Anda di halaman 1dari 9

BAB 5

PARAGRAF

1.1 Pengertian Paragraf

Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan


atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau
mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Sebuah
paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Dalam paragraf, gagasan menjadi
jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk
menampilkan pokok pikiran secara jelas.
Setiap paragraf hanya terdapat satu tema atau pokok pikiran. Tema atau
pokok pikiran tersebut diperjelas dengan uraian-uraian tambahan dalam bentuk
kalimat penjelas, sehingga terbentuklah sebuah paragraf yang baik. Tema atau
pikiran pokok bisa saja muncul tersurat pada salah satu kalimat yang terdapat di
dalam paragraf, yang lazim disebut kalimat utama. Namun, bisa juga hanya uncul
tersirat dibalik kalimat pembentuk paragraf tersebut.
Pembagian wacana menjadi paragraf-paragraf dimaksudkan untuk
memudahkan pengertian dan pemahaman pembaca. Pembaca dapat mengikuti
pokok pikiran penulis sedikit demi sedikit dalam setiap paragraf yang tersusun
dalam tulisannya. Demi mengikuti satu gagasan yang terkandung dalam setiap
paragraf, pembaca akhirnya akan menangkap pesan yang disampaikan penulis
melalui tulisannya secara utuh.
Sebuah karangan yang tidak dibagi dalam paragraf-paragraf pasti akan
sangat menyulitkan pembacanya. Pembaca akan kelelahan dan jenuh menghadapi
seluruh karangan sekaligus, terlebih jika karangan itu cukup panjang. Pembaca
akan dipaksa untuk terus membaca sampai selesai, tanpa memberinya
kesempatan untuk berhenti sejenak untuk kemudian memusatkan konsentrasi
kembali. Paragraf sebenarnya tak ubahnya seperti anak tangga, pembaca (ibarat
pemanjat) yang sangat sulit sampai pada puncak pemahaman dengan sekali
lompat, jika anak tangga yang menjadi penolong tidak tersedia .

1.2 Panjang Paragraf


Tidak terdapat batasan yang tegas menyebutkan berapa banyak jumlah
kalimat yang diperlukan untuk sebuah paragraf. Panjang pendeknya sangat
ditentukan oleh banyak sedikitnya penjelasan yang diperlukan untuk
menerangkan gagasan yang akan dibahas dalam paragraf itu. Apabila gagasan
yang dibahas rumit, tentu diperlukan banyak kalimat penjelas untuk
menerangkannya, sehingga paragraf menjadi panjang. Sebaliknya jika gagasan
yang dibahas sederhana tentu tidak diperlukan kalimat penjelas yang banyak,
sehingga paragraf cukup terdiri dari beberapa kalimat saja.
Sebuah paragraf yang baik harus dapat menjelaskan gagasan pokok yang
dikandungnya secara gamblang. Satu kalimat barangkali belum cukup untuk
menjelaskan gagasan pokok yang ingin dibahas, maka perlu ditambah kalimat
kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, sampai menjadi jelas.

1.3 Macam-macam Paragraf


Dalam sebuah karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam
paragraf jika dilihat dari segi jenisnya.
1. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada
segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian. Oleh sebab itu, paragraf
pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup
menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan
selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan
mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang
terkemuka atau orang yang terkenal.
2. Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka
dan paragraf yang terakhir sekali di dalam bab atau anak bab itu. Paragraf ini
mengembangkan pokok pembicaraan yang dirancang. Dengan kata lain,
paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan.
Oleh bab itu, satu paragraf paragraf yang lain harus memperlihatkan
hubungan yang serasi dan logis. Paragraf itu dapat dikembangkan dengan
cara ekspositoris, dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan
cara argumntatif.
3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau
pada akhir satu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya,
paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan
pada bagian-bagian sebelumnya.

5.4 Paragraf Berdasarkan Jenis Karangannya


1. Paragraf Narasi
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa
kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-pristiwa tersebut. Kalimat-
kalimat dalam paragraf narasi yang berisi rangkaian peristiwa biasanya
disusun menurut urutan waktu.
Isi paragraf narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi, boleh juga
tentang sesuatu yang khayali. Otobiografi atau biografi seorang tokoh
terkenal biasanya ditulis narasi, dan isi karangan itu memang benar-benar
nyata atau berdasarkan fakta sejarah yang tidak dibuat-buat.
2. Paragraf Deskripsi
Karangan deskriptif selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat,
tingkah laku seseorang, suasana dan keadaan, suatu tempat atau sesuatu yang
lain. Lukisan dalam karangan deskriptif harus diupayakan sedemikian rupa,
agar pembaca seolah-olah melihat sendiri apa yang kita lukiskan tersebut.
Sudah tentu, menyusun karangan deskriptif membutuhkan keterlibatan emosi
pengarang.
3. Paragraf Eksposisi
Karangan ekposisi adalah karangan yang berusaha menerangkan suatu alasan
atau suatu gagasan. Dalam memaparkan sebuah ide pokok, kita dapat
menjelaskan dan melengkapinya dengan memberi keterangan yang cukup
atau dapat pula mengembangkannya sehingga menjadi luas dan dimengerti.
4. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi atau persuasi merupakan jenis karangan yang paling
sukar bila dibandingkan dengan tiga jenis karangan narasi, deskripsi, atau
eksposisi. Karangan argumentasi lebih sukar karena pada jenis karangan ini
pengarang wajib mengemukakan argumentasi, bukti atau contoh yang dapat
meyakinkan, sehingga terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat,
sikap dan keyakinan.

1.6 Syarat-syarat Paragraf


Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan, yaitu kesatuan paragraf
dan kepaduan paragraf.
1) Kesatuan Paragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat hanya satu pokok pikiran. Oleh sebab itu,
kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak
ada satupun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu. Kalau
ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf
menjadi tidak berpautan, tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus
dikeluarkan dari paragraf.
Karena setiap fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan
tunggal, maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak
mempunyai pertalian dengan maksud tunggal. Penyimpangan-
penyimpangan dari maksud tunggal tadi hanya akan mempersulit
pembaca. Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk :
1. Pemasukan sebuah sisipan atau interupsi dalam urutan-urutan gagasan
yang ada,
2. Sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang harus dibina
oleh paragraf itu, yaitu setiap kalimat berikutnya semakin
menyimpang dari tujuan awalnya.
Dalam tulisan yang baik terdapat empat macam cara untuk menmpatkan
sebuah kalimat topik atau kalimat utama, yaitu :
1. Pada Awal Paragraf
Pengertian awal paragraf ini dapat merupakan kalimat pertama, dapat
juga kalimat kedua. Dengan menempatkan kalimat pokok pada awal
paragra, gagasan sentral akan mendapat penekanan yang wajar.
Paragraf ini biasanya bersifat deduktif yaitu mula-mula
mengemukakan pokok persoalan, kemudian menyusul uraian-uraian
yang terperinci.
2. Pada Akhir Paragraf
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian akhir paragraf.
Paragraf yang biasanya kalimat pokok berada diakhir bersifat induktif.
3. Pada Awal dan Akhir Paragraf
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan akhir dari
paragraf. Pada hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan
dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi
4. Pada Seluruh Paragraf
Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat dalam seluruh
paragraf. Dalam hal ini kalimat khusus yang menjadi kalimat
topiknya, paragraf semacam ini terutama dijumpai dalam uraian-
uraian yang bersifat deskriptif atau naratif.

2) Kepaduan Paragraf
Kepaduan paragraf dapat terlihat melalui penyusunan kalimat secara logis
dan melalui ungkapan-ungkapan pengait antarkalimat. Urutan yang logis
akan terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.
Pengait paragraf
Agar paragraf menjadi padu digunakan pengait paragraf, yaitu :
1. Ungkapan Penghubung Transisi
Adapun beberapa kata transisi yaitu :
 Hubungan tambahan : lebih lagi, selanjutnya, tambahan pula, di
samping itu, lalu, berikutnya, demikian pula, begitu juga, lagi pula.
 Hubungan pertentangan : akan tetapi, namun, bagaimanapun,
walaupun demikian, sebaliknya, meskipun begitu, lain halnya.
 Hubunga perbandingan : sama dengan itu, dalam hal yang
demikian, sehubungan dengan itu.
 Hubungan akibat : oleh sebab itu, jadi, akbiatnya, oleh karena itu,
maka, oleh sebab itu.
 Hubungan tujuan : untuk itu, untuk maksud itu.
 Hubungan singkatan : singkatnya, pendeknya, akhirnya, pada
umumnya, dengan kata lain, sebagai simpulan.
 Hubungan waktu : sementara itu, segera setelah itu, beberapa saat
kemudian.
 Hubungan tempat : berdekatan dengan itu.

2. Kata Ganti
Ungkapan pengait paragraf dapat juga berupa kata ganti, baik kata
ganti orang maupun kata ganti yang lain.
1. Kata Ganti Orang
Dalam usaha memadu kalimat-kalimat dalam suatu paragraf, kita
banyak menggunakan kata ganti orang. Pemakaian kata ganti ini
berguna untuk menghindari penyebutan nama orang berkali-kali.
Kata ganti yang dimaksud adalah saya, aku, ku, kita, kami (kata
ganti orang pertama), engkau, kau, kamu, mu, kamu sekalian (kata
ganti orang kedua), dia, ia, beliau, mereka, dan nya (kata ganti
orang ketiga).
2. Kata Ganti Yang Lain
Kata ganti orang lain yang digunakan dalam menciptakan
kepaduan paragraf ialah itu, ini, tadi, begitu, demikian, di situ, ke
situ, di atas, di sana, di sini, dan sebagainya.

3. Kata Kunci
Di samping itu, ungkapan pengait dapat pula berupa pengulangan
kata-kata kunci, pengulangan kata kunci ini perlu dilakukan dengan
hati-hati (tidak terlalu sering).

1.7 Rangka atau Struktur Sebuah Paragraf

Rangka atau struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan
beberapa kalimat penjelas. Dengan kata lain, apabila dalam sebuah paragraf
terdapat lebih dari sebuah kalimat topik, paragraf itu tidak termasuk paragraf
yang baik. Kalimat-kalimat dari paragraf itu harus saling mendukung, saling
menunjang, kait-berkait satu dengan yang lain.
Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan
pengarang. pengarang meletakkan inti maksud pembicaraan pada kalimat topik
karena topik paragraf adalah pikiran utama sebuah paragraf. Kalimat utama
bersiat umum. Ukuran keumuman kalimat terbatas pada paragraf itu saja.
Adakalanya kalimat yang dianggap umum akan berubah khusus jika kalimat itu
diperluas.
Contoh :
Penduduk Tegal, umpamanya, merasa tidak hidup di daerahnya lagi
karena bahan makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak mencukupi
kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh ledakan penduduk Tegal terlalu
besar sehingga daerah pertanian yang relatif tidak bertambah hasilnya itu tidak
dapat menampung perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk Tegal jauh
lebih besar daripada perkembangan daerah pertanian yang ada di situ.
Dilihat dari paragraf di atas, kalimat yang paling umum sifatnya kalimat
yang pertama, yaitu “Penduduk Tegal, umpamanya, merasa tidak hidup di
daerahnya lagi karena bahan makanan yang akan dimakan sehari-hari tidak
mencukupi kebutuhan penduduk”. Kalimat-kalimat selanjutnya merupakan
kalimat penjelas yang fungsinya menjelaskan gagasan utama yang terletak pada
kalimat pertama.

1.8 Paragraf Deduktif dan Paragraf Induktif


Paragraf deduktif adalah kalimat topik berada diawal paragraf, sedangkan
paragraf induktif adalah kalimat topik berada diakhir paragraf.
Contoh :
Paragraf Deduktif
“Arang aktif adalah sejenis yang diperoleh dari suatu pembakaran yang
mempunyai sifat yang tidak larut dengan air. Arang ini dapat diperoleh dari
pembakaran zat-zat tertentu, seperti ampas tebu, tempurung kelapa, dan tongkol
jagung. Jenis arang ini banyak digunakan dalam beberapa industri pangan dan
nonpangan. Industri yang menggunakan arang aktif adalah industri kimia dan
farmasi, seperti pekerjaan memurnikan minyak, menghilangkan bau yang tidak
murni, dan menguapkan zat yang tidak perlu.”
Paragraf Induktif
“Dua anak kecil ditemukan tewas di pinggir jalan Jendral Sudirman.
Seminggu kemudian seorang anak wanita hilang ketika pulang dari sekolah.
Sehari kemudian polisi menemukan bercak-bercak darah di kursi belakang mobil
John. Polisi juga menemukan potret dua anak yang tewas di jalan Jendral
Sudirman di dalam kantug celana John. Dengan demikian, John adalah orang
yang dapat dimintai pertanggungjawaban tentang hilangnya ketiga anak itu.
Kalimat topik yang ideal adalah kalimat topik yang jelas maksudnya dan
mudah dipahami. Pembaca tidak perlu berpikir lama-lama apa yang dimaksud
oleh penulis. Biasanya, kalimat yang mudah dipahami itu adalah kalimat yang
sederhana, ringkas, dan tidak berbelit-belit. Sebaliknya, kalimat topik yang tidak
ideal adalah kalimat yang tidak jelas dan membingungkan.

1.9 Pengembangan Paragraf dan Teknik Pengembangan Paragfraf

Mengarang adalah usaha mengembangkan beberapa kalimat topik.


Dengan demikian, dalam karangan itu kita harus mengembangkan beberapa
paragraf demi paragraf. Oleh karena itu, kita harus hemat menempatkan kalimat
topik. Satu paragraf hanya mengandung sebuah kalimat topik.

Teknik pengembangan paragraf itu, secara garis besarnya ada dua macam.
Pertama, dengan menggunakan ilustrasi. Apa yang dikatakan kalimat topik itu
dilukiskan dan digambarkan dengan kalimat-kalimat penjelas sehingga di depan
pembaca tergambar dengan nyata apa yang dimaksud oleh penulis. Kedua,
dengan menggunakan analisis. Apa yang dinyatakan kalimat topik dianalisis
secara logis sehingga pernyataan tadi merupakan sesutau yang menyakinkan.
Di dalam praktik, kedua teknik di atas dapat diperinci lagi menjadi
beberapa cara yang lebih praktis, di antaranya sebagai berikut.
1. Dengan memberikan contoh atau fakta
Biasanya dengan menggunakan contoh akan membuat para pembaca menjadi
lebih tertarik untuk membacanya.
2. Dengan memberikan alasan-alasan
Dengan cara ini, apa yang dinyatakan oleh kalimat topik dianalisis
berdasarkan logika dibuktikan dengan uraian-uraian yang logis dengan
menjelaskan sebab-sebab mengapa demikian.
3. Dengan bercerita
Biasanya, pengarang mengungkapkan kembali peristiwa-peristiwa yang
sedang atau sudah berlalu apabila ia mengembangkan paragraf dengan cara
ini. Dengan cara itu, pengarang berusaha membuat lukisannya itu hidup
kembali.

Pelatihan/Tugas
A. Silakan mahasiswa membuat karangan dengan tema “Aku Bangga menjadi
Mahasiswa”.
B. Panjang karangan minimal satu lebar kertas polio.
C. Dibuat dalam buku tugas/catatan Anda atau ditik dalam file words.
D. Disimpan dulu, belum dikumpulkan.

Anda mungkin juga menyukai