Anda di halaman 1dari 2

Kasus Pemicu Ujian Praktik

Asuhan Keperawatan Keluarga

Kelompok 1
Tn. R (49 tahun) tinggal bersama keluarganya yang terdiri dari istri dan 2 anaknya. Keluarga
ini merupakan keluarga inti. Tn. R sebagai kepala keluarga, Ny. N (45 tahun) sebagai ibu
rumah tangga. Anak Tn. R berjumlah 2 orang yaitu An. U laki-laki (7 tahun) dan An. R
perempuan (18 bulan). Tn.R bekerja sebagai pedagang baju dan Ny.N sehari-harinya di
rumah mengurus anak. Saat PPKM, Tn.R tidak dapat pergi ke pasar untuk berjualan, karena
termasuk sektor yang bukan essensial. Oleh karena itu, selama masa PPKM, pendapatan
keluarga tidak ada dan terpaksa menggunakan tabungan. Ny.N merasa cemas, karena anak
balitanya memiliki kebutuhan yang cukup banyak, seperti susu.

Pada suatu hari, saat Tn. R sedang mencari solusi untuk mencari pekerjaan baru, anak
pertama An. U (7 tahun) demam tinggi, batuk, dan pilek. Saat dilakukan pemeriksaan tes
swab antigen, hasilnya negatif COVID-19, namun positif DBD. Keluarga memutuskan
melakukan perawatan di rumah, karena situasi di rumah sakit tidak kondusif.

Mohon saudara menyusun askep keluarga berdasarkan kasus pemicu ini! Dapat ditambahkan
dengan data lain yang mendukung. Penambahan data dapat ditulis dengan huruf cetak miring
(italic) sebagai bentuk tanda adanya data pendukung.

Kelompok 2
Bapak A (55 tahun) pekerjaan sebagai buruh bangunan. Bapak hidup bersama mertua, istri,
serta anaknya. Bapak A memiliki 3 anak, masing-masing berusia 15 tahun, 11 tahun, dan 5
tahun. Istri bekerja sebagai buruh cuci di rumah tetangganya, sehingga sehari-hari anak
balitanya dijaga oleh mertuanya. Mertua Bapak A, Bapak D (59 tahun) menderita diabetes
melitus.

Bapak D pernah dirawat di rumah sakit karena kadar gula darahnya tinggi. Beberapa minggu
ini, Bapak D terluka dan sampai saat ini luka di kakinya tidak kunjung sembuh. Keluarga
belum membawa ke puskesmas, karena alasan sibuk. Istri dari Bapak D juga sehari-hari
merawat cucunya, jadi sulit untuk membantu merawat Bapak D. Kader menghubungi perawat
di puskesmas, sehingga perawat melakukan kunjungan pada keluarga Bapak A. Saat
dilakukan pengkajian, Bapak D merasa badannya lemas, mudah mengantuk, dan tidak
semangat. Hasil nila GDS 350 mg/dL, TD 160/100 mmHg, BB 70 kg, TB 165 cm.

Mohon saudara menyusun askep keluarga berdasarkan kasus pemicu ini! Dapat ditambahkan
dengan data lain yang mendukung. Penambahan data dapat ditulis dengan huruf cetak miring
(italic) sebagai bentuk tanda adanya data pendukung.

Kelompok 3
Bapak AH (35 tahun) hidup bersama orang tuanya, Bapak A (75 tahun) dan Ibu B (63 tahun).
Kakak-kakak dari Bapak AH sudah berpisah rumah, karena sudah berkeluarga. Beberapa
kediaman kakaknya berdekatan dengan rumah Bapak A. Bapak AH bekerja sebagai
karyawan swasta. Sehari-harinya bekerja dari pagi hingga larut malam. Orang tua (Bapak A)
dari Bapak AH didiagnosa demensia sejak 2 tahun lalu. Seluruh kegiatan sehari-hari dibantu
oleh keluarga dan caregiver, karena Bapak A hanya bedrest. Jika pagi-sore hari, Bapak AH
dibantu dengan istri dan caregiver, namun caregiver tersebut tidak menginap di rumah, hanya
sampai sore. Oleh karena itu, jika malam hari, Bapak AH bergantian yang menjaga dan
merawat Bapak A. Hal ini dilakukan untuk mencegah Bapak A mengalami risiko jatuh,
karena sebelumnya pernah ada riwayat jatuh.

Pada suatu hari, Bapak AH jatuh di kantor, karena anemia. Bapak AH kurang tidur dan
tekanan darahnya 90/60 mmHg. Bapak AH mengatakan beberapa hari ini konsumsi kopi
sampai 3 gelas/hari dan hanya tidur 2-3 jam/harinya. Selain menjaga orang tuanya, Bapak
AH juga sering lembur pekerjaan di rumah.

Mohon saudara menyusun askep keluarga berdasarkan kasus pemicu ini! Dapat ditambahkan
dengan data lain yang mendukung. Penambahan data dapat ditulis dengan huruf cetak miring
(italic) sebagai bentuk tanda adanya data pendukung.

Anda mungkin juga menyukai