Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dwiky Febyanti

NPM : 2006586244

Mata Kuliah : Digital Journalism – KMMI

Dosen Pengampu : Ida Ri'aeni S.Sos, M.I.Kom

RESUME SESI 11: GAMBARAN UMUM HUKUM DAN ETIKA JURNALISME

C.S.T. Kansil menyatakan bahwa ada empat macam unsur hukum, yaitu mengatur
tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat, diadakan oleh badan-badan resmi yang
berwajib, bersifat memaksa, dan sanksinya tegas. Selain unsur, hukum juga memiliki ciri yaitu
adanya perintah dan/atau larangan, dan perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi setiap
orang. Sedangkan etika yang merujuk pada sebuah profesi artinya adalah kumpulan nilai moral
bagi suatu profesi yang dibuat dari, oleh, dan untuk profesi itu sendiri.
Merujuk pada pengertian hukum menurut C.S.T. Kansil dan pengertian pers dalam
Undang-Undang Pers, maka hukum pers Indonesia adalah aturan tingkah laku lembaga sosial
dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistiknya dalam masyarakat,
yang diadakan oleh badan resmi yang berwajib, bersifat memaksa, dan sanksinya tegas. Untuk
menemukan hukum seperti yang dimaksud, maka sumbernya ialah peraturan perundang-
undangan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban pers.
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pers maupun yang turut
mempengaruhi hak dan kewajiban pers ada beberapa, diantaranya ialah KUHAP, Undang-
Undang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Pers, Undang-Undang Penyiaran, Undang-
Undang Keterbukaan Informasi Publik, Undang- Undang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Pedoman Perilaku Penyiaran, dan Standar Program Siaran, dan SKKMA Keterbukaan
Informasi di Pengadilan.
Selanjutnya, etika pers adalah kumpulan nilai moral bagi lembaga sosial dan wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, yang dibuat dari, oleh, dan untuk
lembaga dan wahana itu sendiri. Kumpulan nilai moral tersebut dapat ditemukan diantaranya
dalam Kode Etik Jurnalistik yang menjadi pedoman etika bagi seluruh organisasi pers di
Indonesia dan Pedoman Penulisan Berita tentang Hukum PWI.
Berdasarkan pengertian dan contoh yang dijelaskan sebelumnya, jelaslah bahwa hukum
pers dengan etika pers memang berbeda. Dalam hukum pers dapat ditemukan aturan-aturan
yang konkret dengan sanksi yang tegas, sedangkan dalam etika pers yang ditemukan aturan-
aturan normatif yang umum dan tidak disertai sanksi yang tegas.
Jika terjadi sebuah peristiwa yang diduga melanggar asas praduga tak bersalah dan
dilakukan oleh pers, maka pihak yang merasa dilanggar haknya dapat menempuh dua cara,
melalui Dewan Pers ataukah melalui pengadilan. Baik Dewan Pers maupun pengadilan akan
menggunakan hukum dan etika pers. Oleh karena ketentuan mengenai asas praduga tak
bersalah diatur lebih jelas dalam hukum atau Undang-Undang Pers, maka hakim akan
cenderung menggunakan Undang-Undang Pers sebagai dasar hukum utama. Kode Etik
Jurnalistik biasanya dijadikan sebagai sumber pedukung saja. Untuk suatu hal yang belum ada
aturannya dalam Undang-Undang Pers maupun peraturan perundang-undangan lainnya, Kode
Etik Jurnalistik kemudian menjadi dasar utama.
Wartawan atau pers atau orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa harus
mempunyai tanggung jawab dalam pemberitaan atau apa yang disiarkan, artinya media harus
mempertanggungjawabkan semua yang diberitakan kepada publik. Jadi, jurnalis (wartawan)
tidak sekedar menyiarkan informasi tetapi tetap bertanggungjawab terhadap dampak yang
ditimbulkannya. Tanggungjawab tersebut bisa ditujukan kepada Tuhan, masyarakat, profesi,
atau pada dirinya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai