Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 1

DIMAS AJI D.P. 19210022


PUTRI AYU F. 19210030
USWAH ZAHRA S. 19210035
ERLANGGA F. 19210038
EQUENNA TASYA 20210034

AUDIT PERKIRAAN PIUTANG


Pengertian dari Piutang
Piutang dihasilkan melalui berbagai macam transaksi, dua hal yang paling umum yaitu penjualan
barang dagang atau jasa dengan kredit dan meminjamkan uang. Pada tingkat pribadi kita mengenal
kredit, karena kredit adalah siap tersedia dimana kita tidak harus membayar secara tunai.

Tujuan dari audit piutang


1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas piutang dan
transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (keotentikan) dari pada piutang.
3. Untuk memeriksa collectibility (kemungkinan tertagihnya) piutang dan cukup tidaknya
perkiraan allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul
karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.

Sukrisno Agoes menyarankan prosedur audit piutang usaha sebagai berikut :


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal neraca. Minta shedule dari
piutang usaha pertanggal neraca yang antara lain menunjukkan nama pelanggan. Periksa
subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan bukti penerimaan kas untuk
periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan
lapangan.
3. Kirimkan konfirmasi piutang:
(1) Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim surat konfirmasi.
(2) Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi negatif.
(3) Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di surat konfirmasi.
(4) Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya.
(5) Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
4. Periksa apakah ada wesel tagih yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan
adanya contingent liability.
5. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan terlalu kecil.
6. Test sales cut-of dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note dan lain-lain, lebih
kurang 2 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca. Periksa apakah barang-barang yang
dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau
belum cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa,
yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
7. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan correspondence
file untuk mengetahi apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.
8. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia/SAK.
9. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

Standar Audit Pemeriksaan Piutang


SA Seksi 326 : Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan
keuangan oleh manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pada dasarnya, bukti audit yang berasal dari pihak ketiga
dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang berasal dari dalam perusahaan
yang sedang diaudit.
Paragraf 7 SA Seksi 330 : Semakin besar gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian
yang ditetapkan, semakin besar keyakinan yang diperlukan auditor dari pengujian substantif yang
bersangkutan dengan asersi laporan keuangan. Dengan kenaikan gabungan tingkat risiko bawaan
dan risiko pengendalian, auditor mendesain pengujian substantif untuk memperoleh lebih banyak
bukti atau bukti yang berbeda mengenai asersi laporan keuangan. Dalam keadaan ini, auditor
kemungkinan menggunakan prosedur konfirmasi, bukan pengujian terhadap dokumen dari dalam
entitas tersebut, atau menggunakan prosedur konfirmasi bersamaan dengan pengujian terhadap
dokumen atau pihak dari dalam entitas itu sendiri. Jadi, dalam pelaksanaan audit, jika gabungan
tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian besar/tinggi, auditor harus mempertimbangkan
untuk melaksanakan prosedur tambahan seperti misalnya melakukan pengujian terhadap dokumen
internal perusahaan, di samping prosedur konfirmasi.

Paragraf 19 SA Seksi 330 : Karena terdapat risiko bahwa penerima bentuk permintaan konfirmasi
positif yang berisi informasi yang dikonfirmasi di dalamnya kemungkinan hanya menandatangani
dan mengembalikan konfirmasi tersebut tanpa melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut,
formulir yang berisi ruangan yang kosong yang harus diisi oleh responden dapat digunakan untuk
mengurangi risiko tersebut. Namun, konfirmasi yang berisi ruangan kosong tersebut dapat
mengakibatkan berkurangnya jumlah jawaban konfirmasi yang diterima oleh auditor karena
diperlukan usaha tambahan dari pihak responden dalam memberikan jawaban konfirmasi yang
sesuai; konsekuensinya, auditor kemungkinan harus melaksanakan lebih banyak prosedur
alternatif.

Risiko Pemeriksaan Piutang


1. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji materiall, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang saling
berkaitan.
2. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam
suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas.
3. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan
penerapannya oleh auditor.

Pada pengujian substantif atas piutang usaha, pengujian detail saldo kategori konfirmasi piutang
merupakan prosedur yang penting. Prosedur ini perlu dilakukan karena merupakan prosedur
auditing yang diterima umum, kecuali apabila piutang tidak material, tidak efektif, resiko bawaan,
maupun resiko pengendaliannya rendah, yang dimana jika risiko pengendalian ditaksir terlalu
rendah, risiko deteksi dapat terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat melaksanakan pengujian
substantif yang tidak memadai sehingga auditnya tidak efektif. Bila auditor tidak melakukan
konfirmasi, ia harus mencantumkam dalam kertas kerja mengenai alasannya dan bagaimana
akuntan mengatasinya atau tindakan alternatif yang dilakukan.
1. Kantor Akuntan Publik biasanya sudah mematok besaran angka persentase Audit Risk
yang bisa diterima.
2. Menentukan IR dan CR. Inherent risk diukur dengan mempertimbangkan factor eksternal
dan internal seperti yang sudah saya jelaskan di atas. Sedangkan CR diukur dengan menilai
desain dan implementasi sistim pengendalian internal yang dimiliki oleh audite.

Maka persamaannya menjadi :


DR = AR/(IR x CR)
Besaran DR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
merancang prosedur audit, substantive test dan rencana audit secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai