Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga dengan izin-Nya makalah yang berjudul Bahan Cetak Polieter untuk Gigi Tiruan
Cekat ini dapat diselsaikan. Salawat dan salam tidak lupa pula penulis ucapkan keharibaan
Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, seperti saat ini.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan drg. Diana Setya Ningsih, M.Si. kepada kami mahasiswa Program Studi Kedokteran
Gigi Universitas Syiah Kuala angkatan 2016. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada
dosen yang telah membimbing kami dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik
materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, penulis menghapkan kritik dan saran yang
membangun agar laporan ini lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan pada
makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya
dan penulis pada khususnya.

Banda Aceh, 15 Mei 2018

Penulis
PEMBAHASAN

1. Definisi
a.) Elastomer

Elastomer adalah jenis material cetak yang terdiri dari kelompok berbahan
dasar polimer sintetik, yang akan setting secara kimiawi dengan cross-linked dan
bisa di renggangkan dan kemudian bisa dengan mudah kembali ke dimensi
awanya, seperti karet. Secara kimia, ada tiga jenis elastomer yang dibagi
berdasarkan rantai utama polimernya, yaitu: polisulfida, silikon (kondensasi dan
adisi), dan polieter.1

b.) Polieter
(1.) Definisi

Polieter merupakan salah satu bahan cetak yang digunakan dalam


kedokteran gigi, yang memiliki dua pembagian secara umum. Ada tiga
jenis polieter, yaitu konsistensi low-body, medium-body, dan heavy-body
dengan masing-masingnya memiliki dua sediaan, base paste dan catalyst
paste.1,2

Ada dua pembagian polieter. Yang pertama berdasarkan


pembukaan cincin polimerisasi cincin axiridin, yang mana ada pada
ujung cabang molekul polieter (Gambar 1).1
Gambar 1. Struktur kimia polieter

Bisa saja rantai utamanya terdiri dari copolymer dari oxide


ethylene dan tetrahydrofuran. Initiator (gambar 1, atas) serta aromatic
sulfonat ester adalah perangsang terjadinya setting dan cross-linking,
dimana R merupakan grup alkil.1

Sedangkan tipe kedua adalah berdasarkan polimerisasi kondensasi


dikatalisasi asam dari prepolimer polieter dengan grup alkoxyslane.
Polieter jenis ini sering disebut juga hibrida.1
2. Komposisi
Komposisi pasta “base” mengandung prepolimer dan inert filler yang tersedia
dalam tube besar. Pasta “katalis” mengandung inisiator reaksi bersama dengan minyak
pembentuk pasta dan filler, yang tersedia dalan tube yang lebih kecil.

Komponen Fungsi
Pasta basis (tube besar) Prepolimer imine-terminated Menyebabkan ikatan silang
membentuk rubber.
Inert filler-silikon Memberi control pada sifat
viskositas dan fisikal “body”.
Plasticizer-misalnya ftalat Membantu pencampuran
Pasta katalis (tube kecil) Derivate ester dari asam Memulai ikatan silang
sulfonate aromatic.
Inert filler-silika Membentuk pasta
Plasticizer-ftalat

Material pada umumnya tersedia dalam hanya satu viskositas, sama dengan
material regular-bodied elastomer. Produsen menyediakan minyak pengencer yang dapat
di gunakan untuk menghasilkan pasta dengan viskositas yang sama dengan material
light-bodied.

Kedua pasta diukur berdasarkan volume proporsional. Panjang yang sama dari
pasta di keluarkan pada tempat pencampur yang memberikan rasio volume pasta
basis/pasta katalis sekitar 8 : 1. Kontras warna yang bagus di anatara kedua pasta
membantu dalam pencampuran. Material juga tersedia dalam bentuk bulk-auto mixed.

3. Reaksi Setting

Pada saat kedua pasta dicampur bersama, terjadi suatu polimerisasi adhisi
kationik dengan pembukaan lingkaran. Bentuk ionik ester asam sulfonat merupakan
sumber utama kation-kation dan setiap tahap reaksi melibatkan pembukaan lingkaran
epimine dan produksi kation baru seperti tergambarkan pada gambar.
Gambar 2. Skema yang menunjukkan proses polimerisasi pembukaan lingkaran kationik pada
setting material cetak polieter

Tahap-tahap aktivasi, inisiasi, dan propagasi yang nyata berbeda terlihat pada
reaksi yang telah ditunjukan. Reaksi yang terjadi adalah dari tipe adisi tanpa adanya hasil
sampingan. Karena setiap molekul prepolimer memiliki dua gugus epimine reaktif, reaksi
propagasi individual menghasilkan perpanjangan rantai sederhana ataupun ikatan silang.
Pada saat reaksi berlangsung, viskositas material meningkat dan bahkan menghasilkan
ikatan silang rubber dengan kekuatan relatif.

4. Sifat-Sifat

Material polieter mempunyai resistensi terhadap robek yang cukup kuat dan sifat-
sifat elastis mendekati yang ada pada silicon. Semua material tersebut relatif kaku pada
saat mengeras dan mungkin dibutuhkan kekuatan yang agak berlebih untuk melepaskan
cetakan setelah material mengeras, terutama jika ada undercut yang dalam.

Akurasi material cetak polieter sebanding dengan elastomer-elastomer regular-


bodied yang lain. Namun, tidak adanya heavy-bodied dan pasta putty diatasi dengan
penggunaan teknik kombinasi pasta kentak-cair seperti yang sering digunakan pada
elastomer lain untuk mendapatkan akurasi optimal.

Pabrik pembuat yang menyediakan material polieter baru-baru ini telah


memproduksi material dalam berbagai viskositas. Keadaan ini memungkinkan
penggunaan kombinasi teknik heavy- dan light-bodied untuk polisulfida dan silicon. Hal
ini juga memungkinkan diperolehnya cetakan yang akurat dengan menggunakan cetak
pabrik.

Pada kondisi kelembapan relatif rendah, material polieter memiliki stabilitas


dimensional yang sangat baik. Hal inni terutama berkaitan dengan komposisi material
yang tidak mengandung konstituen yang dapat menguap (solatile) dan mengeras melalui
reaksi adisi yang tidak menghasilkan hasil sampingan yang dapat menguap. Material
yang mengeras bersifat hidrofilik dan menyerap air pada kondisi kelembapan tinggi.
Kondisi ini menyebabkan material cetak mengembang dan mengalami distorsi. Dengan
demikian penggunaan semua material polieter harus dihindari pada iklim atau keadaan
kelembapan tinggi dan tidak tersedia pengatur udara ( air conditioning ) yang efisien.

5. Aplikasi

Umumnya semua material polieter di gunakan dalam bentuk monofase yaitu


dengan material dalam viskositas tunggal untuk mencetak yang di gunakan sebagian
dalam sendok cetak dan sebagian nya lagi di semprotkan ke sekitar gigi yang di preparasi
dengan syringe. Stabilitas dimensi polieter sangat baik pada saat mengeras pada sendok
cetak buatan pabrik.

Sifat hidrofilik pada material polieter, membuat material ini memiliki keakuratan
pencetakan walaupun pada kondisi sulit mengontrol cairan. Kekurangan utama yang
kerap di temukan pada material polieter dalam aplikasi klinisnya adalah kekakuan
material cetak polieter sesudah material tersebut setting. Hal ini menyulitkan pelepasan
material cetak menjadi sangat sulit bagi pasien yang memiliki undercut di sekitar gigi.
Misalnya pada resesi gingiva dengan akar yang terekspos dan ruang embrassure di antara
gigi yang terbuka. Maka disarankan untuk menutup daerah undercut semacam ini dengan
menggunakan wax sebelum di lakukan pencetakan dengan material polieter, agar
operator tidak kesulitan saat melepaskan cetakan. Namun, rigiditas material polieter
berefek baik untuk pencetakan implant gigi.

Reaksi alergi sering berhubungan dengan pemekaian material cetak polieter


terutama dengan sistem katalis menggunakan asam sulfonat. Desinfeksi selama 10 menit
dengan merendam cetakan polieter dalam larutan sodium hipoklorit tidak berdampak
terhadap keakuratan material polieter tetapi perendaman yang lebih lama dalam air dapat
menyebabkan terjadinya penyerapan air yang akan berdampak pada perubahan dimensi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice, Kenneth J., Chiayi Shen, H. Ralph Rawls. 2012. Philip’s Science of Dental
Materials 12th edition. St. Louis: Elsenvier. Page: 153, 155-156.
2. Sakaguchi, Ronald L., John M. Powers. 2012. Craig’s Restorative Dental Materials 13 th
Edition. St. Louis: Elsenvier. Page: 290.
3. McCabe, John. Bahan Kedokteran Gigi. Edisi 9. Jakarta: EGC. 2016. Page. 241-244.

Anda mungkin juga menyukai