Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELAS : B
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Belajar adalah sebuah proses yang terjadi pada manusia dengan berpikir, merasa,
dan bergerak untuk memahami setiap kenyataan yang diinginkannya untuk
menghasilkan kecakapan atau pengetahuan ,sebuah perilaku, pengetahuan, atau
teknologi atau apapun yang berupa karya dan karsa manusia tersebut untuk
menjadi yang lebih baik ke depan. Belajar berarti sebuah pembaharuan menuju
pengembangan diri individuagar kehidupannya bisa lebih baik dari sebelumnya.
Belajar pula bisa berarti adaptasi terhadap lingkungan dan interaksi seorang
manusia dengan lingkungan tersebut.
Oleh karena itu, guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak
mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif. Sedemikian rupa sehingga para
siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja
sama, dan melakukan eksperimentasi dalam kegiatan belajarnya (Setyosari, 1997:
53).
B.Rumusan Masalah
1. Apapengertian Teori Konstruktivisme?
2. Apa karakterisrikTeori Konstruktivisme?
3. Apa prinsip-prinsip dari Teori Konstruktivisme?
4. Teori belajar apa saja yang mendukung pendekatan konstruktivisme?
5. Apa saja ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme?
6. Bagaimana menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran?
1. Tujuan
Makalah ini tentunya bertujuan menyuguhkan informasi-informasi keilmuan yang
kemudian dapat dijadikan sebagai dasar referensi menyangkut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
1. Karakteristik konstruktivisme
Menurut Konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi
arti, wacana, dialog, pengalaman fisik, dll. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuannya
berkembang. Karakteristik konstruktivisme:
1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa
yang dilihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi
oleh pengertian yang telah dimiliki.
2. Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus. Setiap kali
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, siswa akan selalu
mengadakan rekonstruksi.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu proses
pengembangan pemikiran dengan membentuk suatu pengertian yang baru.
Belajar bukanlah suatu hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu
sendiri, yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran
seseorang.
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk
memacu belajar.
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa,
yaitu konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi
dengan bahan yang dipelajari.
1. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami
bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu
berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang
berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri pebelajar dengan faktor
ekstern atau lingkungan, sehingga melahirkan perubahan tingkah laku.
Teori perubahan konsep cukup senada dengan teori konstruktivisme dalam arti
bahwa dalam proses pengetahuan seseorang mengalami perubahan konsep.
Pengetahuan seseorang itu tidak sekali jadi, melainkan merupakan proses
berkembang yang terus menerus. Dalam perkembangan itu ada yang mengalami
perubahan besar dengan mengubah konsep lama melalui akomodasi, ada pula yang
hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi.
Proses perubahan terjadi bila si peserta didik aktif berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Teori Skema
Jonassen menjelaskan bahwa skema adalah abstraksi mental seseorang yang
digunakan untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan keluar, atau memecahkan
persoalan (galam Suparno, 1997:55) . Menurut teori skema, pengetahuan itu
disimpan dalam suatu paket informasi atau skema yang terdiri atas suatu set atribut
yang menjelaskan objek tersebut, maka dari itu membantu kita untuk mengenal
objek atau kejadian itu. Hubungan skema yang satu dengan yang lain memberikan
makna dan arti kepada gagasan kita. Belajar menurut teori skema adalah
mengubah skema (Suparno, 1997:55). Lebih jauh ia menyatakan
Teori skema berpendapat bahwa pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket
informasi, atau skema, yang terdiri dari konstruksi mental gagasan kita. Skema
adalah abstraksi mental seseorang yang digunakan untuk mengerti sesuatu hal,
menemukan jalan keluar, ataupun memecahkan persoalan. Orang harus mengisi
atribut skemanya dengan informasi yang benar agar dapat membentuk kerangka
pemikiran yang benar. Kerangka pemikiran inilah yang menurut Jonassen dkk.
( Suparno,1997: 55), membentuk pengetahuan struktural seseorang, di mana
pengetahuan struktural tersebut terdiri dari skema-skema yang dipunyai dan
hubungan antara skema-skema itu.
4. Teori Belajar Bruner
Menurut Bruner, “pembelajaran adalah proses yang aktif dimana pelajar membina
ide baru berasaskan pengetahuan yang lampau”. Selanjutnya Bruner (Nur,
2000:10) menyatakan bahwa “mengajarkan suatu bahan kajian kepada siswa
adalah untuk membuat siswa berfikir untuk diri mereka sendiri, dan turut
mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan. Mengetahui adalah
suatu proses bukan suatu produk”. Masih menurut Bruner (Dahar, 1997:98) bahwa
dalam membangun pengetahuan di dasarkan kepada dua asumsi yaitu :asumsi
pertama adalah perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif yaitu
orang yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan
tidak hanya terjadi dilingkungan tatapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Siswa-siswa biasanya
bekerja sendiri-sendiri,
tanpa ada group proses
dalam belajar Siswa-siswa banyak belajar
dan bekerja di dalam group
6 proses
Memandang pengetahuan
Memandang pengetahuan adalah non objektif, bersifat
adalah objektif, pasti, tetap, temporer, selalu berubah,
dan tidak berubah. dan tidak menentu
Pengetahuan telah
7 terstruktur dengan rapi
Daftar Pustaka
Aqib, Z. (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan
Cendikia.
Budiningsih, C.A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hudoyo, H. (1998). Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan
Konstruktivistik. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Upaya
Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi EraGlobaliasasi.
PPS IKIP Malang: Tidak Diterbitkan.