OLEH :
LOLITA AMELIA
2019. C.11a.1016
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2019.C.11a.1016
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan
yang berjudul “Laporan Pendahuluan POST Sectio Caesarea Di RSUD dr. Doris Sylvanus
Kota Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka
Harap Palangka Raya.
3. Ibu Elin Ria Resty, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Lidya Amiyani S.Kep.,Ners selaku dan pembimbing Klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik manajemen
keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
iii
2.3.4. Impelementasi .............................................................................................23
2.3.5. Evaluasi........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................58
LAMPIRAN..............................................................................................................59
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
letak lintang, letak bokong, fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Angka
persalinan dengan SC di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) masih tinggi, sehingga
angka ini harus ditekan dengan upaya tindakan SC berdasar indikasi, peningkatan
pengetahuan ibu hamil mengenai indikasi SC yang tepat (Selawati L, 2013).
Menurut Solehati & kosasih, (2013), masalah yang biasanya muncul setelah
dilakukannya operasi SC antara lain: terjadinya aspirasi (25-50%), emboli pulmonari,
perdarahan, infeksi pada luka, infeksi uterus, infeksi pada traktus urinarius, cedera pada
kandung kemih, tromboflebitis dan gangguan rasa nyaman nyeri. Apabila masalah-
masalah tersebut tidak segera diatasi, maka masalahnya menjadi panjang dan dapat
menimbulkan masalah baru seperti: pembentukan adhesion (perlengkatan), obstruksi
usus, kesulitan penggunaan otot untuk sit-up, dan nyeri pelvik. Pada kasus post SC
masalah yang sering muncul setelah tindakan operasi SC adalah nyeri. Rasa nyeri
adalah pengalaman sensori tidak menyenangkan. (Smeltzer, 2010).
Dari data-data di atas menunjukkan bahwa Post Partum SC ( Section
Caesarea) merupakan kasus yang sangat berbahaya saat ini, oleh sebab itu saya
mengambil kasus “ Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Dengan Post SC (Section
Caesarea A/I KPD)”.’
2
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada Ny.N Dengan Post Patum SC
(Section Caesarea).
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Ny.N Dengan Post
Patum SC (Section Caesarea).
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny.N Dengan
Post Patum SC (Section Caesarea).
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny.N Dengan Post Patum SC (Section
Caesarea).
1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka
Harap Palangka Raya Post Partum SC (Section Caesarea).
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat mengedukasi keluarga untuk dapat selalu menjaga kesehatannya
dan sebagai sumber informasi pada keluarga tentang Post Partum SC (Section Caesarea).
1.4.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber refrensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit.
1.4.4 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien dengan
Post Partum SC (Section Caesarea).
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Etiologi
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul ), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I – II,
komplikasi kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ). Gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan sebagainya).
2. Etiologi yang berasal dari janin
4
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, 8 9 kegagalan persalinan
vakum atau forceps ekstraksi. (Nurarif & Hardhi, 2015).
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan
susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan
jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuranukuran bidang panggul
menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
5
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a. Letak kepala tengadah , Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya
kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
b. Presentasi muka , Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian
kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi,
kira-kira 0,27-0,5 %.
c. Presentasi dahi , Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada
pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
g. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).
2.1.2. Klasifikasi
Klasifikasi Sectio Caesarea menurut (Hary Oxorn dan Wiilliam R. Forte, 2010).
1. Segmen bawah : Insisi melintang
6
Karena cara ini memungkinkan kelahiran per abdominam yang aman sekalipun
dikerjakan kemudian pada saat persalinan dan sekalipun dikerjakan kemudian pada
saat persalinan dan sekalipun rongga Rahim terinfeksi, maka insisi melintang segmenn
bawah uterus telah menimbulkan revolusi dalam pelaksanaan obstetric.
7
dalam keadaan jelek akibat sebab-sebab lain. Pada kasus-kasus semacam ini lanjutan
pembedahan adalah menyelesaikannya secepat mungkin.
2.1.3. Patofisiologi
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak lahir normal atau spontan, misalnya disebabkan oleh panggul sempit dan plasenta
previa. Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi, efek anastesi menyebabkan konstipasi. Dalam proses
pembedahan akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya jaringan merangsang area sensorik yang menyebabkan gangguan rasa nyaman
yaitu nyeri.
Setelah proses pembedahan berakhir daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post sectio caesarea, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menyebabkan resiko
infeksi. Pada saat post partum mengalami penurunan hormon progesteron dan estrogen
akan terjadi kontraksi uterus dan involusi tidak adekuat sehingga terjadi pendarahan dan
bisa menyebabkan risiko syok, Hb menurun dan kekurangan O2 mengakibatkan kelemahan
dan menyebabkan defisit perawatan diri (Nurarif & Kusuma, 2015).
8
WOC
POST SC
B1 B2 B3 B4 B5 B6
(Breathing) (Blood) (Brain) (Bladder) (Bowel) (Bone)
Peningkatan Nifas
Kontraksi Uterus Penurunan kerja Peningkatan
Sekresi Mukosa Kelemahan otot
(post pembedahan) PONS Asam
Luka terbuka
post dientri
Atonia aliran Terputusnya Penurunan kerja Mual muntah
Reflex Batuk Bedrest
darah uteri kontinuitas jaringam otot-otot
eliminasi
Perawatan
Kurang Anoreksia
Akumulasi sekret Kontraksi Pengeluaran MK : MK:
berlebihan mediator nyeri Konstipasi
Hambatan
MK : Resiko Mobilitas Fisik
MK : Jalan Nafas Pendarahan Nyeri saat Infeksi Intake Menurun
Tidak Efektif Meningkat beraktifitas
MK : Nutrisi
MK: Resiko Kurang dari
MK : Nyeri
Syok Hipolemix tubuh
Akut 9
2.1.4. Manifestasi Klinis
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang lebih komprehensif
yaitu perawatan post operatif dan post partum, manifestasi klinis Sectio Caesarea
menurut Dongoes 20 yaitu :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus terletak di umbilicus
d. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750 – 1000
f. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
i. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
j. Bonding attachment pada anak yang baru lahir
2.1.5. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah
komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok perdarahan,
obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ abdomen seperti usus,
ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada Sectio Caesarea juga bisa terjadi infeksi
sampai sepsis apalagi pada kasus dengan ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi
komplikasi pada bekas luka operasii (Anggi, 2015).
