Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

FARMASI SOSIAL
“KONSEP DAN PEMAHAMAN PERAN FARMASIS DALAM PENGGUNAAN OBAT
HERBAL, KOSMETIK DAN SUPLEMEN “

OLEH :
KELOMPOK III

WILSAN MAYANG SARI 01A117195 OLIVIA DICHA PUTRI O1A1


FIRDHAYANTI TAMAR O1A118003 FITRI RAHMADANI SAPUT
ASMIAH HUSMIN O1A118019 NUR JANNA KURNIAWATI
SARTIKA DEWI O1A118022 DELVI AMELIA MALADJAI
FRILIA ATIKAH O1A118055 ADI AKBAR IZULHAQ O1A1
NURMANILA 01A118061 SRI WAHYUNI O1A118227
ALFIANDRI PRASETYO O1A118114 NUR AMALIYAH O1A118229
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
WA ODE JULIYATI O1A118118 PUJA O1A118234
SINDRI LENIZAH HANAFI 01A118148
FAKULTAS FARMASI DITA RAHMADANI O1A118
INDRA SARI O1A118178
UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warhmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Dan Pemahaman Peran
Farmasis Dalam Penggunaan Obat Herbal, Kosmetik Dan Suplemen” dapat terselesaikan,
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Farmasi
Sosial di Program Studi Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan-penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan, khusunya Ibu apt. Rifa’atul
Mahmudah, S.Farm., M. Farm selaku dosen matakuliah Farmasi Sosial, hal tersebut
dibutuhkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penlis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Ibu apt. Rifa’atul Mahmudah, S.Farm., M. FarmSelaku  Dosen Matakuliah Farmasi
Sosial yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Kendari, 02 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Kata Pengantar............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Obat Herbal, Kosmetik dan Suplemen.......................................................................7
2.2 Perbedaan Obat Herbal, Suplemen dan Kosmetik.......................................................................7
2.3 Regulasi Obat Herbal, Kosmetika Dan Suplemen.........................................................................8
2.4 Peran Farmasi Dalam Peredaran Obat Herbal, Kosmetika dan Suplemen.................................10
BAB III........................................................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar


Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan
produk dan pelayanan produk untuk kesehatan.Dalam sejarahnya, pendidikan tinggi farmasi
di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai penanggung jawab apotek,
dengan pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian maka apoteker atau dikenal pula dengan
sebutan farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan yang makin luas. Apotek, rumah
sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, laboratorium pengujian
mutu, laboratorium klinis, laboratorium forensik, berbagai jenis industri meliputi industri
obat, kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutraseutikal, health food, obat
veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta badan asuransi kesehatan adalah
tempat-tempat untuk farmasis melaksanakan pengabdian profesi kefarmasian.

Pelayanan obat kepada penderita melalui berbagai tahapan pekerjaan meliputi


diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan dan penyerahan obat kepada penderita yang
menunjukkan suatu interaksi antara dokter, farmasis, penderita sendiri dan khusus di rumah
sakit melibatkan perawat.Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi
sangat penting terutama informasi dari farmasis, baik untuk dokter, perawat dan penderita.

Penggunaan obat tradisional secara luas oleh masyarakat disebabkan selain karena
alami, mudah didapat, serta harganya yang murah, penggunaan obat ramuan tumbuhan secara
tradisional ini tidak menghasilkan efek samping yang ditimbulkan seperti yang sering terjadi
pada pengobatan secara kimiawi, selain itu masih banyak orang yang beranggapan bahwa
penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat sintesis.

Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan penting untuk sebagian besar wanita.
Selain untuk alasan kecantikan, kosmetik sering dikaitkan dengan profesionalitas dimana
para pekerja profesional dituntut untuk berpenampilan menarik sehingga pemakaian
kosmetik menjadi salah satu cara untuk menunjang penampilan. Kosmetik tidak hanya
peralatan untuk merias wajah.Kosmetik seperti produk perawatan tubuh atau yang biasa
disebut bodycare juga digunakan para wanita untuk merawat tubuh. Atas dasar tersebut,
banyak industri kosmetik terus berusaha memenuhi kebutuhan konsumen akan kosmetik
dengan berbagai macam inovasi produk yang disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan.
Suplemen saat ini menjadi semakin banyak dikalangan masyarakat Indonesia.Hal ini
dapat dilihat dari jumlah iklan suplemen yang silih berganti disiarkan di media cetak maupun
di media elektronik dan dilihat dari akses untuk mendapatkan suplemen juga tidak begitu
sulit. Berdasarkan laporan Badan Pengawas Obat dan Makanan, menyebutkan bahwa di
tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah berkas pendaftaran suplemen makanan sebesar
32,44% bila dibanding tahun 2012. Suplemen diartikan sebagai zat aditif yang mengandung
nutrisi baik bagi tubuh.Jika vitamin bersifat organik dan berasal dari makanan atau buah-
buahan, suplemen umumnya di produksi secara mekanik.Suplemen yang diolah secara
mekanik ini (olahan pabrik) biasanya berbentuk pil, tablet, kapsul, ataupun berbentuk
cairan.Karena di produksi, suplemen umumnya mengandung lebih dari tiga macam vitamin
dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa yang dimaksud dengan obat herbal, kosmetik dan suplemen ?
B. Apa perbedaan antara obat herbal, kosmetik dan suplemen ?
C. Bagaiaman regulasi obat herbal, kosmetika dan suplemen ?
D. Bagaimana peran farmasi dalam peredaran obat herbal, kosmetika dan suplemen ?

1.3 Tujuan
A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan obat herbal, kosmetik dan suplemen
B. Untuk mengetahui apa perbedaan antara obat herbal, kosmetik dan suplemen
C. Untuk mengetahui bagaiaman regulasi obat herbal, kosmetika dan suplemen
D. Untuk mengetahui bagaimana peran farmasi dalam peredaran obat herbal, kosmetika dan
suplemen
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obat Herbal, Kosmetik dan Suplemen


Obat herbal atau herbal medicine didefinisikan sebagai bahan baku atau sediaan yang
berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang bermanfaat bagi
kesehatan manusia; komposisinya dapat berupa bahan mentah atau bahan yang telah
mengalami proses lebih lanjut yang berasal dari satu jenis tumbuhan atau lebih.(Hidayat
M.A,2006).

Suplemen kesehatan merupakan produk yang dimaksudkan untuk melengkapi


kebutuhan zat gizi makanan atau memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai nilai gizi dan
atau efek fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino
atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan tumbuhan. (BPOM, 2019).

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar
badan, epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar, gigi, dan rongga mulut
untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi, supaya
tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk
mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. (Ukkasah S.A dkk,2019)

2.2 Perbedaan Obat Herbal, Suplemen dan Kosmetik


Perbedaan obat herbal dan suplemen kesehatan dapat ditinjau dari pengertian, jenis
produk, dan nomor registrasi. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009, obat tradisional
merupakan bahan atau ramuan bahan yang terbuat dari tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan, serta dapat diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Sedangkan suplemen kesehatan menurut BPOM No.30 Tahun 2017,
merupakan produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan gizi, melengkapi,
meningkatkan, dan/atau memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai nilai gizi dan/atau efek
fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, dan/atau
bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan tumbuhan.Sedangkan Kosmetik
adalah produk yang ditujukan untuk kecantikan, meningkatkan daya tarik dan mengubah
penampilan, sementaraobat dan suplemen ditujukan untuk mengurangi, meningkatkan,
merawat dan mencegah penyakit dengan mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh manusia.

2.3 Regulasi Obat Herbal, Kosmetika Dan Suplemen


1. Regulasi Obat Herbal
a. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. PERMENKES No. 007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional
c. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK. 00.05.41.1384
tahun 2005 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat
Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka
d. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.4.2411
tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan Dan Penandaan Obat Bahan
Alam Indonesia
e. Peraturan Badan POM No. 32 tahun 2019 tentang Persyaratan Mutu Keamanan dan
Mutu Obat Tradisional
f. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2017 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak
g. Peraturan BPOM No. 26 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik sektor Obat dan Makanan
h. Peraturan BPOM No. 27 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Publik di Lingkungan
BPOM

2. Regulasi Kosmetika
a. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1175/Men.Kes/Per/VIII/2010 tentang Izin
Produksi Kosmetik  yang akan membuat kosmetika harus memiliki izin produksi. Izin
produksi industri kosmetika dibedakan menjadi 2 golongan : Golongan A dapat
membuat semua jenis kosmetika Golongan B dapat membuat jenis dan sedian
kosmetika tertentu dengan menggunakan teknologi sederhana Izin berlaku 5 tahun
b. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Notifikasi
Kosmetika Kosmetika bahan atau sediaan digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik
c. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.11.10689 Tahun 2011 tentang Bentuk dan Jenis Sediaan Kosmetika
Tertentu yang dapat Diproduksi oleh Industri Kosmetika yang Memiliki Izin Produksi
Golongan B
d. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.4.3870
Tahun 2003 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik
e. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.42.06.10.4556
Tahun 2010 tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetika yang
Baik
f. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Men.Kes/Per/VIII/2010 tentang Notifikasi
Kosmetik Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan
Notifikasi Kosmetika sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34 Tahun 2013

3. Regulasi suplemen kesehatan


a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi
Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
b. Peraturan Kepala BPOM Nomor 9 Tahun 2016 tentang Acuan Label Gizi
c. Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi
Suplemen Kesehatan.
d. Peraturan BPOM Nomor 17 Tahun 2019 tentang Persyaratan Mutu Suplemen
Kesehatan.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi
Yang dianjurkan bagi bangsa Indonesian
f. Peraturan Kepala BPOM Nomor 9 Tahun 2016 tentang Acuan Label Gizi
g. Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2020 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi
Suplemen Kesehatan.

2.4 Peran Farmasi Dalam Peredaran Obat Herbal, Kosmetika dan Suplemen
Obat Tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik
berkhasiat obat, narkotika atau psikotropika, hewan atau tumbuhan yang dilindungi, dan
bahan kimia obat di dalam obat Tradisional. Oleh karena itu obat Tradisional merupakan
produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam
sehingga untuk menjamin mutu obat Tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik
dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Kosmetikmenurut
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
Hk.00.05.4.1745 tentang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk
digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
(bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, untuk
mengubah penampilan, dan atau memperbaiki bau badan memelihara tubuh pada kondisi
baik.

Di Badan POM, apoteker sangat berperan dalam mengevaluasi sediaan farmasi


seperti  produk Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan juga sediaan diluar itu
seperti kosmetik dan pangan. Sedangkan pada pengawasan post market apoteker berperan
dalam melakukan audit komprehensif dari Hulu-Hilir secara rutin dan insidentil, Pengujian
sampel, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Monitoring Efek Samping Obat
Tradisional (MESOT). 

Syarat Izin Edar Sediaan Farmasi

Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk
memperoleh Izin Edar.Menurut Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor.72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Republik Indonesia adalah : “Sediaan
Farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah memperoleh Izin Edar dari
Menteri”. Dan Menteri melimpahkan pemberian Izin Edar kepada Kepala Badan.Sedangkan
Izin Edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat untuk dapat diedarkan di Wilayah
Indonesia. Adapun Syarat Izin Edar Sediaan Farmasi, yaitu :

1. Registrasi obat produksi dalam negeri hanya dilakukan oleh industri farmasi yang
memiliki izin industri farmasi yang dikeluarkan oleh Menteri
2. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB
3. Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang dikeluarkan
oleh Kepala Badan.

Badan Yang Berwenang Memberikan Izin Edar Sediaan Farmasi


Izin Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan
yang diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :1799/MENKES/PER/XII/2010
tentang Izin Industri Farmasi yang untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan
obat. Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip.Persetujuan
prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun, dan setelah melaksanakan tahap persetujuan prinsip
dapat mengajukan permohonan izin industri farmasi.Izin Industri Farmasi berlaku seterusnya
selama industri Farmasi yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang- undangan.

Untuk menerbitkan izin harus ada, Persetujuan Prinsip dan mendapatkan persetujuan
Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari BPOM dan Izin Industri Farmasi harus ada
rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Peredaran Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Dan/Atau Kosmetika Secara


Daring

Dalam Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 8 tahun 2020 tentang
Pengawasan Obat Dan Makanan Yang Diedarkan Secara Daring dimuat dalam pasal 12
sampai 15 yang berbunyi :

Pasal 12

Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika yang diedarkan wajib


memiliki izin edar serta memenuhi cara pembuatan yang baik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 13

1) Pelaku Usaha dapat mengedarkan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan/atau


Kosmetika secara daring.
2) Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menjamin Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika yang diedarkan secara daring memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 14
1) Pelaku Usaha dalam melakukan peredaran Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan/atau Kosmetika secara daring dapat melalui:
a. Sistem Elektronik yang dimiliki sendiri; dan/atau
b. Sistem Elektronik yang disediakan oleh PSE.
2) Pelaku Usaha dan PSE sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menjamin Sistem
Elektronik yang digunakan memenuhi ketentuan:
a. Mampu menginformasikan secara benar paling sedikit mengenai:
 nama dan alamat atau identitas penjual Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan/atau Kosmetika dengan jelas dan mampu telusur; dan
 data dan/atau informasi yang dicantumkan pada penandaan Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan dan/atau Kosmetika sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. memiliki mekanisme pencatatan/dokumentasi distribusi produk Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika yang diedarkan secara daring
3) Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 2 dapat
berupa keterangan tertulis dan gambar produk yang menampilkan keseluruhan bagian
penandaan dan/atau informasi lain.

Pasal 15

1) Penyerahan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika yang diedarkan


secara daring dapat dilaksanakan secara langsung atau dikirim kepada pembeli atau
konsumen.
2) Pengiriman Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara mandiri oleh Pelaku Usaha atau
bekerja sama dengan Pihak Ketiga yang berbentuk badan hukum.
3) Pelaku Usaha dan/atau Pihak Ketiga dalam melaksanakan pengiriman Obat Tradisional,
Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib:
a. menjamin kondisi kemasan produk Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan/atau
Kosmetika selama pengiriman hingga sampai pada penerima utuh dan tidak rusak;
b. mengirimkan produk Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika
dalam wadah tertutup;
c. memastikan produk Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan/atau Kosmetika yang
dikirim sampai pada tujuan; dan
d. mendokumentasikan serah terima produk Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,
dan/atau Kosmetika termasuk dari Pihak Ketiga kepada pembeli atau konsumen.

Akibat kemajuan teknologi transportasi mengakibatkan produk-produk tersebut


dalam waktu yang singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi
yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat.Konsumsi masyarakat
terhadap produk obat tradisional, kosmetika dan suplemen yang cenderung terus meningkat,
sementara pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan
menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Pada sisi lain, iklan dan promosi secara
gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi produk obat tradisonal, kosmetika dan
suplemen. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko pada kesehatan dan keselamatan
konsumen. Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan
berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara
amat cepat. Sehingga diperlukan peran farmasi untuk dapat memberikan informasi yang tepat
terkait dengan penggunaan, efek samping dan interaksi yang mungkin muncul akibat dari
penggunaan obat tradisional, kosmetika maupun suplemen.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat herbal atau herbal medicine didefinisikan sebagai bahan baku atau sediaan
yang berasal dari tumbuhan yang memiliki efek terapi atau efek lain yang bermanfaat bagi
kesehatan manusia. Suplemen kesehatan merupakan produk yang dimaksudkan untuk
melengkapi kebutuhan zat gizi makanan atau memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai
nilai gizi dan atau efek fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin,
mineral, asam amino atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi dengan
tumbuhan. Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian
luar badan, epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar, gigi, dan rongga
mulut untuk membersihkan. Regulasi obat herbal, kosmetika dan suplemen berada pada UU
No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Badan POM No. 32 tahun 2019, dan
PERMENKES tahun 2010. Di Badan POM, apoteker sangat berperan dalam mengevaluasi
sediaan farmasi seperti  produk Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan juga
sediaan diluar itu seperti kosmetik dan pangan. Sedangkan pada pengawasan post market
apoteker berperan dalam melakukan audit komprehensif dari Hulu-Hilir secara rutin dan
insidentil, Pengujian sampel, Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Monitoring Efek
Samping Obat Tradisional (MESOT).

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan 2019, Peraturan Badan pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang Persyaratan Mutu Suplemen
Kesehatan, BPOM, Jakarta.

Hidayat M.A.,2006, Obat Herbal (Herbal Medicine), Pengembangan Pendidikan, Vol.3(1).

Ukkasah S.A., Moch. A., dan Johan’s K.P., 2019, Pertanggungjawaban Hukum Terhadap Pelaku
Usaha Kosmetik Yang Tidak Memiliki Izin Edar, Jurnal Lex Suprema, Vol.1(2) : ISSN:
2656-6141

Anda mungkin juga menyukai