Anda di halaman 1dari 12

Grounding

MEMBUAT SISTIM GROUNDING (PENTANAHAN) SEDERHANA

Fungsi grounding ddidalam sistim kelistrikan


Grounding memiliki 3 fungsi utama, yaitu:
1. Sebagai perlindungan terhadap “over voltage” atau tegangan lebih, yang mungkin
disebabkan oleh tegangan kejut yang di hasilkan oleh sambaran petir “lightning surge”
.yang dapat menyebabkan kerusakan peralatan listrik.
2. Penyetabil tegangan listrik “Voltage stabilization”, karena sumber tegangan dari sistim
distribusi normalnya disalurkan oleh multi transformer, dengan demikian setaip
transformer memerlukan tegangan referensi, yaitu tegangan phase ke ground.
3. Sebagai perlindungan terhadap arus lebih, yang dapat membahayakan komponen2
listrik.
Namun demikian, alasan utama kenapa sistim kelistrikan harus di lengkapi dengan “grounding”
adalah untuk keamanan, baik untuk peralatan maupun untuk manusia yang dihasilkan baik oleh
“voltage surge” dan “short circuit” akan dapat menghasilkan arus gangguan yang cukup besar
untuk dapat menggerakkan sistim pengaman untuk bekerja, seperti, sekering, circuit breaker,
atau jenis pengaman yang lain.

Grounding Electrode (elektroda pentanahan)


Ada beberapa cara untuk membuat grounding, yang terpenting dalam hal ini adalah
mendapatkan tahanan pentanahan “grounding resistance” kecil, max. 10Ω.

Berikut adalah cara2 pemasangan eletroda


pentanahan “grounding electrode” pada berbagai
posisi:

1. Pemasangan grounding electrode rod secara


vertical:
Panjang elektroda minimum 2.5 M

Diameter pipa elektroda +/-17 mm


Luas penampang kabel grounding minimum 16 mm2

Siswanto Page 1
Grounding

2. Pemasangan grounding electrode rod secara


miring

Panjang elektroda minimum 2.5 m


Diameter pipa elektroda +/-17 mm
Luas penampang kabel grounding minimum 16 mm2

3. Pemasangan grounding electrode rod secara


horizantal
Panjang elektroda minimum 2.5M
Diameter pipa elektroda +/-17 mm
Luas penampang kabel grounding minimum 16 mm2

Kabel grounding, BCC 16 mm2

Siswanto Page 2
Grounding

Mengapa begitu penting kedalaman penanaman grounding electrode ?


Bila terjadi gangguan listrik akibat “voltage surge‟ , tegangan listrik akan terdistribusi kedalam
tanah, tegangan tertinggi akan berada di permukaan tanah dan akan semakin mengecil sesuai
dengan kedalaman permukaan tanah.

Berikut adalah ilustrasi penyebaran voltage surge pada lapisan tanah.

Tahanan Pentanahan (grounding resistance)

Grounding resistance sangat dipengaruhi oleh jenis tanah dimana grounding electrode tersebut
ditanam,
Berikut adalah table tahanan jenis dari berbagai jenis tanah

Tanah humus +/- 50 ΩM

Tanah lempung +/- 50 ΩM

Tanah Pasir +/- 100 ΩM

Tanah kerikil +/- 160 ΩM

Siswanto Page 3
Grounding

Namun demikian target tahanan grounding ketika


memasang grounding electrode adalah max: 10 Ω,
normalnya selalu diusahakan pada range 4Ω.

Jika untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahan


(“grounding resistance”) yang dikehendaki sangat
sulit karena jenis tanahnya sangat jelek, maka bisa
dilakukan dengan memakai grounding parallel.

Grounding parallel digunakan untuk memperbaiki


contact resistance terhadap tanah.
dengan menggunakan grounding parallel ,
grounding resistance menjadi sangat kecil,
tergantung dari jumlah grounding parallel yang di
gunakan.
Jarak antara graounding parallel hendaknya tidak
kurang dari 1.5 x panjang elektroda yang
digunakan, dengan panjang minimum elektroda
2.5M.

Berikut adalah correction factor „k” untuk


penggunaan grounding parallel.

Jumlah elektroda parallel Faktor “k”

2 0.6

3 0.4

5 0.25

10 0.13

Misal, hasil pengukuran grounding resistance dengan menggunakan sinle rod adalah 12Ω,
untuk mendapatkan grounding resistance 4Ω, maka paling tidak harus menggunakan grounding
parallel sebanyak: 12Ω / 4Ω = 3 grounding parallel.

Siswanto Page 4
Grounding

Untuk mendapatkan grounding resistance yang lebih baik usahakan ketika menanam grounding
electrode di tempat (tanah) yang lembab,
Karena tanah yang lembab dapat menyebabkan
pipa elektroda dan kabel grounding menjadi
berkarat, oleh karena itu, usahakan kabel
grounding tidak langsung ditanam / bersentuhan
dengan tanah tetapi menggunakan pipa
pembungkus yang di galvanized, dan antara pipa
dengan kabel grounding harus memiliki contact
yang sangat baik, untuk itu harus di baut dengan
keras.

Loose contact antar keduanya menyebabkan


kenaikan tahanan pentanahan (“grounding
resistance”).

Tahanan jenis tanah vs kelembaban

LIGHTNING STRIKE

Petir (lightning) adalah suatu phenomena alam yang disebabkan oleh proses pelepasan muatan
ion positive dan negative di atsmosper.

Jika kandungan pelepasan muatan ion positive negative tersebut cukup besar, dapat
menyebakan tahanan isolasi udara menjadi tembus sehingga dapat menimbulkan loncatan /
percikan yang sangat besar, loncatan / percikan tersebut dapat timbul hanya terjadi antara awan
positive – negative disebut sebagai “intra-cloud stroke” dan jika muatan pelepasannya sangat
besar, loncatan ion dapat menembus awan menuju bumi yang disebut “cloud ground stroke”.

Loncatan muatan dapat menghasilkan ratusan ribu ampere dan menimbulkan panas di udara
dengan suhu yang di laluinya bisa sampai 54.000 0F (30.000 0C). dan menghasilkan kilatan
cahaya (lightning) dan gelombang yang sangat besar (thunder).

Hampir 80% sambaran petir (lightning stroke) terjadi didalam awan itu sendiri (intra cloud), dan
sisanya adalah sambaran ke ground (cloud-ground stroke),

Siswanto Page 5
Grounding

Sambaran petir ke bumi (cloud-ground) adalah merupakan pelepasan muatan listrik negative
dengan tegangan puluhan juta volt bahkan lebih, arus puncak yang dihasilkan pada saat terjadi
sambaran ke bumi sangat bervaisi mulai dari ribuan ampere sampai 200.000 ampere atau lebih,
walau waktunya berlangsung sangat singkat hanya beberapa micro second.

Pelepasan muatan listrik yang timbul pada saat terjadi sambaran petir ke ground sangat besar
sehingga dapat menyebabkan kerusakan peralatan yang terhubung dengan kabel, banguanan,
bahkan pipa bawah tanah dan instalasi listrik bawah tanah sekalipun, dengan jangkauan lebih
dari 1.6 km dari titik terjadinya sambaran petir

Basic Grounding Ref NEC (National Electrical Code) Art 810


NEC mensyaratkan, semua sistim pengkabelan (wiring) didalam gedung harus di groundkan
kedalam satu titik ground, untuk kabel coaxial, hanya bagian “shielding”nya yang di
groundkan.(NEC Art 810)

Semua sistim harus dihubungkan ke satu sistim grounding sebagai titik sentral grounding untuk
menyalurkan arus listrik dari sambaran petir, NEC tidak merekomendasikan sistim grounding
yang terpisah pisah (unbonded grounding).

NEC mensyaratkan, untuk semua pipa metal (metal piping), metal structure building, harus di
groundkan kedalam satu titik grounding.

Tujuan dari sistim grounding satu titik adalah untuk mencegah timbulnya beda potential yang
akan terjadi antar structure saat terjadi sambaran petir, karena beda potential akan menghasil
aliran arus yang dapat menimbulkan loncatan arus listrik,

Siswanto Page 6
Grounding

Perlindungan Petir Std NEC (National Electrical Code)

Cara menghitung radius perlindungan terhadap sambaran petir dengan menggunakan “air
terminal rod / lightning rod” (batang penangkal petir).

