Anda di halaman 1dari 15

Makalah kepemimpinan

KELOMPOK 11

• SUPRIANTO SILABAN

• ARIQ RAKHA GEANDRA

• WILLIM SANDIKA SITINJAK


KATA PENGANTAR

Penyusun memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan karya tulis dengan judul “Gaya Kepemimpinan. Didalam pembuatan
makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun juga menyadari bahwa karya tulis yang disusun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
segala masukan, kritik, dan saran yang membangun dari berbagai pihak, sangat diharapkan
penyusun guna memperbaiki karya tulis selanjutnya. Akhir kata, penyusun berharap semoga karya
tulis ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

Penulis,

Kelompok 11
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................... 1

Daftar Isi...................................................................................................... 2

Bab I

Pendahuluan..................................................................................... 3

a. Latar Belakang............................................................................................ 3

b. Rumusan Masalah...................................................................................... 3

Bab II

Pembahasan .................................................................................... 4

a. Gaya Kepemimpinan .................................................................................. 4

1. Kepemimpinan Partisipatif (Demokrasi) ............................................. 4

Jenis Pengambilan Keputusan Partisipatif ....................................... 5

2. Kepemimpina Otokratis........................................................................ 9

Ciri-ciri,Kelebihan,dan Kelemahan Otokratis...................................... 10 3.

Kepemimpinan Bebas Terkendali (Laissez-faire)............................... 10

Ciri-ciri Gaya Kepemimpina Bebas Terkendali (Laissez-faire) ...........11

Kelebihan dan Kelemahan Kepemimpina Bebeas Terkendali ............12

Bab III

Penutup ........................................................................................... 13

a. Kesimpulan ................................................................................................. 13

b. Saran ........................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ............................................................................................ 14


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dengan perkembangan zaman yang serba dituntut untuk perubahan serta semakin
kompleksnya masalah-masalah yang timbul,seorang pemimpin membutuhkan ilmu sebagai
petunjuk untuk menuntun anggotanya.Disinilah peran pendidikan sebagai lahan
pengemabangan potensi diperlukan,dan tujuan pendidikan tak akan tercapai secara optimal
tmpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik,yang selanjutnya dalam
manajemen pendidikan ini diperlukan seorang pemimpin yang memiliki kemempuan uantuk
memimpin. Pemimpin merupakan kepercayaan yang diberikan kepada seseorang untuk
memberikan komando atau arahan untuk mencapai tujuan tertentu. Dan peran seorang
pemimpin dalam organisasi dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja dan kwalitas kehidupan
kerja para bawahan, dan selanjutnya keberhasilan bawahan akan mempengaruhi tingkat
prestasi organisasi. Sebab perilaku organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku setiap individu
yang ada di dalam organisasi tersebut. Dan dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam
melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi permbedaan antara pemimpin yang satu
dengan yang lainnya. Dalam kenyataan kepemimpinan dapat mempengaruhi moral dan
kepuasan kerja,keamanan,kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu
organisasi.para pemimpin juga memainkan peranan keritis dalam membentuk
kelompok,organisasi,atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Gaya Kepemimpinan itu ?

2. Apa maksud dari Gaya Kepemimpinan Partisipatif,Otokratis, dan Bebas terkendali ?


3. Apa Gaya Kepemimpinan yang banyak dipakai di organisasi-organisasi ,mengapa ?

BAB II

PEMBAHASAN

A.Gaya Kepemimpinan Menurut Prasetyo,

Gaya Kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang
diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo (1987), gaya
kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu
tujuantertentu.Menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter (2002),
Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan:

1.Kepemimpinan Partisipatif (Demokratis)

Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan kekuatan dan sharing dalam


pemecahan masalah bersama dengan bawahan, dengan cara melakukan konsultasi dengan
bawahan sebelum membuat keputusan.Gaya pemimpin ini yang memberikan wewenang secara
luas kepada para bawahan.

Kepemimpinan partisipatif berkaitan erat dengan penggunaan berbagai macam prosedur


pengambilan keputusan, yang memberikan kepada orang lain suatu pengaruh tertentu terhadap
keputusan-keputusan pemimpin tersebut. Istilah lain yang biasa digunakan untuk mengacu
aspek-aspek kepemimpinan partisipatif termasuk konsultasi, pembuatan keputusan bersama,
pembagian kekuasaan, desentralisasi, dan manajemen demokratis.

