Anda di halaman 1dari 18

Nama : Erni Andayani

NIM : 4.11.19.0.17
Kelas : PPG 3A
Mata Kuliah : Konstruksi Beton 3
Dosen Pengampu : Ir. Supriyadi, M.T.

Tugas Rangkuman
N. Krishna Raju, Beton Prategang, Edisi Kedua, Erlangga, 1989 (edisi bebas). BAB-2

BAB 2
Material untuk Beton Prategang
2.1 Beton Berkekuatan Tinggi
2.1.1 Campuran Beton Berkekuatan Tinggi
Beton prategang memerlukan beton yang memilik kekuatan tekan lebih tinggi daripada
usia beton yang lebih muda, dengan kekuatan Tarik yang lebih tinggi dengan beton biasa.
Susut yang rendah, karakteristik rangkak minimum dan nilai modulus young tinggi pada
umumnya dianggap perlu untuk beton prategang. Sifat kekuatan beton prategang yang
diharapkan meliputi: daya tahan, impermeabilitas, dan daya tahan abrasi. Dengan
menggunakan Teknik vibrasi yang ditemukan pada tahun 1930, memungkinkan untuk
menghasilkan beton berkekuatan tinggi dengan kuat tekan kubus >28 hari di antara 30-70
N/mm². Selanjutnya perkembangan terakhir dalam bidang desain campuran beton mampu
menghasilkan beton umur >28 hari dengan kuat tekan kubus anatara 70-100 N/mm².
Penelitian metode eksperimental oleh Erntroy dan Shaclock menunjukkan bahwa dalam
campuran beton berkekuatan tinggi, kemudahan pelaksanaan kerja, tipe dan ukuran
maksimum agregat, serta syarat kekuatan mempengaruhi pemilihan terhadap FAS. Dan
penggunaan agregat batu pecah dengan permukaan tajam menghasilkan beton yang lebih
kuat.
Campuran beton berkekuatan tinggi dapat didesain dengan menggunakan salah satu
metode-metode yang telah ditentukan berikut ini:
1. Metode empiris Erntroy dan Shaclock,
2. Prosedur desain campuran American Concrete Institute untuk beton tanpa slump,
3. Grafik desain campuran Murdock berdasarkan indeks permukaan dan ketajaman
agregat, dan
4. Prosedur Road Note No.4
Peraturan standar India menentukan bahwa hanya beton yang terkontrol saja yang harus
dipakai untuk konstruksi beton prategang. Keperluan yang pasti akan persyaratan yang
berkenan dengan kriteria penerimaan untuk beton berbeda-beda antara peraturan yang
satu dengan yang lainnya. Peraturan British CP: 110-1972 menetapkan bahwa tidak lebih
dari 5 % dari hasil percobaan berada dibawah kekuatan kubus karakteristik 28 hari.
Persyaratan yang bersesuaian menurut standar American Concrete Institute ACI 214-65
ialah bahwa tidak lebih dari 10 %hasil-hasil percobaan akan di bawah kekuatan
rancangan yang ditentukan.
2.1.2 Persyaratan Kekuatan
Kekuatan tekan kubus 28 hari minimum yang ditentukan di dalam peraturan I.S adalah
40 N/mm² untuk batang pratarik, dan 30 N/mm² untuk batang pascatarik. Perbandingan
standar kekuatan silinder terhadap kekuatan kubus dianggap sebesar 0,8 bila tidak
tersedia data percobaan yang relevan. Suatu kadar semen minimum sebesar 300 – 600
kg/m³ telah ditetapkan terutama untuk memenuhi persyaratan daya tahan. Pada campuran
beton berkekuatan tinggi, kadar air harus serendah mungkin dengan memperhatikan
workability yang cukup serta beton tersebut harus cocok untuk pemadatan dengan
perlengkapan yang tersedia di lapangan. Untuk mengamankan terhadap susut yang
berlebihan, peraturan B.S. menetapkan bahwa kadar semen dalam campuran beton
sebaiknya tidak melebihi 530 kg/m³. Kekuatan kubus yang ditenukan sebesar 40 N/mm ²
yang diperlukan untuk batang prategang dapat dengan mudah dicapai bahkan pada usia 7
hari .

2.1.3 Tegangan - Tegangan yang Diperkenankan pada Beton


Tegangan-tegangan tekan dan Tarik yang diperkenankan pada beton pada tahap beban
transfer dan beban layan dinyatakan dalam kekuatan tekan beton yang sesuai pada
masing-masing tahapan. Ketentuan tesebut dibuat dalam peraturan standar India, Inggis
dan Amerika dengan memperhatikan tegangan-tegangan izin maksimum. (Tabel 2.1)
Dalam peraturan I.S. suatu koefisien reduksi yang lebih besar dipakai apabila kekuatan
kubusnya merupakan minimum yang di[erkenankan sebesar 35 N/mm². Koefisien
tersebut berkurang secara linier sampai suatu nilai sebesar 0,43 untuk beton dengan
kekuatan kubus 55 N/mm ² untuk pekerjaan pascatarik.
Sebagai perbandingan, peraturan-peraturan Inggris dan Amerika menentukkan
koefisien reduksi yang seragam untuk kekuatan tekan pada transfer serta beban rencana.
Untuk menjelaskan pentingnya tegangan dalam kasus pembebanan aksial, koefisisen
reduksi tersebut dikurangi lagi pada peraturan Inggris untuk beton prategang secara
aksial. Tegangan tarik yang diperkenankan pada tahap transfer dan beban kerja berkaitan
dengan kekuatan tekan beton dalam peraturan-peraturan Inggris dan Amerika. Di lain
pihak, peraturan I.S. menentukan tegangan-tegangan tarik pada batang tipe kelas 2 dan 3
pada keadaann batas kemampuannya.

Tabel 2.1 Tegangan Maksimum yang Diperkenankan pada Beton


I.S. 1343-1980 ACI : 318-71 CP 110:72
1 2
3 4 5
Tegangan Bervariasi secara linear dari 0,54 - 0,37 0,6 kali kekuatan silinder 0,5 f ci untuk lenturan
Tekan f ci untuk pekerjaan pascatarik dan dari pada saat transfer.
0,4 f ci untuk beban
0,51-0,44 f ci untuk pekerjaan pratarik aksial
tergantung pada kekuatan beton.
Pada Tegangan kekuatan silinder Struktur kelas 1.1
saat
transfer
Tarik

3
pada saat transfer
N/mm ²
Struktur kela 2 dan 3
Pratarik:
1
0,45 ( f cu ¿ N/mm²
2
Pascatarik:
1
0,36 ( f cu ¿ N/mm²
2
Pada Tegangan Bervariasi secara linear dari 0,4 – 0,35 0,45 kali kekuatan tekan 0,33 f cu pada lenturan
beban Tekan f cu tergantung pada kekuatan beton silinder yang ditentukan yang boleh dinaikkan
rencana
sampai 0,4 f cu dalam
wilayah moment
tu,puan pada struktur
statis tak tentu
0,25 f cu pada tekanan
langsung
0,5 f cu pada beton
pratekan konstruksi
komposit
Pada Tegangan Struktur tipe 1 – tidak ada
beton Tarik Struktur tipe 2 – Tegangan tarik
rencana hipotesis bervariasi dari 3,2 N/mm².
Tegangan-tegangan ini dapat dinaikkan
sampai dengan 1,7 N/mm² dalam kasus
tertentu.
Struktur kelas 3 – tegangan tarik
hipotetis sampai dengan 0,25 f cu
diperkenankan tergantung pada suatu
beton dan lebar retak. (Tabel 11.5)

2.1.4 Susut Beton


Susut beton pada batang prategang disebabkan oleh kehilangan kelembaban secara
bertahap yang mengakibatkan perubahan volume. Susut pengeringan tergantung pada tipe
dan kuantitas agregat, kelembaban relative, FAS, dan waktu pemaparan. Campuran
gemuk menunjukkan susut yang besar daripada campuran kurus oleh karena kontraksi gel
semen bertambah bila kadar semennya bertambah.
Dalam keadaan normal, penyusutan dan penyusutan anggota struktural akan besar
Banyak tergantung pada rasio luas permukaan terhadap volume batang, karena
Pertukaran kelembaban antara beton dan udara harus terjadi melalui permukaan. Total
Jenis batuan dengan modulus elastisitas tinggi dan perbedaan regangan yang besar
Rendah ditemukan lebih efektif menghambat penyusutan pasta semen dan
penggunaannya Akan menghasilkan susut beton yang lebih rendah. Umumnya
digunakan untuk mengurangi susut, dalam rangka meningkatkan efektivitas, batupasir,
basal, kerikil, Granit, kuarsa dan batu kapur.
Perwujudan susut tergantung pada waktu, hanya regangan susut total yang diharapkan
atau yang tersisa yang ditinjau dalam perhitungan kehilangan prategang untuk dipakai
dalam desain.
Nilai-nilai regangan susut sisa total yang dianjurkan dalam peraturan I.S. untuk
keperluan desain adalah 3,0 x 10−4 untuk batang pratarik dan (2,0 x 10−4 )/log (t + 2)
untuk batang pascatarik, di mana t adalah umur beton pada saat transfer dalam han. Nilai
susut yang lebih tinggi dianjurkan untuk batang dengan baja pratarik daripada untuk
batang dengan baja pascatarik, karena dalam kasus yang pertama, susut total harus
ditinjau tetapi dalam kasus yang belakangan hanya susut sesudah transfer yang perlu
diperhitungkan. Bila dipakai agregat ringan, nilai susut harus ditambah dengan sekitar 50
%.

2.1.5 Rangkak Beton


Regangan tak elastis yang progresif pada suatu batang beton yang disebabkan oleh
rangkak agaknya terjadi di bawah tegangan terus-menerus yang paling kecil pada suhu
sekitarnya. Susut serta rangkak beton pada dasarnya sama asalnya, sebagian besar adalah
akibat perpindahan temp at air di dalam lobang-lobang kapiler pasta semen. Untuk
keperluan desain, adalah mudah untuk membedakan antara deformasi yang disebabkan
oleh tegangan yang diterapkan dari luar, yang umumnya disebut rangkak, dan deformasi
yang terjadi tanpa tegangan yang diterapkan dari luar, yang dinyatakan sebagai susut.
Oleh karena bertambahnya regangan di bawah suatu tegangan yang terus-menerus adalah
beberapa kali besamya regangan pada pembebanan, rnaka. regangan merupakan hal
penting dalam batang struktur prategang.
Kegagalan usaha-usaha awal dalam prategang sebagian besar disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan mengenai rangkak beton yang dapat dianggap sebagai sumber
utama dari kehilangan kalau pratekan pada beton adalah tinggi. Berbagai faktor yang
mempengaruhi rangkak beton adalah kelembaban relatif, tingkat tegangan, kekuatan
beton, umur beton pada pembebanan, lamanya tegangan, perbandingan air/semen, dan
tipe semen serta agregat pada beton. Untuk tegangan sampai dengan kira-kira setengah
kekuatan hancur beton, rangkak berbanding lurus dengan tegangan, akan tetapi di atas
nilai ini, rangkak bertambah lebih cepat. Rangkak beton terus berlangsung untuk waktu
yang sangat lama, yang cenderung mencapai suatu nilai batas setelah suatu waktu yang
tak terhingga di bawah beban, meskipun kecepatan rangkaknya makin lama makin
berkurang. Telah diperkirakan bahwa hampir 55 persen dari rangkak selarna 20 tahun
terjadi dalam tiga bulan dan 76 persen dari rangkak selama 20 tahun terjadi dalam satu
tahun.!' Kalau rangkak setelah satu tahun akibat beban dianggap sebesar satu, maka nilai
rangkak rata-rata pada usia selanjutnya adalah 1,26 setelah 10 tahun dan 1,36 setelah 30
tahun.
Kehilangan prategang akibat rangkak beton dapat diperkirakan dengan menggunakan
metode koefisien rangkak sebagaimana disarankan dalam Peraturan Standar India I.S:
1343-80. Nilai koefisien rangkak yang merupakan rasio regangan rangkak ultimit
terhadap regangan elastis adalah pada pernbebanan 7 hari, 1,6 pada 28 hari, dan 1,1 bila
usia pada pembebanan adalah 1 tahun.

2.1.6 Karakteristik Deformasi dari Beton


Karakteristik tegangan-regangan yang lengkap dari beton dalam keadaan tertekan
adalah
tidak linear. Tetapi untuk beban yang tidak melebihi 30 persen dari kekuatan pecah,
perilaku deformasi beban dapat dianggap linear. Karakteristik deformasi dari beton di
bawah beban jangka pendek dan beban tetap diperlukan untuk menentukan kekuatan
lentur
dari balok serta untuk mengevaluasi modulus elastisitas yang diperlukan untuk
perhitungan
lendutan batang prategang.
Modulus elastisitas statis jangka pendek yang ditentukan dalam hampir semua aturan
bersesuaian dengan modulus tekan yang ditentukan dari suatu hubungan tegangan-
regangan eksperimental yang ditunjukkan dengan contoh-contoh standar di bawah beban
sebesar sepertiga kekuatan tekan kubus beton. Modulus elastisitas beton bertambah sesuai
dengan kekuatan tekan rata-rata beton, tetapi dengan laju (rata) yang menurun. Beberapa
rumus empiris telah dianjurkan dalam berbagai peraturan masing-masing negara untuk
perhitungan modulus elastisitas (modulus Young) beton yang selalu dinyatakan sebagai
fungsi dari kekuatan tekan beton.
1. Menurut peraturan Standar India (I.S code)
Ec = 5700 ( f cu ¿N/mm²
2. Menurut ketentuan Komite Beton Eropa (C.E.B)
Ec = 6000 ( f cu ¿N/mm²
3. The American Concrete Institue (ACI 318-71) menganjurkan rumus tipe:
Ec = 4800 ( f cu ¿N/mm²
4. Peraturan Inggris untuk beton structural menentukan nilai-nilai modulus elastisitas
beton yang berhubungan dengan kekuatan kubus. (Tabel 2.2)

