ABSTRAK
Posisi Islam sebagai sebuah sistem kehidupan sangat diperlukan untuk mengembangkan
gagasan baru yang lebih menghargai keberadaan manusia. Sehingga sudah menjadi
kewajiban muslim untuk menggali dan mengkaji teori-teori modern yang sebenarnya telah
ada dalam al-Quran dan Hadits, atau paling tidak menemukan padanannya. Sehingga dapat
disandingkan antara konsep barat dan konsep yang berbasis al-Quran dan Hadits. Artikel
ini akan mencoba memformulasi pengertian belajar dalam perspektif Islam, mengkaji teori-
teori belajar dalam perspektif psikologi dan Islam, serta mencari padanan teori-teori belajar
tersebut di dalam al-Quran dan Hadits. Jika aktivitas belajar identik dengan proses
pencarian ilmu, maka di dalam al-Quran setidaknya terdapat tiga kata yang memiliki arti
yang identik dengan belajar maupun pengajaran yaitu tafaqquh fiddin,
PENDAHULUAN
Islam merupakan agama besar dengan pemeluk terbanyak di seluruh belahan dunia yang
telah menorehkan berbagai prestasi dan memberikan kontribusi besar bagi kemajuan
peradaban dunia sebagaimana tertuang dalam catatan sejarah perjalanan panjangnya. Akan
tetapi dalam beberapa abad terakhir ini, jika dibandingkan dengan dunia barat, Islam
mengalami kemunduran dan ketertinggalan dalam berbagai aspek kehidupan tak terkecuali
dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Posisi Islam sebagai sebuah sistem kehidupan
sangat diperlukan untuk mengembangkan gagasan baru yang lebih menghargai keberadaan
manusia.
Pada permulaan abad ke-15 H, kalangan umat Islam menguatkan semangat untuk kembali
kepada ajaran Islam yang berlandaskan alQuran dan Sunnah. Oleh karena itu, muncullah
keinginan para ilmuan muslim untuk menggali al-Quran dan Hadits sebagai sumber
pengembangan ilmu pengetahuan yang dipelopori oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah
Ismail Raji al-Faruqi dan Syeh Muhammad Naquib al-Attas. Sebagaimana menurut pendapat
AlFaruqi yang dikutip oleh Fuad Nashori bahwa umat Islam lebih bangga dan suka meniru-
niru budaya Barat.
Dengan demikian, secara tidak langsung hal tersebut memberikan isyarat pada umat Islam
untuk memberikan gagasan baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan tidak terkecuali
dalam bidang psikologi dan pendidikan. Bukan tidak mungkin jika teori-teori ilmu
pendidikan dan psikologi modern ada dalam al-Quran dan Hadits. Sebagai kitab pedoman
bagi umat Islam, sudah selayaknya seorang muslim menggali, mengkaji, dan menggunakan
teori-teori modern yang sebenarnya telah ada dalam al-Quran dan Hadits, atau paling tidak
menemukan padanannya. Sehingga dapat disandingkan antara konsep-konsep barat dan
konsepkonsep yang berbasis al-Quran dan Hadits. Kedua kitab pedoman umat Islam ini
sudah seharusnya menjadi background dalam pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan
termasuk pendidikan dan psikologi. Sebagai umat Islam, terobosan dan inovasi-inovasi dalam
berbagai bidang pengembangan ilmu harus dilakukan dengan berdasarkan alQuran dan
Hadits.
Oleh karena itu, tujuan dalam penulisan artikel ini adalah mengembangkan teori-teori
psikologi pendidikan berbasiskan al-Quran dan Hadits supaya dapat disandingkan dengan
dengan teori-teori yang dikemukakan oleh ilmuanilmuan barat. Untuk memperoleh data
dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan (library reseach).
Dalam hal ini, penulis mencoba untuk mencari dan menghimpun teks-teks dalam al-Qur’an
dan Hadits yang menjelaskan tentang belajar sebagai sumber utamanya. Berdasarkan apa
yang telah dijelaskan diatas, maka topik bahasan yang akan dikaji dalam artikel ini adalah
teori-teori belajar dalam perspektif Psikologi dan Islam (al-Quran dan Hadits). Dengan kata
lain, penulis berusaha mengupas teori-teori belajar dalam perspektif psikologi
LANDASAN TEORI
Konsep Belajar dalam Perspektif Islam
Konsep belajar dalam Islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dan
perkembangan rasional saja, tetapi harus meliputi seluruh kebutuhan jasmani dan rohani
secara seimbang, tidak melihat unsurunsur psikologinya secara dikotomis. Konsep inilah
yang sebenarnya melahirkan fikir dan dzikir menjadi satu arah, dan menempatkan manusia
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, baik sebagai individu, sosial ataupun makhluk
spiritual. Sehingga tujuan belajar untuk menempatkan manusia pada posisinya yang paling
mulia dapat tercapai. Manusia sejak lahir memiliki fitrah (potensi-potensi) yang harus
senantiasa dikembangkan. Belajar merupakan media utama untuk mengembangkannya. Islam
telah menjelaskan secara rinci dan operasionalmengenaiproses belajar,(pemahamandan
pengetahuan) Proses kerja sistem memori (akal) dan proses penguasaan pengetahuan dan
keterampilan.
Al-qur’an hanya memberikan indikasi-indikasi yang sekiranya bisa menjelaskan
tentang ketiga proses tersebut. Islam memberikan penekanan pada signifikansi fungsi kognitif
(aspek akliah) dan sensori (inderaindera) sebagai alat penting untuk belajar dengan sangat
jelas. Ada beberapa kata kunci yang termaktub dalam al-Qur’an yaitu: ya’qiluun,
Yatafakkaruun, yubsiruun, dan yasma’uun. 18 Dalam beberapa ayat al-Qur’an yang secara
eksplisit ataupu implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan
sebagaimana firman Allah Swt:
قل هل يستوى ألذي يعلمون و ألذي ال يعلمون أمنا يتذكر أولوأ أاللباب
Artinya:”...Katakanlah apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-
orang yang tidak mengetahui, sesungguhnya orang-orang yang berakalah yang mampu
menerima pelajaran”
Agar manusia tidak kosong akalnya maupun jiwa raganya, maka perlu adanya
pengisian melalui belajar. Manusia lahir dalam keadaan kosong, maka Allah Swt
memberikan bekal potensi yang bersifat jasmaniah untuk belajar dengan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan manusia. Potensi-potensi tersebut dalam
organ fisiopsikis manusia berfungsi sebagai alat penting untuk melakukan kegiatan belajar
yang berupa, indera penglihatan fungsinya untuk menerima informasi visual,
inderapendengaran,fungsinyauntukmenerima informasi verbal, akal potensi kejiwaan
manusia, yang merupakan sistem psikis yang komplek untuk menyerap, mengelola,
menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah
kognitif).
Konsep Allah dalam mengajarkan dan memperkenalkan-nama-nama mengandung
arti bahwa, segala benda yang ada di muka bumi termasuk lingkungan sebagai salah satu
sumber pengetahuan. Adapun mengenai konsep dan pengertian dapat diungkapkan melalui
bahasa. Pada taraf pengenalan tersebut, sebenarnya Adam telah mampu menguasai simbol,
sehingga Adam mampu memiliki sarana untuk berfikir dan berkomunikasi untuk menerima
transfer ilmu dan memperoleh transformasi nilai sekaligus melakukan telaah ilmiah. Salah
satu hal yang paling urgen dalam proses belajar adalah kemampuan individu untuk
memproduksi hasil belajarnya. Sebenarnya proses belajar yang dilakukan Adam pada
mulanya telah sampai pada sebuah tahap pra eksplorasi fenomena alam, yaitu dengan
pengetahuan mengenal sifat, karakteristik, dan pengetahuan alam.
Adam telah membuktikan dengan kemampuannya, yaitu dengan menerangkan, dan
menyebutkan nama-nama yang diajarkan Allah melalui malaikat. Mempelajari nama-nama
benda mempunyai arti mempelajari kata-kata yang merumuskan konsepsi atau pengertian.
Sebuah nama melambangkan konsepsi tertentu yang meliputi pengetahuan akan sifat dan
karakteristik seluruh individu yang tercakup dalam konsepsi tersebut. 28 Proses belajar yang
telah dilakukan oleh Adam, sebenarnya juga terjadi dalam generasi-genari manusia setelah
Adam. Sejak kecil manusia dengan indera penglihatannya mampu mengamati benda, yaitu
bahwa setiap benda mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan beberapa karakteristik,
tetapi pemahaman ini tidaklah menjadi sempurna, tanpa adanya latihan yang terus menerus.
Maka disinilah proses belajar menempati fungsi urgennya untuk menyempurnakan
pemahaman manusia
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI. (1998) Al-Qur’an dan Terjemah.
Winkel, W.S. (2007) Psikologi Pengajaran. Media Abadi. Yogyakarta
Ramayulis (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Kalam Mulia. Jakarta
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja
RosdaKarya.
Purwanto, M. Ngalim. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya