Makalah Komunikasi Teprpapeutik
Makalah Komunikasi Teprpapeutik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin lepas dari berkomunikasi. Komunikasi
merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Salah satu kajian
ilmu komunikasi adalah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara
tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa
mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi
profesional dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat
ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Komunikasi yang baik dari seorang perawat, khususnya komunikasi terapeutik, dapat
memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini ditekankan bahwa seorang perawat harus
mampu berbicara banyak serta bisa menunjukkan kesan low profile pada pasiennya. Dalam tulisan
ini, kami membahas mengenai komunikasi terapeutik yang meliputi pengertian, tahapan/fase-fase
dalam komunikasi terapeutik, serta tekniknya.
B. Rumusan Masalah
Ø Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
C. Tujuan Penulisan
D. Metode Penulisan
E. Manfaat Penulisan
Ø Membekali kami agar nantinya dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang baik pada
pasien.
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian komunikasi terapeutik, tahapan dalam
komunikasi terapeutik, dan macam teknik komunikasi terapeutik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien mengenai kelebihan serta
kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan oleh seorang perawat adalah memahami keberadaan
dirinnya agar siap berintreraksi dengan pasien. Adapun tugas yang harus dilakukan oleh perawat
dalam tahap prainteraksi adalah :
b. Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri.
Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam memulai pembicaraan dan sensitive terhadap
perasaan orang lain. Tentunya, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang perawat guna
memudahkan dirinya dalam membuka pembicaraan sekaligus membina hubungan saling percaya
dengan pasien.
c. Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut berfungsi untuk mengetahui
informasi tentang pasien, sekaligus media guna memahami pasien. Paling tidak,seorang perawat
bisa mengetahui identitas pasien, yang bisa digunakan ketika hendak melangsungkan interaksi.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum bertemu, perawat sudah
merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu kapan, di mana,dan strategi yang hendak dilakukan
dalam pertemuan tersebut.
2. Tahap Perkenalan
Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan memperkenalkan diri
kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat telah bersikap terbuka terhadap pasien.
Diharapkan, hal itu mampu membuat pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun tujuan
dari tahap perkenalan adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang sudah
dibuat. Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap perkenalan :
Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan terapeutik. Sebab tanpa
adannya saling percaya maka keterbukaaan antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal yang
mustahil terjad. Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa membina
hubungan saling percaya dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap terbuka, jujur,
menerima
Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan interaksi antara perawat dengan
pasien. Saat merumuskan kontrak, seorang perawat harus menjelaskan mengenai peranannya
supaya pasien tidak salah paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan fungsi perawat
adalah menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena menempatkannya sebagai dewa
penolong yang serba bisa dan serba tahu. Dalam merumuskan sebuah kontrak, perawat harus
menegaskan bahwa kehadirannya semata-mata membantu, sementara kekuatan dan keinginan
untuk berubah tetap sepenuhnya ada pada diri pasien.
Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong pasien guna mengekspresikan perasaannya.
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan
pertannyaan terbuka sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek lainnya
adalah dihrapkan pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
d. Merumuskan metode keperawatan bersama pasien. Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan pasien
dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai mungkin menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan
setelah perawat melakukan identifikasi terhadap pasien.
Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase orientasi adalah
memvalidasi keakuratan data mengenai rencana yang sebelumnnya sudah dibuat dan mengevaluasi
hasil tindakan yang sudah dilakukan.
3. Tahap Kerja
Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya adalah tahap
kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama mengatasi permasalahan yang ada.
Perawat dituntut memfungsikan kemampuannya dalam mendorong pasien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya perawat juga dituntut memiliki kepekaan dan tingkat analisis yang
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang baik terhadap perubahan pasien.
4. Tahap Terminasi
Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan dengan pasien. Tahap
terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu :
a. Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan dengan pasien.
b. Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan secara keseluruhan.
Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan sekaligus
diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu :
a. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah dilaksanakan. Evaluasi ini juga
disebut sebagai evaluasi objektif, di mana dalam melakukan evaluasi, seorang perawat tidak
diperbolehkan menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang perawat
menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai melakukan interaksi, yaitu dengan
menanyakan perasaan pasien setelah melakukan interaksi, yaitu apakah interaksi yang dilakukan
bisa mengurangi kecemasan atau tidak ?
c. Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut bisa disebut sabagai pekerjaan
rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan rencana interaksi berikutnya.
d. Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang dibuat mencangkup tempat,
waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang hendak dilakukan.
C. Teknik Komunikasi Terapeutik
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar dalam melakukan
komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus dijadikan pegangan dasar bagi
seorang perawat sebelum melangkah ke pemahaman teknik komunikasi terapeutik, yaitu :
Ø Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
Ø Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan sebelum memberikan saran,
informasi, maupun masukan.
Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik komunikasi
terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah tingkat pemahaman masing-
masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian, maka dibutuhkan teknik komunikasi yang berbeda-
beda pula. Maka secaa substansia teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi dalam
pelaksanaanya bisa berbeda-beda.
Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik komunikasi terapeutik
meliputi :
Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan verbal maupun non verbal
yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam menjalankan
tugasnya. Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh keperhatian adalah:
b. Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam mengeluarkan segala keluh kesahnya
e. Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau membutuhkan umpan balik
2. Menunjukkan penerimaan
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang dimaksut
adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan maupun tidak setuju.
Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa menerima segala bentuk
perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan untuk menghilangkan ekspresi wajah
maupun gerakkan tubuh yang menunjukkan tanda tidak setuju, semisal menggerutkan kening atau
menggelengkkan kepala.
Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam hal ini adalah:
Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap pasien adalah guna
memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan menjai lebih baik apabila pertanyaan yang
diajukan berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan serta gunakan perkataan dalam konteks
sosial budaya yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan, selama dalam pengkajian,
ajukan pertanyakan yang berurutan.
Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik terhadap pasien.
Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan perawat dimengerti dan berlanjut. Dalam hal
ini perawat berhati-hati karena daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang bukan hanya
menyampaikan ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang disimpulkan oleh perawat
mengenai kondisi pasien.
5. Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi seorang perawat
untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta menyamakan persepsi. Sebab,
keberadaan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien.
Supaya pesan bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus memberikan contoh yang konkret
dan mudah dimengerti oleh pasien.
6. Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan tujuan komunikasi
merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi pembicaraan, sehingga mudah
dimengerti oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien
saat menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan.
Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya. Dalam
hasil pengamatan, perawat harus berkomunikasi dengan jelas dan akurat, sehingga perawat menjadi
paham mengenai kondisi yang diperlukan.
8. Menawarkan Informasi
Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi mengenai tips yang
bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat. Pemberian
informasi berguna untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat. Maka, apabila
terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan klarifikasi terhadap alasan
yang melatarinya.
9. Diam
Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat dan
pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam membutuhkan ketrampilan dan ketepatan
waktu. Diam dapat membuat pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam mengorganisasi
pikiran dan memproses informasi yang disampaikan perawat. diam sangat berguna bagi pasien saat
harus mengambil keputusan.
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara singkat.
Biasanya dilakukan di fase terminasi.
11. Menawarkan Diri
Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain, perawat harus
mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa mencairkan suasana, seperti menawarkan
bantuan. Sehingga pasien menjadi rileks dalam menghadapi kenyataan yang terjadi, lalu
menceritakan permasalahannya pada perawat.
12. Refleksi
Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat bisa
menjawabnya dengan berdiskusi dengan pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan
demikian, perawat mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa pasien
memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga memunculkan pikiran bahwa dirinya
merupakan manusia yang memiliki kapasitas dan kemampuan.
BAB III
1. Tahap Pre-Interaksi
· Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam rangka melaksanakan perawatan
luka.
Nadi: 74x/menit.
Saya siap berinteraksi dengan klien (Ny. Dina) dengan tindakan perawatan luka post operasi.
Saya telah membuat kontrak untuk melakukan perawatan luka hari ini pukul 10 pagi.
2. Tahap Orientasi
(Dialog)
awat : “Baik ibu Dina, saya Ratna, hari ini saya yang akan merawat ibu dari pukul 07.00 -14.00 siang nanti Bu,
jadi kalau ada masalah atau keluhan ibu dapat berbicara kepada saya, Bu”.
n : “Alhamdulillah Suster, saya senang sekali dengan kelahiran anak pertama saya. Tapi saya masih merasa
lemas dan sulit bergerak”.
awat : “Alhamdulillah saya turut senang atas kelahiran anak pertama ibu, karena ibu melahirkan anak pertama
melalui caesar jadi wajar kalau ibu sulit bergerak karena ada luka operasi yg masih rentan, selain
lemas apakah yg ibu rasakan?”
awat : “Baik Bu, sesuai dengan perjanjian kita kemarin, saya akan mengganti perban luka ibu, supaya tidak
terjadi infeksi dan supaya ibu bisa segara beraktivitas kembali”
Klien : “Iya Suster”
3. Tahap kerja
(Dialog)
:“Apakah perawatan luka ini penting, Sus? Dan berapa frekuensi penggantian perban, Sus?
t : “Iya Ibu, perawatan luka ini sangat penting karena jika luka kotor akan menimbulkan infeksi dan dapat
menyebabkan kematian, perban itu harus diganti minimal 1x sehari, Bu”
Klien : “Baik, Suster”
wat : “Oke ibu Dina, pertama maaf ibu bajunya sedikit saya singkapkan ya, Bu. Nanti jika sudah di rumah
atau saat ibu sudah merasa tidak nyaman, ibu atau dengan bantuan keluarga dapat melakukan
secara mandiri”
wat : “Sarung tangan, pinset, gunting, plester, kasa steril, cairan pembersih. Ibu dapat menggunakan
aquabides sudah ada yang menjual di apotek, Bu”
wat :“Pertama-tama kita buka balutan yang lama namun jangan memegang dengan tangan telanjang, kita
harus memakai sarung tangan, lalu kita bersihkan luka dengan aquabides yang dicelupkan ke kasa
dan dikeringkan dengan kasa kering”
wat :“Benar sekali ibu, setiap kali kita membersihkannya kita tukar dengan kasa yang baru dan jangan lupa ibu
kita harus membersihkan luka dari daerah yang bersih kedaerah yang kotor”
wat :“Lalu Bu, kita tutup luka dengan kasa steril, dan direkatkan dengan plester, lalu ditutup dengan
pakaian ibu kembali dan semua bekas balutan dibuang ketempat sampah medis”
(Dialog)
wat : “Baik ibu Dina, perawatan lukanya sudah selesai dan ibu pun sudah mengerti bagaimana cara
melakukan perawatan luka. Sekarang bagaimana rasannya bu, apakah sudah lebih nyaman bu
sekarang?”
Klien : “Tidak, Sus. Saya rasa cukup dan saya sudah paham, Sus”
B. Contoh Komunikasi Terapeutik (2)
Ø Tahap Pra-Interaksi
· Seorang pasien bernama Mr. Bram, menderita sakit dirawat di rumah sakit 5 hari KU sadar, tensi
120/70 mmHg, nadi 88X/menit, suhu 37 derajat Celcius, badan kurus, sulit tidur, tidak mau makan
sayur, tidak mengerti menu makan 4 sehat 5 sempurna, suka merokok, pakaian tampak
kusut, dan kurang menjaga kebersihan.
· Perawat bernama Johns saat itu bertugas jaga di rumah sakit tempat pasien Bram dirawat ingin
menyampaikan pendidikan kesehatan terkait dgmasalah yang dihadapi pasien Bram
erawat : “Baik pak perkenalkan nama saya Johns sebagai perawat yang akan merawat bapak selama di rumah
sakit ini, disini saya di tugaskan untuk membantu dan memberikan masukan atau saran terhadap
keluhan bapak.Privasi atau kerahasiaan bapak akan saya jaga dengan sebaik-baiknya. Nanti untuk
durasi waktunya kurang lebih 10 menit saja, apakah bapak bersedia?”