Tabel 2.2 Nilai-Nilai Modulus Elastisitas


Kekuatan kubus pada usia atau tahap Modulud elastisitas kN/mm²
yang tepat yang ditinjau N/mm²
20 25
25 26
30 28
40 31
50 34
60 36

5. Tentukan nilai rata-rata untuk modulus elastisitas dan rasio Poisson beton seperti
yang ditentukan oleh spesifikasi Jerman DIN-4227 yang diberikan dalam Tabel 2.3.
Kualitas Beton M-22,5 M-30 M-45 M-60 N/ mm²
Modulus
74 30 35 40 kN/mm²
elastisitas Ee
Rassio Poisson 0,15-0,18 0,17-0,20 0,20-0,25 0,25-0,30

2.1.7 Desain Campuran Beton Berkekuatan Tinggi


Sifat-sifat campuran beton berkekuatan tinggi dengan kekuatan tekan di atas 40 N/mm2
banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat agregatnya di samping pengaruh perbandingan air/
semen. Untuk mencapai kekuatan yang tinggi, perlu digunakan perbandingan air/semen
yang serendah mungkin yang selalu berpengaruh terhadap mudahnya pengerjaan
carnpuran yang bersangkutan dan diperlukan pemakaian teknik vibrasi khusus untuk
pemadatan yang baik. Dalam "seni" pelaksanaan sekarang ini, beton yang mempunyai
kekuatan tekan yang diinginkan setelah 28 had sebesar sampai dengan 70 N/mm2 dapat
dibuat dengan memberikan perbandingan campuran bahan-bahannya yang tepat dengan
memakai teknik vibrasi normal untuk pemadatannya. Berbagai metode desain campuran
beton berkekuatan
tinggi telah diuraikan dalam Bagian 2.1.1. Metode Erntroy dan Shacklock dirinci di
bawah
ini beserta contoh-contoh desain.
2.1.8 Grafik – Grafik Empiris daro Erntroy dan Shacklock
Erntroy dan Shacklock telah mengusulkan grafik-grafik empiris yang menghubungkan
kekuatan tekan dengan suatu "angka referensi" untuk beton yang dibuat dengan agregat
kasar, granit pecah, dan kerikil tak beraturan. Grafik-grafik ini ditunjukkan dalarn
Gambar 2.1 dan 2.2 untuk campuran dengan semen portland biasa dan dalam Gambar 2.3
dan 2.4 untuk campuran dengan semen portland yang cepat mengeras. Hubungan antar
perbandingan air/semen dan angka referensi untuk ukuran agregat maksimum 20 mm dan
10 mm ditunjukkan dalam Gambar 2.5 di mana ditinjau empat tingkat kemudahan
pengerjaan yang berlainan. Batas-batas tingkat kemudahan pengerjaan tersebut bervariasi
dari "sangat rendah sekali" sampai “tinggi” yang bersesuaian dengan nilai-nilai faktor
pemadatan
yang
besarnya
berturut-
turut
adalah 0,65
dan 0,95.
Hubungan
antara

perbandingan-perbandingan agregat/semen dan air/semen untuk mencapai kemudahan


pengerjaan yang diinginkan dengan suatu tipe serta ukuran agregat maksirnum yang
ditentukan telah disusun dalam Tabel 2.4 dan 2.5 untuk dua tipe semen yang berlainan.
Keterbatasan tabel-tabel desain ini adalah bahwa tabel-tabel tersebut diperoleh dengan
menggunakan agregat yang mengandung 30 persen material yang lolos saringan I.S. 4,75
mm dan kalau dipakai gradasi yang lain, maka hams dilakukan penyesuaian yang tepat.
Agregat yang tersedia di lapangan mungkin hams dikombinasikan yang tepat dengan
metode grafis untuk memenuhi persyaratan di atas. Ditinjau dari luasnya variasi dalam
sifat-sifat agregat, pada umumnya disarankan agar membuat campuran-campuran
percobaan terlebih dahu1u dan penyesuaian-penyesuaian yang tepat dalam gradasi serta
perbandingan campuran yang berpengaruh 7untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Gambar 2.1 Hubungan antara Kekuatan Tekan dan Angka Referensi (Entroy dan
Shacklock)

Prosedur Desain Campuran


1. Kekuatan rencana rata-rata diperoleh dengan memakai faktor-faktor kontrol yang tepat
pada kekuatan minimum yang ditentukan.
2. Untuk pemakaian tipe semen dan agregat yang telah ditentukan, angka referensi yang
sesuai dengan kekuatan rencana pada umur tertentu diinterpolasikan dari Gambar 2.1 -
2.4
Gambar 2.2 Hubungan antara Kekuatan Tekan dan Angka Referensi (Entroy dan
Shacklock)

Gambar 2.3 Hubungan antara Kekuatan Tekan dan Angka Referensi (Entroy dan
Shacklock)
Gambar 2.4 Hubungan antara Kekuatan Tekan dan Angka Referensi (Entroy dan
Shacklock)
3. Perbandingan air/semen untuk mencapai tingkat kemudahan pengerjaan yang diinginkan
dan sesuai dengan angka referensi diperoleh dari Gambar 2.5 untuk agregat dengan ukuran
maksimum 20 mm dan 10 mm.
4. Perbandingan agregat / semen untuk memberikan tingkat kemudahan pengerjaan yang
diinginkan dengan perbandingan air / semen yang diketahui diperoleh dari Tabel 2.4 dan 2.5.
5. Dengan mengetahui perbandingan air / semen dan agregat / semen serta berat jenis bahan
-bahan campuran, kadar semen dapat diperoleh dengan metode volume mutlak.
6. Banyaknya taka ran (batch) dihitung setelah penyesuaian kadar kelembaban pada agregat
2.2 Baja Bermutu Tinggi
2.2.1 Jenis-Jenis Baja Bermutu Tinggi
Untuk batang beton prategang, baja berkekuatan tinggi yang dipakai pada umumnya
terdiri dari kawat, batang baja , atau untaian kawat baja (strand). Baja dengan kandungan
karbontinggi digulung dalam keadaan panas menjadi batang-batang dan ditarik dalam
proses dingin untuk memperkeeil diameter serta memperbesar kekuatan tariknya. Kawat
yang ditarik dalam proses dingin dengan diameter 5-12 mm biasanya dimanfaatkan
sebagai kawat tunggal ataupun dalam bundel paralel atau kabel. Kawat dengan diameter
keeil sebesar 2-4 mm kebanyakan dipakai dalam bentuk strand yang terdiri dari dua, tiga,
atau tujuh kawat. Bentuk spiral dari kawat-kawat yang diuntai dalarn strand lebih
meningkatkan kekuatan rekatnya. Baja bermutu tinggi biasanya mengandung 0,7-0,8
persen karbon, 0,6 persen mangan, dan kira-kira 0,1 persen silika. Batang-batang terlebih
dulu digulung dalam keadaan panas dan selanjutnya diproses seeara panas.
Proses penarikan seeara dingin melalui eetakan akan menurunkan daktilitas
kawat.Untuk meningkatkan sifat-sifatnya maka kemudian kawat-kawat yang ditarik
seeara dingin dikeraskan. Pengerasan atau pengawetan atau pembebasan - tegangan kawat
pada suhu l50-420°C dapat meningkatkan kekuatan tariknya. Kawat baja yang ditarik
keras yang bergigi atau berkerut Iebih disukai untuk pekerjaan pratarik karena
karakteristik rekatannya istimewa.
Kawat-kawat yang dipakai seeara tunggal atau dalam kabel pada umumnya berdiameter
5-7 mm dan mempunyai kekuatan tarik ultimit sekitar 1500 N/mm2. Strand yang bisa
dipakai berbeda-beda dalam diameter nominalnya dari 1044 mm. Diameter batang baja
bermutu tinggi yang biasa dimanfaatkan dalam beton prategang berbeda-beda dari 10-32
mm. Kekuatan tarik ultimit batang tersebut tidaklah berubah terlalu besar menurut
diametemya karena kekuatan yang tinggi pada batang tersebut Iebih disebabkan oleh
pencampuran logamnya daripada proses pengerjaan (penarikan) dalam keadaan dingin
sepertidalam hal kawat.

2.2.2 Persyaratan Kekuatan


Kekuatan tarik ultimit baja bermutu tinggi bervariasi menurut diameter kawat.
Kekuatan
tariknya agak kurang pada kawat dengan diameter lebih besar daripada yang mempunyai
diameter lebih keci!. Persyaratan kekuatan tarik ultimit minimum menurut peraturan
Standar India adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Kekuatan Karakteristik Baja Bermutu Tinggi (IS : 1343)

Batang baja campuran bermutu tinggi harus mempunyai kekuatan tarik ultimit minimum
sebesar 1000 N/mm2. Karakteristik tegangan-regangan yang khas dari kawat baja
bermutu tinggi diperlihatkan dalam Gambar 2.7. Tidak seperti pada baja lunak biasa,
kawat baja bermutu tinggi tidak mempunyai titik leleh yang tertentu dan adalah perlu
untuk memperhatikan tegangan ujinya, yang sesuai dengan regangan permanen yang
ditentukan.
Gambar 2.7 Karakteristik Tegangan – Regangan
Tegangan uji 0,2 persen untuk kawat baja bermutu tinggi dan batang baja campuran
untuk pekerjaan prategang tidak boleh kurang dad 80 persen kekuatan tarik ultimit minimum.
Suatu karakteristik yang penting dad baja yang dipakai di dalam prategangan adalah
plastisitas baja pada tegangan-tegangan yang mendekati tegangan ultimit. Hal ini penting
untuk mencapai keruntuhan progresif pada batang beton prategang terse but dengan
peringatan yang cukup sebelum keruntuhan akhir. Untuk menghindari kemungkinan
terjadinya keruntuhan getar (brittle failure) yang biasa dilakukan ialah menentukan bahwa
baja prategangan akan mempunyai perpanjangan minimum pada waktu patah. Peraturan
Standar India menentukan suatu batas minimum sebesar 2 persen untuk perpanjangan pada
waktu patah, apabila diuji pada panjang ukuran 200 mm.
2.2.3 Tegangan-Tegangan yang Diperkenankan pada Baja
Tegangan tarik pada baja pada waktu penarikan di belakang angkur dan setelah
memperhitungkan semua kemungkinan kehilangan pada umumnya dinyatakan sebagai suatu
fraksi dari kekuatan tarik ultimit atau tegangan uji. Rekornendasi dari berbagai peraturan
masing-masing negara sedikit berbeda berkenaan dengan tegangan-tegangan izin pada batang
prategang pada tahap-tahap yang berbeda. Nilai-nilai yang diperkenankan yang ditentukan
dalarn peraturan-peraturan India, Amerika, dan Inggris diperbandingkan dalarn Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Tegangan-Tegangan yang Diperkenankan pada Baja Bermutu Tinggi

Peraturan Amerika tidak membedakan antara tegangan-tegangan baja yang semen tara
dan efektif setelah semua kehilangan, dengan alasan bahwa tegangan pada tendon segera
setelah transfer dapat berlaku untuk waktu yang cukup lama, bahkan setelah struktur
tersebut berfungsi sebenamya. Tegangan yang lebih tinggi ini harus mempunyai suatu
faktor keamanan yang cukup dalam kondisi pemakaian. Turunnya tegangan lebih lanjut
pada baja yang disebabkan oleh berbagai kehilangan yang tidak kritis, batas-batas yang
diperkenankan tentang besarnya kehilangan tegangan tidak diberikan di dalam peraturan
tersebut. Sebaliknya, peraturan Standar India menentukan suatu kehilangan tegangan
minimum sebesar 20 persen, mulai dari saat penarikan awal sampai dengan pemakaian
beban layan.

2.2.4 Relaksasi Tegangan pada Baja


Apabila suatu kawat baja bermutu tinggi direntangkan dan tetap dipertahankan pada
suatu regangan konstan, maka gaya awal pada kawat tersebut tidak tetap konstan tetapi
berkurang menurut waktu. Berkurangnya tegangan pada baja pada regangan konstan
dinyatakan sebagai relaksasi (relaxation). Pada suatu batang prategang, kawat bermu tu
tinggi diantara angkur-angkur lebih kurang berada dalam keadaan regangan konstan.
Namun relaksasi yang sesungguhnya akan sedikit Iebih kecil daripada yang ditunjukkan
oleh suatu pengujian suatu kawat dengan panjang yang konstan, karena akan terdapat
suatu perpendekan batang yang disebabkan oleh sebab-sebab lain. Pada baja bermutu
tinggi dengan tegangan tinggi yang melebihi O,Oi persen tegangan uji, relaksasi tegangan
telah diamati dan besarnya bertambah menurut besarnya tegangan awal. Kalau tegangan
itu dipertahankan konstan, maka materialnya menunjukkan suatu regangan plastis
melebihi serta di atas regangan elastis awal, pada umumnya disebut sebagai rangkak
(creep).
Baja yang ditarik dalam proses dingin memiliki rangkak lebih besar daripada baja yang
dikerjakan atau dikeraskan dengan proses panas karena besarnya yang lebih rendah dari
0,01 % tegangan uji. Gejala rangkak dipengaruhi oleh kornposisi kimiawi, struktur mikro,
ukuran butiran, serta faktor-faktor variabel_dalam proses pembuatan di pabrik, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam struktur kristalnya. Beberapa hipotesis untuk
menerangkan mekanisme rangkak pada baja telah diberikan oleh beberapa peneliti.
Baja di dalam batang beton prategang tidak setepatnya tetap berada di bawah kondisi
tegangan maupun regangan yang konstan. Kondisi yang paling hebat umurnnya terjadi
pada tahap penegangan awal; selanjutnya regangan pada baja akan berkurang bila
betonnya
mengalami deforrnasi akibat gaya prategang.
Ketentuan-ketentuan dalam peraturan untuk relaksasi tegangan pada baja didasarkan
atas hasil-hasil pengujian relaksasi selama 1000 jam atas kawat. Pengalaman telah
menunjukkan bahwa kehilangan yang tercatat selama periode sekitar 1000 jam dari suatu
tegangan awal sebesar 70 persen kekuatan tariknya kira-kira sarna dengan kehilangan
yang
dialami selama periode ernpat tahun dari suatu tegangan awal sebesar 60 % kekuatan
tariknya. Menurut Stussr kurva relaksasi yang diperoleh setelah 1000 jam dapat diekstra
polasikan dengan penggambaran logaritmis. Ketentuan Standar India I.S. 1785
menetapkan
relaksasi selama 1000 jam dengan suatu relaksasi tegangan tidak melebihi 70 N/mm2,
untuk kawat baja yang dikerjakan dengan proses dingin. Dalam hal kekosongan pada data
ini, juga diberikan relaksasi selarna 100 jam dengan nilai batas tegangan relaksasi sebesar
46,7 N/mm2
Percobaan-percobaan telah rnenunjukkan bahwa suatu reduksi dalam tegangan
relaksasi dimungkinkan dengan pemberian tegangan pendahuluan yang berlebihan. Suatu
tegangan pendahuluan yang berlebihan sebesar 5-10 persen yang dipertahankan selama
dua atau tiga menit akan menghasilkan suatu reduksi yang cukup besar dalam besamya
relaksasi. Beberapa peraturan memperkenankan tegangan berlebihan sementara dengan
besar tegangan relaksasi yang lebih rendah yangsesuai.

2.2.5 Karat Tegangan


Gejala karat tegangan (stress corrosion) pad a baja khususnya berbahaya karena akan
menghasilkan patah rapuh seketika. Retak akibat karat tegangan diakibatkan oleh aksi
gabungan karat dan tegangan tarik statis, yang mungkin diterapkan baik dari sisa
(residual) ataupun dari luar. Jenis serangan ini dalam campuran logam disebabkan oleh
struktur metalurgi di dalam logam yang dipengaruhi oleh komposisi, pengolahan secara
panas, dan proses mekanis.
Penyebab dari mudahnya baja bermutu tinggi mengalami karat tegangan adalah
bermacam macam'". Schwier/" telah melaporkan bahwa kawat yang dibentuk dengan
proses panas khususnya mudah mengalami retak akibat karat tegangan bila dibandingkan
dengan kawat yang dibuat dengan proses penarikan dingin. Bila saluran untuk kabel pada
batang pascatarik tidak diisi dengan adukan semen (digrout), maka terdapat kemungkinan
terjadinya karat tegangan yang mengakibatkan kerusakan hebat pada struktur.
Terdapat jenis-jenis karat yang umum lainnya yang sering dijumpai dalam konstruksi
beton prategang seperti karat berlobang-lobang dan karat akibat khlorida. Suatu tinjauan
kritis atas bermacam-macam jenis karat pada baja bermutu tinggi dalam beton struktural
telah dilaporkan. Beberapa cara perlindungan yang penting untuk mencegah karat
tegangan
meliputi perlindungan terhadap kontarninasi kimiawi, pemberian lapisan pelindung untuk
baja bermutu tinggi, dan pemberian adukan semen (grouting) pada saluran segera setelah
pemberian prategang

