarang terjadi trikiasis. Belum ditemukan bukti adanya predileksi
pada ras-ras tertentu ataupun jenis kelamin.1
Gejala yang terjadi pada penderita trikiasis dapat berupa sensasi
benda asing pada permukaan bola mata, gatal pada mata, nyeri pada mata,
bengkak pada mata, dan biasanya penderita menjadi lebih emosional
daripada biasa dikarenakan persaan mengganjal pada mata yang terjadi
terus-menerus.
Pada trikiasis biasanya terjadi penggesekan bulu mata yang
melengkung ke dalam yang menyebabkan erosi pada kornea, abrasi
kornea, terbentuk ulkus pada kornea, perforasi, yang kemudian dapat
terjadi infeksi pada bola mata. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat
terjadi kebutaan.2
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat mengetahui dan
memahami tentang trikiasis, serta komplikasi yang dapat menyertai
apabila tidak ditangani dengan segera, ddan juga trikiasis termasuk dalam
komptensi 4 untuk dokter umum di mana sebagai dokter umum harus
dapat memberikan tatalaksana yang tepat untuk penyakit ini.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. N
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat :Jalan Nusa Indah no 18 Flamboyan baru Padang
Tanggal pemeriksaan : 9 Agustus 2021

2.2 Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 23 tahun datang ke Poliklinik Mata
RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan :
2.2.1 Keluhan Utama
Mata kiri terasa gatal 2 hari sebelum masuk rumah sakit
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
• Mata kiri terasa gatal sejak 10 tahun yang lalu dan hilang timbul sampai
sekarang
• Riwayat mata merah ada, sesekali ketika gatal
• Riwayat mata berair ada

2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat trauma mata sebelumnya tidak ada
• Riwayat operasi mata sebelumnya tidak ada
• Riwayat hipertensi (-)
• Riwayat DM (-)
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama

2.3 Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Status Generalis
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : composmentis kooperatif
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 80x/menit
• Nafas : 18x/menit
• BB/TB : 50 kg/162 cm

• Suhu badan : 36,5 oC


• Kulit : traba hangat, turgor baik
• Kepala : normocephal
• Mata : Status ophtalmikus
• Telinga : Normal, deformitas (-), sekret (-)
• Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sekret (-)
• Tenggorokan : Tidak ada kelainan
• Rongga Mulut : Tidak ada kelainan (-)
• Leher : limfadenopati (-)
• Paru:
• Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
• Palpasi : Gerakan dada simetris, krepitasi (-)
• Perkusi : Tidak dilakukan
• Auskultasi : Suara nafas vesicular, rhonki -/-, wheezing -/-
• Jantung:
• Inspeksi : Iktus Kordis tidak terlihat
• Palpasi : Iktus Kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
• Perkusi : Batas jantung normal
• Auskultasi : S1 dan S2 normal, Murmur (-), Gallop (-)
• Ekstremitas : edem (-/-)

2.3.2 Status Oftalmikus


Status Oftalmikus OD OS

Visus tanpa koreksi 6/6 6/6

Visus dengan koreksi - -

Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Trichiasis (-) distichiasis (-) Trichiasis(+) distichiasis(-)


Silia/supersilia
krusta (-) krusta (-)
Anomali bentuk (-) Edema (-) Anomali bentuk (-) Edema (-)
entropion (-) ektropion (-) entropion (-) ektropion (-)
laserasi (-) infeksi (-) bengkak laserasi (-) infeksi (-) bengkak
Palpebra superior
(-) ptosis (-) retraksi (-) (-) ptosis (-) retraksi (-)
teremor (-) teremor (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Anomali bentuk (-) Edema (-) Anomali bentuk (-) Edema (-)
entropion (-) ektropion (-) entropion (-) ektropion (-)
laserasi (-) infeksi (-) bengkak laserasi (-) infeksi (-) bengkak
Palpebra inferior
(-) ptosis (-) retraksi (-) (-) ptosis (-) retraksi (-)
teremor (-) teremor (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Infeksi (-) bengkak (-) krusta Infeksi (-) bengkak (-) krusta
Margo palpebra
(-) ulserasi (-) (-) ulserasi (-)
Hiperlakrimasi (-) epifora (-) Hiperlakrimasi (-) epifora (-)
Aparat lakrimalis
pembengkakan (-) pembengkakan (-)
Hiperemis (-) papil (-) Hiperemis (+) papil (-)
Konjungtiva tarsalis folikel (-) sikatrik (-) folikel (-) sikatrik (-)
anemis (-) benda asing (-) anrmis (-) benda asing (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (+) papil (-)
Konjungtiva forniks folikel (-) sikatrik (-) folikel (-) sikatrik (-)
benda asing (-) benda asing (-)
Injeksi konjungtiva (-)benda Injeksi konjungtiva (+)
Konjungtiva bulbi
asing (-) pterigium (-) benda asing (-) pterigium (-)
Putih, injeksi (-) perdarahan (- Putih, injeksi (-) perdarahan (-
Sklera
) infeksi (-) ikterik (-) ) infeksi (-) ikterik (-)
Erosi (-) infiltrat (-) refleks Erosi (-) infiltrat (-) refleks
Kornea
cahaya kornea (+) cahaya kornea (+)

Kamera Okuli Cukup dalam, flare (-),


Cukup dalam, flare (-), sel (-)
Anterior sel (-)
Coklat, anomali bentuk (-), Coklat, anomali bentuk (-),
Iris kelainan pigmentasi (-), kelainan pigmentasi (-),
sinekia (-), prolaps (-) sinekia (-), prolaps (-)
Isokor, warna hitam, bulat, Isokor, warna hitam, bulat,
letak sentral, ukuran 3 mm, letak sentral, ukuran 3 mm,
Pupil
refleks pupil +, anomali refleks pupil +, anomali
bentuk (-) bentuk (-)
Lensa Jernih, dislokasi lensa (-) Jernih, dislokasi lensa (-)
Jernih, kekeruhan (-), Jernih, kekeruhan (-),
Korpus vitreus
perdarahan (-) perdarahan (-)
Fundus:
- Media Bening Bening
- Papil optic Bulat batas tegas, c/d :0,3-0,4 Bulat batas tegas, c/d :0,3-0,4
2:3 2:3
- Pembuluh Eksudat (-) perdarahan (-) Eksudat (-) perdarahan (-)
darah Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
- retina
- Makula
Tekanan bulbus N (palpasi) N (palpasi)
okuli
Posisi Bola mata Ortho Ortho
Gerakan bulbus Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah
okuli

OS

2.3.3 Pemeriksaan penunjang : (-)


2.3.4 Diagnosis
Trikiasis os
2.3.5 Diagnosis banding
Distichiasis, entropion
2.3.6 Terapi
Epilasi
2.3.7 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
Quo ad functionam :Bonam
BAB III
DISKUSI

Telah datang seorang pasien perempuan umur 23 tahun ke Poli Mata


RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 9 Agustus 2021 dengan keluhan mata
kiri terasa gatal sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki riwayat
mata kiri terasa gatal sejak 10 tahun yang lalu, bersifat hilang timbul. Riwayat
mata merah ada, sesekali ketika gatal. Terdapat juga riwayat mata berair.
Sebelumnya, pasien tidak memiliki riwayat trauma ataupun riwayat operasi mata.
Riwayat keluarga yang menderita keluhan yang sama tidak ada. Pemeriksaan fisik
umum ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan
injeksi konjungtiva pada konjungtiva bulbi mata kiri, serta trikiasis pada silia mata
kiri.

Kelopak mata merupakan struktur penting sebagai proteksi dan distribusi


tear film. Struktur dari kelopak mata dapat dibagi menjadi dua lapisan, yaitu
lamella anterior dan lamella posterior. Kedua lamella tersebut dipisahkan oleh
suatu grey line yang terdiri dari muskulus Riolan, yaitu otot orbikularis pretarsal
tipis. Lamella anterior terdiri dari kulit, otot orbikularis, dan apendiks kulit (silia,
kelenjar ekrin, dan kelenjar apokrin). Lamella posterior terdiri dari pelat tarsus,
kelenjar meibom, dan konjungtiva. Terdapat sekitar 100-150 silia pada kelopak
mata atas dan 50-75 silia pada kelopak mata bawah.3 Silia atau bulu mata tersebut
berfungsi untuk melindungi mata dari cahaya yang berlebihan dan radiasi sinar
ultraviolet, debu, serangga, dan hal lainnya yang dapat mencederai mata.
Susunannya yang membentuk barisan tidak sempurna berfungsi agar tidak ada
permukaan kornea yang tidak terlindungi. Lekukan keluar menjauhi permukaan
mata berfungsi agar bulu mata atas dan bawah tidak terjalin setiap kedipan mata.4
Gambar 3.1 Trikiasis

Trikiasis merupakan kelainan dimana bulu mata tumbuh kearah


permukaan mata. Gejala yang dapat ditimbulkan karenatrikiasis antara lain nyeri
pada mata, sensasi seperti ada benda asing, mata merah, mata berair, penurunan
penglihatan, serta fotofobia.3 Pada pasien ini, pasien mengeluhkan mata gatal,
atau sensasi seperti ada benda asing, mata merah dan berair.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kelainan pada silia yang tumbuh
ke arah permukaan mata, entropion, injeksi konjungtiva, keratopati, abrasi kornea,
keratitis, ataupun penurunan penglihatan. Trikiasis sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi trikiasis minor dan trikiasis mayor. Trikiasis minor apabila terjadi pada
kurang dari 5 silia, sedangkan mayor apabila terjadi pada 5 silia atau lebih.3 Pada
pasien tidak ditemukan kelainan pada kelopak mata seperti entropion, juga tidak
ditemukan kelainan pada kornea, serta tidak ditemukan penurunan penglihatan,
namun tampak 5 silia tumbuh ke arah permukaan konjungtiva bulbi mata kiri
pasien, menyebabkan iritasi sehingga menyebabkan injeksi konjungtiva pada mata
kiri pasien.

Trikiasis sering merupakan dampak dari inflamasi dan sikatrik pada


kelopak mata yang menyebabkan bulu mata tumbuh ke arah yang abnormal, yaitu
ke arah permukaan mata. Iritasi yang konstan dapat mengakibatkan nyeri pada
mata, penurunan penglihatan, abrasi kornea, atau ulserasi kornea. Walaupun
keadaan ini biasanya idiopatik, kondisi-kondisi tertentu dapat berkontribusi
menyebabkan trikiasis, seperti blefaritis kronik, trauma, riwayat operasi, trauma
kimia, infeksi, ocular cicatrical pemphigoid, Stevens-Johnoson Syndrome, atau
distikiasis.3 Pada pasien ini riwayat yang dapat menyebabkan pertumbuhan silia
menjadi abnormal akibat adanya sikatrik, seperti riwayat infeksi, riwayat trauma,
ataupun riwayat operasi disangkal, sehingga penyebab trikiasis pada pasien
merupakan idiopatik.

Pasien didiagnosa kerja dengan trikiasis okuli sinistra. Dengan diagnosa


banding distikiasis dan entropion. Distikiasis merupakan kelainan kongenital
ataupun didapat pada bulu mata dimana silia tumbuh dari kelenjar meibom pada
lamella posterior di tepi kelopak mata. Pada keadaan tersebut silia akan
mengiritasi permukaan mata, sehingga akan menimbulkan gejala yang serupa
dengan trikiasis.5

Gambar 3.2 Distikiasis

Entropion merupakaan kelainan kongenital ataupun didapat, dimana


margin kelopak mata masuk kearah dalam, sehingga apendiksnya, termasuk silia
juga ikut masuk kearah permukaan mata, yang pada akhirnya akan menimbulkan
gejala yang serupa dengan trikiasis. Penyebab entropion yang paling umum
merupakan lemahnya dari komponen anatomis mata, terutama kelopak mata,
akibat usia tua.6
Gambar 3.3 Entropion

Terdapat beberapa pilihan terapi untuk pasien trikiasis, antara lain, seperti
epilasi, teknik elektrolisis, teknik kryoterapi, teknik laser, dan lid-splitting
technique. Pada pasien, tidak terdapat riwayat penyakit lain ataupun kelainan
anatomis kelopak mata yang berarti, sehingga pasien dianjurkan terapi epilasi,
yaitu mencabut bulu mata yang tumbuh abnormal.6 Kepada pasien diedukasikan
untuk menjaga kebersihan mata dan agar tidak menggosok mata ketika gatal.

Prognosis trikiasis pada pasien baik Silia abnormal yang telah diepilasi
dapat tumbuh kembali dalam sekitar 2 minggu, dan tidak menutup kemungkinan
untuk trikiasis terjadi kembali. Dalam kasus tersebut, terus mengulangi tindakan
epilasi dapat dilakukan oleh pasien sendiri ataupun keluarga pasien. Dapat pula
dilakukan eradikasi permanen dengan teknik lainnya.6

Komplikasi trikiasis antara lain keratopati, abrasi kornea, keratitis, ataupun


penurunan penglihatan hingga kebutaan.3
DAFTAR PUSTAKA

1. Standring, Susan dan Neil R. Borley. 2008. Gray’s Anatomy: The


Anatomical Basis of Clinical Practice (40th ed). Edinburgh: Churchill
Livingstone/Elsevier. P.703.
2. Ilyas, Sidharta. 2017. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

3. Meador AG, Fowler BT, Dryden SC, Stewart K, Burkat CN. Trichiasis
[Internet]. American Academy of Ophtalmology. 2021. Available from:
https://eyewiki.aao.org/Trichiasis#Disease

4. Paus R, Burgoa I, Platt CI, Griffiths T, Poblet E, Izeta A. Biology of the


eyelash hair follicle: An enigma in plain sight. Br J Dermatol.
2016;174(4):741–52.

5. Oke I, Yen MT, Giacometti J, Burkat CN. Distichiasis [Internet]. American


Academy of Ophtalmology. 2021. Available from:
https://eyewiki.aao.org/Distichiasis

6. Servat JJ, Black EH, Nesi FA, Gladstone GJ, Calvano CJ, Allen R, et al.
Smith and Nesi ’ s Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery. 4th ed.
Detroit; 2021. 181–204 p.

Anda mungkin juga menyukai