FARMASI SOSIAL
“KONSEP DAN PEMAHAMAN PERAN FARMASIS DALAM PENGGUNAAN OBAT
HERBAL, KOSMETIK DAN SUPLEMEN “
OLEH :
KELOMPOK III
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Dan Pemahaman Peran
Farmasis Dalam Penggunaan Obat Herbal, Kosmetik Dan Suplemen” dapat terselesaikan,
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Farmasi
Sosial di Program Studi Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan-penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan, khusunya Ibu apt. Rifa’atul
Mahmudah, S.Farm., M. Farm selaku dosen matakuliah Farmasi Sosial, hal tersebut
dibutuhkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penlis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Ibu apt. Rifa’atul Mahmudah, S.Farm., M. FarmSelaku Dosen Matakuliah Farmasi
Sosial yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Kata Pengantar............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Obat Herbal, Kosmetik dan Suplemen.......................................................................7
2.2 Perbedaan Obat Herbal, Suplemen dan Kosmetik.......................................................................7
2.3 Regulasi Obat Herbal, Kosmetika Dan Suplemen.........................................................................8
2.4 Peran Farmasi Dalam Peredaran Obat Herbal, Kosmetika dan Suplemen.................................10
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan obat tradisional secara luas oleh masyarakat disebabkan selain karena
alami, mudah didapat, serta harganya yang murah, penggunaan obat ramuan tumbuhan secara
tradisional ini tidak menghasilkan efek samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi
pada pengobatan secara kimiawi, selain itu masih banyak orang yang beranggapan bahwa
penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat sintesis.
Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan penting untuk sebagian besar wanita.
Selain untuk alasan kecantikan, kosmetik sering dikaitkan dengan profesionalitas dimana
para pekerja profesional dituntut untuk berpenampilan menarik sehingga pemakaian
kosmetik menjadi salah satu cara untuk menunjang penampilan. Kosmetik tidak hanya
peralatan untuk merias wajah.Kosmetik seperti produk perawatan tubuh atau yang biasa
disebut bodycare juga digunakan para wanita untuk merawat tubuh. Atas dasar tersebut,
banyak industri kosmetik terus berusaha memenuhi kebutuhan konsumen akan kosmetik
dengan berbagai macam inovasi produk yang disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan.
Suplemen saat ini menjadi semakin banyak dikalangan masyarakat Indonesia.Hal ini
dapat dilihat dari jumlah iklan suplemen yang silih berganti disiarkan di media cetak maupun
di media elektronik dan dilihat dari akses untuk mendapatkan suplemen juga tidak begitu
sulit. Berdasarkan laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan, menyebutkan bahwa di
tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah berkas pendaftaran suplemen makanan sebesar
32,44% bila dibanding tahun 2012. Suplemen diartikan sebagai zat aditif yang mengandung
nutrisi baik bagi tubuh.Jika vitamin bersifat organik dan berasal dari makanan atau buah-
buahan, suplemen umumnya di produksi secara mekanik.Suplemen yang diolah secara
mekanik ini (olahan pabrik) biasanya berbentuk pil, tablet, kapsul, ataupun berbentuk
cairan.Karena di produksi, suplemen umumnya mengandung lebih dari tiga macam vitamin
dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan obat herbal, kosmetik dan suplemen
B. Untuk mengetahui apa perbedaan antara obat herbal, kosmetik dan suplemen
C. Untuk mengetahui bagaiaman regulasi obat herbal, kosmetika dan suplemen
D. Untuk mengetahui bagaimana peran farmasi dalam peredaran obat herbal, kosmetika dan
suplemen
BAB II
PEMBAHASAN
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar
badan, epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar, gigi, dan rongga mulut
untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi, supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. (Ukkasah S.A dkk,2019)
2. Regulasi Kosmetika
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1175/Men.Kes/Per/VIII/2010 tentang Izin
Produksi Kosmetik yang akan membuat kosmetika harus memiliki izin produksi. Izin
produksi industri kosmetika dibedakan menjadi 2 golongan : Golongan A dapat
membuat semua jenis kosmetika Golongan B dapat membuat jenis dan sedian
kosmetika tertentu dengan menggunakan teknologi sederhana Izin berlaku 5 tahun
b. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Notifikasi
Kosmetika Kosmetika bahan atau sediaan digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
c. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.11.10689 Tahun 2011 tentang Bentuk dan Jenis Sediaan Kosmetika
Tertentu yang dapat Diproduksi oleh Industri Kosmetika yang Memiliki Izin Produksi
Golongan B
d. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.4.3870
Tahun 2003 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.42.06.10.4556
Tahun 2010 tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetika yang
Baik
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Men.Kes/Per/VIII/2010 tentang Notifikasi
Kosmetik Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan
Notifikasi Kosmetika sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34 Tahun 2013
2.4 Peran Farmasi Dalam Peredaran Obat Herbal, Kosmetika dan Suplemen
Obat Tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik
berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika, hewan atau tumbuhan yang dilindungi, dan
bahan kimia obat di dalam obat Tradisional. Oleh karena itu obat Tradisional merupakan
produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam
sehingga untuk menjamin mutu obat Tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik
dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Kosmetikmenurut
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
Hk.00.05.4.1745 tentang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
(bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, untuk
mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan memelihara tubuh pada kondisi
baik.
Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk
memperoleh Izin Edar.Menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor.72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Republik Indonesia adalah : “Sediaan
Farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperoleh Izin Edar dari
Menteri”. Dan Menteri melimpahkan pemberian Izin Edar kepada Kepala Badan.Sedangkan
Izin Edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk dapat diedarkan di Wilayah
Indonesia. Adapun Syarat Izin Edar Sediaan Farmasi, yaitu :
1. Registrasi obat produksi dalam negeri hanya dilakukan oleh industri farmasi yang
memiliki izin industri farmasi yang dikeluarkan oleh Menteri
2. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB
3. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang dikeluarkan
oleh Kepala Badan.
Untuk menerbitkan izin harus ada, Persetujuan Prinsip dan mendapatkan persetujuan
Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari BPOM dan Izin Industri Farmasi harus ada
rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Dalam Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 8 tahun 2020 tentang
Pengawasan Obat Dan Makanan Yang Diedarkan Secara Daring dimuat dalam pasal 12
sampai 15 yang berbunyi :
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
1) Pelaku Usaha dalam melakukan peredaran Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan/atau Kosmetika secara daring dapat melalui:
a. Sistem Elektronik yang dimiliki sendiri; dan/atau
b. Sistem Elektronik yang disediakan oleh PSE.
2) Pelaku Usaha dan PSE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menjamin Sistem
Elektronik yang digunakan memenuhi ketentuan:
a. Mampu menginformasikan secara benar paling sedikit mengenai:
nama dan alamat atau identitas penjual Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan/atau Kosmetika dengan jelas dan mampu telusur; dan
data dan/atau informasi yang dicantumkan pada penandaan Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan dan/atau Kosmetika sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. memiliki mekanisme pencatatan/dokumentasi distribusi produk Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika yang diedarkan secara daring
3) Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 2 dapat
berupa keterangan tertulis dan gambar produk yang menampilkan keseluruhan bagian
penandaan dan/atau informasi lain.
Pasal 15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat herbal atau herbal medicine didefinisikan sebagai bahan baku atau sediaan
yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang bermanfaat bagi
kesehatan manusia. Suplemen kesehatan merupakan produk yang dimaksudkan untuk
melengkapi kebutuhan zat gizi makanan atau memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai
nilai gizi dan atau efek fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin,
mineral, asam amino atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan
tumbuhan. Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian
luar badan, epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar, gigi, dan rongga
mulut untuk membersihkan. Regulasi obat herbal, kosmetika dan suplemen berada pada UU
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Badan POM No. 32 tahun 2019, dan
PERMENKES tahun 2010. Di Badan POM, apoteker sangat berperan dalam mengevaluasi
sediaan farmasi seperti produk Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan juga
sediaan diluar itu seperti kosmetik dan pangan. Sedangkan pada pengawasan post market
apoteker berperan dalam melakukan audit komprehensif dari Hulu-Hilir secara rutin dan
insidentil, Pengujian sampel, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Monitoring Efek
Samping Obat Tradisional (MESOT).
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan 2019, Peraturan Badan pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang Persyaratan Mutu Suplemen
Kesehatan, BPOM, Jakarta.
Ukkasah S.A., Moch. A., dan Johan’s K.P., 2019, Pertanggungjawaban Hukum Terhadap Pelaku
Usaha Kosmetik Yang Tidak Memiliki Izin Edar, Jurnal Lex Suprema, Vol.1(2) : ISSN:
2656-6141