Ciri-ciri Kepemimpinan Partisipatif (Demokratis):

 Pendapatnya terfokus pada hasil musyawarah.

 Tenggang rasa.

 Memberi kesempatan pengembangan karier bawahan.

 Selalu menerima kritik bawahan.

 Menciptakan Suasana Kekeluaragaan.

 Mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahan.

 Komunikatif dengan bawahan.

 Partisipatif dengan bawahan.

 Tanggap terhadap situasi.

 Kurang mementingkan diri sendiri.

 Mawas diri.

 Tidak bersikap menggurui.

 Senang bawahan kreatif.

 Menerima usulan atau pendapat bawahan.

 Memdorong bawahan untuk mencapai hasil yang baik.


Terdapat tiga istilah yang terkait dengan kepemimpinan partisipatif, yaitu:

1. Konsultasi, yaitu pimpinan menanyakan opini dan gagasan bawahan, kemudian pemimpin
mengambil keputusan,

2. Keputusan bersama, yaitu pimpinan bersama-sama bawahan mengambil sebuah keputusan


dan keputusan tersebut menjadi keputusan final,

3. Pendelegsian, dimana seorang pemimpin memberikan kewenangan dan tanggung jawab


kepada individu atau kelompok untuk mengambil sebuah keputusan.

Pada intinya kepemimpinan pertisipatif adalah kepemimpinan yang selalu melibatkan seluruh
elemen organisasi dalam mengambil kebijakan organisasi. Titik tekannya hanya kepada
penggunaan patisipasi mereka, pemimpin hanya akan menjadi seseorang yang melegalkan apa
yang menjadi keputusan semua pihak.

Kepemimpinan partisipatif dapat dipandang sebagai suatu jenis prilaku yang berbeda, meskipun
dapat digunakan bersama-sama untuk melaksanakan tugas khusus dan menunjukkan perilaku
hubungan antara pemimpin dan bawahan. Sebagai contoh, berdiskusi dengan karyawan untuk
merancang sistem waktu yang fleksibel, dapat menghasilkan perencanaan jadwal kerja yang
lebih baik dan dapat sebagai tanda perhatian pemimpin atas kebutuhan karyawannya.

Kepemimpinan partisipatif menyangkut baik pendekatan kekuasaan maupun perilaku


kepemimpinan. Kepemimpinan, menyangkut aspek-aspek kekuasaan seperti

 bersama-sama menanggung kekuasaan (power sharing),

 pemberian kekuasaan (empowering)

 proses-proses yang saling mempengaruhi secara timbal balik

 prosedur-prosedur spesifik yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain, untuk
memperoleh gagasan dan saran-saran, serta perilaku spesifik yang digunakan untuk
pendelegasian kekuasaan.

Jenis pengambilan keputusan pada Kepemimpinan Partisipasi

Salah satu bentuk kepemimpinan partisipatif adalah dengan melibatkan orang lain dalam
pembuatan keputusan. Meskipun para ahli masih belum bersepakat tentang prosedur-prosedur
untuk mengambil suatu keputusan, tetapi secara garis besar para ahli menyatakan bahwa
terdapat empat prosedur (cara) pengambilan keputusan, yaitu:

1.Keputusan otokratis.
Manajer membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan pendapat atau saran
karyawan, dan karyawan tidak memiliki pengaruh langsung pada keputusan, atau
dengan kata lain tidak ada partisipasi dari karyawan. Pada pengambilan keputusan
secara otokratis, terdapat dua peran yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin,
o pertama, pemimpin hanya semata-mata mengumumkan keputusan aoutokratis (gaya
“memberitahu”),

o kedua, pemimpin menggunakan taktik pengaruh seperti persuasi rasional (gaya ’menjual’) 2.

2.Konsultasi.

Manajer menanyakan ide, gagasan atau pendapat pada karyawan, kemudian membuat
keputusan sendiri setelah dengan serius mempertimbangkan saran dan perhatian karyawan.

Pada pengambilan keputusan dengan cara konsultasi, terdapat beberapa metode yang dapat
dilakukan sang pemimpin,

o Pemimpin menunjukkan sebuah keputusan yang telah dibuat sebelumnya tanpa konsultasi
sebelumnya, tetapi bersedia melakukan modifikasi, jika ada keberatan atau saran yang bagus.

o Pemimpin menunjukkan proposal sementara dan secara aktif mendorong karyawan untuk
memberikan saran demi perbaikan proposal tersebut.

o Pemimpin menyajikan sebuah masalah dan meminta karyawan untuk berpartisipasi dalam
mendiagnosanya dan mengembangkan penyelesaiannya, tetapi membuat keputusan akhir
sendiri

3.Keputusan bersama.

Manajer bertemu dengan karyawan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi dan
membuat keputusan bersama. Di sini partisipasi Manajer dan karyawan dapat dikatakan sama,
dalam pengambilan keputusan akhir.

4.Pendelegasian.

Manajer memberikan otoritas dan tanggung jawab untuk membuat keputusan pada seseorang
atau kelompok karyawan. Manajer biasanya hanya menentukan batas pembuatan keputusan
final, dan persetujuan awal tidak selalu diperlukan sebelum keputusan diimplementasikan.

Pada Kepemimpinan Partisipatif, terkadang yang terlihat adalah bahwa partisipasi tersebut
hanyalah pura-pura belaka. Misalnya seorang manajer mengumpulkan ide dan saran dari pihak
lain, tetapi mengabaikannya, ketika membuat keputusan. Sebaliknya, manajer meminta
bawahannya untuk membuat keputusan, namun dilakukan sedemikian rupa, sehingga bawahan
takut menunjukkan inisiatif atau pendapat yang berbeda daripilihan yang menurut pengetahuan
karyawan lebih disukai atasannya.
Perilaku manajer, sebenarnya jarang yang benar-benar menerapkan prosedur pengambilan
keputusan secara ideal. Banyak diantara mereka, biasanya justru melakukan konsultasi secara
informal terlebih dahulu, saat mereka berulang kali berinteraksi dengan orang lain.

Perilaku manajer dalam pengambilan keputusan, sebenarnya seringkali melibatkan campuran


elemen dari prosedur-prosedur pengambilan keputusan, seperti konsultasi mengenai diagnosis
masalah, tetapi saat menentukan pilihan akhir dari berbagai alternatif solusi-solusi yang ada, ia
memutuskannya sendiri. Atau, ia mengkonsultasikan pilihan akhir atas solusi-solusi yang telah
ditetapkannya sendiri, sebelumnya.

Perilaku partisipatif memiliki kualitas yang sangat dinamis dan dapat berubah seiring waktu.
Sebagai contoh, perilaku yang sebelumnya merupakan konsultasi, dapat berubah menjadi
keputusan bersama ketika bawahan menyetujui pilihan atasannya.

Manfaat dari partisipasi

Kepemimpinan partisipatif, potensial memberikan beberapa manfaat, meskipun besarnya


manfaat tersebut sangat tergantung kepada :

 siapa partisipannya, misalnya atasan, bawahan, kerabat atau pihak luar.

 besar atau banyaknya pengaruh yang dimiliki para partisipan,

 aspek-aspek lain dari situasi keputusan.

Kelebihan dari kepemimpinan partisipatif adalah :

 kualitas keputusan yang diambil, biasanya lebih baik, bila para peserta mempunyai informasi
dan pengetahuan yang tidak dipunyai sang pemimpin

 bersedia untuk kerjasama dalam mencari suatu pemecahan yang baik, untuk suatu masalah
keputusan

 keputusan yang diambil, biasanya lebih dapat diterima oleh para partisipan,

 peluang untuk memperoleh suatu pengaruh terhadap sebuah keputusan, biasanya akan
meningkatkan komitmen dalam hal tersebut

 kepuasan terhadap proses pengambilan keputusan, biasanya juga lebih tinggi,

 menumbuhkan dan mengembangan keahlian dalam pengambilan keputusan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan
cenderung akan meningkatkan kualitas keputusan, ketika partisipan memiliki informasi dan
pengetahuan yang tidak dimiliki atasannya dan bersedia bekerja sama dalammenemukan solusi
yang baik untuk masalah yang dihadapi.
Kerjasama dan berbagi pengetahuan akan tergantung pada seberapa jauh partisipan
mempercayai pemimpinnya dan memandang proses pengambilan keputusan yang dilakukan
sah dan bermanfaat. Jika partisipan dan pemimpin mempunyai tujuan yang berbeda, partisipasi,
justru akan cenderung menurunkan kualitas keputusan. Meskipun dengan kerjasama tinggi,
tidak ada jaminan bahwa partisipasi akan menghasilkan keputusan yang lebih baik.

Proses pengambilan keputusan yang dipilih oleh satu kelompok, merupakan salah satu faktor
penting, apakah para anggota kelompok, mampu mencapai kata sepakat atau tidak. Selain itu,
proses pengambilan keputusan, juga sangat menentukan, sampai batas mana keahlian dan
pengetahuan anggotanya, diperhitungkan. Ketika anggota organisasi memiliki persepsi masalah
yang berbeda atau prioritas akan hasil yang berbeda, maka akan sulit untuk memperoleh
keputusan dengan kualitas yang baik. Kelompok bisa gagal mencapai persetujuan atau, justru
akan menyelesaikannya dengan kompromi-kompromi yang jelek.

Akhirnya, aspek-aspek lain dari situasi saat pengambilan keputusan seperti tekanan waktu,
jumlah partisipan, dan kebijakan-kebijakan formal, dapat membuat beberapa bentuk partisipasi
menjadi tidak praktis.

Orang yang memiliki pengaruh cukup besar dalam proses pengambilan keputusan cenderung
berpersepsi bahwa keputusan yang diambil adalah keputusannya sendiri. Perasaan memiliki ini
akan meningkatkan motivasi orang tersebut untuk mengimplementasikannya dengan baik.
Partisipasi juga memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai sifat masalah
keputusan dan alasan sebuah alternatif tertentu dipilih atau ditolak. Dalam hal ini, partisipan
akan lebih memahami pengaruh keputusan yang diambil terhadap partisipan, yang pada
akhirnya dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan yang mungkin terjadi. Apabila hal yang
tidak diinginkan terjadi, partisipan cenderung berusaha untuk bersama- sama mencari solusi
terbaik dari masalah yang dihadapi.

Kesempatan menyatakan pendapat dan pilihan sebelum keputusan dibuat, dapat memiliki
pengaruh yang menguntungkan tanpa memandang seberapa besar pengaruh dari pendapat
tersebut terhadap hasil akhir. Manusia cenderung merasa diperlakukan dengan hormat apabila
diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat dan pilihan mengenai keputusan yang akan
mempengaruhinya, dan manusia tersebut akan menjadi lebih puasdengan proses pengambilan
keputusan yang dilakukan.

Pengalaman, sangat membantu dalam membuat keputusan yang kompleks, dan dapat
digunakan untuk mengembangkan keahlian dan keyakinan diri partisipan. Besarnya manfaat
yang diperoleh ini, tergantung atas besarnya keterlibatan partisipan dalam proses diagnosa
sumber masalah, menghasilkan solusi yang memungkinkan, mengevaluasi solusi yang ada
untuk mencari solusi terbaik, dan merencanakan cara implementasinya.Partisipan yang terlibat
dalam keseluruhan proses, akan dapat belajar lebih banyak dibanding partisipan yang hanya
memiliki kontribusi pada satu aspek saja.
Berikut adalah beberapa pedoman yang dapat digunakan pada kepemimpinan
partisipatif:

1. Evaluasi tentang pentingnya suatu keputusan.

2. Identifikasi orang-orang yang mempunyai pengetahuan atau keahlian yang relevan.

3. Evaluasi kemungkinan kerjasama dari para peserta.

4. Evaluasi kemungkinan penerimaan karyawan, jika tanpa partisipasi.

5. Evaluasi kelayakan (feasible) untuk mengadakan sebuah pertemuan.

Beberapa pedoman untuk mendorong lebih banyak partisipasi antara lain meliputi:

1. Konsultasi dengan orang-orang sebelum membuat perubahan.

2. Jelaskan bahwa sebuah usulan bersifat sementara.

3. Catat gagasan-gagasan dan saran-saran.

4. Carilah cara-cara untuk membangun gagasan-gagasan dan saran-saran.

5. Berbicaralah secara taktis dalam keprihatinan untuk menjadi saran.

6. Dengarkanlah pandangan-pandangan orang yang menolak tanpa menjadi defensive.

7. Coba untuk menggunakan saran dan hadapi keprihatinan.

8. Perlihatkan penghargaan terhadap saran-saran.

2. Kepemimpinan Otokratis

Kemimpinan Otokratis adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh atau Mutlak .Tipe kepemipinan otokratis
ini juga sifatnya keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, dan sombong. Pada gaya
kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin
memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran
tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya.

Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan
pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu
pusing memikirkan apapun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.
Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi
komitmennya tinggi.Menurut Rivai (2003), kepemimpinan okratis adalah gaya kepemimpinan
yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan
pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.

Robbins dan Coulter (2002) menyatakan gaya kepemimpinan autokratis mendeskripsikan


pemimpin yang cenderung memusatkan kekuasaan kepada dirinya sendiri, mendikte bagaimana
tugas harus diselesaikan, membuat keputusan secara sepihak, dan meminimalisasi partisipasi
karyawan.
Ciri-Ciri Kepemimpinan Otokratir:

 Tanpa musyawarah dan tidak mau menerima saran dari bawahan.

 Mementingkan diri sendiri dan kelompok.

 Selalu memeriksa dan memerikssa tugas mendadak.

 Sikap keras terhadap bawahan.

 Setiap keputusan tidak bisa dibantah dan kekuasaan mutlak di tangan pemimpin.

 Hubungan dengan bawahan kurang serasi.

 Bertindak sewenang-wenang dan Tanpa kenal ampun atas kesalahan bawahan.

 Kurang mempercayai bawahan.

 Kurang mawas diri dan Selalu tertutup.

 Suka mengancam dan ada rasa bangga bila bawahanya takut.

 Tidak suka bawahan pandai dan berkembang.

 Kurang memiliki rasa kekeluargaan.

 Sering marah-marah dan sengang sanjungan.

Kelebihan :

a. Semua kebijakan ditentukan oleh pemimpin.

b. Teknik dan langkah-langkah kegiatannya didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-
langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkatan yang luas.

c. Pemimpin biasanya membagi tugas kerja bagian dan kerjasama setiap anggota.

Kelemahan :

a. Pemimipin kurang memperhatikan kebutujan bawahan.

b. Komunikasi hanya satu arah yaitu kebawahan saja.

c. Pemimpin cenderung menjadi pribadi dalam pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap
anggota.

d. Pemimpin mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukakan
keahlianya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas Terkendali (Laissez-faire).

Dalam kepemimpinan ini Winardi (2006:64) mengatakan, seorang pemimpin memberikan


kebebasan seluas-luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktifitas mereka. Ia
tidak berpartisipasi atau hal itu dilakukanya maka partisipasi tersebut hampir tidak berarti
pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori kepemimpinan otokratis.

Tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan. Tipe ini diartikan
sebagai membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini
sama sekali tidak memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggotanya pembagian
tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau saran-
saran dari pimpinan kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur, berserakan diantara
anggota-

anggota kelompok tidak merata. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan dan bentrokan-
bentrokan. Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya Leizess-
faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan
bukan pengaruh dari pimpinannya (Purwanto, 2005:49).

Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu
mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing dengan
sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok
masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok organisasi. Kontak yang terjadi antara
pemimpin dan anggota kelompoknya terjadi apabila pemimpin memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan (Nawawi, 2003:147) .

Pemimpin memberikan sedikit dukungan untuk melakukan usaha secara keseluruhan.


Kebebasan anggota kadang-kadang dibatasi oleh pemimpin dengan menetapkan tujuan yang
harus dicapai disertai parameternya. Sedangkan yang paling ekstrim dalam tipe ini adalah
pemberian kebebasan sepenuhnya pada anggota organisasi untuk bertindak tanpa pengarahan
dan kontrol kecuali jika diminta. Dampaknya sering terjadi kekacauan karena tipe kepemimpinan
ini membiarkan setiap anggota organisasi yang berbeda kepentingan dan kemampuannya untuk
bertindak kearah yang berbeda-beda. Pemimpin hanya menyediakan diri sebagai penasehat
apabila diperlukan atau diminta (Nawawi, 2003:148).

Kita dapat berbicara tentang nonpartisipasi sama sekali dari pihak pimpinan. Kelompok Leizess-
faire cenderung membentuk pemimpin informal.Kepemimpinan Leizess-faire disebut
kepemimpinan bebas yang berarti bahwa seorang pemimpin sebagai penonton bersifat pasif
(Anoraga, 2001:8).

Dari beberapa definisi dapat penulis simpulkan bahwa tipe kepemimpinan Leizess-faire adalah
tipe kepemimpinan yang antara pemimpin dan bawahan tidak ada saling kepedulian, dalam arti
pemimpin tidak memperhatikan bawahan sebaliknya bawahan tidak mau tahu tentang pemimpin
sehingga kepemimpinan Leizess-faire bisa dikatakan kepemimpinan yang kosong atau tidak ada
pemimpin, serta bisa dikatakan sebagai kebalikan dari kepemimpinan otokratis.

Ciri-ciri Kepemimpinan Bebas Terkendali:

 Pemimpin bersikap pasif dan Semua tugas diberikan kepada bawahan.

 Tidak tegas dan Kurang memperhatikan kekurangan dan kelebihan bawahan.

 Percaya kepada bawahan dan Mudah di bohongi bawahan.

 Pelaksanaan pekerjaan tidak terkendali.

 Kurang kreatif dan Kurang mawas diri.

 Perencanaan dan tujuan kurang jelas.

 Kurang memberikan dorongan pada bawahan.

 Banyak bawahan merasa dirinya sebagai orang yang berkuasa.

 Kurang punya rasa tanggung jawab

 Kurang berwibawa.

 Menjunjung tinggi hak asasi.


 Menghargai pendapat bawahan

Kurang bermusyawarah.

Kelebihan :

a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari
pemimpin.

b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu
siap bila dia akan memberi informasi pada saat ditanya.

c. Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan dalam segala hal
yang mereka anggap cocok.

Kelemahan :

a. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas.

b. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan dan
tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.

c. Pemimpin membiarkan bawahannya untuk mengatur dirinya sendiri.

d. Pemimpin hanya menentukan kebijaksanaan dan tujuan umum.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gaya Kepemimpinan adalah cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan yang
diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain untuk bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan. Selain itu menurut Flippo
(1987).Lewin menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan:
1. Kepemimpinan Partisipatif (Demokratis).
2. Kepemimpinan Otokratis.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas Terkendali (Laissez-faire).
Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan kekuatan dan sharing
dalam pemecahan masalah bersama dengan bawahan. Kemimpinan Otokratis adalah
gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh atau Mutlak. Dan Gaya Kepemimpinan Bebas Terkendali
Gaya kepemimpinan ini kebalikan dari gaya kepemimpinan otokratis,dimana pemimpinan
yang semuanya bergantung pada bawahan.
Disetiap organisasi memiliki seorang pemimpin untuk mengatur,menjalankan,dan
memimpin organisasi tersebut.Gaya kepemimpinan yang paling banyak di pakai Gaya
Kepemimpinan Partisipatif,dimana gaya kepemimpinan ini pengambilan keputusan
berdasarkan musyawarah anggota.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Asrori Ircham. 2010. Makalah Leadership, Tipe-tipe Kepemimpinan. IAIN Sulthan Thoha
Syaifudin: Jambi

Nawawi, Hadari. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta

Supardo, Susilo. 2006. Kepemimpinan Dasar-dasar dan Pengembangannya. Andi: Yogyakarta

Veithsal dan Deddy. 2010. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/ezines-and-newsletters/2012222-tipe-

tipe-kepemimpinan/#ixzz1aNxeJ3b

Anda mungkin juga menyukai