2.2.6 Kerapuhan oleh Hidrogen


Atom hidrogen dibebaskan sebagai akibat dari aksi asam pad a baja bermutu tinggi,
Atom hidrogen ini menembus ke dalam permukaan baja serta mernbuatnya rapuh dan
mengakibatkan retak-retak pada waktu mengalami tegangan tarik. Bahkan sejum1ah kecil
hydrogen sudah eukup untuk menyebabkan kemunduran yang berarti dalam kekuatan tarik
kawat baja bermutu tinggi.
Pemakaian semen dengan kadar aluminium tinggi, semen kerak tanur tinggi yang kaya
akan sulfida apabila dipakai untuk membuat bet~n prategang mempunyai kecenderung
untuk meninggikan kerapuhan oleh hidrogen. Pemakaian logam yang tidak coeok seperti
aluminium dan seng untuk selubung (sheath) untuk menempatkan kawat baja bermutu
tinggi juga dapat mengakibatkan kerapuhan oleh hidrogen. Bekas-bekas keeil dari
belerang yang bersentuhan dengan kawat baja bermutu tinggi dalam keadaan lembab
menyebabkan kekuatannya sangat berkurang akibat kerapuhan oleh hidrogen.
Untuk meneegah kerapuhan oleh hidrogen, baja harus eukup terhadap aksi asam.
Lapisan penutup sebagai pelindung seperti kertas kerisut be rIapis bitumen selama
pengangkutan dapat mengurangi kesempatan terjadinya kontaminasi. Kawat harus
dilindung dari hujan serta kelembaban yang berlebihan dengan menyimpannya dalam
kondisi yang kering.

2.2.7 Persyaratan Penutup untuk Tendon


Lingkungan alkali dari beton semen portland umumnya melindungi tendon serta
tulangan
lain yang tertanam terhadap karat dari berbagai bahan perantara lingkungan. Namun
karbonasi semen yang terhidrasi berangsur-angsur meningkat dari permukaan sampai ke
bagian dalam beton, sehingga rnengurangi perlindungan efektif yang diberikan oleh beton
untuk mencegah berkaratnya tendon baja. Banyak peraturan telah menetapkan
persyaratan penutup minimum berkenaan dengan hal ini. Dalam kaitan ini perlu dieatat
bahwa tidak hanya ketebalan penutup saja tetapi juga kerapatan beton penutup adalah
penting untuk memberikan perlindungan efektif pada baja.
Peraturan Standar India (I.S: 1343) menetapkan suatu penutup bersih minimum sebesar
20 mm untuk batang pratarik yang dilindungi, sedangkan dalarn hal batang pascatarik
yang dilindungi, tebal penutup bersihnya adalah 30 rum atau ukur'an kabel yang
digunakan (pilih yang terbesar). Kalau batang prategang tersebut terbuka terhadap udara,
persyaratan penutup ini ditambah dengan 10 mm.
Peraturan .Inggris (CP-llO) sehubungan dengan lapisan penutup ini memberikan
rekomendasi yang agak lebih luas oleh karena nilai-nilai yang ditentukan berkenaan
dengan
kehebatan kondisi lingkungan serta kualitas beton, seperti yang ditunjukkan dengan kadar
semen serta perbandingan air/semen. Empat tingkatan keterbukaan terhadap udara
(exposure) dari "sejuk" sampai "sangat keras" telah diidentifikasi dan penutup nominal
yang direkomendasikan dirangkum dalam Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Persyaratan Peraturan Penutup Inggris untuk Tendon dan Tulangan dalam
Beton Prategang

Tabel 2.9. Kadar Semen Minimum yang Diperlukan dalam Beton Semenuntuk Menjamin
Keawetan Dalam Kondisi Keterbukaan yang Ditetapkan. (IS: 1343-1980)
2.2.8 Persyaratan Peraturan I.S. untuk Keawetan
Keawetan (durability) beton tergantung pada ketahanannya terhadap pelapukan, aksi
kimia, abrasi, pembekuan, dan kebakaran. Peraturan India yang telah direvisi menjamin
keawetan untuk struktur beton prategang dengan menetapkan kadar semen minimum dan
perbandingan air/semen maksimum dalam kondisi keterbukaan yang ditetapkan
sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2.9. Rekomendasi-rekomendasi terpisah juga telah
dibuat untuk persyaratan keawetan beton yang terbuka terhadap aksi sulfat

Anda mungkin juga menyukai