Pasien :“Iya mas saya bersedia.”
Ø Tahap Kerja
Pasien : “Saya merasakan kepala saya pusing mas, dan saya juga sulit untuk tidur,
Pasien :“Iya mas, kenapa ya saya merasa berat badan saya itu turun?”
Pasien : “Setiap hari saya merokok , saya tidak bisa lepas dari rokok.”
Perawat : "Kalau boleh saya sarankan, bapak tolong kurangi kebiasaan merokok bapak, karena rokok sangat
membahayakan bagi kesehatan bapak, karena didalam rokok banyak mengandung zat-zat kimia
yang berbahaya.”
Pasien : “Iya mas saya pernah mencoba untuk meninggalkan kebiasaan merokok tapi saya tidak bisa,
lidah saya tersa pait apabila sehari tidak merokok.”
Perawat : “Iya memang pak kebiasaan itu sangat sulit dihilangkan,tapi bapak bisa mengganti kebiasaan
tersebut dengan aktifitas yang lain selain merokok seperti membaca koran atau berolah raga.”
Perawat : “Oh iya pak apakah pada saat makan sehari-hari bapak kurang suka mengkonsumsi sayuran, seperti
wortel, bayam, kol dan lainnya?”
Pasien :”Iya mas saya tidak suka makan sayur-sayuran, apakah itu berpengaruh untuk berat badan
saya?”
Perawat : “Iya pak itu juga faktor yang mempengaruhi berat badan menjadi turun.Karena pada sayuran
terdapat gizi dan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan sayuran sangat penting untuk
pertumbahan dan daya tubuh agar tetap stabil."
Pasien : “Makanan yang bergizi dan mempunyai prtoein seperti apa mas contohnya?”
Perawat : “Bapak harus mengkonsumsi sayur-sayuran, ikan laut, daging telur tahu tempe, untuk lebih baiknya
bapak juga saya sarankan untuk minum susu,apakah sudah jelas pak untuk penjelasan saya?”
Pasien : “Iya mas sudah jelas kok, terima kasih atas saran-saranya mas.”
Perawat : “Dan disamping itu bapak juga harus menjaga kebersihan badan bapak dan lingkungan sekitar
bapak.”
Perawat : “Misalnya dalam hal pakaian yang bapak kenakan, setiap kita akan memakai pakaian, lebih baik
pakaian tersebut dicuci dengan bersih. Setelah itu anda setrika pak karena pakaian tersebut
kemungkinan besar terdapat kuman yang tersembunyi, dengan bapak menyetrika pakaian tersebut
kuman akan mati selain itu bapak pasti akan kelihatan rapi dan bersih, apakah bapak berniat untuk
melakukan hal tersebut?”
Pasien : “Iya Mas Insyalloh saya berniat untuk melakukan hal tersebut makasih ya mas atas saran
nya.”
Perawat : “Apakah masih ada keluhan atau hal yang ingin anda sampaikan pak?”
Ø Tahap Terminasi
Perawat : “Baiklah kalau memang sudah tidak ada keluhan lagi, saya akan melajutkan pekerjaan saya yang lain
dan jika bapak perlu bantuan anda cukup memencet tombol di sebelah anda maka saya akan datang
dan menyiapkan keperluan yang anda inginkan.”
Perawat : “Terima kasih juga atas waktunya, Pak. Silahkan bapak kembali beristirahat dan lekas sembuh.
Permisi, Pak.”
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Komunikasi terapeutik adalah komunikasi secara sadar yang dilakukan oleh seorang perawat untuk
kesembukan pasien.
· Membantu klien/pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien pecaya pada hal yang
diperlukan.
· Fase prainteraksi
· Fase orientasi
· Fase kerja
· Fase terminasi
· Menunjukkan penerimaan
· Klarifikasi
· Focusing
· Menawarkan informasi
· Diam
· Meringkas
· Memberi penguatan
· Menawarkan diri
· Refleksi
B. Saran
Daftar Pustaka
Nasir et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.