Disusun untuk memenuhi tugas Praktik pada program studi Profesi Ners
STIKES Banyuwangi
Disusun oleh :
Aditya Ruswandi (202104001)
Ahmad Taufik (202104002)
Eka Rizki Wahyuningtiyas (202104022)
Rike Nur Safitri (202102054)
Ulyvia Dita Ayu A. (202104067)
Wulandari (202104069)
Zahara Syifa Annisa (202104071)
A. DEFINISI
Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang
berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari
pertama haid terakhir menurut Naegele dengan siklus rata – rata 28 hari
(Sarwono, 2013).
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi 42 minggu
belum terjadi persalinan (Manuaba, 2010).
B. ETIOLOGI
Menurut Sarwono (2013) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
kehamilan post date, antara lain :
a. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipeercaya merupakan
kejadian perubahan endoktrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin. Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan
karena berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan post term
memberi kesan bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peran
penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis
ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut.
c. Kortisol/ ACTH janin
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen selanjutnya
berpengaruh pada meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol
rendah merupakan tidak timbulnya HIS.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak terjadi
tekanan pada fleksus ini seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek,
dan bagian bawah maasih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan
posterm.
e. Hereditas
Jika seorang ibu mengalami kehamilan post date saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak permpuannya akan
mengalami kehamilan post date.
f. Kurangnya air ketuban
g. Insufisiensi plasenta
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Herdman (2010), patofisiologi kehamilan post date diantaranya
fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian
mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
penurunan estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta
berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya
spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian
dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut
dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan
operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban
berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.
D. Pathway
Sensitifitas uterus
MK : Perubahan diameter
Ansietas plasenta, panjang vili
koriasi nekrosis fibrinoid
korion
Tulang tengkorak
Pertumbuhan dan menjadi keras
perkembangan janin
MK : MK :
Nyeri Melahirkan Risiko cedera pada janin
E. MANIFESTASI KLINIS
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin yang jarang,
yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit atau secara obyektif
dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
1. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
3. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku,
kulit dan tali pusat.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas plasenta.
b. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes tekanan
oksitosin
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %
G. PENATALAKSANAAN
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring
janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
c. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan, induksi persalinan atau
persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan penyulit bayi,
asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang cukup.
Dalam pertolongan persalinan lewat waktu, pengawasan saat persalinan induksi
sangat penting karena setiap saat dapat terancam gawat janin, yang memerlukan
pertolongan segera.
Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :
1. Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit dalam 500 cc
glukosa 5 %, banyak dipergunakan
Teknik induksi dengan infuse glukosa lebih
sederhana, dan mulai dengan 8 tts/mnt, dengan maksimal 40 tts/mnt.
Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tts sampai kontraksi optimal
tercapai.
Bila dengan 30 tts kontraksi maksimal telah
tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan.
Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu
24-48 jam.
2. Amniotomi
Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk
mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4-6 jam
dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung.
Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti
induksi persalinan dengan infuse glukosa yang mengandung 5 IU oksitosin.
3. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama dirnagsang oleh
prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infuse
intravena (Nalator) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria)
Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi
persalinan.
Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan periksa DJJ.
Kaji ulang indikasi
Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg ditempatkan
pada forniks posterior vagina dan dapat diulangi 6 jam kemudian (jika his
tidak timbul)
Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuse oksitosin, jika :
Ketuban pecah, pematangan serviks telah tercapai, proses persalinan
telah berlangsung, pemakaian prostaglandin telah 24 jam.
4. Pemberian misoprostol
Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya
pad kasus-kasus tertentu misalnya,
- Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang sedangkan seksio
sesarea belum dapat segera dilakukan atau bayi terlalu premature untuk
bisa hidup.
- Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum inpartu dan
terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan darah.
Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior
vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6 jam.
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25 mcg,
naikkan dosis sampai 50 mcg tiap 6 jam
Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan
lebih dari 4 dosis/200 mcg.
Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian
rupture uteri. Oleh karena itu, hanya dikerjakan di pelayanan kesehatan yang
lengkap (ada fasilitas operasi)
Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudah pemberian
misoprostol.
5. Kateter Foley
Kateter foley merupakan alternative lain disamping
pemberian prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan
Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat perdarhan,
ketuban pecah, pertumbuhan janin terlambat, atau infeksi vaginal.
Kaji ulang indikasi
Pasang speculum DTT di vagina
Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks
dengan menggunakan forseps DTT. Pastikan ujung kateter telah melewati
ostium uteri internum
Gembungkan balon kateter dan letakkan di vagina
Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi
uterus atau sampai 12 jam.
Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter,
kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin.
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa kematangan
servik, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau
tanpa amniotomi
e. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam
rahim, terjadi hipertensi, preeklamsi, kehamilan ini adalah anak pertama karena
infertilitas atau pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu, maka ibu dirawat di
rumah sakit.
f. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan belum
lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin, atau pada primigravida
tua, kematian janin dalam kandungan, pereklamsi, hipertensi menahun, anak
berharga (infertilitas dan kesalahan letak janin.
g. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus
lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar, dan
kemungkinan disproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedative dan
narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. Jangan lupa, perawatan neonatus
postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter anak.
H. KOMPLIKASI
a. Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak
terkoordinir, janin besar dan moulding (moulage) kepala kurang. Maka akan
sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan
perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka morbiditas dan
mortalitas.
b. Terhadap janin
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada
janin. Pengaruh post maturitas pad janin bervariasi: berat badan janin dapat
bertambah besar, tetap, dan yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu .
ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tanggal : tanggal dilakukan pengkajian
Jam : waktu dilakukan pengkajian
Tempat : tempat dilakukan pengkajian
No. Register : nomor urut yang ada di tempat pengkajian.
1. Data Subyektif
Biodata : nama, umur, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, tanggal mrs, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi ibu yang dapat
mempengaruhi jalannya persalinan, membuat intervensi.
Riwayat haid
Untuk mengetahui HPHT dan TP, meliputi umur menarche, siklus, jumlah
darah serta adakah gangguan waktu haid, misalnya: dismenorhe, siklus yang
tidak teratur.
Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui riwayat pernikahan
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu perlu dikaji untuk
mengetahui kehamilan yang keberapa dan bagaimana dengan persalinan
yang lalu, ditolong siapa, jenis persalinannya, tempat persalinan, bagaimana
keadaan setelah persalin, bagaimana keadaan bayi dan KB apa yang
digunakan setelah persalinan yang lalu.
Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui berapa kali ANC selama hamil ini dan apa saja yang
diperoleh dari ANC.
Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit kroinis atau penyakit menular
misalnya DM, hipertensi yang dapat berpengaruh pada kehamilannya.
2. Data Objektif
Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
K/U : Baik/cukup/lemah
Kesadaran : Composmentis
TTV :
Tekanan darah : Normal 110/70 mmHg-120/80 mmHg
Nadi : Normal 70-90 mmHg
Pernafasan : Normal 16-24 x/menit
Suhu Tubuh : Normal 36 oC-37 oC
BB : Pertambahan BB lebih dari ½ kg perminggu diwaspadai
kemungkinan PE, hingga akhir kehamilan pertambahan
BB normal 9-10 kg.
TB : Kurang dari 145 waspadai CPD
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
rambut : warna, bersih/tidak, rontok/tidak,
lurus/ikal/keriting
kepala : tampak ada luka/tidak, tampak ada
benjolan/tidak
pucat/tidak, bengkak/tidak, adakah cloasma
muka : gravidarum, ekspresi wajah
simetris/tidak, konjungtiva ka/ki pucat/tidak,
sclera ka/ki kuning/tidak
mata : adakah pernafasan cuping hidung, adakah
pengeluaran scret/tidak, adakah pembesaran
hidung : polip
bibir pucat/tidak, kering/lembab,
stomatitis/tidak, caries/tidak
apakah ada pembesaran kelenjar tyiroid
adakah retraksi dinding dada, payudara
mulut : simetris/tidak, bersih/kotor, tegang/lembek
puting susu menonjol/mendatar/tenggelam,
ada benjolan atau tidak, hiperpigmentasi
leher : aerola/tidak, adanya pembesaran perut sesuai
: kehamilan, ada strie/tidak, ada bekas
operasi/tidak
bersih/tidak, adakah jaringan parut pada
perineum, oedem/tidak
dada : adakah hemoroid
simetris/tidak, oedem/tidak
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin ditandai dengan
mengeluh nyeri, ekspresi wajah meringis.
2. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan distosia persalinan
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan merasa
bingung, tampak gelisah, tampak tegang.
C. Intervensi Keperawatan