Hal yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi
jahitan pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti infeksi
intrauteri, adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya, abses
tuboofaria, apendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak terkontrol,
kondisi imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau sedang
mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk anemia berat,
sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi pada materi benang yang
digunakan daan kuman resisten terhadap antibiotic. Akibat infeksi ini luka bekas
Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu pertama pasca operasi. Terbukanya luka
bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga sampai fascia yang disebut dengan bust
10
abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau ada eksudat dan berbahaya jika
dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar melalui aliran darah. Luka yang
terbuka akibat infeksi itu harus dirawat, dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran
luka tersebut. (Valleria, 2016).
11
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post operasi,
penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
e. Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda sesuai
indikasi.
f. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan ketopropen sup
2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat 14 diberikan tramadol atau paracetamol tiap
6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu.
g. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit C.
k. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti.
l. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
m. Perawatan Payudara
12
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
13
e. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak lintang,
karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah. kemungkinan kesempitan
panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
f. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini.
2.2.3. Klasifikasi
Menurut POGI (2014), KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok ,yaitu KPD Preterm
dan KPD Aterm:
2.2.3.1. KPD Preterm
Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan
vaginal pooling , tes nitrazin dan tes fern atau IGFBP- (+) pada usia <37 minggu
sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya ketuban saat umur
kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu , sedangkan KPD Preterm saat
umur kehamilan ibu antara 34 sampai kurang 37 minggu.
2.2.3.2. KPD Aterm
Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnyaa ketuban sebelum waktunya yang
terbukti dengan vaginal pooling , tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1(+) pada usia
kehamilan >37 minggu.
2.2.4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion
dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem
aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan
inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
14
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion /
amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban menyebabkan
ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan
penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang
intraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar
melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau
higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya,
predisposisi infeksi (Prawirohardjo (2015).
Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara lain:
1. jadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang mengeluarkan
enzim preteolitik dan kolagenase.
15
2.2.6. Komplikasi
Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban pecah dini yaitu (a)
peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas, (b) komplikasi selama
persalinan dan kelahiran, (c) resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko
infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau penghalang terhadap
masuknya penyebab infeksi (Sarwono, 2016)
16
harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif
dengan maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau
keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin. Penatalaksanaan
KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara
pasti segera dilakukan pemeriksaann ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur
kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang
bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan
kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk
persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru- paru sudah
matang, chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab
utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau
lamanya perode laten (Manuaba, 2013).
a. Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm (> 37 Minggu).
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan durasi KPD keduanya
mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian infeksi dan
komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari
persalinan disebut periode latent = L, P = “lag” period. Makin muda umur kehamilan
makin memanjang L.P-nya. Pada hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan
menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan
akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah.bila dalam 24 jam
setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi
persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar (Manuaba, 2013).
Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun
antibiotik tidak berfaeadah terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap
chorioamninitis lebih penting dari pada pengobatanya sehingga pemberian antibiotik
profilaksis perlu dilakukan. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera
setelah diagnosis KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6
jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih
dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera
diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu
dengan sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat
17
diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat
dikurangi (Manuaba, 2013).
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap
keadaan janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya.
Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan
ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his
kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop score jika > 5 induksi
dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil
akhiri persalinan dengan seksio sesaria (Manuaba, 2013).
18
Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata
pengelolaan konservatif juga dapat menyebabakan komplikasi yang berbahaya, maka
perlu dilakukan pengawasan yang ketat. Sehingga dikatakan pengolahan konservatif
adalah menunggu dengan penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi
intrauterin (Manuaba, 2013).
Sikap konservatif meliputi pemeriksaan leokosit darah tepi setiap hari,
pem,eriksaan tanda-tanda vital terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut
jamtung janin, pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya
stiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterm KPD telah dilaporkan
secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. The National Institutes of Health telah
merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada preterm KPD pada kehamilan 30-
32 minggu yang tidak ada infeksi intramanion. Sedian terdiri atas betametason 2 dosis
masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexametason 4 dosis masingmasing 6 mg
tiap 12 jam (Ma nuaba, 2013).
1) Keluhan Utama :
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya rasa nyeri. Lokasi luka
biasanya terdapat pada daerah- daerah yang menonjol, misalnya pada daerah
abdomen , daerah tangan , telapak kaki,.
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan
serangan, serta keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang telah
dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit dengan gejalanya
seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam, edema, dan neuropati
3) Riwayat Kesehatan masa lalu:
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
19
yang masih relevan. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan
alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka dapat
dipengauhi oleh penyakit-penyakit yang diturunkan seperti : DM, alergi, Hipertensi
( CVA ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur medis yang pernah dialami klien. Hal
ini untuk memberikan informasi apakah perubahan pada kulit merupakan manifestasi
dari penyakit sistemik seperti : infeksi kronis, kanker, DM
2.3.1.3. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien biasanya baik atau compos mentis
(CM) dan umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cema s
akibat adanya kerusakan integritas kulit yang dialami.
2) B1 (Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas normal.
3) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan atau dalam batas normal tidak ada
bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan katup.
4) B3 (Brain)
Kaji adanya hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat kelemahan/kehilangan
fungsi. Pergerakan mata atau kejelasan penglihatan, dilatasi pupil. Agitasi berhubungan
denan nyeri atau ansietas.
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Perubahan pola kemih
seperti inkontinesia urin, disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin, dan
kebersihan.
