Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN PEMENUHAN PERSYARATAN TEKNIS DINDING BATA PADA

RUMAH TINGGAL SEDERHANA DI KOTA MALANG


(Study of Fullfillment Technical Requirements Brick Masonry Wall on
Non Engineered Building in Malang)
Mia Audina Natalis Simbolon ,Wisnumurti, Agoes Soehardjono
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145-Telp (0341) 567886
Email : audinamia53@yahoo.co.id

ABSTRAK
Dinding bata merupakan suatu komponen bangunan yang berbentuk bidang vertikal yang
berguna untuk membagi atau membatasi suatu ruang dengan ruang lain. Dinding dapat hanya
berfungsi sebagai pembatas dan dapat pula berfungsi sebagai komponen struktural.
Meskipun telah dipahami oleh banyak orang bahwa dinding bata berpengaruh terhadap
kekuatan struktur bangunan namun kekuatan dinding bata tetap saja diabaikan dan dalam
kenyataannya pekerjaan dinding bata pada rumah tinggal sederhana di lapangan belum
sesuai dengan persyaratan teknis yang ada. Pada penelitian ini menggunakan metode survei
lapangan dengan melihat persyaratan teknis untuk pemasangan dinding bata. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui perbandingan antara pekerjaan teknis dinding bata di
lapangan dengan persyaratan teknis dinding bata yang berlaku pada rumah tinggal sederhana
dan kajian rumah tinggal sederhana apabila persyaratan teknis dinding bata tidak terpenuhi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada rumah tinggal sederhana di Kota Malang
belum sesuai dengan Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa. Dari
survei diperoleh rata-rata persentase penyimpangan terhadap pedoman pada survei pertama
sebesar 34,77%, pada survei kedua sebesar 33,27%, pada survei ketiga sebesar 37,90%
sedangkan pada survei keempat diperoleh persentase sebesar 30,56%. Kajian apabila
persyaratan tidak terpenuhi maka struktur bangunan belum cukup kuat menerima gaya
gempa sehingga memungkinkan adanya kerusakan pada dinding dan keruntuhan bangunan.
Kata-kata kunci: dinding bata, Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan
Gempa, persyaratan teknis, rumah tinggal sederhana.
ABSTRACT
Brick masonry wall is component vertical of building which useful to divide one room with
other room. Function of brick masonry wall can be as separate component and as component
structural. Although it has been understood by many people that the brick masonry wall has
an effect on the strength of the building structure but the strength of the brick masonry wall
remain neglected and in reality the technical work of brick wall at non engineering building
is not accordance with the technical requirements. This research uses survey method by
looking at the technical requirements for the installation of brick masonry wall. The purpose
of this study is to know the comparison between the technical work of brick masonry wall
in actually with the technical requirements of brick masonry wall that apply in non
engineering building and study of non engineering building if the technical requirements are
not met. The results of this study indicate that in a non engineering building in Malang has

1
2

not been in accordance with the Guidelines Technical House and Earthquake Resistant
Building. From the survey, the average percentage of deviations from the guidelines in the
first survey was 34.77%, the second survey was 33.27%, the third survey was 37.90%, and
then the fourth survey it was 30.56%. Review if the requirements are not met so the structure
of the building has not been strong enough to accept the force of the earthquake so there was
damage of the brick masonry wall and collapse of buildings.
Keywords: brick masonry wall, Guidelines Technical House and Earthquake Resistant
Building, the technical requirements, non engineered building.

PENDAHULUAN
Di Indonesia kerusakan akibat sederhana di kota Malang dengan
fenomena gempa bumi banyak terjadi membandingkan persyaratan pemasangan
pada bangunan sederhana, mengingat dinding bata pada survei lapangan dengan
bangunan yang ada di Indonesia sebagian Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan
besar adalah bangunan bertingkat rendah Gedung Tahan Gempa.
seperti rumah tinggal sederhana. Rumah
tinggal sederhana di Indonesia pada
umumnya dibangun tanpa bantuan DASAR TEORI
seorang ahli bangunan dan struktur dalam
perencanaan dan pelaksanaannya, Bangunan Engineered
sehingga rumah tersebut tidak memiliki Secara umum struktur bangunan
kinerja yang memadai dalam menahan dapat dikelompokkan menjadi engineered
beban gempa atau disebut non engineered building dan non engineered building.
building. Engineered building adalah bangunan
Pada engineered building, banyak yang memerlukan tenaga ahli struktur dan
peraturan atau pedoman perencanaan yang bangunan di dalam proses perencanaan
sudah tersedia sebagai acuan dan batasan maupun pelaksanaannya. Sebagai contoh
untuk engineered builing. Hal ini berbeda dari engineered building adalah struktur
dengan non engineered building. Pada non gedung bertingkat tinggi, struktur
engineered building prosedur jembatan dan jalan layang, fasilitas
pelaksanaannya cenderung hanya pembangkit tenaga listrik, bendungan,
mengikuti cara-cara yang sudah ada. Pada serta bangunan tenaga air dan lain-lain.
bangunan non engineered, fungsi dinding
bata hanya sebagai komponen non-
Bangunan Non Engineered
struktural dalam peraturan tingkat
Pengertian bangunan non engineered
Nasional (SNI 03-2847 2002)
adalah bangunan rumah tinggal dan
mengakibatkan pengaruh kekuatan dan
bangunan komersil sampai 2 lantai yang
kekakuan dinding bata sering tidak
dibangun oleh pemilik, menggunakan
diperhitungkan dalam perencanaan suatu
tukang setempat, menggunakan bahan
bangunan. Pada kenyataannya, dinding
bangunan setempat, tanpa bantuan arsitek
bata tersusun oleh batu bata dan mortar
maupun ahli struktur bangunan.
yang memiliki nilai kekuatan dan
kekakuan tertentu meskipun kualitas batu Penyebab Kerusakan Bangunan Non
bata bervariasi. Engineered
Pada penelitian ini akan mengkaji
mengenai pemenuhan persyaratan teknis Penyebab kerusakan pada bangunan non
dinding bata pada rumah tinggal engineered antara lain sebagai berikut:
3

1. Bangunan tembokan tanpa perkuatan Sedangkan pada bangunan konstruksi


a. Bangunan relatif berat tingkat tinggi/gedung, batu bata
b. Bangunan getas (tidak daktail) berfungsi sebagai non-stuktural yang
c. Bangunan tersebut tidak kuat dimanfaatkan untuk dinding
menahan tarikan yang terjadi pembatas dan estetika tanpa memikul
akibat gaya gempa. beban yang ada diatasnya.
2. Bangunan tembokan dengan 2. Mortar
perkuatan Mortar merupakan campuran dari
a. tidak terdapat angkur untuk bahan perekat, air dan agregat. Fungsi
mengikat dinding dengan unsur- mortar sebagai pengikat antara satu
unsur perkuatan bata dengan bata yang lain, sehingga
b. Tidak terdapat unsur-unsur aksi komposit antar keduanya dapat
perkuatan seperti kolom praktis terbentuk. Dengan demikian maka
c. Detail penulangan yang tidak mortar ini harus dibuat dalam suatu
tepat pada pertemuan unsur- adukan dengan perbandingan
unsur perkuatan tertentu. Untuk pemasangan dinding
d. Mutu beton kolom praktis, balok bata, mortar yang digunakan
kelililng dan balok pondasi umumnya mortar yang diolah secara
sangat rendah. manual atau disebut mortar
e. Diameter dan total luas konvensional. Campuran antara
penampang tulangan yang semen dan agregat ini menggunakan
dipasang terlalu kecil, jarak perbandingan tertentu sehingga daya
sengkang yang dipasang terlalu tahan mortar terhadap tekanan
besar. maupun tarikan akan semakin tinggi.
Campuran mortar konvensional untuk
Deskripsi Dinding Bata dinding bata misalnya 1 : 5, artinya 1
Dinding merupakan suatu komponen takaran semen dicampur 5 takaran
bangunan yang berbentuk bidang vertikal pasir.
yang berguna untuk membagi atau
membatasi suatu ruang dengan ruang lain. Elemen Struktur
Dinding dapat hanya berfungsi sebagai
1. Kolom Praktis
pembatas atau partisi saja dan dapat pula
Kolom pengikat atau kolom praktis
berfungsi sebagai komponen struktural,
merupakan kolom yang diletakkan di titik
yaitu selain pembatas ruang juga sebagi
pertemuan antar dinding dan ujung dari
peredam suara dan pengaman rumah,
dinding yang menahan beban lateral ke
berfungsi pula sebagai penerima beban
bangunan. Penulangan pada tie-column
komponen bangunan diatasnya.
minimum menggunakan empat tulangan.
Ukuran tulangan minimum menggunakan
Bahan Pembentuk Pasangan Dinding
tulangan ulir 10 mm atau tulangan polos
Bata
12 mm.
Berikut merupakan bahan pembentuk
pasangan dinding bata:
2. Balok Praktis
1. Batu bata
Balok praktis harus ada pada setiap
Batu bata biasa digunakan sebagai
sisi atas dinding yang memiliki tinggi
bahan utama dalam pembuatan
maksimum 3 m atau lebih baik apabila
dinding rumah. Sebagai fungsi
rasio tinggi terhadap ketebalan dinding
struktural, batu bata dipakai sebagai
(H/t) tidak lebih dari 20. Sambungan
penyangga atau pemikul beban yang
antara balok dan kolom berperan penting
ada diatasnya seperti pada konstruksi
dalam menahan gempa secara keseluruhan
rumah sederhana dan pondasi.
pada bangunan.
4

3. Sengkang 7. Tebal siar minimum 8 mm,


Sengkang digunakan untuk menahan maksimum 15 mm, dengan ketebalan
gaya geser dari elemen. Menurut EERI siar yang ideal berkisar 10 mm.
&IAEE (2011), dimensi minimum 8. Pemasangan dinding batu bata
sengkang yang digunakan adalah tulangan dilakukan bertahap, setiap tahap
polos berdiameter 6 mm dalam berdiri maksimum 1,5m setiap
konstruksinya, ujung sengkang harus harinya, diikuti dengan cor kolom
ditekuk 135o sepanjang enam kali praktis dan selanjutnya pada malam
diameter tulangan dan jarak selimut beton hari dinding bata tersebut bagian
minimum 20 mm. atasnya harus ditutup dengan kertas
bekas kantong semen, plastik atau
4. Pondasi sejenisnya.
Pondasi harus dibuat sama seperti 9. Bidang dinding setengah batu yang
pada membangun bangunan bata merah luasnya lebih besar dari 9 m2
tradisional, biasa menggunakan batu kali. ditambahkan kolom praktis dengan
Balok sloof ditempatkan di atas pondasi, ukuran minimum 12 x 12 cm, dengan
balok sloof ini harus ditempatkan di tulangan pokok 4 diameter 10 mm,
sepanjang dasar panel dinding sehingga beuguel diameter 6 mm jarak 15 cm.
dapat mencegah keruntuhan dinding 10. Pasangan batu bata untuk dinding
akibat bangunan rumah yang berdiri di setengah batu harus menghasilkan
tanah lunak (EERI &IAEE, 2011). dinding finish lebih kurang
setebal 15 cm dengan pelaksanaan
Persyaratan Pemasangan Dinding Bata harus cermat, rapi dan benar-benar
Dalam pemasangan dinding bata tegak lurus
memerlukan persyaratan antara lain : 11. Dinding bata yang baru dipasang
1. Komposisi campuran mortar harus dibasahi dengan air terus
menggunakan perbandingan semen menerus selama paling sedikit 7 hari.
dan pasir yaitu 1 semen : 4 pasir. 12. Antara sambungan dinding dengan
2. Untuk semua dinding luar, semua kolom, pondasi dan balok harus
dinding lantai dasar mulai dari dipasang angkur besi beton dengan
permukaan sloof sampai ketinggian diameter 8 panjang 40 cm tiap 6 lapis
bata dan beton yang berhubungan
30 cm diatas permukaan lantai dasar,
langsung dengan dinding bata harus
dinding di daerah basah, serta semua diketrik rata atau dikasarkan dulu agar
dinding yang menggunakan simbol pasangan tembok dapat merekat
aduk trasraam/ kedap air digunakan dengan baik.
komposisi campuran mortar yaitu 1 13. Pasangan dinding batu bata sebelum
semen : 3 pasir. diplester harus di basahi dengan air
3. Sebelum dipasang, batu bata harus terlebih dahulu dan siar-siar telah
direndam dalam air terlebih dahulu dikerok serta dibersihkan.
minimal 10 menit.
4. Menghindari penggunaan batu bata METODE PENELITIAN
yang ukurannya kurang dari setengah
batu bata utuh. Jenis Penelitian
5. Tidak boleh ada siar tegak yang Pada penelitian ini metode yang
segaris lurus untuk dua lapisan digunakan berupa metode survei terhadap
berturut- turut atau lebih. dinding bata rumah tinggal sederhana.
6. Seluruh siar terisi penuh adukan.
5

Subjek Penelitian 1. Survei rumah 2 lantai di Jalan Joyo


Subjek pada penelitian ini adalah Utomo V, Malang.
membandingkan persyaratan teknis 2. Survei rumah 2 lantai di Jalan Joyo
dinding bata pada rumah tinggal Agung, Malang.
sederhana dengan pelaksanaan 3. Survei rumah 2 lantai di Jalan Joyo
pemasangan dinding bata di lapangan. Agung, Malang.
4. Survei rumah 2 lantai di Jalan Sigura
Gura, Malang.
Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah
Pengambilan Data
pasangan dinding bata merah pada
Data yang diperoleh diambil dari hasil
pembangunan rumah tinggal 2 lantai.
survei pada 4 rumah tinggal 2 lantai di
kota Malang. Berikut survei yang
Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan :
Penelitian dilakukan pada 1. Bangunan 1
pembangunan rumah tinggal sederhana di Survei pertama dilakukan pada
kota Malang dan dilaksanakan pada bulan pembangunan rumah 2 lantai pada
Desember 2017 – Januari 2018. tanggal 15 Desember 2017 yang
terdapat di Jalan Joyo Utomo V
terletak di koordinat 7º56’43.1”S,
Tahap Pengumpulan Data
112º36’05.6”E. Berikut lokasi
Metode pengumpulan data yang
bangunan 1 :
digunakan adalah data primer berupa data
yang diperoleh melalui survei lapangan
pada dinding bata rumah tinggal
sederhana untuk mengetahui kondisi yang
sesungguhnya, sedangkan data sekunder
berupa data persyaratan teknis dari
Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan
Gedung Tahan Gempa Departemen
Pekerjaan Umum.
Gambar 1. Lokasi bangunan 1
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Produksi bata
Produksi bata pada pembangunan
Data Penelitian rumah 2 lantai tersebut berasal
Data yang diperoleh dalam penelitian dari Gondanglegi.
ini berupa kesesuaian persyaratan teknis b. Dimensi bata
dalam pemasangan dinding bata pada Dimensi bata yang digunakan
rumah tinggal sederhana di kota Malang. dalam pembangunan rumah 2
Data diperoleh dengan cara pengamatan lantai tersebut sebagai berikut:
langsung di lapangan menggunakan alat a) Panjang : 23 cm
bantu berupa meteran. Data yang b) Lebar : 11 cm
diperoleh selanjutnya akan dikategorikan c) Tebal : 4 cm
dalam persentase penyimpangan terhadap c. Mortar
SNI 15-2094-2000 dan Pedoman Teknis Komposisi campuran mortar
Rumah dan Bangunan Gedung Tahan untuk pemasangan dinding bata
Gempa. Data penelitian diperoleh dari 4 menggunakan perbadingan
survei pembangunan rumah tinggal semen dengan pasir 1:7.
sederhana yaitu rumah 2 lantai seperti
berikut ini:
6

d. Spesi survei tersebut dimana bata


Hasil dari pemasangan dinding hanya dimasukkan ke dalam air
bata menghasilkan tebal spesi 3 satu per satu lalu langsung
cm. diangkat kemudian dilakukan
e. Elemen struktur pemasangan dinding bata.
Salah satu elemen struktur yang
ditinjau dalam pengamatan ini 2. Bangunan 2
yaitu kolom praktis. Kolom Survei kedua dilakukan pada
praktis adalah struktur kolom pembangunan rumah 2 lantai pada
pada bangunan yang berfungsi tanggal 22 Desember 2017 yang
untuk memperkaku dinding terdapat di Jalan Joyo Agung,
terhadap gaya lateral. Kolom Merjosari, Kec. Lowokwaru, Kota
praktis terbuat dari beton Malang terletak di koordinat
bertulang. Pada pembangunan 7º56’15.8”S, 112º35’19.2”E. Berikut
rumah tinggal 2 lantai tersebut gambar lokasi bangunan 2 di Jalan
terdapat kolom praktis ukuran 12 Joyo Agung :
cm x 12 cm dengan 4 tulangan
polos berdiameter 10 mm dan
beugeul diameter 8 mm serta
jarak antar kolom 3,3 m sehingga
sesuai dengan pedoman teknis
menggunakan kolom praktis
apabila luas dinding >9 m2.
f. Angkur
Pada pembangunan rumah 2
lantai tersebut tidak terdapat Gambar 2. Lokasi bangunan 2
angkur, baik angkur pada kolom a. Produksi bata
dengan dinding bata dan angkur Produksi bata pada pembangunan
pada pondasi dengan balok sloof. rumah 2 lantai tersebut berasal
g. Sambungan balok dengan kolom dari Gondanglegi.
Pada survei ini, sambungan balok b. Dimensi bata
dengan kolom belum Dimensi bata yang digunakan
memperhatikan panjang dalam pembangunan 2 lantai
penyaluran yang sesuai tersebut sebagai berikut:
pedoman. Sambungan antara a) Panjang : 23 cm
balok dengan kolom sangat b) Lebar : 11 cm
berpengaruh penting dalam suatu c) Tebal : 4 cm
konstruksi bangunan agar apabila c. Mortar
terjadi gempa maka bangunan Komposisi campuran mortar
tersebut bergerak menjadi satu untuk pemasangan dinding bata
kesatuan tidak terpisah sehingga menggunakan perbadingan
tidak mudah runtuh. semen dengan pasir 1:6.
h. Teknik pemasangan dinding bata d. Spesi
Pada pembangunan rumah 2 Hasil dari pemasangan dinding
lantai tersebut teknik bata menghasilkan tebal spesi 3
pemasangan dinding yaitu cm.
dengan memasang dinding bata e. Elemen struktur
1,5 m tiap hari dan diikuti dengan Pada pembangunan rumah 2
cor kolom praktis. Dalam teknik lantai tersebut terdapat kolom
pemasangan dinding bata pada praktis ukuran 12 cm x 12 cm
7

dengan tulangan polos 4 Gambar 3 merupakan lokasi


berdiameter 10 mm dan bangunan 3 di Jalan Joyo Agung.
sengkang spiral diameter 8 mm a. Produksi bata
serta jarak antar kolom 2,95 m Produksi bata pada pembangunan
sehingga sesuai dengan pedoman rumah 2 lantai tersebut berasal
teknis menggunakan kolom dari Gondanglegi.
praktis apabila luas dinding >9 b. Dimensi bata
m2 . Dimensi bata yang digunakan
f. Angkur dalam pembangunan rumah 2
Pada pembangunan rumah 2 lantai tersebut sebagai berikut:
lantai tersebut, antara dinding a) Panjang : 23 cm
dengan kolom dan pondasi b) Lebar : 11 cm
dengan balok sloof tidak c) Tebal : 4 cm
menggunakan angkur. c. Mortar
g. Sambungan balok dengan kolom Komposisi campuran mortar
Pada survei ini, sambungan balok untuk pemasangan dinding bata
dengan kolom belum menggunakan perbandingan
memperhatikan panjang semen dengan pasir 1:7.
penyaluran yang sesuai d. Spesi
pedoman. Hasil dari pemasangan dinding
h. Teknik pemasangan dinding bata bata menghasilkan tebal spesi 4
Pada pembangunan rumah 2 cm.
lantai tersebut teknik e. Elemen struktur
pemasangan dinding yaitu Pada pembangunan rumah 2
dengan memasang dinding bata 1 lantai tersebut terdapat kolom
m tiap hari dan diikuti dengan cor praktis ukuran 12 cm x 12 cm
kolom praktis. Dalam teknik dengan tulangan polos 4
pemasangan dinding bata pada berdiameter 10 mm dan beugeul
survei tersebut dimana bata diameter 8 mm serta jarak antar
hanya dimasukkan ke dalam air kolom 2,76 m sehingga sesuai
satu per satu lalu langsung dengan pedoman teknis
diangkat kemudian dilakukan menggunakan kolom praktis
pemasangan dinding bata. apabila luas dinding >9 m2.
f. Angkur
3. Bangunan 3 Pada pembangunan rumah 2
Survei ketiga dilakukan pada lantai tersebut tidak terdapat
pembangunan rumah 2 lantai pada angkur, baik angkur pada kolom
tanggal 29 Desember 2017 di Jalan dengan dinding bata dan angkur
Joyo Agung, Merjosari, Kec. pada pondasi dengan balok sloof.
Lowokwaru, Kota Malang terletak di g. Sambungan balok dengan kolom
koordinat 7º56’15.0”S, Pada survei ini, sambungan balok
112º35’01.1”E. dengan kolom belum
memperhatikan panjang
penyaluran yang sesuai dengan
pedoman.
h. Teknik pemasangan dinding bata
Pada pembangunan rumah 2
lantai tersebut teknik
pemasangan dinding yaitu
dengan memasang dinding bata
Gambar 3. Lokasi bangunan 3
8

1,5 m tiap hari dan diikuti dengan e. Elemen Struktur


cor kolom praktis. Dalam teknik Pada pembangunan rumah 2
pemasangan dinding bata pada lantai tersebut terdapat kolom
survei tersebut dimana bata praktis ukuran 10 cm x 10 cm
hanya dimasukkan ke dalam air dengan tulangan polos 4
satu per satu lalu langsung berdiameter 10 mm dan beugeul
diangkat kemudian dilakukan diameter 8 mm serta jarak antar
pemasangan dinding bata. kolom 2,28 m sehingga sesuai
dengan pedoman teknis
4. Bangunan 4 menggunakan kolom praktis
Survei keempat dilakukan pada apabila luas dinding >9 m2.
pembangunan rumah 2 lantai pada f. Angkur
tanggal 5 Januari 2018 di Jalan Pada pembangunan rumah 2
Sigura-Gura, Kec. Sukun Malang lantai tersebut tidak terdapat
terletak di koordinat 7º57’16.3”S, angkur, baik angkur pada kolom
112º36/24.0”E. Berikut lokasi dengan dinding bata dan angkur
bangunan 4 di Jalan Sigura-Gura: pada pondasi dengan balok sloof.
g. Sambungan balok dengan kolom
Pada survei ini, sambungan balok
dengan kolom belum
memperhatikan panjang
penyaluran yang sesuai dengan
pedoman.
h. Teknik pemasangan dinding bata
Pada pembangunan rumah 2
lantai tersebut teknik
pemasangan dinding yaitu
Gambar 4. Lokasi bangunan 4 dengan memasang dinding bata
a. Produksi Bata 1,5 m tiap hari dan diikuti dengan
Produksi bata pada pembangunan cor kolom praktis. Dalam teknik
rumah 2 lantai tersebut berasal pemasangan dinding bata pada
dari Gondanglegi. survei tersebut dimana bata
b. Dimensi bata hanya dimasukkan ke dalam air
Dimensi bata yang digunakan satu per satu lalu langsung
dalam pembangunan rumah 2 diangkat kemudian dilakukan
lantai tersebut sebagai berikut: pemasangan dinding bata.
a) Panjang : 23 cm
b) Lebar : 11 cm
c) Tebal : 4 cm
c. Mortar
Komposisi campuran mortar
untuk pemasangan dinding bata
menggunakan perbandingan
semen dengan pasir 1:7.
d. Spesi
Hasil dari pemasangan dinding
bata menghasilkan tebal spesi 2
cm.
9

Tabel 1. Rangkuman hasil survei

Survei
No. Persyaratan Teknis Pemasangan Dinding Bata A B 1 2 3 4
Pengamatan % Sesuai/Tidak Pengamatan % Sesuai/Tidak Pengamatan % Sesuai/Tidak Pengamatan % Sesuai/Tidak
1 Dimensi bata √
a. Panjang (230 ± 4 mm) 230 0 Ya 230 0 Ya 230 0 Ya 230 0 Ya
b. Lebar (110 ± 4 mm) 110 0 Ya 110 0 Ya 110 0 Ya 110 0 Ya
c. Tebal (52 ± 3 mm) 40 18.37 Tidak 40 18.37 Tidak 40 18.37 Tidak 40 18.37 Tidak
2 Komposisi campuran mortar (1:4) √ 1:7 44 Tidak 1:6 32 Tidak 1:7 44 Tidak 1:5 20 Tidak
3 Spesi (20 mm) √ 30 50 Tidak 30 50 Tidak 40 100 Tidak 20 0 Ya
4 Angkur √
a. Angkur pada dinding bata (tiap 6 lapis bata) - 100 Tidak - 100 Tidak - 100 Tidak - 100 Tidak
b. Angkur pada pondasi (tiap jarak 1m) - 100 Tidak - 100 Tidak - 100 Tidak - 100 Tidak
5 Sambungan balok ,kolom, pondasi (saling mengait) √ - 100 Tidak - 100 Tidak - 100 Tidak - 100 Tidak
6 Kolom praktis (12cm x 12cm) √ 12x12 0 Ya 12x12 0 Ya 12x12 0 Ya 10x10 30.55 Tidak
a. Jarak antar kolom praktis (luas dinding >9m2) 3.3 0 Ya 2.95 0 Ya 2.76 0 Ya 2.28 0 Ya
b. Tulangan utama (min ϕ10) ϕ10 0 Ya ϕ10 0 Ya ϕ10 0 Ya ϕ10 0 Ya
c. Beugel (min ϕ6) ϕ8 0 Ya ϕ8 0 Ya ϕ8 0 Ya ϕ8 0 Ya
7 Teknik pemasangan dinding bata √
a. Perendaman bata (10 menit) - 100 Tidak - 100 Tidak - 100 Tidak - 100 Tidak
b. Tinggi pemasangan dinding bata/hari (1.5 m) 1.5 0 Ya 1 0 Ya 1 0 Ya 1.5 0 Ya
8 Pengujian bahan √
a. Uji batu bata (dianggap sudah sesuai standart) √ 0 Ya √ 0 Ya √ 0 Ya √ 0 Ya
b. Uji mortar (berdasarkan komposisi mortar) 1:7 44 Tidak 1:6 32 Tidak 1:7 44 Tidak 1:5 20 Tidak
Rata-rata 34.77 33.273 37.9 30.56

Keterangan : Keterangan :
A = SNI 15-2094-2000 1 = Rumah 2 lantai Jalan Joyo Utomo V, Malang
B = Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan 2 = Rumah 2 lantai Jalan Joyo Agung, Malang
Gempa Direktorat Jendral Cipta Karya-Departemen Pekerjaan 3 = Rumah 2 lantai Jalan Joyo Agung, Malang
Umum 4 = Rumah 2 lantai Jalan Sigura-Gura, Malang
10

Berikut perhitungan persentase 5. Penyimpangan dimensi kolom praktis


penyimpangan survei terhadap SNI 15- Pada survei keempat, dimensi kolom
2094-2000 dan Pedoman Teknis Rumah praktis yang digunakan yaitu 10 cm x
dan Bangunan Gedung Tahan Gempa : 10 cm, sedangkan pada Pedoman
1. Penyimpangan dimensi bata berupa Teknis Rumah dan Bangunan Gedung
tebal bata Tahan Gempa dimensi yang
Pada survei pertama, tebal bata yaitu digunakan minimal 12 cm x 12 cm,
40 mm, sedangkan dalam SNI 15- sehingga diperoleh persentase
2094-2000 dalam kategori M-6a penyimpangan:
untuk tebal bata diambil batas yaitu (12𝑥 12)−(10𝑥 10)
= 30.55 %
49 mm sehingga diperoleh persentase (12𝑥12)
49−40 6. Penyimpangan teknik perendaman
penyimpangan : = 18.37 % bata
49
2. Penyimpangan komposisi mortar Pada keempat survei tidak terdapat
Pada survei pertama, komposisi perendaman bata selama 10 menit
campuran mortar yang digunakan sebelum dilakukan pemasangan
antara semen dengan pasir yaitu 1:7, dinding bata sehingga diperoleh
sedangkan dalam Pedoman Teknis persentase penyimpangan 100 %.
Rumah dan Bangunan Gedung Tahan 7. Penyimpangan uji bata
Gempa komposisi campuran mortar Pada keempat survei tidak terdapat
yaitu 1:4 sehingga diperoleh pengujian bata di lapangan namun
persentase penyimpangan : bata sudah dianggap sesuai dengan
1 1.75 1
= 7 =7 standart bata Gondanglegi dimana
4
0.25 = 0.14 kuat tekan bata dikategorikan dalam
0.25−0.14 kelas 1, sehingga penyimpangan uji
= 44 %
0.25 bata pada survei yaitu 0 %.
3. Penyimpangan spesi 8. Penyimpangan uji mortar
Pada survei pertama, spesi antar bata Pada survei, pengujian mortar dapat
yaitu 30 mm, sedangkan pada dilihat berdasarkan komposisi
Pedoman Teknis Rumah dan campuran mortar sehingga persentase
Bangunan Gedung Tahan Gempa penyimpangan uji mortar yang
maksimal 20 mm, sehingga diperoleh dihasilkan sama dengan persentase
persentase penyimpangan: komposisi campuran mortar.
30−20
= 50 %
20
4. Penyimpangan angkur Persentase Penyimpangan
Pada keempat survei tidak terdapat terhadap Pedoman
angkur baik pada kolom dengan 37.90
34.77 33.27
dinding bata maupun balok sloof 30.56
Penyimpangan

dengan pondasi sedangkan pada


Pedoman Teknis Rumah dan
Bangunan Gedung Tahan Gempa
dijelaskan agar memberi angkur
berupa tulangan polos berdiameter 8
mm tiap 6 lapis bata dengan panjang
40 cm dan angkur pada balok sloof 1 2 3 4
Survei Lapangan
dan pondasi tiap jarak 50 cm sehingga
diperoleh persentase penyimpangan Gambar 5. Persentase penyimpangan
100%. terhadap pedoman
11

