661bb - MDL - Dokumen - Kontrak MKKK
661bb - MDL - Dokumen - Kontrak MKKK
KONTRAK
MODUL DOKUMEN KONTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.4 Bentuk Kontrak Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 ...................26
BAB I
PENDAHULUAN
1.5. EVALUASI
a. Sebelum pelatihan dilakukan evaluasi pretest
b. Sesudah pelatihan dilakukan evaluasi post test
BAB II
2.1. UMUM
Elemen yang paling penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai pihak
untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang telah disepakati bersama adalah
kontrak. Dalam proyek konstruksi, kontrak merupakan dokumen yang harus
dipenuhi dan dilaksanakan bersama antara pihak yang telah sepakat untuk saling
terikat. Tahap awal yang harus dipahami lebih dahulu adalah dasar-dasar
pengertian kontrak serta konsep kontrak konstruksi.
A. Saling Menyetujui
Apabila dua belah pihak melakukan transaksi terhadap proyek tertentu dan
transaksi tersebut disetujui bersama yang bersifat mengikat serta berlaku
terhadap semua aspek prinsipil yang menyangkut persetujuan tersebut,
dikatakan bahwa kedua belah pihak telah saling menyetujui. Aspek-aspek
prinsipil yang harus dipenuhi dalam suatu persetujuan menyangkut
kelengkapan aspek-aspek subyektif dan obyektif persetujuan. Untuk
menjelaskan hal ini, dapat dikemukakan kasus berikut :
memahami apa yang diharapkan dan apa yang akan diberikan oleh masing-
masih pihak.
Sebuah contoh ketidakjelasan kontrak dapat terjadi pada kesepakatan
waktu penyelesaian suatu proyek. Suatu kontrak harus secara tegas
menyebutkan waktu penyelesaian pekerjaan dalam satuan waktu yang
terdefinisikan secara lengkap dan jelas. Jika disebutkan bahwa waktu
penyelesaian sebuah proyek adalah 100 hari maka harus dijelaskan apa yang
dimaksud dengan 100 hari, apakah 100 hari kalender ataukah hari kerja. Hal ini
secara langsung berkaitan dengan perencanaan pelaksanaan pekerjaan dan
pada akhirnya berakibat pada biaya proyek.
Suatu prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam upaya memahami dan
menginterpretasikan suatu mmaterial yang meragukan adalah bahwa
kesempatan penafsiran lebih diutamakan (previlage) bagi pihak yang tidak atau
bukan menulis rancangan kontrak.
Terhadap suatu pelanggaran kontrak secara umum pihak yang tidak melanggar
kontrak mempunyai tiga pilihan :
Ketiga pilihan tersebut ditentukan oleh sifat pelanggarannya, apakah material atau
mmaterial.
Kasus :
A. Biaya Penyelesaian
B. Selisih Nilai
Masalah yang paling sulit dalam hal ini adalah menentukan nilai sebenarnya
dari suatu pekerjaan yang telah dikerjakan, tetapi belum selesai sepenuhnya
(method of measurement). Metode pengukuran untuk pekerjaan demikian
biasanya dilakukan dengan penilaian ahli dan kelemahannya adalah sifat
subyektifitas yang tinggi.
Gambar 2.1
Struktur Hubungan Kontraktual Proyek Konstruksi
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG JENIS-JENIS KONTRAK
Terdapat berbagai jenis kontrak yang terlihat dalam industri konstruksi, antara lain :
Kontrak Konstruksi, sering juga disebut “Surat Perjanjian Pelaksanaan
Pekerjaan”
Kontrak Pengadaan, yaitu kontrak yang hanya membahas aspek pengadaan
barang
Kontrak Agensi, yaitu kontrak pengadaan jasa (misalnya kontrak antara
pemilik proyek dan konsultan)
Pemilihan kontrak yang sesuai untuk proyek konstruksi lebih didasarkan dari
karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut pandang pemilik
proyek (owner), hal ini erat kaitannya dengan antisipasi dan penanganan resiko
yang ada pada proyek tersebut.
Hal penting dalam kontrak harga satuan (unit price contract) adalah penilaian
harga setiap unit pekerjaan telah dilakukan sebelum konstruksi dimulai. Pemilik
telah menghitung jumlah unit yang terdapat dalam setiap elemen pekerjaan.
Berdasarkan arti kata unit price contract, dapat dipahami bahwa perikatan terjadi
terhadap harga satuan setiap jenis/item pekerjaan sehingga kontraktor hanya perlu
menentukan harga satuan yang akan ditawar untuk setiap item dalam kontrak.
Penetuan besarnya harga satuan ini harus mengakomodasi semua biaya yang
mungkin terjadi seperti biaya overhead, keuntungan, biaya-biaya tak terduga dan
biaya untuk antisipasi resiko.
Penggunaan jenis kontrak ini menjadi tepat apabila proyek mempunyai
karakteristik sebagai berikut : proyek dapat didefinisikan secara jelas, kuantitas
actual masing-masing pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum
proyek dimulai. Metode tidak seimbang (unbalanced) adalah metode yang
digunakan kontraktor dalam penawaran harga satuan tanpa mengubah harga
keseluruhan. Kontraktor menggunakan metode ini untuk mendapatkan keuntungan
dari beberapa aspek proyek. Misalnya, dengan menaikkan harga satuan pada
pekerjaan-pekerjaan awal sebagai biaya mobilisasi alat atau material yang
diperlukan.
Metode ini juga dapat dimanfaatkan jika kontraktor ingin menggunakan uang
pemilik proyek sebagai dana segar untuk membiayai pelaksanakan proyek jika
sebenarnya kontraktor mengalami kesulitan dalam menyediakan masalah
keuangan. Faktor lain yang mendasari pemakaian metode ini adalah kesalahan
pemilik dalam melakukan/mempersiapkan owner’s estimate.
Apabila terjadi perbedaan antara kuantitas yang sebenarnya dengan kuantitas
hasil estimasi (umumnya berbeda 20%-25%) maka harga satuan untuk tiap item
dapat dinegosiasi ulang. Hal lain yang dapat digunakan oleh pemilik adalah
mengidentifikasi pekerjaan tambah kurang secara lebih akurat sehingga dapat
menghilangkan praktik penawaran tidak seimbang (unbalanced bid).
Dalam kontrak jenis ini, pembayaran akan dilakukan kepada kontraktor yang
besarnya sesuai dengan kuantitas terpasang menurut hasil pengukurannya. Oleh
sebab itu, pemilik perlu menyakinkan hasil pengukuran kontraktor dengan
melakukan pengukuran sendiri.
Kelemahan dari penggunaan kontrak jenis ini adalah pemilik tidak dapat
mengetahui secara pasti biaya actual proyek hingga proyek selesai. Untuk
mencegah ketidakpastian ini, perhitungan kuantitas tiap unit perlu dilakukan secara
akurat.
Melihat karakteristik kontrak harga satuan ini maka jenis-jenis proyek yang
kiranya sesuai untuk kontrak jenis ini adalah proyek dengan estimasi kuantitas yang
tidak dapat dilakukan dengan akurat, seperti pekerjaan tanah, jalan raya,
pemasangan pipa dan sebagainya. Pada proyek-proyek seperti ini sangat penting
bagi kontraktor untuk mengetahui dan memahami batas-batas pay item dan pay line
yang ada dalam kontrak.
Pada kontrak biaya plus jasa (cost plus fee contract) jenis ini, kontraktor akan
menerima sejumlah pembayaran atas pengeluarannya ditambah sejumlah biaya
untuk overhead dan keuntungan. Besarnya overhead dan keuntungan umumnya
didasarkan atas persentase biaya yang dikeluarkan.
Metode pembayaran dalam kontrak jenis ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek atau bagian
proyek sulit diestimasi secara akurat. Hal ini dapat terjadi jika perencanaan belum
selesai, proyek tidak dapat digambarkan secara akurat, proyek harus diselesaikan
dalam waktu singkat sementara rencana dan spesifikasi tidak dapat diselesaikan
sebelum proses konstruksi dimulai.