6) B5 (Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi bising usus,
anoreksia, adanya anoreksia abdomen, dan nyeri tekan abdomen.
7) B6 ( Bone)
20
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Kaji adannya berat tiba-tiba mungkin
teralokasi pada area jaringan dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot
,laserasi kulit dan perubahan warna.
2.3.2. Diagnosa Keperawatan
2.3.2.1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik (D.0077. Hal 172)
2.3.2.2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan(D.0129. Hal
282)
2.3.2.3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat.
(D.0142. Hal 304)
2.3.2.4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri(D.0055.Hal 126)
2.3.2.5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot(D.0056. Hal 128 )
2.3.2.6. Resiko Syok Hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.(D.0039. Hal 92)
21
22
2.2.3. Intervensi
23
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Anjurkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgesic
2. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan ( Perawatan luka I.14564, Hal.328)
kulit berhubungan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
dengan kerusakan diharapkan keutuhan kulit meningkat 1. Monitor karakteristik luka
jaringan(D.0129 Hal dengan kriteria hasil :
2. Monitor tanda-tanda infeksi
282)
1. Suhu kulit membaik.(5)
Terapeutik :
2. Sensasi kulit membaik.(5) 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
3. Tekstur kulit membaik.(5) 2. Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu
4. Nyeri menurun.(5) 3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
5. Kemerahan pada kulit menurun.
(5) 4. Besihkan jaringan nekrotik
6. Elastisitas kulit meningkat.(5) 5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
24
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
10. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-
1,5 g/kgBB/hari
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur debridement
3. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan ( Pencegahan Infeksi I.14539 Hal.278)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
pertahanan primer tubuh diharapkan pasien mengetahui dan
25
yang tidak adekuat. mencegah resiko infeksi dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sitemik
(D.0142 Hal 304) kriteria hasil :
Terapeutik :
1. Pasien mampu mengidentifikasi
1. Batasi jumlah pengunjung
resiko meningkat. (5)
2. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Kemampuan melakukan
strategi kontrol resiko 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
meningkat. (5) lingkungan pasien
3. Kemampuan pasien mengubah 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
prilaku meningkat. (5)
Edukasi :
4. Kemampuan pasien 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
menghindari faktor resiko
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
meningkat. (5)
3. Ajarkan etika batuk
5. Kemampuan mengenali
perubahan status kesehatan 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
meningkat.(5)
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
26
4. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Tidur I. 05174, hal 48)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
nyeri (D.0055 Hal 126) diharapkan pola tidur pasien kembali 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
membaik dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur menurun.(5)
3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
2. Keluhan sering terjaga menurun.
(5) 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
4. Keluhan pola tidur pasien 2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
berubah menurun. (5)
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
5. Keluhan istirahat tidak cukup
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
menurun. (5)
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
6. Kemampuan beraktivitas pasien
meningkat. (5) Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
27
tidur
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan (Dukungan Mobilisasi I.05173, hal 30)
berhubungan dengan keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
kelemahan otot(D.0056. diharapkan mobilisasi fisik 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Hal 128 ) meningkat dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
1. Kekuatan otot pasien cukup
meningkat.(5) 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
2. Rentang gerak pasien cukup
meningkat.(4) 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
28
6. Gerakan terbatas pasien 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
menurun. (5) pergerakan
6 Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan ( Manajemen syok hipovolemik I.02050. hal. 222)
Hipovolemik keperawatan selama 1x8 jam Observasi :
berhubungan dengan diharapkan Tingkat syok menurun 1. Monitor status kardiopulmonal
perdarahan yang dengan kriteria hasil :
2. Monitor status oksigenasi
berlebihan, pindahnya 1. Kekuatan nadi meningkat. (5)
cairan intravaskuler ke 3. Monitor status cairan
2. Output urine meningkat. (5)
ekstravaskuler.
4. Periksa tingkat kesadaran dan respom pupil
(D.0039) 3. Tingkat kesadaran
meningkat. (5) 5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
5. Tekanan nadi membaik. (5) 2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturnasi oksigen
29
6. Mean arterial pressure >94%
membaik.(5)
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,jika perlu
7. Frekuensi napas membaik.(5)
4. Lakukan penekanan langsung (direct pressure) pada
8. Frekuensi nadi membaik. (5) pendarahan eksternal
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada orang
dewasa
30
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang pelaksanaannya
berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada langkah sebelumnya
(intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani,
2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
31
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
32
Agama : Islam
Suku Bangsa : Dayak
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Gol. Darah : -
Alamat : Jl.RTA Milono Km 2.5
B. Status Kesehatan
a. Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri pada luka post SC
b. Riwayat Kesehatan sekarang :
Pada tanggal 29 September 2021 pukul 11:21 WIB Ny.N diantar oleh keluarganya
ke RSUD Doris Sylvanus sebelumnya pasien dibawa ke PKM Pahandut yang
kemudian dirujuk ke RSUD Doris Sylvanus dengan keluhan mules-mules sejak
pukul 07.00 WIB ,keluar air sejak pagi pukul 08.00 WIB. Pada tanggal 01 oktober
2021 baru dilakukan prosedur SC ,setelah prosedur SC pasien masuk ke ruang
Cempaka. Saat dilakukan pengkajian Di ruang cempaka pada tanggal 4 oktober
2021 klien mengeluh nyeri pada bagian luka post SC. Nyeri pada bagian luka post
Sc bagian perut, nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusu-tusuk , skala nyeri
7(nyeri berat)nyeri terus menerus. Hasil pemeriksaan awal kesadaran compos
menthis, Tanda-tanda vital: TD = 120/80, N= 130x/menit, RR=20x/menit, S= 37∘C,
, pasien tampak terpasang infus RL Drip oxy ditangan sebelah kiri..
c. Riwayat Kesehatan yang lalu : pasien mengatakan tidak pernah menderita
penyakit menular/menurun
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Genogram 3 generasi :
Keterangan:
: Perempuan
: Laki – laki
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Garis
keturunan
33
e. Riwayat obstetric dan ginekologi
1. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 13 tahun
Lamanya haid : 4-7 hari
Siklus : 28 hari
Banyaknya : 2x ganti pembalut
Sifat darah : merah,kental.
HPHT : 7 januari 2021
Taksiran persalinan : 14 oktober 2021
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G P1 A0
Keada
Umu
Jenis Tempat/ Jenis Masalah an
Tgl r
No partu Penolon kelami BB Anak
partus ham
s g n Ha Lahi Nifa
il Bayi
mil r s
34
Hamil
Ini
35
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
BB : 63 Kg
Tinggi badan : 160 Cm
b. Kepala
Kesadaran : Compos Menthis
Turgor Kulit : Baik
c. Kepala
Warna rambut : hitam
Keadaan : bersih
d. Muka
Oedema : tidak ada
Cloasma gravidarum :tidak ada
e. Mulut
Mukosa mulut & bibir :Bersih
Keadaan gigi : normal
Fungsi pengecapan : normal
Keadaan mulut : bersih
Fungsi menelan : normal
f. Mata
Konjunctiva: : tidak pucat
Sklera : : putih dan bersih
Fungsi Pengelihatan : Normal
g. Hidung
Pendarahan/Peradangan :tidak ada
Keadaan/kebersihan : bersih
h. Telinga
Keadaan : bersih
Fungsi pendengaran : baik
i. Leher
Pembesaran kel. Tyroid : tdk ada
Distensi Vena Jugularis : tdk ada
Pemebesaran KGB : tidak ada
j. Daerah dada
Daerah dada : -
Suara napas : vesikuler
Jantung dan paru-paru :Bunyi jantung :S1 dan S2 Normal
Retraksi dada : tidak ada
k. Payudara
Perubahan :tidak ada
36
Bentuk buah dada :bulat
Hyperigmentasi areola :tidak ada
Keadaan puting susu : kecoklatan
Cairan yang keluar : putih
Keadaan/Kebersihan : bersih
Nyeri/Tegang : nyeri
Skala nyeri : 2(ringan)
l. Abdomen
Tinggi FU : 1 jari
Kontraksi Uterus : ada dan teraba keras
Konsistensi Uterus : baik
Posisi Uterus : 2 jari dibawah pusat
Diastasis RA :-
Bising usus : 25x/menit
Lainnya :Adanya bekas luka Post Sc ± 10 cm
pada bagian perut,tidak terdapat
edema atau pun kemerahan pada luka
m. Genetalia Eksterna
Keluhan :-
Oedema : tdk terdapat edema
Varises : tidak ada
Pembesaran Kel Bartolin : tidak ada
Pengeluaran/lochea :
Warna : merah
Jumlah : sedikit
Bau : amis
Blas :
n. Anus
Haemorrhoid : tidak ada
o. Ekstermitas Atas & Bawah
Refleks patela : baik
Varises :
Oedema :
Simetris :
Kram :
3.2. Bayi
1. Keadaan umum : Baik
37
2. Tanda-tanda vital : Normal
3. Kepala : Simetris
4. Dada : Simetris
5. Abdomen : Normal
6. Genetalia : Normal
7. Anus : Normal
8. Ekstremitas : Normla
38
Waktu tidur :Pada malam hari dari pukul 09.00-05.0
WIB pada siang hari dari pukul 12.00-04.00
WIB
Lama tidur/hari :Malam hari 8 jam dan pada siang hari 4 jam
Kebiasaan pengantar tidur : tidak ada
Kebiasaan saat tidur : tidak ada
Kesulitan dalam tidur : tidak ada
g. Ketergatungan fisik
Merokok : -
Minuman keras :-
Obat-obatan : -
Lain-lain : -
5. Aspek Psikososial dan Spiritual
a. Pola pikir dan persepsi
-Apakah ibu telah mengetahu cara memberi ASI dan memberi makanan
tambahan pada bayi : Pasien mengatakan belum mengetahui
39
-Apakah ibu merencanakan pemberiaan ASI pada bayinya : iya
- Jenis kelamin yang diharapkan : Laki-laki dan perempuan
- Siapa yang membantu merawat bayi dirumah : orang tua
- Apakah ibu telah mengetahui nutrisiibu menteteki :Pasien mengatakan pasien
tidak mengetahui
- Apakah hamil ini diharapkan : sangat diharapkan
- Apakah ibu merencanakan untuk mengimunisasikan bayinya :iya
- Apakah ibu telah mengetahui cara memandikan dan merawat tali pusat
:Pasien mengatakan pasien sudah mengetahui cara merawat tali pusat dan
memandikan bayi
b. Persepsi diri
- Hal yang amat dipikirkan saat ini : nyeri pada bagian luka post SC
- Harapan setelah menjalani perawatan : pasien berharap nyeri pada luka post SC
berkurang dan pasien mampu melakukan aktifitas seperti biasa
Perubahan yang dirasa setelah hamil :Tidak ada
c. Konsep diri
- Body image :pasien mengatakan bahwa pasien bahagia dengan kehidupan nya
sekarang
- Peran :pasien anak kedua dari 2 bersaudara dan seorang istri, ibu
- Ideal diri :pasien adalah seorang yang ramah, pasien berharap dapat cepat
pulang dan mengurus anak dan suami nya
- Identitas diri : pasien lulusan SMA dan sudah menikah
- Harga diri :pasien mengatakan pasien sangat berguna dan berarti
d. Hubungan/Komunikasi
- Bicara : jelas/relevan/mampu mengekpresikan/mampu mengerti orang lain :
- Bahasa utama : Indonesia
- Yang tinggal serumah : Suami