Dari hasil pengamatan pada 4 rumah kolom belum tepat sesuai dengan
tinggal sederhana di Kota Malang maka persyaratan dapat dilihat dari gambar
dapat diperoleh persentase penyimpangan 6 masih mengabaikan panjang
di lapangan dengan SNI 15-2094-2000 penyaluran dengan hanya sedikit
dan Pedoman Teknis Rumah dan tekukan pada ujung tulangan.
Bangunan Gedung Tahan Gempa, dapat Sedangkan pada gambar 7
dilihat pada gambar 5. menunjukkan gambar keruntuhan
Dari gambar 5 dapat dilihat perbedaan dinding disebabkan oleh sambungan
penyimpangan survei lapangan dengan balok dengan kolom yang tidak
SNI dan Pedoman. Pada survei pertama memperhatikan syarat teknis yang
diperoleh rata-rata persentase tepat. Pada gambar 8 menunjukkan
penyimpangan sebesar 34,77%, pada bagaimana sambungan yang baik dan
survei kedua diperoleh rata-rata benar agar kuat menahan gaya gempa.
persentase penyimpangan sebesar
33,27%, pada survei ketiga diperoleh rata-
rata persentase penyimpangan sebesar
37,90% sedangkan pada survei keempat
diperoleh rata-rata persentase
penyimpangan sebesar 30,56%.
Kajian Persyaratan yang Tidak
Terpenuhi
Terdapat beberapa persyaratan yang
tidak terpenuhi maupun tidak sesuai
dengan pedoman antara lain sebagai
berikut :
Gambar 6. Sambungan balok dengan
1. Di beberapa bangunan yang runtuh
kolom pada survei lapangan
akibat fenomena gempa bumi,
tulangannya masih terpasang dengan
rapi, sengkang tidak terlepas,
tulangan utama tidak berhamburan,
tetapi justru beton yang hancur yang
menandakan kualitas beton yang
terpasang kurang baik.
2. Komposisi mortar untuk pasangan
dinding bata merupakan hal yang
perlu diperhatikan. Pada pedoman,
komposisi campuran mortar yang
digunakan adalah perbandingan Gambar 7. Keruntuhan akibat
semen dengan pasir yaitu 1:4, tetapi sambungan balok dengan
pada survei yang saya lakukan kolom tidak baik
komposisi mortar pasangan dinding Sumber :
bata yang digunakan adalah 1:7. http://www.pojokjogja.com/news/nasiona
Semakin tinggi perbandingannya l/2017/04/24/enam-rumahrusak-
maka mortar tidak baik digunakan akibatgempa-di-tasikmalaya/
karena akan menghasilkan mortar
dengan kualitas kurang baik.
3. Sambungan balok dengan kolom
Pada survei rumah sederhana di Kota
Malang, sambungan balok dengan
12

Gambar 8. Sambungan balok dengan


kolom yang baik
Sumber : Boen,T., dkk (2010)
Gambar 10. Angkur pada dinding bata
4. Dari hasil pengamatan survei yang sesuai pedoman
saya lakukan pada rumah sederhana Sumber : Boen,T., dkk (2010)
di kota Malang, hampir semua rumah
sederhana di Malang belum 5. Tulangan rangka biasanya dipasang
memperhatikan hal ini terlihat karena tanpa adanya ikatan dengan pondasi
tidak adanya angkur dalam pasangan dan tidak saling mengikat dengan
dinding bata. Harusnya angkur tulangan lain. Agar sloof mengikat
dipasang setiap 6 lapis bata dengan kuat pondasi, maka digunakan angkur
panjang 40 cm. Banyak kejadian yang ditanamkan ke dalam pondasi
runtuhnya bangunan sederhana salah dengan jarak antar angkur adalah 1 m.
satu faktor utamanya yaitu karena Yang paling fatal dari sebab robohnya
tidak adanya angkur pada dinding konstruksi bangunan adalah
bata dengan kolom praktis. Gambar banyaknya tulangan tidak mengikat
kerusakan dinding akibat tidak ke dalam pondasi.
adanya ngkur dapat dilihat pada
gambar 9 sedangkan gambar 10
menunjukkan gambar syarat
penggunaan angkur sesuai pedoman.

Gambar 11. Angkur pada balok sloof


dengan pondasi
Sumber : Boen,T., dkk (2010)
Gambar 9. Kerusakan dinding akibat
tidak ada angkur
6. Menurut pedoman, apabila luas
Sumber :
dinding >9m2 maka harus
http://www.solopos.com/2017/04/19/ben
ditambahkan elemen perkuatan yaitu
cana-ponorogo-sudah-aman-
kolom praktis. Kolom praktis adalah
ratusanwarga-dayakan-boleh-kembali-ke-
struktur kolom pada bangunan yang
rumah-810950
berfungsi untuk memperkaku dinding
terhadap gaya lateral. Kolom praktis
13

terbuat dari beton bertulang. Kolom Saran


praktis pada umumnya memiliki Berdasarakan penelitian tentang
ukuran 12 cm x 12 cm dengan persyaratan teknis dinding bata pada
tulangan pokok 4 diameter 10 mm rumah tinggal sederhana ini, untuk
dan beugeul diameter 8 mm. penelitian selanjutnya penulis
menyarankan hal-hal berikut :
1. Pada pekerjaan pasangan dinding bata
sebaiknya memperhatikan syarat-
syarat teknis agar struktur bangunan
dapat menahan gaya gempa.
2. Sebaiknya diberikan sosialisasi pada
masyarakat dalam hal membangun
pasangan dinding bata yang baik dan
benar.

