Anda di halaman 1dari 4

Aisyah Salshabila

1901103010040
Perencanaan Pajak

1.Jelaskan perbedaan antara tax avoidance dan tax evasion

Tax Avoidance (penghindaran pajak) berciri fraus legis yaitu kawasan grey area
yang posisinya berada di antara tax compliance dan tax evasion. Beberapa pihak
mencoba mendefinisikan tax avoidance. Justice Reddy (dalam kasus McDowell &
Co Versus CTO di US) merumuskan tax avoidance sebagai seni menghindari pajak
tanpa melanggar hukum. Black’s Law Dictionary menjelaskan, tax avoidance
adalah upaya meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan peluang
penghindaran pajak (loopholes) dengan tidak melanggar hukum pajak. Lebih
lanjut, OECD mendeskripsikan bahwa tax avoidance adalah usaha wajib pajak
mengurangi pajak terutang, meskipun upaya ini bisa jadi tidak melanggar hukum
(the letter of the law), namun sebenarnya bertentangan dengan tujuan dibuatnya
peraturan perundang-undangan perpajakan (the spirit of the law). Ronen Palan
(2008) menyebutkan suatu transaksi diindikasikan sebagai tax avoidance apabila
melakukan salah satu tindakan berikut : (a) Wajib Pajak (WP) berusaha untuk
membayar pajak lebih sedikit dari yang seharusnya terutang dengan memanfaatkan
kewajaran interpretasi hukum pajak. (b) WP berusaha agar pajak dikenakan atas
keuntungan yang di declare dan bukan atas keuntungan yang sebenarnya diperoleh;
(c) WP mengusahakan penundaan pembayaran pajak.

Lalu, apakah yang dimaksud dengan Tax Evasion? Tax Evasion (Tax Fraud) atau
penggelapan pajak adalah tindakan yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
mengurangi jumlah pajak terutang atau sama sekali tidak membayarkan pajaknya
melalui cara-cara ilegal. Rohatgi (2007) menyatakan bahwa tax evasion adalah niat
untuk menghindari pembayaran pajak terutang, dengan cara menyembunyikan data
dan fakta secara sengaja dari otoritas pajak, dan ini merupakan tindakan ilegal.
Selain itu, Russo (2007) mendefinisikan tax evasion sebagai kondisi di mana wajib
pajak menghindar untuk membayar pajak terutang tanpa menghindar dari
kewajiban pajak sehingga hal ini melanggar ketentuan perpajakan. Contoh umum
penggelapan pajak misalnya wajib pajak tidak melaporkan sebagian atau seluruh
penghasilannya dalam SPT atau membebankan biaya-biaya yang tidak seharusnya
dijadikan pengurang penghasilan untuk tujuan meminimalkan beban pajak.
Tindakan illegal ini menyebabkan kerugian negara. Sebagian besar negara
mengenakan sanksi administrasi dan sanksi pidana terhadap wajib pajak yang
melakukan penggelapan pajak.

Yang membedakan antara tax avoidance dan tax evasion adalah legalitasnya,
yaitu tax avoidance bersifat legal, sedangkan tax evasion bersifat ilegal.
Dalam praktik, pengelompokan antara keduanya tergantung pada
interpretasi otoritas pajak di masing-masing negara.

2. Mengapa pemilihan badan usaha berpengaruh terhadap perencanaan


pajak?

Dalam peraturan perpajakan, sebenarnya banyak celah hukum yang dapat


dimanfaatkan untuk meminimalisir beban pajak tanpa harus berhadapan dengan
petugas pajak dan tanpa keluar dari bingkai peraturan perpajakan. Salah satunya
adalah dengan melakukan Strategi Perencanaan Pajak (Tax Planning) termasuk
dalam urusan pemilihan badan usaha. Strategi tersebut dapat dimulai sejak awal
memulai bisnis dengan melakukan setting up badan usaha yang dipilih. Berikut
beberapa badan usaha di Indonesia yang paling banyak digunakan antara lain :

1). Bisnis dalam bentuk perseorangan bisa memberikan penghematan pajak


yang jauh lebih besar daripada bentuk badan usaha lainnya. Ada beberapa
faktor yang membuat pajak nya menjadi lebih hemat dikarenakan adanya
fasilitas pengurang pajak seperti tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
dan Biaya Jabatan yang tidak diatur dalam bentuk badan usaha lainnya. Namun,
kita tidak boleh tergesa-gesa mengambil keputusan atas dasar pertimbangan
ingin menghemat pajak semata. Harus memperhatikan pertimbangan lain.

2).Beban pajak yang ditanggung investor / pengusaha melalui persekutuan (CV


dan Firma) ternyata lebih kecil dari beban pajak yang ditanggung oleh badan
usaha PT.

3). badan usaha bisa dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan oleh
para investor/ pengusaha untuk menghemat beban pajak. Namun, persoalan
pajak bukan satu-satunya pertimbangan dalam mengambil keputusan bisnis.

4). Pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan bisnis modern, juga


harus mengakomodasi masalah permodalan, risk management, lingkungan
hidup, business & market development, serta hak dan kewajiban lainnya yang
timbul dari pemilihan bentuk badan usaha tersebut.

Laba = 1 M Tk (0)

Ptkp = Rp.54.000.000

Penghasilan kena pajak = laba bruto – ptkp

= 1.000.000.000 – 54.000.000 = 946.000.000

Pphop = 50.000.000 * 5 % = 2.500.000

200.000.000*15% = 30.000.000

250.000.000*25%= 62.500.000

446.000.000*30%= 133.800.000

228.800.000

Anda mungkin juga menyukai