- Adat istiadat yang dianut :
- Yang memegang peranan penting dalam keluarga :Suami dan istri
- Motivasi daru suami : Suaminya selalu menyemangati pasien semoga cepat
sembuh
- Apakah suami perokok : tidak
40
- Kesulitan dalam keluarga :tidak ada
e. Kebiasaan Seksual
- Gangguan hubungan seksual : tidak ada
- Pemahaman terhadap fungsi seksual post partum : -
f. Sistem nilai – kepercayaan
- Siapa dan apa sumber kekuatan : pasien mengtakan Tuhan
- Apakah Tuhan, agama, Kepercayaan penting untuk anda : Pasien mengatakan
penting
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam frekuensi) sebutkan :
Sholat
- Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan selama di Rumah Sakit,
sebutkan : Membaca Al-quran
6. Pemerikasaan Penunjang
a. Darah
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
01/10/2021 WBC 18.44 (10ˆ3/ uL) 4.50-11.00
01/10/2021 HGB 11.6 g/dL 10.05-18.0
b. Urine
- Protein : - Sedimen :
- Reduksi :
c. Pemeriksaan tambahan
- Rontgent :-
I. PENGOBATAN
41
1. Injeksi Cetorolax 3x30 mg
2. Injeksi Cefriaxone 1x2 gr
3. Injeksi Kainex 3x500mg
4. Infus RL drip oxy 24
Lolita Amelia
42
ANALISIS DATA
S : 4 ( nyeri sedang)
Do :
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37 0c
Nadi : 80 x/menit
RR: 20 x/menit ,
43
dilakukan perawatan luka
44
melakukan gerakan
- Aktifitas ADL pasien tampak dibantu oleh ADL dibantu
suami,keluarga dan perawat
- Pasien tampak hanya melakukan aktifitas
diatas bed
- Pasien tampak takut melakukan mobilasis
Ds : Kurang nya terpapar
Pasien mengatakan pasien tidak memahami tentang informasi
Defisit
bagaimana cara memberi ASI Ekslusif pada bayi
Pengetahuan
Do :
Kurang nya pengetahuan
- Pasien tampak gelisah tentang pemberian ASI
- Pasien tampak cemas ekslusif
- Pasien tampak sering bertanya tentang
bagaiman pemberian ASI ekslusif pada bayi
- Pasien tampak bingung pada saat ditanya Defisit Pengetahuan
45
PRIORITAS MASALAH
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasi yang ditandai dengan adanya
luka sc kurang lebih 10 cm pada bagian perut , risiko infeksi dibuktikan dengan adanya
efek prosedur invasi , tidak terdapat adanya tanda-tanda infeksi.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedara fisik ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri pada bagian luka post SC,pasien tampak meringis,pasien tampak gelisah SDKI
(D.0077)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengatakan sulit untuk bergerak karena takut luka operasi nya akan bertambah lebih
nyeri,pasien tampak bergerak hati-hati, ADL pasien tampak dibantu oleh
suami,keluarga dan perawat SDKI (D.0058)
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang nya terpapar informasi ditandai
dengan pasien tampak gelisah, pasien tampak bingung dan khawatir SDKI (D.0080)
46
RENCANA KEPERAWATAN
Ruang Rawat : -
47
1. Nyeri Akut b/d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Identifikasi skala nyeri
2x8 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan
penedera fisiki yang ditandai 1. Untuk mengetahui tingkat
kriteria hasil : 2. Anjurkan memonitor nyeri
nyeri pasien
dengan nyeri dengan skala secara mandiri
1. Keluhan nyeri pasien menurun.(5) 2. Agar pasien mampu
3. Ajarkan Tekhnik relaksasi
5(sedang) memonitor nyeri ketika
2. Meringis pasien menurun.(5). napas dalam
nyeri tiba-tiba muncul
3. Skala nyeri berkurang 0-3 3. Agar pasien mampu
4. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
mengurangi nyeri dengan
4. Kegelisahan pasien menurun.(5)
5. Anjurkan untuk beristirahat tekhnik relaksasi
5. Ketegangan otot pasien.(5) ketika nyeri muncul 4. Agar dapat mengukur
tingkat nyeri
6. Kesulitan tidur pasien menurun
6. Memberikan Pendidikan 5. Istirahat akan merelaksasi
7. Kemampuan menuntaskan aktivitas pasien kesehatan tentang nyeri semua jaringan sehingga
meningkat. (5) Kolaborasi dalam akan meningkatkan
kenyamanan.
pemberian analgesic 6. Agar pasien mengetahui
tentang nyeri yang dialami
pasien.
7. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik dalam
mengurangi rasa nyeri
pasien.
48
3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1) Identifikasi adanya nyeri 1) Mengidentifikasi
berhubungan dengan 1x8 jam diharapkan mobilisasi fisik meningkat atau keluhan fisik lainnya kelemahan pada pasien
kelemahan ditandai dengan dengan kriteria hasil : 2) Identifikasi toleransi fisik 2) Mengetahui faktor yang
pasien mengatakan sulit 1. Kekuatan otot pasien cukup meningkat.(5) melakukan pergerakan mempengaruhi intoleransi
2. Rentang gerak pasien cukup meningkat.(4) 3) Monitor frekuensi jantung aktivitas
untuk bergerak karena
3. Nyeri menurun.(5) dan tekanan darah sebelum 3) Supaya tidak terjadi cedera
takut luka operasi nya akan 4. Kecemasan pasien menurun. (5) memulai mobilisasi pada saat melakukan
bertambah lebih 5. Kelemahan fisik menurun. (5) 4) Monitor kondisi umum mobilisasi
nyeri,pasien tampak 6. Gerakan terbatas pasien menurun. (5) selama melakukan 4) Mencegah terjadi nya
bergerak hati-hati, ADL 7. Kekakuan sendi menurun. (5) mobilisasi cedeara yang dapat
pasien tampak dibantu oleh 5) Libatkan keluarga untuk memperberat mobilasasi
suami,keluarga dan membantu pasien dalam 5) Agar dapat dilakukan oleh
perawat SDKI (D.0058) meningkatkan pergerakan keluarga dalam mengajar
6) Jelaskan tujuan dan kan mobilasasi pada pasien
prosedur mobilisasi 6) Agar menambah
pengetahuaan dan wawasan
pasien
4. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1) Identifikasi masalah 1) Memudakan
berhubungan dengan kurang 2x8 jam diharapkan tingkat tingkat ansietas yang dialami mengidentifikasi masalah
nya terpapar informasi menurun dengan kriteria hasil : 2) Ciptakan ruangan yang
ditandai dengan pasien tenang dan nyaman pasien
tampak gelisah,dan bertanya 1. Perilaku gelisah menurun dengan skor 5 3) Anjurkan pasien berdoa 2) Agar pasien merasa
mengenai pemberian asi 2. Verbalisasi kebingungan menurun dengan 4) Anjurkan pasien nyaman
ekslusif SDKI (D.0080) skor 5 melakukan teknik
3. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang menenangkan hingga 3) Agar rasa cemas pasien
dihadapi menurun dengan skor 5 perasaan pasien tenang berkurang
4) Mengurangi rasa cemas
pasien terhadap kondisi yang
dialami
49
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
50
dan
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37 0c
Nadi : 80 x/menit
51
RR: 20 x/menit
Diagnosa 2 1. Mengidentifikasi skala nyeri S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian luka post SC
2. Menganjurkan memonitor nyeri secara berkurang
Jumat, 04 oktober 2021
mandiri
Pukul Pukul 11.00-12.30 O:
3. Mengajarkan Tekhnik relaksasi napas
Wib
dalam 1. Meringis pasien tampak berkurang
6. Berkolaborasi dalam pemberian 5. Pasien melakukan teknik napas dalam pada saat
52
Diagnosa 3 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : Pasien tampak sudah bisa melakukan aktivitas nya
keluhan fisik lainnya secara bertahap
Selasa, 05 Oktober 2021 2. Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan O:
Pukul 09.00-10.00 Wib
3. Memonitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai 1. Pasien tampak mulai berlatih jalan dan beraktivitas
mobilisasi sendiri
4. Memonitor kondisi umum selama 2. Pasien tampak mulai bersemangat untuk melakukan
Lolita Amelia
melakukan mobilisasi aktivitas
5. Melibatkan keluarga untuk membantu 3. Tekanan darah pasien tampak normal TD= 120/80
pasien dalam meningkatkan pergerakan 4. Kondisi pasien mulai membaik
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur
5. ADL pasien tampak sesekali dibantu suami.
mobilisasi
6. Pasien dan keluarga tampak memahami tujuan dari
mobilisasi
P : Intervensi Dilanjutkan
53
Diagnosa 4 1) Memberikan penjelasan pada klien S:
tentang Cara pemberian Asi Eksklusif
Rabu , 06 Oktober 2021 Pasien mengatakan sudah paham tentang bagaimana
2) Memberikan informasi pada klien dan
cara memberi ASI Ekslusif pada bayi
Pukul 09.00-10.00 Wib keluarga tentang Cara pemberian Asi
Eksklusif O:
3) Meminta klien dan keluarga mengulangi Lolita Amelia
kembali tentang materi yang telah 1. Pasien tampak sudah paham dengan cara pemberian
diberikan. ASI Eksklusif
54
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sectio caesarea adalah suatu persalianan buatan di mana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta
berat badan di atas 500 gram. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut; seksio sesarea juga dapat
didefinisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Amru
sofian, 2015).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2016).
1. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena tidak
diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera (CV kurang
8 cm).
2. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa
(partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan gagal, baru
dilakukan sectio.
3. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
4. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu operasi
dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung dilakukan
histerektomi oleh karena suatu indikasi.
5. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari
kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
Post Partum adalah suatau masa antara kelahiran sampai dengan organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. (Reeder, 2017). Post Partum
merupakan masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum kehamilan. Lama Post Partum ini antara
6-8 minggu. (Solehati & Kosasih, 2015 yang melaporkan penelitian tahun 2002 oleh
Mochtar).
4.2 Saran
55
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan Stikes Eka
Harap Palangka Raya Post Partum SC (Section Caesarea).
4.2.2 Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan dapat mengedukasi keluarga untuk dapat selalu menjaga
kesehatannya dan sebagai sumber informasi pada keluarga tentang Post Partum SC
(Section Caesarea).
4.2.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber refrensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit.
4.2.4 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien
dengan Post Partum SC (Section Caesarea).
56
DAFTAR PUSTAKA
Armyati, Eky Oktaviana. 2015. Buku Ajar Psikologi Kebidanan. Ponorogo: Unmuh
Ponorogo Press.
Ikhtiarini, Dewi Erti. 2015. Keperawatan Klinik VIII: Panduan Praktikum. Jurnal
Keperawatan Soedirman Vol. 7, No. 1. Tahun 2015.
57
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
OLEH :
Lolita Amelia
2019.C.11a.1016
58
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
Pendidikan
Sasaran :
Tujuan
Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan penyuluhan 1x30 menit, pasien dan keluarga mampu memahami dan
mampu menjelaskan tentang Cara Pemberian ASI Eksklusif.
1. Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam bentuk selembar
mengenai informasi Cara Pemberian ASI Eksklusif.
.3.1 Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Rabu, 6 Oktober 2021
2. Pukul : 09.00-09.30 s/d
3. Alokasi : 20 Menit
59
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pendahuluan : 3 Menit Menjawab salam
Memberi salam dan memperkenalkan Mendengarkan
diri Menjawab pertanyaan
Menjelaskan maksud dan tujuan
penyuluhan
Melakukan evaluasi vadilasi
2 Penyajian : 7 Menit Mendengarkan dengan
1) Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif. seksama
2) Menjelaskan Cara Pemberian ASI Mengajukan pertanyaan
Eksklusif
3) Menjelaskan Tanda gejala bayi cukup
ASI Eksklusif.
4) Menjelaskan Manfaat ASI Eksklusif.
5) Menjelaskan Bagaimana Cara
menyimpan ASI Eksklusif dengan baik
60
3. Menjelaskan kontrak dan waktu disampaikan.
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalan diskusi
2) Penyaji : Lolita Amelia
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan memberitahukan kepada
moderator agar moderator dapat memberi arahan selanjutnya kepada peserta-peserta
diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materi penyuluhan.
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan.
3. Mengucapkan salam penutup.
3) Fasilitator: Lolita Amelia
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang, memahami tujuan
bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut
tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan.
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir.
4) Simulator : Lolita Amelia
Simulator adalah seseorang yang bertugas untuk menyimulasikan suatu peralatan
kepada audience.
Tugas :
1. Memperagakan macam-macam gerakan.
5) Dokumentator : Lolita Amelia
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang berkaitan
dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen pada saat kegiatan
berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan Somatitis.
6) Notulen : Lolita Amelia
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar, diskusi,
atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara. Ditulis oleh seorang Notulis yang
61
mencatat seperti mencatat hal-hal penting. Dan mencatat segala pertanyaan dari peserta
kegiatan.
Tugas :
Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
A. TEMPAT
Setting Tempat :
Keterangan:
: Moderator
: Leader
: Klien
: Dokumentator
: Fasilitator
: Keluarga klien
B. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
1) Peserta dan keluarga hadir di tempat penyuluhan
2) Penyelenggaraan di ruang RS
3) Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
62
2. Evaluasi Proses
1) Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang “Perawatan Payudara”.
2) Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
3) Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
1. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Definisi Perawatan Payudara”.
2. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Manfaat dan Tujuan Perawatan
Payudara”.
3. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Waktu Pelaksanaan, Hal-Hal
yang Perlu di Perhatikan, Teknik, dan Langkah-Langkah Perawatan Payudara”.
4. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang “Akibat Tidak Melakukan
Perawatan Payudara”.
MATERI PENYULUHAN
1. ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Ekslusif
63
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan
garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi (Haryono dan Setianingsih, 2014). Pada usia 6 bulan pertama,
bayi hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal dengan sebutan ASI eksklusif
(Maryunani, 2010). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan tanpa
pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim
(Haryono dan Setianingsih, 2014).
ASI diproduksi dalam korpus alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu,
selanjutnya dari alveolus air susu akan diteruskan ke dalam saluran yang disebut duktus
laktiferus. Setelah persalinan, produksi susu dipengaruhi oleh isapan mulut bayi yang
mampu merangsang prolaktin keluar. ASI merupakan cairan susu yang diproduksi ibu yang
merupakan makanan terbaik untuk kebutuhan gizi bayi. Pengertian ASI eksklusif adalah
pemberian air susu ibu, segera setelah persalinan sampai bayi berusia 6 bulan tanpa
tambahan makanan lain, termasuk air putih. Pemberian mineral, vitamin, maupun obat
boleh diberikan dalam bentuk cair sesuai anjuran dokter. Hal ini dikarenakan sistem
pencernaan bayi masih belum sempurna, khususnya usus halus pada bayi masih berbentuk
seperti saringan pasir, pori-pori pada usus halus ini memungkinkan protein atau kuman
akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-
pori dalam usus bayi ini akan menutup setelah berumur 6 bulan. Setelah usia bayi
mencapai 6 bulan, bukan berarti pemberian ASI dihentikan, bayi diberikan makanan
pendamping lain secara bertahap sesuai dengan usianya dan ASI tetap boleh diberikan
sampai anak berusia 2 tahun.
64
payudara sebelum dan sesudah masa puerperium.Kolostrom keluar pada hari pertama
sampai hari keempat pasca persalinan.Cairan ini mempunyai viskositas kental, lengket
dan berwarna kekuning-kuningan. Cairan kolostrom mengandung tinggi protein,
mineral garam,vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi
dibandingkan dengan ASI matur. Selain itu, kolostrom rendah lemak dan
laktosa.Protein utamanya adalah immunoglobulin (IgG, IgA, IgM) berguna sebagai
antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit. Volume
kolostrom antara 150-300 ml/24 jam. Meskipun kolostrom hanya sedikit volumenya,
tetapi volume tersebut mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari.
Kolostrom berfungsi sebagai pencahar ideal yang dapat
mengeluarkan zat-zat yang tidak terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan
kondisi saluran pencernaan agar siap menerima makanan yang akan datang (Nugroho,
2011).
2) ASI Peralihan
Merupakan peralihan dari kolostrom sampai menjadi ASI matur. ASI peralihan
keluar sejak hari ke 4-10 pasca persalinan.Volumenya bertambah banyak dan ada
perubahan warna dan komposisinya. Kadar immunoglobulin menurun, sedangkan
kadar lemak dan laktosa meningkat (Nugroho, 2011).
3) ASI Matur
ASI yang keluar dari hari ke 10 pasca persalinan sampai seterusnya.Komposisi
relative konstan (adapula yang menyatakan bahwa komposisi ASI relative mulai
konstan pada minggu ke 3 sampai minggu ke 5), tidak mudah menggumpal bila
dipanaskan.ASI pada fase ini yang keluar pertama kali atau pada 5 menit pertama
disebut sebagai foremilk. Foremilk lebih encer, kandungan lemaknya lebih rendah
namun tinggi laktosa, gula protein, mineral dan air (Nugroho, 2011).
c. Kandungan Zat Gizi ASI
1) Karbohidrat
Karbohidrat pada ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang sangat tinggi
dibandingkan dengan susu formula. Jumlah laktosa yang lebih banyak terkandung
dalam ASI membuat rasa ASI menjadi lebih manis dibandingkan dengan susu formula.
Laktosa akan difermentasikan menjadi asam laktat dalam pencernaan bayi, suasana
asam memberi beberapa keuntungan bagi pencernaan bayi, antara lain:
65
a) Menghambat pertumbuhan bakteri patologis.
b) Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan
mensitesis protein.
c) Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
d) Memudahkan absorbsi dari mineral seperti kalsium, fosfor, dan magnesium
2) Protein
ASI mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan susu formula,
namun protein ASI yang diebut “whey” ini bersifat lebih lembut sehingga mudah
dicerna oleh pencernaan bayi.
Protein dalam ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
laktoglobulin dan bovibe serum albumin yang lebih sering menyebabkan alergi pada
bayi. (Rukiyah
Aiyeyeh,dkk,2011)
3) Lemak
Kadar lemak antara ASI dengan susu formula relatif sama, namun lemak dalam
ASI mempunyai beberapa keistimewaan antara
lain:
a) Bentuk emulsi lemak lebih sempurna karena ASI mengandung enzim lipase yang
memecah trigliserida menjadi digliserida kemudian menjadi monogliserida
sehingga lemak dalam ASI lebih mudah dicerna dalam pencernaan bayi.
b) ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu omega-3, omega-6, dan DHA yang
dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk jaringan otak.
4) Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap dan cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi sampai berusia 6 bulan. Kandungan mineral dalam ASI adalah konstans, tetapi
ada beberapa mineral spesifik yang kadarnya dipengaruhi oleh diit ibu. Kandungan zat
besi dan kalsium paling stabil dan tidak dipengaruhi oleh diit ibu.
Mineral lain adalah kalium, natrium, tembaga, mangan, dan fosfor
5) Vitamin
Vitamin dalam ASI cukup lengkap, vitamin A, D, dan C cukup, sedangkan
golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik kurang. Vitamin lain
yang tidak tekandung dalam ASI bergantung pada diit ibu
66
6) Air ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-zat yang terkandung
dalam ASI. Kandungan air dalam ASI yang cukup besar juga bisa meredakan rasa haus
pada bayi.
d. Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Haryono dan Setianingsih (2014) manfaat ASI Eksklusif bagi bayi, antara lain:
1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi terutama diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi
bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun
sedikit tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum
harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi,
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi
bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
2) Membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi)
3) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas terkontaminasi, Immunoglobin A
(IgA) dalam ASI kadarnya tinggi yang dapat melumpuhkan bakteri pathogen E.Coli
dan berbagai virus di saluran pencernaan.
4) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang
mengikat zat besi di saluran pencernaan.
5) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E.Coli, salmonella dan virus.
Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
6) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 1.000 sel per mil. Terdiri
dari 3 macam, yaitu: Bronchus Asociated
Lympocite Tisue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocite Tisue
(GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocite Tisue
(MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
7) Faktor Bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen untuk menunjang
pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus
bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
8) Interaksi antara ibu dan bayi dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan
psikologik bayi. Pengaruh kontak langsung ibubayi: ikatan kasih saying ibu-bayi
terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi
akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh
67
ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih di dalam
rahim.
9) Interaksi antara ibu-bayi dan kandungan gizi dalam ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. ASI
mengandung berbagai zat gizi yang bisa meningkatkan kecerdasan bayi, seperti asam
lemak esensial, protein, vitamin B kompleks, yodium, zat besi, dan seng.
Manfaat ASI Eksklusif bagi ibu antara lain:
1) Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia
2) Menunda kehamilan
3) Mengecilkan rahim
4) Lebih cepat langsing kembali
5) Mengurangi resiko terkena kanker 6) Tidak merepotkan dan menghemat waktu
7) Memberi kepuasan bagi ibu.
8) Risiko osteoporosis dapat dipastikan lebih kecil bagi wanita yang telah hamil dan
menyusui bayinya. Selama hamil dan menyusui akan terjadi proses pengeroposan
tulang, namun tulang akan cepat pulih kembali bahkan akan lebih baik dari kondisi
tulang semula karena absorpsi kalsium, kadar hormon paratiroid, dan kalsitriol serum
meningkat dalam jumlah besar.
9) ASI lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan susu formula.
10) ASI lebih steril dibadingkan dengan susu formula yang terjangkit kuman dari luar.
11) Ibu yang menyusui akan memiliki hubungan emosional yang lebih kuat
dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui
bayinya.
12) ASI merupakan kontrasepsi alami yang dapat menunda
kehamilan ibu.
e. Dampak tidak diberikan ASI Eksklusif
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif akan lebih rentan untuk terkena
penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah ia dewasa serta dapat
menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas (Arifa Y, dan Shrimarti R.D, 2017).
Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker payudara, mengeluarkan
biaya lebih mahal apabila bayi maupun ibu terkena penyakit , karena memang beresiko
68
rentan terhadap penyakit. Selain itu untuk biaya susu formula menggantikan ASI pada
bayi.
f. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibedakan menjadi
tiga yaitu faktor pemudah (predisposing factors), faktor pendukung (enabling
factors)dan faktor pendorong (reinforcing factors) (Haryono dan Setianingsih, 2014).
69
Cara Pemberian ASI Eksklusif MANFAAT ASI
ASI EKSKLUSIF
ASI eksklusif yaitu ASI yang a. Manfaat Bagi bayi
diberikan pada bayi baru lahir sampai Memberikan kekebalan
usia 6 bulan pertama tanpa disertai pada bayi
makanan tambahan. Mudah dicerna
Komposisi ideal
MANFAAT ASI EKSKLUSIF Memberi ikatan kasih
Adanya zat anti infeksi yang sayang
terkandung dalam ASI akan
memberikan adanya daya tahan b. Manfaat Bagi ibu
Oleh: terhadap penyakit.Pemberian ASI Murah dan mudah di
Nama :Lolita Amelia eksklusif mulai BBL 6 bulan akan dapat
memberikan kekebalan bagi bayi. Involusi jadi lebih baik
Nim :2019.C.11a1016
Memberikan kasih
Tingkat : III A sayang
Praktis
70
TANDA-TANDA BAYI CUKUP
ASI
Kenaikan BB sesuai
Bayi tidur pulas
Bayi tenang dan aktif
TANDA-TANDA BAYI KURANG
ASI
Penurunan BB
Dehidrasi
Urin berwarna gelap
CARA PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF
ASI eksklusif diberikan
pada bayi sampai 6 bulan
pertama, bayi hanya mendapat
ASI saja tanpa diberi makanan
tambahan.
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat
71