Kekurangan dari kontrak jenis ini adalah pemilik kurang dapat mengetahui
biaya aktual proyek yang akan terjadi. Pemilik harus menempatkan staf untuk
memonitor kemajuan pekerjaan sehingga dapat diketahui apakah biaya-biaya yang
ditagih benar-benar dikeluarkan.
Penentuan fee untuk kontraktor dalam kontrak jenis ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, baik itu merupakan jumlah yang tetap (cost plus fixed fee), dalam
bentuk persentase biaya (cost plus percentage) atau dengan memberikan jaminan
biaya maksimum (cost plus fee with maximum guaranted price).
Cost plust fixed fee, jenis kontrak ini telah mempertimbangkan pembayaran
kembali kepada kontraktor berupa biaya nyata (actual cost) yang telah dikeluarkan
oleh kontraktor ditambah biaya umum (overhead cost) dan sejumlah keuntungan
yang tetap (fixed fee). Yang diamksud biaya nyata adalah semua biaya upah
tenaga kerja, bahan bangunan, biaya peralatan. Kontrak semacam ini digunakan
untuk pekerjaan yang sangat mendesak, misalnya tidak memungkinkan untuk
mempersiapkan gambar neraca.
Cost plus precentage, kontraktor akan menerima kembali/ganti semua biaya
nyata (actual cost) yang telah dikeluarkan dan akan menerima kompensasi yang
besarnya didasarkan pada persentase dari biaya nyata (actual cost) sesuai dengan
Kontrak biaya menyeluruh (lump sum contract) ini digunakan pada kondisi
kontraktor akan membangun sebuah proyek sesuai rancangan yang ditetapkan
pada suatu biaya tertentu. Jika terjadi perubahan baik desain, jenis material dan
segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan biaya, maka dfapat
dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan pembayaran
yang akan diberikan kepada kontraktor terhadap perubahan pekerjaan tersebut.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk setiap pekerjaan tambah kurang harus
dinegosiasikan antara pemilik dan kontraktor.
A. Kontrak Konvensional/Tradisional
Bentuk kontrak konvensional atau tradisional adalah bentuk yang paling umum
digunakan dalam proyek-proyek konstruksi. Dalam bentuk ini terdapat pemisahan
jelas antara pemilik proyek, kontraktor, dan konsultan. Dengan demikian terdapat
beberapa kontrak terpisah, misalnya kontrak antara pemilik proyek dan konsultan
perencana, kontrak antara pemilik proyek dan konsultan pengawas, serta kontrak
antara pemilik proyek dan kontraktor. Untuk lebih jelasnya bentuk pembagian tugas
pada kontrak konvensional dapat dilihat pada gambar berikut :
PEMILIK PROYEK
KONSULTAN
KONTRAKTOR UTAMA
Subkontraktor/ Pemasok/
Subkontraktor dinominasikan Pemasok Dinominasikan
Gambar 3.1
Bentuk kontrak konvensional/tradisional
B. Kontrak Spesialis
PEMILIK
PROYEK KONSULTAN
Gambar 3.2
Bentuk kontrak spesialis
C. Kontrak Design-Build
PEMILIK
PROYEK
KONTRAKTOR UTAMA
Gambar 3.3
Bentuk kontrak design-build
D. Kontrak EPC
E. Kontrak BOT/BLT
Dari berbagai bentuk kontrak konstruksi yang ada, yang perlu diperhatikan
adalah distribusi resiko kedua belah pihak. Dengan memahami berbagai
pendekatan terhadap bentuk kontrak konstruksi tersebut, kedua belah pihak dapat
mengerti sejauh mana pengaruh bentuk kontrak terhadap harga pekerjaan/nilai
kontrak serta pengaruhnya dalam meminimalkan potensi terjadinya sengketa
konstruksi.
Bentuk Kontrak
Perpres No. 70/2013
Persentase
Terima Jadi
Gambar 3.4
Bentuk kontrak berdasarkan Perpres No. 70 tahun 2012
BAB IV
SISTEM JAMINAN DAN PEMBAYARAN DALAM KONTRAK
Menurut pasal 1820 dan 1316 KUH Perdata, definisi jaminan adalah suatu
perjanjian dimana seorang pihak ketiga guna kepentingan si berhutang,
mengikatkan diri untuk memenuhi perhutangan ataupun mengganti kerugian si
berhutang, manakala si berhutang melakukan wanprestasi. Yang dimaksud
wanprestasi adalah jika salah satu pihak dalam perjanjian tidak memenuhi prestasi
karena kesalahannya.
Tujuan dan isi dari jaminan ialah memberikan jaminan untuk dipenuhinya
perhutangan ataupun penggantian di dalam perjanjian pokok. Ada beberapa
jaminan yang harus disediakan kontraktor dalam proses penawaran sampai dengan
pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan.
B. Jaminan Penawaran
C. Jaminan Pelaksanaan
Ini berlaku dalam persyaratan kontrak kontraktor dapat meminta uang muka.
Terhadap jumlah uang muka ini kontraktor memberikan jaminan berupa jaminan
bank atau security bond, yang berlaku sampai angsuran kembali uang muka selesai,
atau sampai pekerjaan fisik selesai. Besarnya uang muka maximum 20%. Jaminan
uang muka ini dapat diclaim kepada badan penjamin sebanyak sisa uang muka
yang belum diangsur, jika terjadi pemutusan kontrak.
E. Uang Retensi
Uang retensi adalah uang yang ditahan dalam setiap pembayaran progress
pekerjaan kepada kontraktor, jika disyaratkan dalam syarat-syarat umum kontrak,
yang tujuannya agar kontraktor benar-benar melakukan pemeliharaan dan
perbaikan-perbaikan kekurangsempurnaan yang ternyata terlihat setelah pekerjaan
fisik selesai. Jaminan ini dapat dicairkan oleh Pimpinan Proyek, jika kontraktor tidak
mampu melaksanakan pekerjaan pemeliharaan tersebut, dan selanjutnya
dilaksanakan oleh pimpinan proyek sendiri atau oleh pihak ketiga.
Masa pemeliharaan (warranty period) berlaku setelah pekerjaan fisik selesai, dan
telah dilakukan serah terima sementara (Provisional Hand Over/PHO). Lama masa
pemeliharaan tergantung pada persyaratan kontrak. Untuk pekerjaan konstruksi
jalan kabupaten misalnya, masa pemeliharaan pekerjaan konstruksi minimum 6
bulan untuk pekerjaan pemeliharaan periodik, masa pemeliharaannya minimum 3
bulan.
Diadakan masa pemeliharaan yang cukup panjang, tujuannya adalah agar dapat
diketahui ketidaksempurnaan konstruksi setelah konstruksi itu dimanfaatkan, dan
telah mengalami keadaan musim hujan. Biasanya selama masa jaminan
pemeliharaa itu akan terlihat bagian-bagian konstruksi yang kurang sempurna, yang
selama masa konstruksi tidak terdeteksi. Kekurangsempurnaan tersebut harus
F. Asuransi
A. Sistem Termijn
B. Sistem MC
Sistem ini merupakan salah satu alternatif kontrak berdasarkan lump sum yang
pembayarannya dilakukan setelah pekerjaan selesai seluruhnya, yang kontraknya
disebut turn key contract. Biasanya ini berlaku pada pekerjaan yang unitnya kecil-
kecil dan seragam yang jumlah unitnya banyak. Biasanya ditemui pada kontrak
pekerjaan di kalangan swasta.
BAB V
DOKUMEN KONTRAK
Ini berlaku hanya selama proses tender, yaitu berupa petunjuk bagi peserta
tender, yang berisi jadwal-jadwal proses tender, syarat-syarat penawaran,
pemasukan penawaran, pembukaan penawaran, evaluasi penawaran, jumlah hari
pelaksanaan, volume pekerjaan (Bill of Quantity) untuk tender Unit Price, Jaminan
penawaran, dan bentuk dokumen kontrak.
E. Syarat-syarat Khusus
setelah semua volume pekerjaan selesai dihitung dan dikalikan dengan harga
satuan untuk masing-masing item pekerjaan → akan jadi harga penawaran.
G. Gambaran Rencana/Desain
H. Spesifikasi Teknis
pekerjaan harus diperbaiki kembali, dibongkar dan diulang kerjakan, yang akan
memakan biaya yang jauh lebih besar. Kontraktor dalam sistem manajemennya
harus membelanjakan biaya pengendalian/kontrol yang wajar, kalau tidak biaya ini
akan keluar juga dalam bentuk lain yaitu biaya kegagalan yang jauh lebih besar.
Spesifikasi teknis ini merupakan standar mutu. Kalau telah ada/dikeluarkan
standar mutu secara Nasional, maka spesifikasi teknis hanya menunjuk kepada
standar Nasional tersebut, tidak diuraikan lagi dalam dokumen spesifikasi umum
dalam dokumen kontrak, misalnya Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan
sebagainya. Spesifikasi ini biasanya berasal dari hasil penelitian ilmiah, percobaan-
percobaan yang telah diuji kebenarannya dan yang dianggap paling ekonomis, yang
biasanya dilakukan oleh Negara yang telah maju, yang dapat digunakan oleh
Negara berkembang.
Untuk pekerjaan yang kuantitasnya besar dan seragam tetapi berulang, seperti
pekerjaan jalan, saluran, biasanya kontraktor dianjurkan untuk membuat mix-desain
(desain campuran bahan) untuk setiap jenis dan kualitas bahan yang digunakan,
dalam mencapai spesifikasi mutu. Mix desain dilakukan dari sample bahan,
dilakukan dengan berbagai variasi campuran, kemudian ditest di laboratorium
mengenai mutu yang dapat dicapai masing-masing mix desain. Mix desain yang
sesuai baru digunakan di lapangan. Biasanya di lapangan dilakukan percobaan-
percobaan konstruksi, dari mix desain, seperti untuk pekerjaan lapisan pondasi
bawah dan atas jalan., untuk pekerjaan timbunan/tanggulk yang memerlukan
kepadatan tertentu. Pada percobaan ini diamati proses pekerjaan, dan cara
pemadatan. Dengan ini diketahui berapa lintasan mesin pemadat (road roller)
tertentu yang diperlukan untuk mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam
spesifikasi. Percobaan konstruksi ini sangat membantu memudahkan pengendalian
mutu pekerjaan selanjutnya serta untuk mengetahui produktivitas pekerjaan.
I. Spesifikasi Khusus
Spesifikasi khusus diperlukan jika ada keperluan khusus, yang tidak tercantum
dalam spesifikasi teknis.
5.2 RANGKUMAN
Di dalam bab ini peserta diajak untuk mengenal, mendalami dan memahami arti
dokumen kontrak; komponen-komponen/jenis-jenis dokumen apa saja yang harus
dibendel dalam satu kesatuan dokumen yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu
dengan lainnya.
Peserta juga diperkenalkan kesepakatan-kesepakatan antara kedua pihak dalam
menjalankan pekerjaan agar di dalam menghadapi satu masalah, solusinya
mempunyai persepsi yang sama.
BAB VI
ASPEK LEGAL DARI KONTRAK
A. Penyerahan Lapangan
Bentuk jaminan standar (dari Bank atau badan penjamin), dimana jaminan dapat
dicairkan dalam masa waktu 7 hari setelah diajukan claim oleh pimpro terhadap
wan-prestasi, yang dicantumkan dalam jaminan tanpa menunggu penjamin
menyelesaikan persoalan angunan dari jaminan.
Jaminan yang dicairkan, merupakan milik Negara, kecuali jaminan masa
pemeliharaan yang semula berupa uang retensi, diganti dengan jaminan uang
retensi, pada akhir tahun anggaran, karena pekerjaan masa pemeliharaan belum
selesai. Jaminan uang retensi dapat digunakan Pimpro dengan melaksanakan
pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan cacat sendiri atau dengan pihak ke tiga.
Jaminan pelaksanaan umumnya berlaku sampai dengan PHO, kecuali
dinyatakan lain dalam kontrak. Perpanjangan waktu kontrak, harus disertai
perpanjangan masa jaminan yang sesuai.
Pada kontrak dengan BLN, disediakan cukup waktu minimal, untuk dapat melihat
kekurangan-kekurangan dan cacat pekerjaan yang ada, yang tak terdeteksi selama
pelaksanaan, setelah proyek berfungsi.
Biasanya untuk pekerjaan peningkatan dan pekerjaan baru nminimal 6 bulan,
atau setelah mengalami masa satu kali musim hujan. Untuk pekerjaan pemeliharaan
berakala 3 bulan, dan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin tidak perlu masa
pemeliharaan.
Untuk jaminan dilakukan pemotongan pada setiap pembayaran sebesar 5
persen untuk jaminan pemeliharaan, yang disebut uang yang ditahan atau uang
retensi. Besarnya uang retensi tergantung dari kontrak, biasanya 5 persen.
Jika terjadi perpanjangan waktu kontrak melewati tahun anggaran, untuk
mencegah administrasi SIAP, dapat diganti dengan jaminan dari penjamin.
F. Konsultan Supervisi
Masa kontrak konsultan supervisi dapat sampai PHO, atau FHO tergantung
kontrak. Pekerjaan supervisi dalam masa pemeliharaan dan perbaikan cacat
memerlukan tenaga supervisi yang lebih sedikit.
Pekerjaan supervisi dalam masa pemeliharaan dan perbaikan cacat memerlukan
tenaga supervisi yang lebih sedikit.
Konsultan supervisi berhak untuk menilai pengeluaran nyata oleh kontraktor
untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan, guna keperluan Pimpro untuk
perencanaan proyek masa yang akan datang, atau untuk keperluan bahan
negosiasi penyesuaian harga akibat adanya perintah perubahan pekerjaan.
Kontraktor atau wakilnya harus mengajukan nama calon sub kontraktor untuk
persetujuan Pimpro. Pimpro dapat menolak sub kontraktor yang dapat diketahui
telah menunjukkan kinerja yang buruk. Pimpro dapat meneliti kontrak sub kontraktor
tentang sistem pembayaran, pengendalian mutu, dan sistem sangsinya, guna
menghindari keterlambatan-keterlambatan. Pimpro dapat member sangsi pada
kontraktor, jika ternyata sub kontraktor tidak dibayar sesuai perjanjian kontrak.
I. Penilaian Progress
Progress bulanan pekerjaan, dibuat dan diajukan kontraktor, untuk diperiksa dan
disetujui konsultan supervisi dan Pimpro. Pengajukan progres tersebut paling lambat
akhir bulan yang bersangkutan. Pemeriksaan lapangan terhadap progres bulanan,
dilakukan konsultan supervisi dengan memberi tahu kontraktor jadwalnya dan agar
dihadiri oleh kontraktor.
Jika kontraktor tidak mengajukan progres bulanan, penilaian progres dilakukan
sendiri oleh konsultan supervisi, dengan pemberitahuan jadwalnya pada kontraktor.
Penilaian progres oleh konsultan supervisi harus disetujui kontraktor. Perbedaan-
perbedaan kecil-kecil mengenai nilai progres dapat diperhitungkan pada penilaian
progres bulan berikutnya.
Setiap perubahan pekerjaan dari kontrak atau Contract Change Order (CCO)
harus dengan perintah tertulis dari Pimpro. Dalam keadaan mendesak dapat dengan
perintah lisan, tetapi harus dinyatakan secatra tertulis maksimal setelah 72 jam
setelah perintah lisan. Dalam melakukan perubahan harus memperhatikan aspek
legal dari kontrak, sasaran proyek dan peraturan yang berlaku, tentang persetujuan
perubahan.
CCO meliputi berbagai perubahan seperti : perubahan dari item pembayaran,
gambar desain, volume, perubahan spesifikasi, perubahan waktu, dan nilai item
pembayaran atau nilai kontrak.
Di dalam kontrak biasanya dicantumkan pasal-pasal tentang batas perubahan
item pembayaran yang mengakibatkan dapat disesuaikannya harga satuan
pembayaran dari item yang bersangkutan. Besarnya antara 15% sampai 20%. Ini
merupakan resiko kontraktor yang harus diperhitungkannya dalam penawaran.
Harga satuan penawaran dapat disesuaikan dengan negosiasi, jika perubahan
melebihi batas maksimal atau minimal yang ditentukan dalam kontrak, atas
permintaan kontraktor atau pimpro.
K. Masa Pembayaran
L. Force Majeure
dilakukan oleh kontraktor di saat pekerjaan telah mencapai 97% selesai, guna
menghindari keterlambatan PHO, karena proses pemeriksaan pekerjaan.
Dokumen PHO berupa dokumen berita acara pemeriksaan pekerjaan fisik
selesai, dan berita acara penyerahan sementara (PHO) pekerjaan. Tanggal dari
dokumen ini menentukan apakah perlu dikenakan sangsi denda kepada kontraktor.
Masa grace period untuk PHO adalah suatu waktu PHO yang ditentukan Pimpro,
jika dalam pemeriksaan pekerjaan selesai, ternyata ditemui ada kekurangan kecil-
kecil yang harus diperbaikan oleh kontraktor sebelum PHO dilakukan. Pembayaran
terhadap progres pekerjaan dilakukan, kecuali uang retensi yang ditahan, yang baru
diserahkan setelah FHO.
Pengenaan denda keterlambatan diperhitungkan pada pembayaran progress
pekerjaan 100% dari PHO. Dalam pemeriksaan pekerjaan selesai 100% untuk PHO,
Pimpro harus ikut mempertimbangkan adanya hubungan pembayaran pekerjaan
oleh kontraktor dengan sub kontraktor atau supplier dan buruh yang belum
diselesaikan untuk diselesaikan lebih dulu sebelum PHO atau ada jaminan dan
persetujuan pihak yang bersangkutan akan diselesaikan segera setelah PHO.
Claim-claim kontraktor harus telah diajukan sebelum PHO dilakukan. Setelah
PHO, berlaku masa pemeliharaan dan perbaikan cacat.
FHO (Final Hand Over) atau penyerahan akhir, dilakukan setelah ada berita
acara pemeriksaan akhir, yang menyatakan bahwa pekerjaan telah selesai. Setelah
FHO berakhirlah tanggung jawab kontraktor terhadap kontraknya. Berbeda dengan
AV 1941 yang lama dimana dinyatakan tanggung jawab kontraktor berlaku sampai
lima tahun setelah pekerjaan selesai.
Uang retensi yang ditahan dikembalikan kepada kontraktor setelah FHO.
Dokumen FHO harus dilengkapi oleh kontraktor, dengan dokumen gambar
terlaksana (as built drawing), dan dokumen-dokumen pelaksanaan proyek. Claim-
claim dari kontraktor jika masih ada harus telah disampaikan dalam waktu 39 hari
setelah FHO.
Waktu pelaksanaan fisik kontrka, yang dihitung dari diterbitkannya SPMK sampai
dengan pekerjaan fisik selesai 100%. Jika terjadi,keterlambatan oleh karena
kelalaian kontraktor, harus dikenakan denda keterlambatan yang besarnya seperti
tercantum dalam dokumen kontrak.
Dalam keterlambatan diperhitungkan sewaktu pekerjaan selesai 100% atau di
saat pemutusan kontrak akibat kelalaian kontraktor.
Perpanjangan waktu pelaksanaan fisik dapat diperpanjang, jika permintaan
tertulis dari kontraktor dan persetujuan Pimpro, tentang adanya force majeure, dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan, perintah perubahan pekerjaan yang
menimbulkan tambahan waktu, perintah penghentian sementara pekerjaan.
Persetujuan pimpro harus dinyatakan dengan berita acara perpanjangan waktu
pekerjaan. Biasanya perpanjangan waktu akibat hujan, banjir dalam siklus yang
dianggap normal, tidak diperkenankan.
Persetujuan Pimpro mengenai revisi time schedule (rencana kerja dan jadwal),
oleh kontraktor tidak membebaskan kontraktor atas sangsi denda keterlambatan.
Perlu diingat bahwa persetujuan Pimpro untuk perpanjangan waktu dapat
dijadikan alas an oleh kontraktor untuk claim kenaikan harga kontrak.
Q. Pekerjaan Mendesak