Gambar 12. Keruntuhan dinding


disebabkan tidak DAFTAR PUSTAKA
terdapat kolom praktis
Sumber : Boen,T.,dkk (2010) Aji, S. (2015) Mengapa di Indonesia
Pada gambar 4.12 menunujukkan Banyak Bangunan Runtuh Saat
keruntuhan dinding disebabkan tidak Gempa?
terdapat kolom praktis pada dinding http://www.vedcmalang.com/ppppt
yang luasnya >9m2. kboemlg/index.php/menuutama/dep
artemenbangunan-30/1274-2
KESIMPULAN DAN SARAN (diakses pada 22 Januari 2018).
Kesimpulan
Badan Standardisasi Nasional, 1989. SK
Dari penelitian ini dapat disimpulkan:
SNI S-04-1989-F: Spesifkasi Bahan
1. Persyaratan teknis pemasangan
Bangunan Bagian A, Bahan
dinding bata pada rumah sederhana di
Bangunan Bukan Logam. .Jakarta:
pedoman pada survei pertama sebesar
BSN.
44,52%, pada survei kedua sebesar
43,77%, pada survei ketiga sebesar Badan Standardisasi Nasional, 1978. SII
47,65% sedangkan pada survei 0021-78: Syarat - Syarat Batu Bata.
keempat diperoleh persentase sebesar Jakarta: Departemen Perindustrian.
39,90%. Maka dari persentase
disimpulkan bahwa rumah sederhana Badan Standardisasi Nasional, 1990. SK
di Kota Malang masih belum SNI T-15-1990-03: Tata Cara
menerapkan teknik pengerjaan yang Pembuatan Rencana Beton Normal.
baik dan aman terhadap gempa. Bandung: Yayasan LPMB.
2. Kajian apabila persyaratan tidak
terpenuhi maka struktur bangunan Badan Standardisasi Nasional, 1991. SNI
belum cukup kuat menerima gaya 15-2094-1991: Bata Merah Pejal,
gempa sehingga memungkinkan Mutu dan Cara Uji. Jakarta: BSN.
adanya kerusakan pada dinding dan
Badan Standardisasi Nasional, 2000. SNI
keruntuhan bangunan.
15-2094-2000: Bata Merah Pejal
untuk Pasangan Dinding. Jakarta:
BSN.
14

Badan Standardisasi Nasional, 2004. SNI Jalil, A. (2017). Kerusakan dinding akibat
15-2049-2004: Semen Portland gempa bumi.
Komposit. Bandung: BSN. http://www.solopos.com/2017/04/1
9/bencana-ponorogo-sudah-aman-
Boen,T.,dkk (2010). Cara Memperbaiki ratusan-warga-dayakan-boleh-
Bangunan Sederhana yang Rusak kembali-ke-rumah-810950 (diakses
Akibat Gempa Bumi. Jakarta: Badan pada 22 Januari 2018).
Nasional Penganggulangan
Bencana. Mulyono, T. 2004. Teknologi Beton,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Darmawati, D . (2005). Teknologi Rumah
Sederhana Tahan Gempa. http://my- Nurcahyani, I. (2017). Enam Rumah
clippings.blogspot.co.id/2013/10/te Rusak Akibat Gempa di
knologi-rumah-sederhana-tahan- Tasikmalaya.http://www.pojokjogja
gempa.html (diakses tanggal 6 .com/news/nasional/2017/04/24/ena
Oktober 2017). m-%20rumahrusak-akibatgempa-
di-tasikmalaya/ (diakses pada 22
Ditjen Cipta Karya. (2006). Pedoman Januari 2018).
Teknis Rumah dan Bangunan
Gedung Tahan Gempa. Jakarta: Palupi, K.A. (2012). Optimalisasi
Ditjen Cipta Karya. Penggunaan Komposisi Campuran
Mortar Terhadap Kuat Tekan
EERI & IAAE. (2011). Seismic Design Dinding Pasangan Bata Merah.
Guide for Low-Rise Confined Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Masonry Buildings. Malang: Universitas Brawijaya.
Earthquake Engineering Research
Institute. Oakland Pascanawaty, M.S. (2016). Studi
(www.confinedmasonry.org) Eksperimental Tentang Kekuatan
Dinding Bata dengan Perkuatan.
Febrin, A. (2010). Studi Pengaruh Denpasar: Jurnal Teknik Sipil. Vol.
Pemasangan Angkur dari Kolom ke 4, No.1:37-46.
Dinding Bata pada Rumah
Sederhana Akibat Beban Gempa. Supriyadi, (2010). Konsep Rumah Tahan
Jakarta: Jurnal Teknik Sipil. Vol. 6, Gempa.
No. 1:37-44. https://geofisika42.wordpress.com/
2010/07/03/konsep-rumah-tahan-
Fianli, C. (2011). Dinding Bangunan. gempa/ (diakses tanggal 6 Oktober
Bandung: Universitas Diponegoro. 2017).

Geomedia (2016). Gempa Bumi. Tjokrodimuljo, K. (1996). Teknologi


https://geo- Beton, Nafiri, Yogyakarta.
media.blogspot.co.id/2016/07/gemp
a-bumi.html (diakses pada 10 Wena, M. (1997). Teknik Pemasangan
November 2017). Bata Merah . Buletin LPM IKIP
Malang. No. 1.
Yayasan Dana Normalisasi Indonesia,
1978. Bata Merah Sebagai Bahan
Bangunan, edisi ke-2, Bandung
YDNI, NI-10.

Anda mungkin juga menyukai