Berikut adalah step by step membuat plot area proteksi terhadap bahaya sambaran petir.
Ref: IEEE Std 1048™-2003, FGH (German) recommendation dengan Rolling Sphere Method

Misal, kita akan membuat


perlindungan terhadap bahaya
sambaran petir untuk sebuah
rumah tinggal 2 lantai, dengan
ukuran seperti pada gambar,
yaitu:
Tinggi atap dari tanah = 12.62M
Tinggi Air terminal (“penangkal
petir?”) = 1.3M jumlah 2 buah
Jarak antar air termination = 2M
Panjang bangunan dari tembok
paling belakang sampai pagar =
12.5M

Siswanto Page 7
Grounding

Step 1,
Ukur tinggi total air termination / lightning rod ke tanah. Missal : 13.92 M
Dari air termination / lightning rod , tarik garis horizontal sejauh √5 x tinggi total air termination /
lightning rod = √5 x 13.92 M = 31.13 M
Dari ujung garis tsb, tarik garis vertical (M1) setinggi : 3H = 3 x 13.92M = 41.76M, lalu dar ujung
M1 buat lingkaran dengan R (Jari-jari) = M1 atau 3H, maka lingkaran akan menyentuh pada
ujung air termination / lightning rod dan ujung √5H.
Lihat ilustrasi dibawah:

Siswanto Page 8
Grounding

Step 2:
Hilangkan garis lingkaran yang diluar potongan dengan air termination / lightning rod dan √5H,
maka membentuk busur yang merupakan area proteksi dari Air termination 1.
Lihat ilustrasi dibawah.

Area yang dilindungi dari oleh air termination / lightning rod dari bahaya petir adalah area
dibawah busur,
Sudut antara busur dengan air termination adalah 420

Siswanto Page 9
Grounding

Step 3:
Buat / plot lingkaran seperti pada langkah 1&2, untuk air termination ke 2, lihat ilustrasi.

Step 4:
Buat / plot linkaran seperti pada langkah 1,2&4 untuk air termination / lightning rod ke 1&2, dari
sisi yang berlawanan, maka di peroleh gambaran / plot area yang terlindungi , lihat
ilustrasi.dibawah

Dalam kasus ini


dengan tinggi
bangunan 12.62 M +
1.3M tinggi air
termination,/
lightning rod, ada
Bagian ini ada bagian2 yang
yang terbuka
terbuka (tidak ter
tidak terlindungi
lindungi) thd bahaya
sambaran petir.

Siswanto Page 10
Grounding

Sebagai solusinya adalah dengan meninggikan air termination / lightning rod atau menambah
pada setiap pojok dari sisa atau area yng tidak terlindungi tersebut.
Jika akan di tambahkan air termination pada area yang masih terbuka, sebaiknya masing2 air
termination / lightning rod, dihubungkan menjadi satu titik dengan menggunakan wire grounding,
lihat ilustrasi dibawah, jika menggunakan air termination dengan jumlah lebih dari 1 dengan
jarak yang cukup jauh.

Referensi:
1. NFPA 70™National Electrical Code® 2008 Edition. An International Codes and Standards
Organization.NFPA, 1 Batterymarch Park, Quincy, MA 02169-7471.
2. National Electrical Safety Code, C2-2007. Institute of Electrical and Electronics Engineers, Inc.
3. IEEE Guide for Protective Grounding of Power Lines, IEEE Std 1048™-2003. IEEE Power
Engineering Society.
4. Understanding Lightning and Lightning Protection, A Multimedia Teaching Guide, RSP Series in
Electrostatics and application.
5. Lightning Protection Principles and Applications part I, Gerard Berger, Laboratory of Physics of
Gases and Plasmas UMR 8578 – SUPELEC, Plateau de Moulon, 91190 Gif sur Yvette, France
6. FGH German recommendation
7. Electrical Engineers Design Manual (Electrical engineering), Siemens

Siswanto Page 11

Anda mungkin juga menyukai