Document
Document
Siswanto Page 1
Grounding
Siswanto Page 2
Grounding
Grounding resistance sangat dipengaruhi oleh jenis tanah dimana grounding electrode tersebut
ditanam,
Berikut adalah table tahanan jenis dari berbagai jenis tanah
Siswanto Page 3
Grounding
2 0.6
3 0.4
5 0.25
10 0.13
Misal, hasil pengukuran grounding resistance dengan menggunakan sinle rod adalah 12Ω,
untuk mendapatkan grounding resistance 4Ω, maka paling tidak harus menggunakan grounding
parallel sebanyak: 12Ω / 4Ω = 3 grounding parallel.
Siswanto Page 4
Grounding
Untuk mendapatkan grounding resistance yang lebih baik usahakan ketika menanam grounding
electrode di tempat (tanah) yang lembab,
Karena tanah yang lembab dapat menyebabkan
pipa elektroda dan kabel grounding menjadi
berkarat, oleh karena itu, usahakan kabel
grounding tidak langsung ditanam / bersentuhan
dengan tanah tetapi menggunakan pipa
pembungkus yang di galvanized, dan antara pipa
dengan kabel grounding harus memiliki contact
yang sangat baik, untuk itu harus di baut dengan
keras.
LIGHTNING STRIKE
Petir (lightning) adalah suatu phenomena alam yang disebabkan oleh proses pelepasan muatan
ion positive dan negative di atsmosper.
Jika kandungan pelepasan muatan ion positive negative tersebut cukup besar, dapat
menyebakan tahanan isolasi udara menjadi tembus sehingga dapat menimbulkan loncatan /
percikan yang sangat besar, loncatan / percikan tersebut dapat timbul hanya terjadi antara awan
positive – negative disebut sebagai “intra-cloud stroke” dan jika muatan pelepasannya sangat
besar, loncatan ion dapat menembus awan menuju bumi yang disebut “cloud ground stroke”.
Loncatan muatan dapat menghasilkan ratusan ribu ampere dan menimbulkan panas di udara
dengan suhu yang di laluinya bisa sampai 54.000 0F (30.000 0C). dan menghasilkan kilatan
cahaya (lightning) dan gelombang yang sangat besar (thunder).
Hampir 80% sambaran petir (lightning stroke) terjadi didalam awan itu sendiri (intra cloud), dan
sisanya adalah sambaran ke ground (cloud-ground stroke),
Siswanto Page 5
Grounding
Sambaran petir ke bumi (cloud-ground) adalah merupakan pelepasan muatan listrik negative
dengan tegangan puluhan juta volt bahkan lebih, arus puncak yang dihasilkan pada saat terjadi
sambaran ke bumi sangat bervaisi mulai dari ribuan ampere sampai 200.000 ampere atau lebih,
walau waktunya berlangsung sangat singkat hanya beberapa micro second.
Pelepasan muatan listrik yang timbul pada saat terjadi sambaran petir ke ground sangat besar
sehingga dapat menyebabkan kerusakan peralatan yang terhubung dengan kabel, banguanan,
bahkan pipa bawah tanah dan instalasi listrik bawah tanah sekalipun, dengan jangkauan lebih
dari 1.6 km dari titik terjadinya sambaran petir
Semua sistim harus dihubungkan ke satu sistim grounding sebagai titik sentral grounding untuk
menyalurkan arus listrik dari sambaran petir, NEC tidak merekomendasikan sistim grounding
yang terpisah pisah (unbonded grounding).
NEC mensyaratkan, untuk semua pipa metal (metal piping), metal structure building, harus di
groundkan kedalam satu titik grounding.
Tujuan dari sistim grounding satu titik adalah untuk mencegah timbulnya beda potential yang
akan terjadi antar structure saat terjadi sambaran petir, karena beda potential akan menghasil
aliran arus yang dapat menimbulkan loncatan arus listrik,
Siswanto Page 6
Grounding
Cara menghitung radius perlindungan terhadap sambaran petir dengan menggunakan “air
terminal rod / lightning rod” (batang penangkal petir).
Berikut adalah step by step membuat plot area proteksi terhadap bahaya sambaran petir.
Ref: IEEE Std 1048™-2003, FGH (German) recommendation dengan Rolling Sphere Method
Siswanto Page 7
Grounding
Step 1,
Ukur tinggi total air termination / lightning rod ke tanah. Missal : 13.92 M
Dari air termination / lightning rod , tarik garis horizontal sejauh √5 x tinggi total air termination /
lightning rod = √5 x 13.92 M = 31.13 M
Dari ujung garis tsb, tarik garis vertical (M1) setinggi : 3H = 3 x 13.92M = 41.76M, lalu dar ujung
M1 buat lingkaran dengan R (Jari-jari) = M1 atau 3H, maka lingkaran akan menyentuh pada
ujung air termination / lightning rod dan ujung √5H.
Lihat ilustrasi dibawah:
Siswanto Page 8
Grounding
Step 2:
Hilangkan garis lingkaran yang diluar potongan dengan air termination / lightning rod dan √5H,
maka membentuk busur yang merupakan area proteksi dari Air termination 1.
Lihat ilustrasi dibawah.
Area yang dilindungi dari oleh air termination / lightning rod dari bahaya petir adalah area
dibawah busur,
Sudut antara busur dengan air termination adalah 420
Siswanto Page 9
Grounding
Step 3:
Buat / plot lingkaran seperti pada langkah 1&2, untuk air termination ke 2, lihat ilustrasi.
Step 4:
Buat / plot linkaran seperti pada langkah 1,2&4 untuk air termination / lightning rod ke 1&2, dari
sisi yang berlawanan, maka di peroleh gambaran / plot area yang terlindungi , lihat
ilustrasi.dibawah
Siswanto Page 10
Grounding
Sebagai solusinya adalah dengan meninggikan air termination / lightning rod atau menambah
pada setiap pojok dari sisa atau area yng tidak terlindungi tersebut.
Jika akan di tambahkan air termination pada area yang masih terbuka, sebaiknya masing2 air
termination / lightning rod, dihubungkan menjadi satu titik dengan menggunakan wire grounding,
lihat ilustrasi dibawah, jika menggunakan air termination dengan jumlah lebih dari 1 dengan
jarak yang cukup jauh.
Referensi:
1. NFPA 70™National Electrical Code® 2008 Edition. An International Codes and Standards
Organization.NFPA, 1 Batterymarch Park, Quincy, MA 02169-7471.
2. National Electrical Safety Code, C2-2007. Institute of Electrical and Electronics Engineers, Inc.
3. IEEE Guide for Protective Grounding of Power Lines, IEEE Std 1048™-2003. IEEE Power
Engineering Society.
4. Understanding Lightning and Lightning Protection, A Multimedia Teaching Guide, RSP Series in
Electrostatics and application.
5. Lightning Protection Principles and Applications part I, Gerard Berger, Laboratory of Physics of
Gases and Plasmas UMR 8578 – SUPELEC, Plateau de Moulon, 91190 Gif sur Yvette, France
6. FGH German recommendation
7. Electrical Engineers Design Manual (Electrical engineering), Siemens
Siswanto Page 11