Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

DISUSUN OLEH:
SAHBUDIN 20052019
ARYANTO 20052021
MEYSYA RINI AMELIA MANG 20052021
ABHAR HASRAJI 20052022
RALDI S. HADJIM 20052023
MUH.MULYONO ADITYA 20052024
AFRIZAL SASTRA 20052032
DIDIN WIDIATMOKO 2052036

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul EKONOMI DAN
KESEJAHTERAAN UMAT tepat waktu.
Makalah EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN UMAT disusun guna memenuhi tugas
dosen pada Ilmu sosial budaya dasar . Selain itu, kami juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen


ilmu sosial budaya dasar. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan.Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Luwuk 20 JANUARI 2021

Penyusun
Kelompok 4

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................1
Daftar isi...................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................3
A.Latar belakang .....................................................................................3
B.Rumusan masalah ...............................................................................4
C Tujuan penulisan..................................................................................5
D Manfaat makalah .................................................................................5
E Sitematika penulisan............................................................................5
BAB II: LANDASAN..................................................................................6
A Kajian teoritis .......................................................................................6
BAB III: METODOLOGI PENILITIAN.......................................................8
A Tempat dan waktu penilitian ................................................................8
B Metode penilitian ..................................................................................8
BAB IV HASIL PENILITIAN ....................................................................9
A Deskripsi data ......................................................................................9
B Pembahasan.........................................................................................9
BAB V PENUTUP..................................................................................11
A.Kesimpulan.........................................................................................11
B.Daftar pustaka....................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang universal dan komprehensif. Universal
mempunyai makna bahwa Islam diperuntukkan bagi seluruh umat manusia di
muka bumi dan dapat diterapkan dalam setiap ruang dan waktu sampai akhir
zaman. Komprehensif berarti bahwa Islam mempunyai ajaran yang lengkap dan
sempurna (Ka>ffah). Kesempurnaan ajaran Islam dikarenakan Islam tidak saja
mengatur aspek ibadah ritual semata, tetapi seluruh kehidupan manusia yang
meliputi sosial, politik, budaya, hukum, ekonomi, dan lain-lain.
Kita telah mengenal beberapa sistem ekonomi di dunia antara lain sistem
ekonomi kapitalis, sosialis maupun sistem ekonomi campuran. Akan tetapi
semua sistem ekonomi yang ada dinilai telah gagal dalam menyelesaikan
persoalam ekonomi modern pada masa kini. Sehingga apa yang salah dalam
sistem ekonominya.
Islam sebenarnya telah mengajarkan kepada umatnya untuk selalu
berpegang kepada 2 sumber utama yaitu Qur’an dan Hadis. Setiap
permasalahan apapun akan terselesaikan selama kita berpegang kapada
keduanya apakah bidang sosial, politik, budaya, hukum, dan lain-lain termasuk
permasalahan dalam bidang ekonomi. Diantaranya adalah Islam telah
mengajarkan moral dan metodologi guna membangun sistem ekonomi yang
layak untuk menerapkan pedoman-pedoman dengan keabsahan cara dan juga
legitimasi tujuan dengan landasan atas pertimbangan etika yang jelas dan
bemakna dalam keseluruhan kerangka tatanan sosial, dengan pendekatan
terhadap sistem ekonomi ini sangat relevan dan amat mendesak untuk di
alamatkan pada syari’ah dengan sistem ekonomi Islam.
Di dalam ajaran Islam terdapat dua prinsip utama, pertama, tidak
seorangpun atau sekelompok orang yang berhak mengeksploitasi orang lain,
yang kedua, tidak ada sekelompok orang boleh memisahkan diri dari orang lain
dengan tujuan untuk membatasi kegiatan sosial ekonomi di kalangan mereka
saja. Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga, maka setiap
manusia adalah sama derajatnya di mata Allah dan di depan hukum yang
diwahyukannya. Konsep persaudaraan dan perlakuan yang sama terhadap
seluruh anggota masyarakat di muka hukum tidaklah ada artinya kalau tidak
disertai dengan keadilan ekonomi yang memungkinkan setiap orang
memperoleh hak atas sumbangan terhadap masyarakat. Allah melarang
merugikan hak orang lain, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. As-syu’ara>’
ayat 183:

F ٌَِِEَ ‫ِذ‬FEٌِ ِ‫ ْفس‬EL ٍُُ ‫ض‬


ِ ‫ْس‬Eََْ ‫ِف ْال‬ Eََ٘ ْ‫ َ َل َحع‬EF ٌْْ ‫ء‬Eٍَُُٕٕ ‫ب‬
ًِ EP ‫٘ث ْا‬ ٘ ‫ْب َخ‬Eََْ ‫َ َل ح‬
ٍْEََْ ‫سُ ا اىْ َّب َط‬
َ ‫أش‬
Artinya:

3
“Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah
kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”.

Islam berkomitmen dan menekankan persaudaraan, keadilan ekonomi dan


sosial, maka ketidakadilan dalam pendapatan dan kekayaan bertentangan
dengan Islam. Akan tetapi, konsep Islam dalam distribusi pendapatan dan
kekayaan serta konsepsinya tentang keadilan sosial tidaklah menuntut bahwa
semua orang harus mendapat upah yang sama tanpa memandang
kontribusinya kepada masyarakat. Islam mentoleransi ketidaksamaan
pendapatan sampai tingkat tertentu, karena setiap orang tidaklah sama sifat,
kemampuan, dan pelayanannya dalam masyarakat. Dalam Q.S. An-nahl ayat
71 disebutkan:

ُ
LٍٔE ِِٔ ‫ِف‬ Eََٖ EF ٌْْ ٍُEُُٖٖ ّ‫ٍَي َنجْ أ ٌَ ْ َب‬EL َ‫ٍَب‬EL َ‫يٰى‬
ELٍِ EF ٌْْ ُ ‫ٖف‬ Eََٰ ‫ َع‬EF ٌْْ ِ ٖ ‫َِشا ِّدي سِ صْ ِق‬Eَِ ‫٘ي ا ب‬Eٍُُ٘ ‫ِّ ُع‬ ٌَّE ‫ف َب‬
‫ ف‬EF ٌََِِ ‫اىِز‬
ٌَِّ َ ۚ ‫ِف اى ِّشصْ ِق‬ ًِ EP ٍ‫يٰى ب ْ َعط‬ Eََٰ ‫ َع‬EF ٌْْ ُ‫َٗ ال ََّّل ف ََّع َو ب ْ َع َعن‬
ُ َٗ ‫ٗذ‬Eٍُُٗ ‫ت ال ِ ََّّل ْ ٌَج َح‬ Eٌََِِْ ‫س َا ء ۚ أ َف‬
ِ َ ‫ِع‬Eََِْ ‫ْب‬ َ٘

Artinya:
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal
rezki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezkinya itu) tidak mau memberikan
rezki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama
(merasakan) rezki itu. Maka Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah.

Dalam ukuran tauhid, seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai


dengan kebutuhannya. Kelebihan penghasilan atau kekayaannya harus
dibelanjakan sebagai sedekah karena Allah. Banyak ayat-ayat Allah yang
mendorong manusia untuk mengamalkan sedekah, antara lain Q.S. An-nisa>’
ayat 114:
َ٘Eََ٘ ‫ث ال ِ ََّّل‬
‫فس‬ ْ ِ ْ َE‫ف َٗٗأ‬
ٍ َ ‫إص َل ٍح‬
ِ ‫ٍَ ْش َظب‬EL َ‫ِغَِب َء‬Eَ ‫ِل ابْخ‬Eََِ ‫ٍَِ ٌَ ْف َع ْو ٰ َرى‬EL ََ ٗ ۚ ِ‫ب ْ َِ اىْ بَّط‬ ٗ ْ‫ٍَع‬EL َْ ٗ َ‫ت أ‬
ٍ ُ‫ش‬ ٍ َ ‫ِص َذق‬ َ َ‫ِْ ٍأ‬Eٌِ ٍَْEL َ‫َِّل‬Eَََِّ ‫ إ‬EF ٌْْ ‫ْ٘ج َُٕا‬Eَّْ َّْ٘ ّ ٍِِّ ‫ش‬
Eََِ ‫َش ب‬ ٍ ‫ث‬ ِ ‫ف َم‬ِ ً ‫ْش‬ َ ‫ََّل ٍَخ‬
ً
‫ٍَب‬ELًَ ِ‫أْجشا َعظ‬ Eََْ ٍٔEL ِِٔ ‫ِح‬EL ‫ْؤ‬Eٍُُْ ‫ْف‬
ٍِ َ
Artinya:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa
yang berbuat demikian Karena mencari keridhaan Allah, Maka kelak kami
memberi kepadanya pahala yang besar”

B.Rumusan masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas,
perumusan pokok permasalahan yang merupakan inti dari pembahasan skripsi
ini adalah “Bagaimana perwujudan keadilan dalam praktik jual beli menurut
Islam?”.

4
C.Tujuan penulisan
Agar pembaca dapat berfikir kalau dengan kondisi ekonomi yang bauk kita bisa
merasakan kesejahteraan
D.Manfaat
Manfaat pembuatan Makala ini adalah bahan perbandingan bagi penulisan
selanjutnya dan menjadi ilmu pengetahuan,tentang pengaruh ekonomi terhadap
kesejahteraan umat.

E.Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam makalah ini,disusun sebagai berikut:


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang,rumusan masalah,tujuan
penilitian,manfaat makalah dan sitematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi Kajian teoritis dan hipotesis
BAB III METODOLOGI PENILITIAN
Bab ini berisi tempat dan waktu penilitian dan metode penilitian
BAB IV HASIL PENILITIAN
Bab ini berisi deskripsi data dan pembahasan
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan saran solusi dan daftar pustaka

5
BAB II
LANDASAN TEORI
A.KAJIAN TEORI
Kajian bertujuan untuk membuktikan apakah obyek penelitian itu sudah
pernah diteliti ataupun belum, sehingga hasil penelitian ini dapat dibuktikan
kebenarannya.
Penelitian sejenisnya telah dilakukan oleh istiqomah (2005) “Pemikiran
Umer Chapra tentang Keadilan dalan Sistem Ekonomi Islam” dalam skripsi
tersebut mengulas tentang bagaimana pemikiran Umer Chapra tentang keadilan
dalam sistem ekonomi Islam. Pada garis besarnya Umer Chapra menjelaskan
bahwa keadilan dalam sistem ekonomi telah dipandang sebagai isi pokok dari
maqashid asy-syari’ah yaitu : 1. Pemenuhan kebutuhan pokok, 2. Sumber-
sumber pendapatan yang terhormat, 3. Distribusi kekayaan dan pendapatan
yang merata, 4. Pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis hampir sama dengan penelitian
diatas, yaitu penelitian yang berkaitan dengan prinsip ekonomi Islam, hanya saja
penelitian ini memfokuskan pada salah satu prinsip dalam ekonomi Islam

4
Ibid, hal 478
yaitu keadilan. Dengan prinsip tersebut penulis akan mengaitkan dan
menganalisa salah satu bagian dari ekonomi mikro, yaitu jual beli.

Agama Islam membolehkan siapa pun untuk secara bebas menukar atau jual
beli barang dan jasa.
Dan merupakan hal yang sangat dilarang dalam Islam bagi siapa pun
mengambil barang milik orang lain dengan cara yang tidak adil atau batil.
Topik keadilan dan kepatutan menjadi hal yang sangat penting dan banyak
dibahas khususnya dalam perkara pertukaran dan jual beli barang maupun jasa.
Cara-cara yang batil dalam pertukaran yang dilarang dalam Islam dapat berupa
tindakan-tindakan di bawah ini:
 Perjudian
 Praktik riba
 Ketidakjelasan dalam persetujuan yang dapat dimanfaatkan oleh salah
satu pihak
 Penipuan
 Pengukuran yang salah
 Pencurian
 Penyuapan

6
Kitab suci Al-Qur'an menyerukan kepada umat Islam supaya melakukan
pertukaran melalui jual beli atau yang disebut sebagai tijarah dan disertai
dengan kesepakatan bersama yaitu tarad.

Di zaman modern ini, memerlukan tafsiran yang lebih luas mengenai


kesepakatan bersama ini.
Contoh kasusnya, Anda ingin membeli minuman bersoda dari mesin.
Tentunya hal ini sangat berbeda dengan transaksi jual beli yang umumnya
terjadi antara dua orang manusia. Apakah transaksi itu sah menurut Islam?
Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut ini ada tiga pendapat dari para ulama
mengenai kesepakatan bersama:
Kesepakatan bersama hanya dapat diungkapkan melalui kata-kata yang kita
ketahui sebagai ijab kabul.
Kesepakatan bersama harus diungkapkan melalui kata-kata dan dapat
diungkapkan melalui tindakan yang telah biasa dilakukan. Selain melalui kata-
kata, syarat jual beli dapat dipenuhi melalui sikap yang menandakan
kesepakatan. Contohnya Anda membeli air minum botolan dan penjual tidak
berbicara apa-apa selama transaksi. Jual beli ini tetap sah dalam Islam.
Kesepakatan bersama dapat dicapai oleh apa pun yang menunjukannya, baik
itu melalui kata-kata atau sikap.
Kesimpulannya, transaksi jual beli menjadi sah ketika dapat memenuhi salah
satu dari tiga poin syarat syarat jual beli dalam Islam di atas yang telah dikaji
dan dikemukakan para ulama dan pelajar ilmu fiqih.

7
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
RUMAH,18-19 JANUARI 2021

B. METODE PENELITIAN
Penelitian Survey
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sample yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-
hubungan antar variable.

8
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. DESKRIPSI DATA

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dan diperoleh melalui


penelusuran bahan-bahan kepustakaan yang relevan dengan
permasalahan. Data dikategorikan sebagai data Primer dan data Sekunder.
Data Primer diperoleh dari buku-buku yang membahas tentang keadilan dan
jual beli, adapun data sekunder yang digunakan sebagai rujukan adalah
tulisan dari buku-buku jurnal atau majalah yang ada kaitannya dengan
masalah tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan
adalah metode dokumentasi.

B.PEMBAHASAN
Dalam praktik jual beli menurut Islam, keadilan dengan konsep persamaan,
penyesuaian, dan kelayakan diwujudkan dalam rukun jual beli, syarat jual
beli, dan hak pilih (khiyar) dalam jual beli. Keadilan adalah suatu yang harus
dijalani oleh karena itu konsep ini harus terus diperbincangkan dan
didialogkan, begitu juga penulisan yang saya lakukan ini tentunya bukan
barang baku, maka perlu adanya kajian ulang dan nantinya konsep jual beli
yang paling adil bisa kita terapkan dan sedikit demi sedikit konsep
ketidakadilan bisa kita tekan sekecil mungkin
Jual beli dalam syariat Islam memiliki arti "pertukaran suatu barang yang
memiliki nilai dengan barang yang memiliki nilai lainnya atas kesepakatan
bersama."
Melihat pengertian jual beli dalam Islam ini, syarat jual beli dalam islam pada
umumnya cukup sederhana.
Berikut ini beberapa ketentuan penting yang harus ada dalam rukun dan
syarat jual beli dalam Islam:
Pihak penjual dan pembeli yang bertransaksi
Barang atau jasa yang akan diperjualbelikan
Harga yang dapat diukur dengan nilai uang atau barang lainnya
Serah terima
Semua rukun di atas harus ada, kalau salah satu saja tidak terpenuhi, maka
jual beli tidak dapat dilakukan dan tidak sah.
Suatu tindakan jual beli sah dengan syarat harus ada kesepakatan bersama.
Hal ini berdasarkan surat An-Nisa ayat 29 yang berbunyi:

9
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu."

10
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN

Transaksi jual beli menjadi sah ketika dapat memenuhi salah satu dari
tiga poin syarat syarat jual beli dalam Islam di atas yang telah dikaji
dan dikemukakan para ulama dan pelajar ilmu fiqih.

B.DAFTAR PUSTAKA
Anto, M.B. Hendrie, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, cet. ke-1, Yogyakarta: Ekonosia, 2003

Anshari, Endang Saiffudin, Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya: PT.Bina Ilmu, 1981

As-suyuthi, Imam Jalaluddin, Al-asybah Wan-nadhoir, tt, Surabaya: Haromain

https://www.99.co/id/panduan/syarat-jual-beli#:~:text=Suatu%20tindakan%20jual%20beli%20sah,
%2Dsuka%20di%20antara%20kamu.%22

11

Anda mungkin juga menyukai