Anda di halaman 1dari 6

NAMA : dr.

NYARIS ERMAWATI

NIP : 198501232020122002

KELOMPOK : 2

ANGKATAN : CXV

Membangun efektifitas pelayanan publik melalui Mall Pelayanan Publik

Dinamika perkembangan zaman memaksa semua negara di dunia untuk


terus melakukan transformasi terhadap tata kelola pemerintahan yang
dituntut semakin profesional, cepat, efektif, adaptif untuk menjawab
kebutuhan masyarakat. Indonesia sendiri yang tumbuh dalam era
demokratisasi, juga memasuki era digitalisasi dan virtualisasi, serta memiliki
proyeksi menjadi the big five state in the world. Reformasi birokrasi sebagai
arus utama pendorong gelombang revolusi tata kelola pemerintahan tidak
lagi hanya untuk mengontrol jalannya birokrasi dan menghadirkan
pelayanan. Namun juga harus bergerak untuk mengubah paradigma para
administrator publik untuk menempatkan masyarakat sebagai aspek
terdepan dan prioritas. Dan memposisikan pemerintah sebagai representasi
publik, serta membangun institusi publik yang berintegritas, responsif
melayani dan aktif memberdayakan masyarakat untuk terlibat langsung
dalam pengaturan dan implementasi berbagai kebijakan publik di tingkat
pusat maupun daerah. Dimana selama ini masih banyak permasalahan dalam
kegiatan dan proses pemberian layanan kepada masyarakat. Menjembatani
kondisi tersebut, beberapa pemerintah daerah berlomba-lomba bersaing dan
berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Namun
seringkali upaya tersebut masih belum memberikan hasil yang maksimal
sehingga pada akhirnya tidak solutif dan terkadang menimbulkan kerumitan
dalam proses pelayanan kepada masyarakat. Denhardt dan. Denhardt, dalam
bukunya mengungkapkan bahwa salah satu agenda reformasi yang
dijalankan oleh beberapa negara maju, adalah dengan menguatkan hubungan
antara institusi publik dengan pelanggannya (masyarakatnya) sebagai
"mekanisme transaksi pasar yang melahirkan suatu komoditas kepentingan
bersama". Melalui konsep yang ditawarkan, dapat dicermati bahwa konsep
the new public management dalam administrasi negara sudah hadir. Dia
telah mengelaborasi sentuhan maupun pendekatan pelayanan negara yang
lebih demokratis (lebih meningkatkan kepercayaan publik), menjembatani
harapan dan keinginan warga, memberikan ruang bagi keterlibatan sosial
dalam pemerintahan, menyegarkan kembali birokrasi publik,
membangkitkan legitimasi bagi pemerintahan, serta melahirkan konsep the
new public service. Sebagaimana kita ketahui, selama ini masih banyak
kekurangan dari penyedia layanan publik sebagaimana yang dirumuskan
dalam seminar evaluasi kualitas pelayanan publik dinyatakan bahwa
terdapat beberapa permasalahan dalam pelayanan publik. Diantaranya
masih sedikit instansi yang wajib memberikan layanan yang berstandar
operasional prosedur, dan adanya kejelasan. Masih ada beberapa instansi
penanggung jawab dan penyedia layanan yang masih belum mempunyai SOP
berupa alur dan prosedur yang jelas dalam menyediakan pelayanan. Aspek
durasi waktu pemberian layanan masih belum ada sehingga kurang efektif
dan efisien serta dapat merugikan waktu masyarakat yang sedang
mengakses pelayanan. Saat ini hanya beberapa penyedia layanan yang telah
memiliki durasi waktu pemberian layanan seperti perpanjangan surat
kendaraan yang sudah memiliki standar SOP dan durasi waktu pengurusan
pelayanan. Dalam konteks pemberian pelayanan, seringkali ditemukan
ketidakmampuan petugas pemberi layanan disebabkan karena kompetensi
yang rendah serta kurang sesuai dengan pekerjaan untuk menyediakan
pelayanan yang baik; Masih ada penyedia layanan yang bersikap kurang
ramah, kurang sopan atau tidak jelas dalam berbicara, memberitahukan
suatu informasi dengan tidak ramah/santun. Selain itu masih ada penyedia
layanan masih belum menggunakan sarana prasarana yang layak serta sesuai
kebutuhan konsumen, misalnya sarana khusus bagi difabel, ruang laktasi,
antrian khusus bagi lansia, dan sistem konektivitas jaringan komputer,
internet sehingga pada saat pengurusan layanan yang membutuhkan koneksi
server pusat, layanan tidak dapat diberikan karena tidak ada koneksi
jaringan. Mal Pelayanan Publik MPP pada dasarnya merupakan
pengintegrasian pelayanan publik dari daerah dengan berbagai pelayanan
publik instansi pemerintah pusat, BUMN dan kalau mungkin swasta, boleh
jadi merupakan model pelayanan terpadu generasi ketiga. Generasi pertama
adalah Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSA), kemudian Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP), dan kini MPP. Konsep MPP ini terinspirasi dari Public
Service Hall (PSH) yang ada di Georgia, yakni pusat pelayanan terpadu dan
terintegrasi, baik antar kementerian maupun dengan pemerintah lokal. Sejak
tahun 2018, Kementerian PANRB terus mendorong sejumlah pemda untuk
menerapkan konsep MPP di daerahnya. Mempelajari hal itu, lalu disesuaikan
dalam konteks indonesia, Kemenpan RB menghadirkan Mal Pelayanan Publik
(MPP) Indonesia, yang lebih progresif memadukan pelayanan dari
pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu tempat. Bahkan
menyatukan pelayanan publik lintas kewenangan yang pada umumnya sulit
dilakukan karena struktur birokrasi di Indonesia yang sangat besar. Deputi
Bidang Pelayanan Publik Diah Natalisa mengatakan, saat ini MPP sudah
terbangun di sejumlah daerah, antara lain Kota Batam, Provinsi DKI Jakarta,
Kota Bekasi, Kabupaten Banyuwangi, Kota Denpasar, Kabupaten
Karangasem, Kota Surabaya, Kabupaten Tomohon, dan Kota Bitung.
Dikatakan, pembangunan MPP sejalan dengan kebijakan Gerakan Indonesia
Melayani, yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 12/2016. Dalam hal
ini, Kementerian PANRB mendapat mandat untuk mengkoordinasikan
Program Gerakan Indonesia Melayani (GIM), sebagai bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM), yang meliputi lima Gerakan. Empat
gerakan lainnya adalah Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib,
Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu. Kehadiran Mal
Pelayanan Publik, juga tidak mendegradasi generasi Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP), justru ini keistimewaannya MPP dapat memayungi PTSP tanpa
pula mematikan pelayanan yang sudah ada sebelumnya. Sebab PTSP di
daerah sebenarnya sudah berjalan baik (melalui kerangka 7 regulasi PP
nomor 18/ 2016 tentang perangkat daerah). Namun, ada kendala yang perlu
disempurnakan, antara lain sebagian besar perizinan bergantung pada dinas
teknisnya sehingga terjadi kelambatan proses; beberapa pemda belum
mengikat perizinan dengan sertifikasi ISO sehingga ada celah tidak terkontrol
dan tidak transparan sehingga menjadi temuan lembaga pengawasan. Oleh
karena itu, Kemenpan RB mendorong penuh upaya penyederhanaan
perizinan melalui satu sistem aplikasi yang terintegrasi yang juga bernama --
one single submission tersebut, dan juga memang sejalan dengan
pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik (e-government)
sebagaimana perpres nomor 95/ 2018. Hingga sekarang, tahapannya masih
pada identifikasi terhadap bentuk proses bisnis dan tata kelola data lintas
instansi yang mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang
berbeda; integrasi layanan dan interoperabilitas data yang membutuhkan
rekayasa aplikasi ulang; serta pembentukan arsitektur spbe untuk
menyamakan cara pandang bagi integrasi pelayanan publik. Berdasarkan
evaluasi, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, juga semakin berlomba
untuk membangun Mal Pelayanan Publik. Mal Pelayanan Publik sebagai the
new public service adalah jawaban bagi harapan publik tentang kemudahan
perijinan, kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong kemudahan
berusaha, meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun ekonomi
makro. Melalui MPP, pola pikir yang ego sektoral antar instansi diubah
menjadi kerja bersama yang berfokus pada komitmen melayani masyarakat.
Bahkan, MPP mampu menjadi inkubator bagi tumbuhnya pelayanan
pemerintah yang 9 mengadopsi teknologi, serta menjadi wahana leadership
yang melahirkan para ASN teladan berjiwa hospitality. MPP menjadi media
untuk membangun sistem kerja dan sinergi yang utuh, mempraktikkan
perubahan budaya kerja yang melayani, panggung untuk menampilkan wajah
birokrasi yang mengadopsi the new public service, sehingga benar-benar
merepresentasikan kehadiran negara untuk memberikan manfaat luas bagi
kepentingan dan kemakmuran masyarakat
Soal Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor
yang terlibat dan persan setiap aktornya berdasarkan konteks
deskripsi kasus.

Jawaban Anda Indonesia di era demokratisasi juga memasuki era digitasisasi


dan virtualisasi serta memiliki proyeksi menjadi the big five state
in the world dituntut untuk menyediakan pelayanan publik yang
sesuai harapan masyarakat Indonesia. tetapi seringkali ditemukan
ketidakmampuan petugas pemberi layanan publik. dimana aktor
yang terlibat adalah sistem manajemen ASN, petugas yang
bekerja didalam pemerintahan yang kurang baik sehingga di
dapatkan kompetensi baik berupa barang dan jasa dalam
pemeberi pelayananan publik yang kurang optimal.

Soal Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan


pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan Pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap aktor
yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak
tidak diterapkannya nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan
tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan
konteks deskripsi kasus

Jawaban Anda A. SOP yang tidak jelas, Durasi waktu yang pemberian layanan
masih belum ada sehinggag kurang efektif dan efisien serta
merugikan waktu masyarakat yang sedangmengakses pelayanan,
petugas dengan kemampuan kompetensi yang renda serta kurang
sesuai, kurang ramah, kurang sopan atau tidak jelas dalam
berbicara, memberitahukan suatu informasi dengantidak
ramah/santun, sarana prasarana yang layak belum sesuai dengna
kebutuhan konsumen, sistem konektivitas jaringan komputer
yang buruk atau tidak ada koneksi jaringan. B. hilangnya
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan birokrasi,
banyaknya keluhan dari masyarakat,rendahnya antusias
masyarakat dalam pengurusan birokrasi, tingginya angka
korupsi, tingginya pungli, informasi yang didapatkan kurang
jelas, tidak adanya rasa kesatuan dimana yang diterapkan dalam
Pancasila.
Soal Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah
berdasarkan konteks deskripsi kasus

Jawaban Anda Pemerintah menbentuk mal pelayanan publik yang terpadu dan
terintegrasi dan lebih progresif memadukan pelayanan dari
pemerintah pusat, daerah dan swasta dalam satu tempat.
melakukan upaya penyederhanaan mperizinana melalui saty
sistem aplikasi yang terintegrasi disebut "one single submission"
dimana sejalan dengan pembangunan sistem pemerintahan
berbasis elektronik (e-government) sehingga diharapkan
pelayanan publik ini didapatkan dengan kemudahan perijinana,
kecepatan pelayanan dan akhirnya mendorong kemudahan
berusaha, meningkatkan pertumbuhan industri mikro maupun
ekonomi makro.

Soal Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif


gagasan pemecahan masalah berdasarkan konteks deskripsi
kasus.

Jawaban Anda adapun tahapannya masih pada identifikasi terhadap bentuk


proses bisnis dan tata kelola data lintas instansi yang
mengintegrasikan karakter format dan definisi data yang berbeda;
integrasi layanan dan interoperabilitas data yang membutuhkan
rekayasa aplikasi ulang; serta pembentukan arsitektur spbe untuk
menyamakan cara pandang bagi integrasi pelayanan publik.
dimana masih memerlukan evaluasi sehingga jug amembutuhkan
anggaran yang besar untuk membangun ataupun merombak agar
memberikan kemudahan masyarakat. evaluasi terhadap pemberi
pelayanan publik untuk memberikan reward ataupun punishment
bagi yang melanggar yangg tidak sesuai dengan prosedur.

Anda mungkin juga menyukai