Anda di halaman 1dari 4

PENGELOLAAN WILAYAH HUTAN

“Perubahan Ekosistem Mangrove”

OLEH:
1. Alifah Tahsya 18136005
2. Hafizah Hayati 18136009
3. Rifka Ardilla Nofan 18136020
4. Livia Tri Ananda 18136117
5. Mellyana Faleen 18136123

DOSEN PENGAMPU:
Azhari Syarief, S.Pd. M.Si

Sesi : 202111360007

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PERUBAHAN EKOSISTEM MANGROVE

A. Mangrove dan Fungsinya


Mangrove memegang peranan yang penting dalam melindungi daratan dari abrasi oleh
gelombang laut, juga berfungsi sebagai peredam alami dari terjangan tsunami. Ekosistem
mangrove memiliki fungsi dan manfaat yang sangat besar, baik ditinjau secara fisik,
kimia, ekologi, dan ekonomi.
1. Secara fisik ekosistem mangrove dapat menjaga garis pantai agar tidak terjadi
abrasi, menahan sedimen, tiupan angin, dan menyangga rembesan air laut
kedarat.
2. Secara kimia ekosistem mangrove mampu mengolah limbah agar kemungkinan
pencemaran sedikit dan yang paling utama menghasilkan oksigen.
3. Secara ekologi ekosistem mangrove merupakan habitat biota darat dan laut,
sebagai daerah asuhan, mencari makan, dan tempat pemijahan bagi biota
perairan.
4. Secara ekonomi dapat berfungsi sebagai penghasil keperluan rumah tangga,
penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit. Ekosistem mangrove juga
memiliki nilai ekonomi sebagai wahana wisata.

B. Perubahan Ekosistem Magrove


Luasan ekosistem mangrove Indonesia tercatat sekitar 2,9 juta hektar pada tahun
2016, dengan tutupan sebesar 26-29% dari total tutupan mangrove global. Beberapa
daerah, pesisir di Indonesia sudah terlihat adanya degradasi atau kerusakan ekosistem
mangrove akibat penebangan hutan mangrove yang melampaui batas kelestariannya.
Kondisi ekosistem mangrove semakin menurun akibat dari pemanfaatan berbagai
kepentingan seperti alih fungsi lahan, pembangunan pasar tradisional, pemukiman warga,
dan penebangan mangrove yang tidak terkontrol, sehingga kawasan ekosistem mangrove
pantai mengalami perubahan (Nybakken, 1992).
Aktivitas manusia di area pesisir telah menyebabkan gangguan dan kerusakan dan
penyempitan lahan mangrove yang berdampak menurunkan keanekaragaman jenis
mangrove (Arisandi, 2001). Era pembangunan yang semakin pesat dengan
mengembangkan ekonomi nasional, menempatkan wilayah pesisir dan pantai pada posisi
yang penting. Pusat-pusat industri, pusat pembangkit listrik, lokasi rekreasi, pemukiman
pertambakan, pembangunan pelabuhan dan sarana penghubungan seperti Jembatan
Suramadu dan berbagai fasilitas yang banyak dibangun di wilayah pesisir merupakan
dilema bagi kelestarian mangrove (Paling et al. 2003 dan Purnobasuki, 2005).
Penggunaan lahan di sekitar mangrove secara nyata telah mempengaruhi kelestarian
ekosistem mangrove (Setyawan et al., 2003, 2006; Nursal et al., 2005; Hinricks, et al.
2008 dan Yudha, 2007).
Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem
mangrove serta meningkatnya kebutuhan ekonomi, menjadi pemicu terhadap penurunan
luas dan kualitas lingkungan hutan mangrove. Pembukaan lahan untuk pemukiman,
penebangan pohon mangrove untuk bahan bagunan, kayu bakar dan lain sebagainya
memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan ekosistem mangrove di
kawasan ini. Perlu suatu pendekatan pada masyarakat untuk membantu memberikan
informasi terhadap peran, manfaat dan juga strategi pengelolaan serta pelestarian
mangrove kedepan.
C. Dampak Perubahan Ekosistem Magrove
Salah satu dampak dari perubahan mangrove adalah terganggunya habitat
organisme di dalamnya, seperti di daerah muara sungai. Muara sungai adalah tempat
bercampurnya dua massa air yaitu massa air tawar dan air laut yang masih dipengaruhi
oleh sifat-sifat fisik perairan seperti musim, pasang surut, arus, suhu, dan salinitas.
Daerah muara adalah salah satu habitat dari berbagai macam organisme hewan bentik,
salah satunya adalah gastropoda. Kepadatan gastropoda pada ekosistem mangrove sangat
dipengaruhi oleh kegiatan yang terdapat pada ekosistem mangrove dimana hal ini akan
memberikan efek terhadap kelangsungan hidup gastropoda karena gastropoda hidup
cenderung menetap dengan pergerakan yang terbatas.
Berdasarkan artikel Struktur Komunitas Gastropoda Pada Ekosistem
Mangrove di Muara Sungai Batang Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan yang
mengatakan bahwa Hubungan antara kepadatan gastropoda dengan kerapatan pohon
mangrove pada selang kepercayaan 83,4% dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,913,
hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat diantara keduanya.
Keberadaan hutan mangrove sangatlah penting untuk menjaga keberlangsungan
hidup sumberdaya ikan dan juga keberadaan biota disekitar mangrove. Dampak ekologis
akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies
flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, yang dalam jangka
panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem
pesisir umumnya. Aktivitas pengrusakan mangrove sendiri pada beberapa dekade
terakhir ini, terus meningkat, bukan saja dari segi pemanfaatan lahan, tapi juga dari segi
pemanfaatan pohon mangrovenya, baik secara sederhana maupun komersil (Naamin dan
Romimohtarto, 1988).

Anda mungkin juga menyukai