Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit / Kasus


1. Definisi
Gout Arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan yang ditandai dengan penumpukan Kristal
Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium
Urat ini berasal dari metabolism Purin. Hal penting yang mempengaruhi
penumpukan Kristal Urat adalah Hiperurisemia dan supersaturasi jaringan
tubuh terhadap Asam Urat. Apabila kadar Asam Urat di dalam darah terus
meningkat dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit
Gout Arthritis ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan Kristal
Monosodium Urat secara Mikroskopis maupun Makroskopis berupa Tofi
[ CITATION Nur18 \l 1033 ].
Gout Arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh
tingginya kadar Asam Urat dalam darah. Kadar Asam Urat yang tinggi
dalam darah melebihi batas normal yang menyebabkan penumpukan Asam
Urat di dalam persendian dan organ lainnya [ CITATION Nov15 \l 1033 ].
2. Etiologi
Secara garis besar penyebab terjadinya Gout Arthritis disebabkan
oleh factor primer dan faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum
diketahui (Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan kombinasi faktor
genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme
yang dapat mengakibatkan peningkatan produksi Asam Urat atau bisa juga
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran Asam Urat dari tubuh. Faktor
sekunder, meliputi peningkatan produksi Asam Urat, terganggunya proses
pembuangan Asam Urat dan kombinasi kedua penyebab tersebut.
Umumnya yang terserang Gout Artritis adalah pria, sedangkan perempuan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah Menopause. Gout Artritis
lebih umum terjadi pada laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun
[ CITATION Ahm13 \l 1033 ].
3. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis Gout Arthritis yang tidak diobati
[ CITATION Ami16 \l 1033 ]. diantaranya:
a. Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini
Asam Urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan
Asam Urat serum.
b. Stadium kedua Gout Arthritis Akut terjadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari
kaki dan sendi Metatarsofalangeal.
c. Stadium ketiga setelah serangan Gout Arthritis Akut adalah tahap
Interkritikal. Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat
berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang
mengalami serangan Gout Arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1
tahun jika tidak diobati
d. Stadium keempat adalah tahap Gout Arthritis Kronis, dengan timbunan
Asam Urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan
tidak dimulai. Peradangan Kronis akibat Kristal-kristal Asam Urat
mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku juga pembesaran dan penonjolan
sendi.
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar asam urat serum meningkat
b. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat
c. Kadar asam urat urine dapat normal atau meningkat
d. Analisis cairan sinovia dari sendi terinflamasi atau tofi menunjukan
Kristal urat monosodium yang membuat diagnosis
e. Sinar X sendi menunjukan massa tofaseus dan destruksi tulang dan
perubahan sendi [ CITATION Ahm13 \l 1033 ].
6. Penatalaksanaan
Menurut [ CITATION Ami16 \l 1033 ]. Penanganan Gout Arthritis
biasanya dibagi menjadi penanganan serangan Akut dan penanganan
serangan Kronis. Ada 3 tahapan dalam terapi penyakit ini :
a. Mengatasi serangan Gout Arthtitis Akut.
b. Mengurangi kadar Asam Urat untuk mencegah penimbunan Kristal
Urat pada jaringan, terutama persendian.
c. Terapi mencegah menggunakan terapi Hipourisemik.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan,
kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien,
untuk informasi yang diharapakan dari klien). Fokus pengkajian pada
Lansia dengan Gout Arthritis[ CITATION Nur16 \l 1033 ].:
a. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri
dan terjadi peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari
nyerinya umumnya seperti pegal/di tusuk-tusuk/panas/di tarik-tarik dan
nyeri yang dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat
kekakuan sendi, keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai
menggangu pergerakan dan pada Gout Arthritis Kronis didapakan
benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan
penyakit Gout Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat
pertolongan sebelumnya dan umumnya klien Gout Arthritis disertai
dengan Hipertensi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
f. Riwayat Psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit
klien dalam lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya
kecemasan individu dengan rentan variasi tingkat kecemasan yang
berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan
mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang pengetahuan akan
program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya perubahan
aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.
g. Riwayat Nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi Purin.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada
daerah sendi dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu
melihat dan mengamati daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi,
bentuknya dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba
daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti benjolan dan
merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan klien melakukan
pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan bandingkan antara
kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif atau
abnormal [ CITATION Nur16 \l 1033 ]
i. Pemeriksaan Diagnosis
1) Asam Urat meningkat dalam darah dan urin.
2) Sel darah putih dan laju endap darah meningkat (selama fase akut).
3) Pada aspirasi cairan sendi ditemukan krital urat.
4) Pemeriksaan Radiologi [ CITATION Nur16 \l 1033 ]
2. Diagnosa Keperawatan
diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis yang telah
disesuaikan dengan adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
c. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
e. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kelebihan cairan
(peradangan kronik akibat adanya kristal urat)
3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan asuhan keperawatan nyeri secara
dengan agen diharapkan nyeri komprehensif
cedera biologis hilang atau termasuk lokasi,
terkontrol dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi dan kualitas
1. Melaporkan nyeri.
Bahwa Nyeri 2. Pantau kadar asam
Berkurang urat.
Dengan 3. Observasi reaksi
Mengguna Kan nonverbal dari
Manajemen ketidaknyamanan.
Nyeri. 4. Ajarkan teknik non
2. Mampu farmakologi rileksasi
Mengenali Nyeri napas dalam.
(Skala, Intensitas, 5. Posisikan klien agar
Frekuensi Dan merasa nyaman,
Tanda Nyeri). misalnya sendi yang
3. Menyatakan Rasa nyeri diistarahatkan
Nyaman Setelah dan diberikan
Nyeri Berkurang bantalan.
6. Kaloborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri yang tidak
berhasil.
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign
mobilitas fisik asuhan keperawatan Sebelum dan sesudah
berhubungan diharapkan klien latihan
dengan nyeri mampu melakukan 2. Kaji tingkat
persendian rentan gerak aktif mobilisasi klien.
dan ambulasi 3. Bantu klien untuk
mobilisasi secara melakukan rentan
perlahan dengan gerak aktif maupun
kriteria hasil : rentan gerak pasif
1. Klien meningkat pada sendi. Lakukan
dalam aktivitas ambulasi dengan alat
fisik bantu (misalnya
2. Mengerti tujuan tongkat, kursi roda,
dari peningkatan walker, bantu. kruk).
mobilisasi.
3. Memperagakan
kegunaan alat
bantu

3. Hipertemia Setelah dilakukan 1. Monitor suhu sesering


berhubungan asuhan keperawatan mungkin.
dengan proses diharapkan suhu 2. Monitor warna dan
penyakit tubuh klien dalam suhu kulit.
batas normal dengan 3. Monitor tekanan
kriteria darah, nadi dan
hasil : pernapasan.
1. Suhu tubuh 4. Monitor intake dan
dalam rentan output.
normal. 5. Tingkatkan intake
2. Nadi dan cairan dan nutrisi.
pernapasan dalam 6. Selimuti klien.
rentan normal. 7. Tingkatkan sirkulasi
3. Tidak ada udara.
perubahan warna 8. Kompres klien pada
kulit dan tidak lipat paha dan aksila.
ada pusing. 9. erikan Antipiretik.
10. Kaloborasi
pemberian cairan
Intravena.
4. Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkat
nyaman asuhan keperawatan kecemasan
berhubungan dihrapkan status 2. Gunakan pendekatan
dengan gejala Kenyamanan dengan yang menenangkan
terkait penyakit kriteria hasil. 3. Dengarkan dengan
1. Mampu penuh perhatian
mengontrol 4. dorong klien untuk
kecemasan mengungkapkan
2. Status lingkungan perasaan, ketakutan
yang nyaman. persepsi.
3. Dapat
mengontrol
nyeri.
5. Gangguan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk
integritas asuhan keperawatan menggunakan alas
jaringan diharapkan ketebalan kaki yang longgar.
berhubungan dan tekstur jaringan 2. Jaga kebersihan kulit
dengan normal dengan agar tetap bersih dan
kelebihan cairan kriteria kering.
(peradangan hasil : 3. Monitor aktivitas dan
kronik akibat 1. Tidak ada mobilisasi klien.
adanya kristal tandatanda 4. Monitor kulit akan
urat) infeksi. adanya kemerahan.
2. Menunjukan 5. Monitor status nutrisi
pemahaman klien.
dalam proses 6. Berikan posisi yang
perbaikan kulit mengurangi tekanan
dan mencegah pada luka.
terjadinya cidera 7. Ajarkan klien tentang
berulang. luka dan perawatan
luka.

4. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat yang akan memberikan perawatan kepada pasien dan
sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan tenaga medis yang
lain untuk memenuhi kebutuhan pasien [ CITATION Nur16 \l 1033 ].
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan/kriteria hasil yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan/kriteria hasil
yang telah ditetapkan [ CITATION Nur16 \l 1033 ].
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S. (2013). Teori Belajar Dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana Medai Group.

Novianti. (2015). Hidup Sehat Tampa Asam Urat. Yogjakarta: Buku Pintar.

Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


Nanda. Jogjakarta: Medi Action.

Nurhayati. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Penyakit Gout


(Asam Urat) Di Desa Limran Kelurahan Patoloan Boya Kecamatan
Taweli. Jurnal KESMAS , 7-12.

Nursalam. (2016). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia :Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Invertensi Keperawatan


Indonesia:Definisi dan Tindakan Keperawatan Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran Keperawatan


Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai