Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Teknik

Vol. 13 No. 1 Maret 2020

DINTEK
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek
E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
Page : 79-86

Analisis Performa IEEE 802.11n dan IEEE 802.11ac


Erwin Gunawan
Progam Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
E-mail : ewyn@outlook.com

Abstrak - Sebagai peningkatan dari IEEE 802.11n, IEEE 802.11ac yang bekerja pada frekuensi 5 GHz mendukung data rate yang
lebih besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengkomparasi kedua standar pada jaringan internal yang berfungsi secara penuh di
lingkungan dalam ruang (indoor) universitas. Penelitian dilakukan dalam kondisi Line of Sight (LoS) dan Non-Line of Sight (Non-
LoS). Model Multi Wall and Floor (MWF) digunakan untuk menghitung besaran rugi-rugi yang terjadi pada kondisi Non-LoS.
Parameter delay, packet loss, serta throughput dari kedua standar pada saat dilewatkan trafik video, diukur dalam penelitian ini. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pada jarak 5m (LoS) dari AP, IEEE 802.11n dengan channel width 40 MHz menghasilkan rata-tara
penguatan bandwidth sebesar 54% dibanding dengan channel width 20 MHz. Pada kondisi yang sama IEEE 802.11ac dengan channel
width 40 MHz menghasikan penguatan 64% dibanding dengan 20 MHz. Rata-rata packet loss untuk video dengan kualitas 720p pada
jarak 5m (Los) dari AP adalah 1.2%, sedangkan video 1080p menghasilkan 14.2%. Disimpulkan bahwa pada dua kondisi pengukuran,
IEEE 802.11ac menghasilkan rata-rata bandwidth maksimum yang lebih besar dibandingkan dengan IEEE 802.11n, namun untuk
layanan video dengan kualtias 1080p, kedua standar tidak mampu memenuhi syarat minimal QoS. Faktor eksternal berperan penting
dalam kondisi ini.

Index Terms – IEEE 802.11n, IEEE 802.11ac, Indoor Propagation, Throughput, Video over WLAN.

I. INTRODUCTION komparasi pada dua lingkungan dalam ruang yang berbeda.


Perbedaan terletak pada interferensi serta karakteristik
Jaringan WiFi (Wireless Fidelity) berbasis IEEE 802.11 multipath. Peneliti menyimpulkan bahwa pada ruangan yang
saat ini menjadi standar jaringan wireless yang diadopsi secara memiliki lebih sedikit efek multipath, IEEE 802.11ac mampu
luas. Mobilitas pengguna, kecepatan dan kemudahan instalasi, menghasilkan penguatan sebesar 51% dan 126% dibanding
fleksibilitas, menjadi keunggulan yang ditawarkan oleh dengan IEEE 802.11n pada jarak 5m dan 18.5m dari wireless
jaringan WiFi. Standar ini diadopsi di lingkungan kantor, router. Pada [3]⁠, peneliti menemukan bahwa IEEE 802.11n
rumah, pusat perbelanjaan, bandara, universitas, dan (5GHz) pada kondisi LoS dengan channel width 40MHz,
diberagam area lainnya. Masifnya adopsi jaringan wireless ini menghasilkan penguatan 36% pada rata-rata throughput
didukung oleh tersedianya perangkat-perangkat disisi dibandingkan dengan channel width 20MHz pada jarak 20m
pengguna yang mendukung transfer data dengan rate tinggi. dari wireless router. Pada jarak 5m, rata-rata throughput IEEE
Dukungan terhadap standar ini terdapat pada sebagian besar 802.11ac mencapai 42% lebih baik dibandingkan dengan
laptop, smartphone, dan tablet. 802.11n. Dengan simulasi yang dilakukan pada NS-3, Peneliti
Hampir sebagian besar pengembangan jaringan WLAN saat [4]⁠ menemukan bahwa IEEE 802.11ac sebagai standar Very
ini, terutama untuk penggunaan di dalam ruang, berbasis pada High Throughput (VHT) WLAN dapat mecapai data rate
teknologi 2.4GHz. Standar yang biasa digunakan adalah IEEE hingga 7 Gbps pada frekuensi 5GHz. Pada [5]⁠, hasil penelitian
802.11g dan 802.11n, atau perpaduan dari 2.4GHz (802.11g/n) menunjukan bahwa IEEE 802.11ac menawarkan peningkatan
dengan teknologi 5GHz (802.11n) [1]⁠. Berbeda dengan IEEE performa yang signifikan dibandingkan dengan 802.11n pada
802.11n, IEEE 802.11ac yang merupakan peningkatan dari ruangan perkantoran khususnya. Penelitian juga menunjukan
802.11n, menjadi standar berikutnya yang bekerja hanya pada performa dari 802.11ac sensitif terhadap kondisi channel, data
frekuensi 5GHz. Ini bertujuan untuk menghindari semakin rate akan turun dengan sangat cepat pada saat terjadi
tingginya interferensi yang terjadi pada frekuensi 2.4GHz. peningkatan jarak antara transmitter dan receiver. Pada [6]⁠
Salah satu peningkatan utama pada standar IEEE 802.11ac peneliti melakukan komparasi performa video traffic yang
adalah dukungannya terhadap lebar channel 80MHz. ditransmisikan melalui IEEE 802.11e dan 802.11n pada
Komparasi throughput dari standar IEEE 802.11n dan simulator . Penelitian menyimpulkan bahwa 802.11e memiliki
802.11ac di lingkungan dalam ruang telah dilakukan oleh penanganan yang lebih baik pada aplikasi-aplikasi real time
beberapa peneliti sebelumnya. Peneliti pada [2]⁠ melakukan

79
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 1 Maret 2020

DINTEK
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek
E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
Page : 79-86

dengan prasyarat QoS yang ketat dibandingkan dengan


802.11n. Sekalipun beberapa penelitian sebelumnya dilakukan A. Measurement Environment
di kondisi dalam ruang yang nyata (bukan berbasis software), Lingkungan pengujian pada penelitian, baik untuk kondisi
sejauh ini terlihat bahwa penelitian menggunakan wireless LoS maupun Non-LoS, adalah lantai dua Gedung Kuliah
router yang dikhususkan untuk penelitian, dan bukan Terpadu, IAIN Ternate, Maluku Utara – Indonesia. Lantai
menggunakan wireless router existing (production wireless terdiri atas tiga ruangan kelas standar, satu ruang rapat, satu
router). ruang server, dan toilet. Masing-masing ruangan terdiri dari

Penelitian ini akan melakukan komparasi performa dari meja dan kursi kuliah, serta dibatasi oleh dinding berbahan
IEEE 802.11ac dan 802.11n pada lingkungan dalam ruang. beton. Akses antar ruangan dapat melalui koridor depan.
Kondisi dalam ruang akan dibagi menjadi dua keadaan: Lantai ini memiliki dua buah wireless router (AP1 dan AP2)
Kondisi Line of Sight (LoS) dan Non-Line of Sight (Non- yang terpisah sejauh 15m. AP1 dan AP2 merupakan wireless
LoS). Menggunakan wireless router eksisting yang bekerja router yang secara bersamaan berfungsi penuh (production
secara penuh melayani pengguna, sumber interferensi akan router) melayani pengguna dilantai tersebut. Komputer klien
berasal dari wireless router lain yang secara jarak berdekatan. yang akan melakukan pengukuran hanya akan terkoneksi ke
Received Signal Strength Indicator (RSSI) dan bandwidth wireless router satu (AP1). Sumber interferensi akan berasal
maksimum dari kedua standar menjadi parameter awal yang dari AP2 yang juga bekerja pada frekuensi 5GHz.
akan dikomparasi. Tujuan utama dari penelitian ini adalah, (i)
Mengkomparasi nilai RSSI pada kondisi LoS menggunakan
metode perhitungan Free Space Path Loss (FSPL) dan metode B. Hardware and Software Used
site survey. (ii) Mengkomparasi nilai RSSI pada kondisi Non- Wireless router (AP1 dan AP2) yang terpasang pada lantai
LoS menggunakan Multi-Wall-and-Floor (MWF) Model dan dua memiliki spesifikasi yang sama. Wireless router dari
metode site survey. (iii) Menghitung penguatan rata-rata Ubiquiti ini memiliki tipe UAP-AC-PRO [11]⁠ . Router ini
bandwidth maksimum yang dapat dicapai IEEE 802.11ac dapat bekerja secara simultan pada frekuensi 2.4GHz dan
dibandingkan dengan IEEE 802.11n pada dua kondisi 5GHz. Dilengkapi dengan dual-band antenna, antenna
pengukuran yang berbeda. (iv) Mengkomparasi QoS dari 2.4GHz sebesar 3dBi dan 5GHz sebesar 3dBi juga. Laptop
IEEE 802.11ac dengan IEEE 802.11n pada saat menangani yang digunakan sebagai komputer klien, dilengkapi dengan
video traffic di dua kondisi pengukuran yang berbeda. dual-band USB Wireless TP-Link Archer T4UH [12]⁠ .
Outline dari tulisan adalah sebagai berikut; Bagian II
menjelaskan teori pendukung dari IEEE 802.11n dan IEEE Figure 1. Lingkungan dan posisi pengukuran
802.11ac. Bagian III, memaparkan metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini. Pada bagian IV, komparasi C. Experimental Setup
performa IEEE 802.11n dan 802.11ac akan dilakukan. Bagian Untuk pengukuran RSSI dengan metode site survey,
V merupakan kesimpulan dari penelitian ini. pengukuran maksimum bandwidth atau throughput, dan
pengukuran Quality of Service (QoS), topologi jaringan fisik
II. EXPERIMENTAL DESIGN yang digunakan adalah sama. Klien dan server terhubung
Pada bagian ini akan dijelaskan secara detail rancangan melalui wireless router UAP-PRO. Jarak antara wireless router
penelitian yang dilakukan. Bagian pertama akan menjelaskan dengan server berkisar 200m yang dihubungkan melalui
denah lantai universitas yang menjadi lokasi penelitian, bagian jaringan serat optik. Gambar 2 menunjukan experimental
kedua menjelaskan hardware dan software yang digunakan, setup yang digunakan dalam penelitian ini.
bagian ketiga menjelaskan skenario pengujian.

80
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 1 Maret 2020

DINTEK
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek
E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
Page : 79-86

disebabkan sangat tidak signifikannya perbedaan nilai RSSI


kedua standar pada frekuensi 5 GHz. Hal ini bersesuaian
dengan penelitian [2] [3]⁠ yang menunjukan hasil yang sama.

Figure 2. Experimental Setup

Pengukuran RSSI secara site survey, pengukuran


throughput, serta pengukuran QoS, dilakukan dengan
mengacu pada denah pengukuran gambar 1, baik untuk
kondisi LoS maupun Non-LoS. RSSI diukur menggunakan
software inSSIDer [13. Semua pengukuran RSSI dilakukan
pada frekuensi 5 GHz. Untuk pengukuran bandwidth (a) LoS Condition
maksimum yang dapat dicapai oleh kedua standar, trafik
dihasilkan oleh komputer klien terhadap server dengan
menggunakan software Iperf [14]⁠.Trafik dijalankan selama 40
detik dan diulang sebanyak tiga kali, untuk kemudian
ditentukan nilai rata-ratanya. Untuk melihat dampak dari trafik
lain terhadap penelitian, semua model pengukuran dilakukan
pada saat jam operasional kampus.
Pengukuran QoS pada penelitian ini dibagi menjadi dua
skenario berdasarkan kualitas video yang digunakan. Skenario
pertama menggunakan video 720p (1280x720), 24 fps, dan

codec H.264. Skenario kedua menggunakan video 1080p


(1920x816), 24 fps, dan codec H.264. VLC Media Player[15]⁠
digunakan didua sisi, sebagai streaming server maupun
sebagai media player disisi klien. Pada masing-masing (b) Non-LoS Condition
skenario, video dijalankan selama 40 detik, dan secara
Figure 3. Perbandingan nilai RSSI
bersamaan Wireshark [16]⁠ dijalankan disisi klien untuk
mengcapture seluruh trafik video streaming. Proses yang sama
Hasil kondisi Non-LoS ditampilkan dalam gambar 3b.
dilakukan sebanyak tiga kali pada semua titik pengukuran.
RSSI perhitungan diperoleh dengan model MWF. Pada posisi
A’ (5m), model MWF menghasilkan nilai RSSI sebesar -
III. EXPERIMENTAL RESULTS 48dBm dan -64dBm untuk metode site survey. Pada posisi D’
(20m) dan E’ (25m), nilai RSSI hasil pemodelan MWF
Pada bagian keempat ini akan dipaparkan hasil penelitian
menjadi lebih rendah dibanding dengan metode site survey.
dari semua parameter pengukuran.
Model MWF menunjukan nilai -88dBm dan 104dBm,
sedangkan metode site survey menghasilkan nilai -82dBm dan
A. Perbandingan Nilai RSSI
-85dBm. Besaran nilai rugi-rugi dinding yang dibutuhkan
Dengan menggunakan model Free Space Path Loss (FSPL)
dalam pemodelan MWF, merujuk pada penelitian[17]⁠.
untuk menghitung nilai loss, pada posisi A (5m) menghasilkan
Sekalipun dinding yang dilewati oleh gelombang
nilai RSSI sebesar -35dBm dan -46dBm saat diukur dengan
elektromagnetik saat berpropagasi terbuat dari material yang
motode site survey. Seiring kenaikan jarak, nilai RSSI
sama, tidak mengindikasikan bahwa dinding-dinding tersebut
mengalami penurunan. Pada posisi E (25m), nilai RSSI model
akan menghasilkan nilai rugi-rugi yang sama [18]⁠ . Informasi
FSPL sebesar -49dBm dan -54dBm untuk metode site survey.
ini membantu menjelaskan rendahnya nilai RSSI pada model
Baik untuk model FSPL maupun site survey, nilai RSSI dari
IEEE 802.11ac dan IEEE 802.11n tidak dibedakan. Hal ini

81
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 1 Maret 2020

DINTEK
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek
E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
Page : 79-86

MWF, khususnya pada posisi D’ dan E’, karena mengasumsi


nilai rugi-rugi semua dinding adalah sama. (a) LoS Condition

B. Perbandingan Bandwidth Maksimum


Sebagai peningkatan dari standar IEEE 802.11n, IEEE
802.11ac menunjukan mampu menghasilkan bandwidth
maksimum yang lebih besar. Gambar 4 menunjukan hasil
pengukuran bandwidth maksimum untuk dua kondisi berbeda.
Pada posisi A (5m), rata-rata bandwidth maksimum yang
dicapai oleh IEEE 802.11n adalah 73 Mbps (20MHz) dan 113
Mbps (40MHz). Pada posisi yang sama IEEE 802.11ac
menghasilkan 94 Mbps (20MHz), 154 Mbps (40MHz), dan
179 Mbps (80MHz). Hasil ini menunjukan terjadi penguatan
sebesar 28% pada channel width 20MHz dan 36% pada
40MHz. Pada posisi terjauh dari wireless router (25m), IEEE
802.11n menghasilkan 69 Mbps (20MHz) dan 96 Mbps
(40MHz), sedangkan IEEE 802.11ac menghasilkan 88 Mbps
(20MHz), 130 Mbps (40MHz) dan 142 Mbps (80MHz). Pada (b) Non-LoS Condition
kondisi LoS khususnya untuk channel width 20MHz, rata-rata
penguatan dari IEEE 802.11n ke IEEE 802.11ac, untuk semua Figure 4. Perbandingan Bandwidth Maksimum
posisi pengukuran sebesar 27.3%. Sedangkan untuk channel
width 40MHz, rata-rata penguatan mencapai 39%. Pada IEEE C. Perbandingan Packet Loss
802.11ac, nilai rata-rata penguatan yang dihasilkan dari Hasil pengukuran packet loss untuk standar IEEE 802.11ac
channel width 40MHz ke 80MHz hanya sebesar 11.7%. dan IEEE 802.11n dalam kondisi LoS dirangkum dalam
Tidak berbeda dengan kondisi LoS, pada kondisi Non-LoS gambar 5. Pada gambar 5a dapat dilihat bahwa IEEE 802.11n
IEEE 802.11ac juga menghasilkan rata-rata bandwidth dan 802.11ac menghasilkan rata-rata packet loss sebesar 0%
maksimum yang lebih besar dibanding IEEE 802.11n. Pada pada semua posisi pengukuran. Kenaikan packet loss yang
posisi A’ (5m), IEEE 802.11n menghasilkan bandwidth rata- terjadi pada IEEE 802.11n (40MHz) di posisi E sebesar 0.5%
rata sebesar 72 Mbps (20MHz) dan 108 Mbps (40MHz), tidak terlalu signifikan. Merujuk pada standar yang
sedangkan IEEE 802.11ac menghasilkan 90 Mbps (20MHz) dikeluarkan oleh ITU-T dengan seri G.1010 [20]⁠, tentang
dan 128 Mbps (40MHz). Mulai pada posisi C’ (15m), terjadi End-user multimedia QoS categories, nilai packet loss yang
penurunan rata-rata bandwidth maksimum yang signifikan disyaratkan untuk One-way video adalah <1%. Sedangkan
pada kedua standar. Pada posisi yang sama, nilai RSSI jika merujuk pada panduan yang dikeluarkan oleh cisco [21]⁠,
mencapai -80 dBm yang merupakan level signal paling nilai packet loss yang direkomendasikan adalah <5%. Nilai
minimal untuk konektifitas dasar [19]⁠. Pada posisi B’ (10m), rata-rata ini dapat dikatakan masih memadai untuk layanan
IEEE 802.11n menghasilkan rata-rata bandwidth sebesar 69 video streaming.
Mbps (20MHz) dan 95 Mbps (40MHz), di posisi C’ terjadi Untuk video dengan kualitas 1080p yang diwakili oleh
penurunan sebesar 68% dan 54.7% menjadi 22 Mbps gambar 5b, terlihat IEEE 802.11n dengan channel width
(20MHz) dan 43 Mbps (40MHz). IEEE 802.11ac mengalami 20MHz pada posisi A dan B masih menghasilkan rata-rata
penurunan sebesar 52.7%, 48%, dan 45%, masing untuk packet loss dibawah 5% (1.8% dan 2.2%). Pada posisi C, D,
channel width 20MHz, 40MHz, dan 80MHz. Gambar 4 secara dan E, rata-rata packet loss yang dihasilkan > 5%, yang
jelas juga menunjukan bahwa parameter channel width artinya nilai rata-rata ini keluar dari rentang yang
berpengaruh besar terhadap maksimum bandwidth yang dapat direkomendasikan oleh ITU-T maupun Cisco. Perubahan
dicapai. Hal ini bersesuaian dengan karakteristik data rate channel width menjadi 40MHz tidak memberikan perubahan
maksimum yang bergantung pada: Bandwidth of Channel, pada rata-rata packet loss. Pada posisi C, D, dan E, nilai rata-
Signal Level, dan Channel Quality (Level of Noise). rata packet loss > 5%.

82
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 1 Maret 2020

DINTEK
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek
E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
Page : 79-86

(a) Packet Loss video 720p

(a) Packet Loss video 720p

(b) Packet Loss video 1080p

Figure 6. Perbandingan Packet Loss pada kondisi Non-LoS

(b) Packet Loss video 1080p D. Perbandingan Throughput


Figure 5. Perbandingan Packet Loss pada kondisi LoS Throughput mengindikasikan bandwidth aktual yang
terukur pada suatu ukuran waktu tertentu. Pengukuran
Gambar 6a menunjukan packet loss yang dihasilkan untuk throughput dilakukan untuk mengetahui konsumsi bandwidth
video 720p. Dari grafik terlihat bahwa kedua standar yang digunakan untuk layanan video streaming di lingkungan
menghasilkan packet loss yang relatif sama. Kenaikan nilai IAIN Ternate. Gambar 7 menampilkan hasil pengukuran
packet loss hanya terjadi pada posisi D’ dan E’ untuk standar throughput pada dua kualitas video yang berbeda. Hasil
IEEE 802.11n dengan channel width 20MHz. Pada kedua pengukuran merupakan rata-rata untuk standar IEEE 802.11ac
posisi tersebut nilai packet loss berada pada posisi 5.3% dan dan IEEE 802.11n. Pada gambar 7a menampilkan rata-rata
5.5%. Nilai rata-rata ini jika merujuk pada standar ITU-T throughput untuk kedua standar di semua posisi pengukuran.
G.1010 untuk rekomendasi packet loss sebesar <1%, maka Terlihat bahwa konsumsi bandwidth video 720p tidak ada
dapat dikatakan pada kedua posisi tersebut layanan video yang mencapai 2Mbps. Rata-rata throughput untuk kedua
streaming kurang layak untuk digunakan. Sedangkan jika standar adalah sebesar 1.6Mbps.
merujuk nilai packet loss yang direkomendasikan Cisco
sebesar <5%, maka nilai rata-rata ini juga keluar dari rentang Gambar 7b menunjukan rata-rata throughput dari video
yang direkomendasikan. 1080p. Rata-rata throughput yang dihasilkan pada semua
posisi pengukuran sebesar 6.3Mbps, lebih besar jika
Nilai packet loss untuk video 1080p dapat dilihat pada dibandingkan 720p. Ini bersesuaian dengan kualitas yang
gambar 6b. Berbasis pada data yang ada di gambar, terlihat dihasilkan oleh video 1080p. Dari perspektif streaming,
bahwa untuk standar IEEE 802.11n (kedua channel width), semakin besar bitrate sebuah video maka semakin tinggi
ideal digunakan sampai pada jarak 10m dari AP pada kondisi kualitas yang dihasilkan, dan semakin besar juga bandwidth
Non-LoS. Ini disebabkan pada jarak >15m dari AP, nilai yang dibutuhkan.
packet loss melebihi dari ambang batas yang
direkomendasikan. Sedangkan standar IEEE 802.11ac secara
rata-rata dapat digunakan sampai pada jarak <20m dari AP.

83
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 1 Maret 2020

DINTEK
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek
E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
Page : 79-86

(a) Throughput video 720p

(a) Throughput video 720p

(b) Throughput video 1080p

Figure 8. Perbandingan Throughput pada kondisi Non-LoS

E. Perbandingan Delay
Gambar 9a menampilkan hasil pengukuran delay untuk
video dengan kualitas 720p. Merujuk pada standar ITU-T
G.1010, delay yang direkomendasikan untuk video one-way
adalah <10s. Sedangkan pada panduan yang dikeluarkan oleh
Cisco, nilai delay yang direkomendasikan adalah <5s. Jika
merujuk pada standar ITU, maka delay yang dihasilkan oleh
(b) Throughput video 1080p kedua standar pada video 720p masih memenuhi kriteria.
Figure 7. Perbandingan Throughput pada kondisi LoS Delay terbesar terjadi pada standar 802.11n dengan channel
width 20MHz pada jarak 25m yakni sebesar 7.2ms, namun
Gambar 8 menunjukan hasil pengukuran throughput pada kondisi ini masih memenuhi standar yang ditetapkan.
kondsi Non-LoS. Nilai rata-rata yang dihasilkan tidak ada
perbedaan signifkan antara standar IEEE 802.11n dan
802.11ac, pada semua channel width. Nilai rata-rata pada
video 720p adalah sebesar 1.7 Mbps sedangkan pada video
1080p sebesar 6.6 Mbps.

Penting menjadi catatan adalah pengukuran ini dilakukan


tanpa adanya background trafik lain. Sebagai contoh, merujuk
pada gambar 4, bandwidth maksimum yang dapat dicapai oleh
IEEE 802.11n pada posisi E’ adalah sebesar 19 Mbps. Apabila
dilakukan streaming layanan video, ditambah trafik
background lainnya seperti download file berukuran besar atau
browsing, maka kemungkinan besar bandwidth maksimum
yang dimiliki akan tercapai. Kondisi ini berimplikasi (a) Delay video 720p
mengganggu kualitas video streaming yang diterima.

84
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 1 Maret 2020

DINTEK
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek
E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
Page : 79-86

(a) Delay video 720p

(b) Delay video 1080p

Figure 9. Perbandingan Delay pada kondisi LoS


(b) Delay video 1080p
Pada gambar 9b memperlihatkan delay yang dihasilkan Figure 10. Perbandingan Throughput pada kondisi Non-LoS
oleh kedua standar untuk video 1080p. IEEE 802.11n dan
IEEE 802.11ac dengan channel width 20 MHz menunjukan IV. CONCLUSION
kenaikan nilai delay sejak pada posisi A. Pada posisi A nilai Menggunakan nilai RSSI sebagai indikator kuat sinyal yang
delay IEEE 802.11n sebesar 7.3ms dan 7.2ms untuk IEEE diterima, maka tidak ada perbedaan signifkan antara IEEE
802.11ac. Nilai delay terus membesar seiring peningkatan 802.11n dan IEEE 802.11ac. Berdasarkan data pengukuran
jarak dari AP. Pada posisi terjauh (E), nilai delay menjadi pada kondisi LoS, di posisi terjauh dari AP (25 m), perangkat
10.4ms dan 10.2ms, untuk masing-masing standar. 10.4ms penerima mampu menghasil RSSI sebesar -54 dBm.
menjadi nilai delay terbesar pada skenario ini, namun nilai ini Sedangkan pada kondisi Non-LoS, nilai RSSI sebesar -85
masih sangat jauh dari ambang batas yang direkomendasikan dBm. Secara umum ini menunjukan bahwa pada model
oleh ITU maupun Cisco. Gambar 10 menampilkan hasil lingkungan indoor seperti gedung perkuliahan, jarak antar AP
pengukuran delay untuk video dengan kualitas 720p dan yang cukup ideal adalah < 20 m. Ini juga bergantung pada AP
1080p. Gambar 10a menunjukan nilai delay untuk video 720p. serta antenna yang digunakan.
Pada gambar terlihat bahwa pada semua posisi pengukuran,
nilai delay yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan nilai REFERENCES
yang direkomendasikan oleh ITU-T maupun Cisco. Nilai
delay terbesar untuk video 720 adalah 12.1 ms. [1] M. Abu-Tair and S. N. Bhatti, “Introducing IEEE
Untuk video 1080p nilai rata-rata delay ditampilkan pada 802.11ac into existing WLAN deployment scenarios,”
gambar 10b. Tampak pada gambar bahwa sejak posisi A’ nilai 2015 13th International Symposium on Modeling and
delay yang dihasilkan jauh lebih besir dibanding dengan video Optimization in Mobile, Ad Hoc, and Wireless
720p. Pada posisi E’, nilai delay masing-masing standar Networks, WiOpt 2015, no. i, pp. 30–35, 2015.
menunjukan perbedaan yang tidak signifikan. Kendati
demikian gambar 10 memberi gambaran bahwa nilai delay [2] Z. Shah, A. A. Kolhe, and O. M. Mubarak, “IEEE
kedua standar masih dibawah rentang nilai delay yang 802.11ac Vs IEEE 802.11n: Throughput Comparison
direkomendasikan. in Multiple Indoor Environments,” International
Journal of Computer Science and Information
Security (IJCSIS), vol. 14, no. 4, 2016.

[3] Z. Shah, S. Rau, and A. Baig, “Throughput


comparison of IEEE 802.11ac and IEEE 802.11n in an
indoor environment with interference,” 25th
International Telecommunication Networks and
Applications Conference, ITNAC 2015, no. i, pp. 196–
201, 2015.

85
Jurnal Teknik
Vol. 13 No. 1 Maret 2020

DINTEK
www.jurnal.ummu.ac.id/dintek
E-ISSN : 2589 - 8891
Print-ISSN: 1979-3855
Page : 79-86

[4] N. S. Ravindranath, I. Singh, A. Prasad, and V. S. [14] ESnet, “iPerf - The ultimate speed test tool for TCP,
Rao, “Performance Evaluation of IEEE 802.11ac and UDP and SCTP.” [Online]. Available: https://iperf.fr.
802.11n using NS3,” Indian Journal of Science and [Accessed: 25-Sep-2018].
Technology, vol. 9, no. 26, 2016.
[15] VideoLAN, “VLC Media Player.” [Online].
[5] M. Dianu, J. Riihij, and M. Petrova, “Measurement- Available: https://www.videolan.org/vlc/index.html.
Based Study of the Performance of IEEE 802 . 11ac in [Accessed: 25-Sep-2018].
an Indoor Environment,” pp. 5771–5776, 2014.
[16] Gerald Combs, “Wireshark.” [Online]. Available:
[6] T. Y. Arif and R. F. Sari, “Performance Comparison https://www.wireshark.org. [Accessed: 25-Sep-2018].
of Video Traffic Over WLAN IEEE 802.11e and
[17] R. Wilson, “Propagation Losses Through Common
IEEE 802.11n,” The Fourth International Conference
Building Materials 2.4 GHz vs 5 GHz,” Magis
on Mobile Ubiquitous Computing, Systems, Services
Network, Inc., pp. 1–28, 2002.
and Technologies, no. c, pp. 317–323, 2010.
[18] J. Lloret and J. López, “A fast design model for indoor
[7] D. Newel, P. Davies, R. Wade, P. DeCaux, and M.
radio coverage in the 2.4 GHz wireless LAN,”
Shama, “Comparison of Theoretical and Practical
Wireless Communication, no. 1, pp. 2–6, 2004.
Performances with 802.11n and 802.11ac Wireless
Networking,” 31st International Conference on [19] MetaGeek, “Understanding RSSI.” [Online].
Advanced Information Networking and Applications Available:
Workshops (WAINA), 2017. https://www.metageek.com/training/resources/underst
anding-rssi-2.html. [Accessed: 31-Oct-2018].
[8] R. Nee, “Breaking the Gigabit-per-second barrier with
802.11AC,” IEEE Wireless Communications, vol. 18, [20] ITU-T, “G.1010: End-user multimedia QoS
no. 2, p. 2011, 2011. categories,” International Telecommunications Union,
vol. 1010, 2001.
[9] S. Zvanovec, “Wireless LAN networks design: site
survey or propagation modeling?,” Radioengineering, [21] T. Szigeti and C. Hattingh, “Quality of Service
pp. 42–49, 2003. Design Overview,” Cisco Press, 2004. [Online].
Available: http://www.ciscopress.com/articles/
[10] M. Lott and I. Forkel, “A multi-wall-and-floor model
article.asp? p=357102&seqNum=2. [Accessed:
for indoor radio propagation,” IEEE VTS 53rd
12-Sep-2018].
Vehicular Technology Conference, Spring 2001.
Proceedings (Cat. No.01CH37202), vol. 1, pp. 464–
468, 2001.

[11] Ubiquiti, “802.11AC Dual-Radio Access Points.”


[Online]. Available:
https://www.ubnt.com/downloads/datasheets/unifi/Uni
Fi_AC_APs_DS.pdf. [Accessed: 25-Sep-2018].

[12] TP-Link, “T4UH V2.” [Online]. Available:


https://www.tp-link.com/au/download/Archer-T4UH-
V2.html. [Accessed: 25-Sep-2018].

[13] MetaGeek, “inSSIDer Essential.” [Online]. Available:


https://www.metageek.com/products/inssider/.
[Accessed: 30-Oct-2018].

86

Anda mungkin juga menyukai