Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
ARAB MASA PRA-ISLAM......................................................................................................5
A. Kondisi Geografis Jazirah Arab...............................................................................5
B. Sitem Politik dan Kemasyarakatan..........................................................................8
C. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan..................................................................12
D. Kehidupan Sosial Masyarakat Jazirah Arab........................................................13
Posisi Muhammad dalam merubah tradisi masyarakat Mekkah.....................................17
PERIODE MADINAH (MUHAMMAD SEBAGAI PEMIMPIN AGAMA DAN
PEMERINTAHAN)...............................................................................................................28
Respon Positif atas Peran Muhammad Sebagai Revolusioner Masyarakat.....................33
BAB III....................................................................................................................................40
PENUTUP...............................................................................................................................40
A. KESIMPULAN.................................................................................................................40
B. SARAN............................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keadaan jazirah Arab ketika pra-islam sangat memprihatinkan,
karena penduduk jazirah Arab sangat kejam dan semena-mena, zaman
itu disebut zaman jahilia. Zaman dimana orang-orang tidak memiliki
akhlakul karimah yang tidak patut untuk dicontoh. Di zaman tersebut
sistem kepercayaannya menyembah berhala, adapun empat patung
berhala yang sangat terkenal. Namun, pada pra-islam mereka sudah
menggunakan sistem kabilah-kabilah dalam sistem pemerintahannya.
Ketika nabi Muhammad SAW datang membawa cahaya Islam,
semua berputar 1800 meskipun didalam dakwah menyebarkan cahaya
Islam beliau menerima cemooh ataupun hinaan dari masyarakat
jazirah Arab.
Didalam menyebarkan agama Islam di mekkah, nabi Muhammad
SAW menyebarkannya secara sembunyi-sembunyi. Dan ketika
menyebarkan islam di Madinah nabi Muhammad SAW menjadi
kepala Negara karena didalam diri beliau sudah terlihat jiwa
kepemimpinan sejak kecil. Nabi Muhammad juga membuat piagam
madinah, itu merupakan undang-undang pertama bagi umat Islam
Revolusi yang dilakukan Nabi Muhammad saw adalah revolusi
menyeluruh yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia, beliau
berusaha merubah perilaku jahat menjadi perilaku baik
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka penulis akan membahas:
1. Bagaimana keadaan Jazirah Arab pada saat pra-Islam?
2. Apa tindakan Nabi Muhammad dalam menyatukan umat islam
khususnya di kota Madinah?
3. Bagaimana Nabi Muhammad merubah tradisi masyarakat Mekkah?
4. Bagaimana revolusi Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama
Islam?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini agar penulis dan pembaca
lebih tahu akan pentingnya keadaan Jazirah Arab pada saat pra-Islam
dan dakwah Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
1. Pembaca mengetahui keadaan Jazirah Arab pada saat pra-Islam.
2. Pembaca tahu misi yang dijalankan Nabi Muhammad SAW dalam
berdakwah agama Islam.
3. Pembaca mengetahui Nabi Muhammad dalam merubah tradisi
masyarakat Islam
4. Pembaca mengetahui revolusi yang dijalankan Nabi Muhammad
SAW
BAB II PEMBAHASAN

ARAB MASA PRA-ISLAM


Sebelum agama islam datang, bangsa Arab telah mempunyai berbagai
macam agama, adat istiadat, akhlak, dan peraturan-peraturan hidup.
A. Kondisi Geografis Jazirah Arab
Jazirah Arab terletak di Benua Asia bagian barat, tepatnya di
Timur Tengah yang berbatasan langsung dengan benua Afrika dan
dekat dengan benua Eropa. Wilayah Jazirah Arab (semenanjung Arab)
1.745.900 km2, dihuni oleh sekitar empat belas juta jiwa. Arab Saudi
dengan luas daratan sekitar 1.014.900 km2 (tidak termasuk al-Rabb al-
Kali).
Jazirah Arab berbentuk empat persegi panjang, sebelah utara
berbatasan dengan daerah-daerah yang terkenal dengan “Bulan Sabit
yang subur” (Fertile Crescent) yaitu daerah Mesopotamia, Syria, dan
Palestina, dengan tanah perbatasan yang berpadang pasir; sebelah
timur dan selatan dibatasi oleh Teluk Parsi dan Samudera Hindia;
sebelah barat dibatasi Laut Merah.
Pada zaman dahulu, Jazirah Arab terbagi kedalam enam bagian
yaitu: Hijaz, Yaman, Najd, Tihamah, Ihsa, dan Yamamah (Arudh).
Memiliki karakter masing-masing yaitu sebagai berikut.
1. Hijaz, terletak disebelah tenggara dari Thursina di tepi Laut
Merah. Letaknya kota yang terkenal dengan nama Makkah atau
Bakkah, Yastrib atau Madinah, dan Thaif.
2. Yaman, terletak disebelah selatan Hijaz. Dinamakan Yaman
karena daerah itu letaknya disebelah kanan Ka’bah bila kita
menghadap ke Timur.
3. Hadhramaut, terletak di sebelah Timur derah Yaman dan di tepi
Samudra Indonesia.
4. Muhram, terletak disebelah timur daerah Hadhramaut.
5. Oman, terletak di sebelah utara bersambung dengan Teluk Persia
dan di sebelah tenggara dengan Samudra Indonesia.
6. Al-Hasa terletak di pantai Teluk Persia dan panjangnya sampai
ke tepi sungai Eufrat.
7. Najd, terletak di tengah-tengah antara Hijaz, al-Hasa, Sahara
negeri Syam, dan negeri Yamamah. Daerah ini merupakan dataran
tinggi.
8. Ahqaf, terletak di daerah Arab sebelah selatan dan di sebelah
barat daya dari Oman. Daerah ini merupakan dataran rendah.
Secara garis besar, wilayah Jazirah Arab terbagi dua bagian
yaitu bagian tengah dan bagian tepi. Bagian tengah terdiri dari tanah
pegunungan yang jarang terjadi turun hujan, penduduknya disebut
kaum Badui (penduduk gurun/padang pasir), terdiri dari kaum
pengembara yang selalu berpindah-pindah. Bagian tengah Jazirah
Arab terbagi dua bagian: bagian utara disebut Najed dan bagian
selatan disebut Al-Ahqaf. Bagian selatan penduduknya sangat sedikit,
sehigga dikenal dengan nama ar-Rab’ul Khali (tempat yang sunyi).
Bagian tepi merupakan sebuah pita kecil yang melingkari Jazirah
Arab yang di pertemuan Laut Merah dengan Laut Hindia pita itu agak
lebar. Pada bagian tepi ini, hujan turun teratur dan penduduknya hidup
menetap yang disebut Ahlul Hadhar (penduduk negeri).
Menurut Ahmad Amin yang dikutip Badri Yatim , bahwa
sebagian besar daerah Jazirah Arab merupakan padang pasir Sahara
yang dibagi menjadi tiga bagian.
1.     Sahara langit memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180
mil dari barat ke timur, isebut juga sahara nufud. Oase dan mata air
sangat jarang, tiupan angin seringkali menimbulkan kabut debu yang
mengakibatkan daerah sukar ditempuh.
2.    Sahara selatan yang membentang penyambung sahara langit kea
rah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan
dataran keras, tandus dan pasir bergelombang. Daearah ini juga
disebut dengan al-Rub’ al-Khali (bagian yang sepi).
3.    Sahata Harrat, suatu daerah yang terdiri dari tanah liat yang
berbatu hitam bagaikan terbakar. Gugusan-gugusan batu hitam itu
menyebar keluasan sahara ini, seluruhnya mencapai 29 buah.

Jazirah Arab terkenal dengan padang pasirnya (gurun), dengan


keadaan alamnya yang gurun (padang pasir) penduduknya memiliki
keistimewaan tersendiri, yaitu mereka mempunyai nasab murni,
karena Jazirah Arab tidak pernah dimasuki orang asing. Bahasa
mereka pun murni dan terpelihara dari kerusakan bahasa yang
disebabkan oleh percampuran dengan bangsa-bangsa lain.
Sifat yang menonjol dari penduduk padang pasir adalah pemberani,
yang ditimbulkan oleh keadaan mereka yang sering sendirian di
pesawangan atau padang pasir. Mereka juga selalu mengganggu dan
menyerang penduduk negeri yang disebabkan sulitnya kehidupan di
padang pasir. Oleh karena itu, Ibnu Khaldun yang dikutip Syalabi
menyatakan bahwa penduduk padang pasir dipandang sebagai orang-
orang biadab yang tidak dapat ditalukkan atau dikuasai oleh penduduk
negeri. Dengan sifat-sifatnya itu, mereka tidak dikenal oleh kaum
pelancong dan penulis-penulis.
B. Sitem Politik dan Kemasyarakatan
Bangsa Arab termasuk rumpun bangsa Smit, yaitu keturunan Sam
ibnu Nuh, serumpun dengan bangsa Babilonia, Kaldea, Asyuria,
Ibrani, Phunisia, dan Habsy. Para sejarawan Arab membagi bangsa
Arab menjadi dua kelompok besar, yaitu Arab Baidah dan Arab
Baqiyah. Arab Baidah adalah bangsa Arab yang sudah punah jauh
sebelum islam lahir. Riwayatnya tidak banyak diketahui kecuali yang
termaktub di dalam kitab-kitab suci agama Samawi, semisal kaum ‘Ad
dan Tsamud. Adapun Arab Baqiyah terbagi dua, yaitu Arab Aribah
dan Arab Musta’ribah. Arab Aribah dinamakan Qathaniyah yang
dinisbatkan kepada Qathan, moyang mereka. Bangsa Arab meyakini
bahwa dari bahasa Qathan inilah asal bahasa mereka. Sementara Arab
Musta’ribah adalah keturunan Ismail as ibnu Ibrahim as, dan mereka
dinamakan pula Ismailiyyah.
Sistem politik Jazirah Arab pra-islam sudah terwujud,
yaitu dengan adanya kabilah-kabilah. Kabilah atau suku sebagai
ikatan darah (keturunan) atau ikatan kesukuan, berkewajiban
melindungi warganya dan orang-orang yang menggabungkan diri atau
meminta perlindungan. Sebuah kabilah dipimpin oleh seorang Syaikh
al-Qobilah, yang biasanya dipilih dari salah seorang anggota yang
usianya paling tua. Apabila salah seorang warga atau pengikutnya
dianiaya atau dilanggar haknya maka kewajiban kabilan atau suku itu
menuntut bela. Karenanya, sering terjadi peperangan antar suku yang
kadang kadang berkelanjutan samapai beberapa turunan.
Sementara itu, penduduk negeri (Ahl al-hadhar) telah
mendirikan kota-kota dan kerajaan-kerajaan, seperti: yaman, negeri
tempat tumbuh kebudayaan paling di jazirah arab pra-islam. Kerajaan
ini berada disebelah seselatan Jazirah Arab. Kerajaan-kerajaan yang
pernah berdiri di Yaman adalah kerajaan main (berdiri tahun1200 SM.);
kerajaan Qutban (berdiri tahun 1000 Sm.) sebagai pengawas selat el
Mandep; kerajaan Saba (berdiri tahun 950-115 SM.) terkenal dengan
ratu Bilqis dan bendungan Ma’rib, yang membendung air diantara dua
gunung, serta bangsa Arab menjadi penghubung perdagangan antar
Eropa dan dunia timur jauh; kerajaan Himyar (115 SM-abad ke-5M),
yang terkenal dengan kekuatan armada niaga yang berlayar mengarungi
India, Cina (tiongkok), Somali, dan Sumatera.
Hirah dan Ghassan, dua kerajaan yang berada di sebelah utara
Jazirah Arab, merupakan kerajaan protektorat yang didirikan untuk
kepentingan kerajaan Romawi dan Persia. Hal ini disebabkan karena
kafilah-kafilah Romawi dan Persia sering diganggu oleh suku-suku
Arab yang merampas dan merampoknya. Kerajaan Hirah berada di
bawah perlindungan Persia dan kerajaan Ghassan di bawah
perlindungan Romawi.
Kerajaan Hirah (Manadzirah) berdiri sejak abad III M sampai
lahirnya islam. Kerajaan ini dianggap sebagai penyiar ilmu
pengetahuan di Jazirah Arab karena mereka menyiarkan kepandaian
menulis dan membaca disamping berniaga di seluruh Jazirah Arab.
Raja-raja yang terkenal: Umru ul Qais Nu’man ibnu Umru ul Qais
(pendiri istana Khaarnaq dan istana Sadir awal abad V M), Mundzir
ibnu Ma’is Sama’, Amr ibnu Hind, dan Mundzir ibnu Nu’man ibnul
Mundzir, sebagai raja terakhir yang menggabungkan ke dalam
pemerintahan islam setelah diperangi Khalid ibnul Walid.
Kerajaan Ghassan (Shasasinah) diambil dari nama mata air di
Syam yang disebut Ghassam. Kaum Ghasasinah menganut agama
Masehi yang diterimanya dari bangsa Romawi dan memasukkannya ke
Jazirah Arab. Raja-rajanya yang mashur antara lain: Jafnah ibnul ‘Amr,
Arkam ibnu Tsa’labah, dan Jabalah ibnul Aiham sebagai raja terakhir
yang masuk islam.
Hijaz tidak pernah dijajah, diduduki, atau dipengaruhi oleh
bangsa lain. Mungkin karena faktor ketandusan dan kemiskinan
negerinya yang menyebabkan negara-negara lain enggan untuk
menjajah dan mendudukinya. Hijaz telah dipimpin oleh suku Amaliqah
sebelum nabi Ismail dilahirkan. Pada zaman nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail, didirikan bangunan super monumental berupa Ka’bah yang kini
menjadi kiblat umat islam.
Ka’bah pada masa itu banyak dikunjungi oleh orang-orang
Yahudi yang bermukim disekitarnya. Ikatan politiknya dipegang oleh
sebuah suku, dikepalai kepala suku yang berfungsi mengamankan para
peziarah yang datang ke kota itu. Selanjutnya didirikan suatu
pemerintahan yang pada mulanya berada ditangan dua suku Yang
berkuasa, yaitu Jurhum (pengusir suku Amaliqah) sebagai pemegang
kekuasaan politik dan peperangan serta Ismail (keturunan Nabi Ibrahim
as) sebagai pemegang atas kekuasaan Ka’bah dan urusan keagamaan.3

3
1. A. Syalabi, op. cit., h. 48.
Kekuasaan politik selanjutnya berpindah ke tangan suku
Khuza’ah pada tahun 207 SM., dan akhirnya ke suku Quraisy dibawah
pimpinan Qushai pada tahun 440 M. Qushai mendirikan Darun
Nadwah, tempat untuk bermusyawarah bagi penduduk Mekah dibawah
penguasaannya. Menurut Syalabi, Qushai juga mengatur urusan-urusan
yang berhubungan dengan pemeliharaan Ka’bah, yaitu:
1. As-Siqayah, menyediakan air minum. Air diletakkan didalam bak-
bak dan dicampuri sedikit buah kurma dan anggur kering agar terasa
manis.
2. Ar-Rifadah, menyediakan makanan bagi jamaah haji yang kurang
mampu.
3. Al-Liwa, bendera. Menyeru untuk berperang dengan memasang
bendera diatas tombak di depan pimpinan lascar.
4. Al-Hijabah, penjaga pintu Ka’bah dan memegang anak kuncinya.
Selain jabatan tersebut, Haikal yang dikutip Jaih Mubarok4
menambahkan dua jabatan lagi yang dipegang Qushai ibnu Qilab,
yaitu:
1. Nadwat, petugas yang harus memimpin rapat tahunan.
2. Qiyadat, pemimpin pasukan apabila hendak berperang.
Mengenai kepemimpinan dalam suku Quraisy dipegang oleh
putra-putranya silih berganti, hingga akhirnya dipegang oleh Abdul
Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW.
C. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan
Dalam kepercayaan (akidah), bangsa Arab pra-Islam percaya
kepada Allah sebagai pencipta. Mereka sudah memahami keesaan
4
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, h. 14.
3 Munawar Chalil, op. cit, h. 16-18
4 Jaih Mubarok, op. cit., h.15
Allah dan mengikuti agama yang menuhankan Allah sebelum Nabi
Muhammad SAW diutus. Nabi-nabi utusan Allah yang datang dan
berdakah kepada bangsa Arab diantaranya adalah Nabi Hud diutus
untuk kaun ‘Ad dan Nabi Shaleh diutus untuk kaum Tsamud. Mereka
tidak mau menerima seruan para nabi Allah itu hingga diutusnya Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail.
Menurut Munawar Chalil,3 mereka percaya dan yakin bahwa
Tuhan itu ada dan Tuhan itu Maha Esa. Akan tetapi, dalam menyembah
(beribadah) kepadanya, mereka membuat atau mengadakan berbagai
perantara, dengan tujuan untuk mendekatkan diri mereka kepada
Tuhan.
Sebagian bangsa Arab pra-Islam adalah penyembah berhala.
Setiap kabilah memiliki patung sendiri, sehingga ada 360 buah patung
berada didalam dan disekeliling Ka’bah ketika Nabi Muhammad SAW
melakukan Futuh Makkah pada tahun delapan hijriah. Empat patung
yang terpenting di Jazirah Arab pada masa itu adalah Hubal di Ka’bah,
Latta di Thaif, ‘Uzza di Hijaz, dan Manat di Yastrib. Menurut Jah
Mubarok,4 mereka pada umumnya tidak percaya pada hari kiamat dan
tidak pula percaya kepada kebangkitan setelah kematian. Walaupun
sebagian besar bangsa Arab melakukan penyimpangan, namun masih
ada yang mempertahankan paham al-Hanifiyyah, ajaran Nabi Ibrahim
as dan Nabi Ismail as (QS. Ali Imran:67), diantaranya ‘Umar ibnu
Nufai dan Zuhair ibnu Abi Salma.
Mengenai kebudayaan, penduduk padang pasir (Ahl al-
Hadhlar), mereka telah berbudaya dan sejarahnya dapat diketahui 1200
tahun sebelum masehi. Menurut Badri Yatim, 5mereka selalu
5
5 Badri Yatim, op. cit., h. 12.
mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dan situasi yang
mengitarinya. Mereka mampu membuat alat-alat dari besi hingga
mendirikan kerajaan-kerajaan. Bendungan Ma’rib dikerajaan Saba
Yaman, istana Khawarnaq dan istana Sadir di kerajaan Hirah
merupakan bukti hasil kebudayaannya dan juga mereka mahir
menggubah syair. Syai-syair itu biasanya dibacakan, semacam
pagelaran pembacaan syair di pasar-pasar syair seperti Ukaz, Majinah,
dan Zul Majaz.
D. Kehidupan Sosial Masyarakat Jazirah Arab
Disamping sebagai suatu bentuk kesenian, syair dapat
menggambarkan kehidupan, budi pekerti, dan adat istiadat bangsa Arab
pra-islam yang terkenal dengan Zaman Jahilia. Menurut Charis
Waddy,6 ungkapan “jahilia”mempunyai konotasi barbarisme, tidak
beradab, kasar, buas, dan tidak berbudaya. Kebiasaan mereka sudah
sangat menyesatkan, seperti membunuh anak-anak perempuan karena
dianggap membawa sial dalam keluarga, berperang terus menerus antar
kabilah, minum khamar, berjudi, dan berzina.7
Syair sangat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa Arab,
sehingga seorang penyair mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
dalam masyarakat. Membela dan mempertahankan kabilah dengan
syair-syair, melebihi seorang pahlawan yang membela kabilahnya
dengan pedang dan tombak. Syair sangat berpengaruh bagi bangsa
Arab (seperti kisah Abdul ‘Uzza ibnu ‘Amir yang hidup melarat dan
banyak anak, dipuji oleh penyair Al-A’sya sehingga menjadi masyhur,

6 Charis Wadi, Wanita dalam Sejarah Islam. Terjemahan oleh Faruk Zabidi. Jakarta: Pustaka Jaya,
1987, h. 30.
7 Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, cet. 4, h. 247-248
8 Jaih Mubaro, op. cit. h. 15.
dan penghidupannya menjadi baik) dan dapat menghinadinakan
seseorang yang tadinya mulia (seperti kisah penyair Hassan ibnu Tsabit
yang mencela sekumpulan manusia sehingga menjadi hina dina).
Menurut Musthafa Sa’id al-Khinn dalam buku Dirasat
Tarikhiyyat li al-Fiqh wa Ushulih wa al-Ittijahat ak-Lati Zhaharat
Fihima yang dikutip Jaih Mubarok,8 bahwa bangsa Arab pra-islam
menjadikan adat sebagai hokum dengan berbagai bentuknya. Dalam
perkawinan, mereka mengenal beberapa macam, diantaranya adalah
1. Istibdla, yaitu seorang suami meminta kepada istrinya supaya
berjimak dengan laki-laki yang dipandang mulia atau memiliki
kelebihan tertentu, seperti keberanian atau kecerdasan. Selama istri
“bergaul” dengan laki-laki tersebut, suami menahan diri dengan tidak
berjimak dengan istrinya sebelum terbukti bahwa istrinya hamil.
Tujuan perkawinan semacam ini adalah agar istri melahirkan anak
yang memiliki sifat yang dimiliki oleh laki-laki yang
menyetubuhinya yang tidak dimiliki sang suami.
2. Poliandri, yaitu beberapa lelaki berjimak dengan seorang
perempuan. Setelah perempuan itu hamil dan melahirkan anak,
perempuan tersebut memanggil semua laki-laki yang pernah
menyetubuhinya untuk berkumpul di rumahnya. Setelah semuanya
hadir, perempuan tersebut memberitahukan bahwa ia telah dikaruniai
anak hasil hubungan dengan mereka, kemudian perempuan tersebut
menunjuk salah seorang dari semua laki-laki dan yang ditunjuk tidak
boleh menolak.
3. Maqthu, yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah
bapaknya meninggal dunia. Jika seorang anak ingin mengawini ibi
tirinya, dia melemparkan kain ke ibu tirinya sebagai tanda bahwa ia
menginginkannya, sementara ibu tirinya tidak memiliki kewenangan
untuk menolak. Jika anak laki-laki tersebut masih kecil, ibu tiri
diharuskan menunggu sampai anak itu dewasa. Setelah dewasa, anak
tersebut berhak memilih untuk menjadikannya sebagai istri atau
melepaskannya.
4. Badal, yaitu tukar-menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu
dengan tujuan untuk memuaskan hubungan seks dan menghindari
dari kebosanan.
5. Shighar, yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara
perempuannya kepada seorang laki-laki tanpa mahar.
Disamping tipe perkawinan tersebut, Abdul Karim Khalil9
mengemukakan analisis Fyzee yang mengutip pendapat Abdur
Rahim dalam buku Kasf al-Ghumma, bahwa beberapa perkawinan
lain yang terjadi pada bangsa Arab pra-Islam adalah berikut.
1. Bentuk perkawinan yang diberi sanksi oleh islam, yakni seseorang
meminta kepada orang lain untuk menikahi saudara perempuan
atau budak dengan bayaran tertentu (mirip kawin kontrak).
2. Prostitusi sudah dikenal. Biasanya dilakukan kepada para pendatang
atau tamu di tenda-tenda dengan cara mengibarkan bendera sebagai
tanda memanggil. Jika wanitanya hamil, maka ia akan memilih
diantara laki-laki yang mengencaninya itu sebagai bapak dari anak
yang dikandungnya.
3. Mut’ah adalah praktik yang umum dilakukan oleh bangsa Arab
sebelum islam. Meskipun pada awalnya, Nabi Muhammad SAW

9
9 Abdul Karim Khalil, Hegemoni Quraisy: Agama, Budaya, Kekuasaan. Yogyakarta: LKiS, 2002, h.
58.
menoleransi, namun akhirnya melarang. Hanya kelompok Syi’ah Itsa
‘Ashariah yang mengizinkan perkawinan tersebut.
Subhi Mahmashsani sebagaimana dikutip Jaih Mubarok10
mengatakan bahwa dalam bidang mu’amalat, diantara kebiasaan
mereka adalah kebolehan transaksi mubadalat (barter), jual beli, kerja
sama pertanian (muzara’at), dan riba. Selain itu, terdapat jual beli yang
bersifat spekulatif seperti bay al-Munabadzat. Diantara ketentuan
hukum keluarga Arab pra-islam adalah kebolehan berpoligami dengan
perempuan dalam jumlah tanpa batas, serta anak kecil dan perempuan
tidak dapat menerima harta pusaka atau harta peninggalan.

Posisi Muhammad dalam merubah tradisi masyarakat


Mekkah
Fase Makkah
Setelah Rasulullah dimuliakan oleh Allah dengan nubuwwah
dan risalah,kehidupan beliau dapat di bagi menjadi 2 fase yang
masing-masing dari fase tersebut memiliki cerita dan keistimewaan
tersendiri secara total, yaitu:
1. Fase Makkah (fase ini berjalan kurang lebih selama 13 tahun)
2. Fase Madinah (fase ini berjalan selama 10 tahun)
Masing- masing dari fase di atas memiliki beberapa tahapan
dan karakteristik yang berbeda,adapun Fase Makkah terbagi
menjadi 3 tahapan,yaitu:
1. Tahapan dakwah sirriyah (dakwah secara sembunyi-
sembunyi) berlangsung selama 3 tahun

10
10 Jaih Mubarok, ibid.
2. Tahapan dakwah jahriyyah (dakwah secara terang-
terangan) kepada penduduk Makkah dari tahun ke-4
kenabian hingga Rasulullah hijrah ke Madinah
3. Tahapan dakwah di luar Makkah dan peyebarannya di
kalangan penduduk luar Makkah (di awali dari tahun ke-10
kenabian hingga akhir hayat Rasulullah,termasuk juga
dakwah di kota Madinah.
Dibawah naungan kenabian dan kerasualan
Di Gua Hiro’
Ketika beliau hampir berusia 40 tahun dan renungan-
renungannya terdahulu telah memperluas jurang pemikiran antara
diri beliau dengan kaumnya,beliau mulai suka mengasingkan diri. Dan
salah satu tempat yang ia jadikan tempat mengasingkan diri (uzlah )
untuk beribadah, berfikir mengenai pemandangan alam sekitarnya
dan permasalahan kaumnya yang masih terbelenggu oleh
kemuysrikan, tepatnya di dalam Gua Hiro’ yang berada di Jabal Nur,
hampir 12 mil dari Makkah,panjangnya 4 hasta ,lebarnya 1,75 hasta
dengan ukuran zira’ al-Hadid (hasta ukuran besi) .
Berdiam dirinya beliau atau merenungnya beliau di dalam
Gua Hiro’ adalah salah satu skenario Allah terhadap beliau dan
menjadi pilihan beliau sendiri untuk menjauhi hiruk pikuk
duniawi,dan juga untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi
urusan besar yang sudah menantinya agar siap mengemban amanah
yang agung.
Uzlah yang telah di atur oleh Allah terjadi menjelang 3 tahun
sebelum kerasulan Nabi Muhammad ,beliau menjalani uzlah selama
sebulan yakni pada bulan Ramadhan, dengan semangat hidup dan
merasakan keghaiban yang bersembunyi dibalik kesunyian hingga
tiba saatnya beliau berinteraksi dengan Allah hingga Ia
memperkenankannya.5

1. Tahapan dakwah Sirriiyyah (secara rahasia)selama 3 tahun


Sebagai mana diketahui,kota Makkah merupakan pusat agama
bagi bangsa Arab. Di sana terdapat pengabdi berhala serta
patung-patung yang di anggap suci oleh seluruh bangsa Arab.
Sehingga utuk mencapai tujuan, yaitu melakukan perubahan di
kota Makkah,akan lebih sulit dan sukar apabila di bandingkan
yang lainnya. Karenanya, dakwah membutuhkan tekad baja
yang tak mudah tergoyahkan oleh beruntutnya musibah dan
bencana yang menimpa. Maka Rasulullah secara bijak
menghadapi hal ini dengan memulai dakwah secara sirriyyah
(sembunyi-sembunyi)agar penduduk Makkah tidak dikaetkan
dengan hal yang (bisa saja) memancing emosi.
Merupakan hal yang wajar bila yang pertama-tama yang
dilakukan Nabi saw adalah menawarkan islam kepada orang –
orang yang hubungannya dekat dengan beliau, keluarga serta
sahabat-sahabat karib beliau. Beliau juga mendakwahi setiap
orang yang memiliki sifat baik dari mereka yang beliau kenal
dan yang mengenal beliau. Beliau mengenal mereka sebagai

5
Kisah aslinya dapat dilihat di Shahih al-Bukhori,Jld.III;Sirah Ibnu Hisyam,Op.Cit,I/235-236
orang-orang yang mencintai Allah dan kebaikan,sedangkan
mereka mengenal Rasulullah sebagai sosok yang selalu
menjunjung tinggi nilai kejujuran dan keshalihan. Hasilnya
banyak diantara mereka yang tidak sedikitpun digerayangi oleh
keraguan terhdap keagungan,kebesaran jiwa Rasulullah serta
kebenaran berita yang dibawanya. Dalam sejarah islam mereka
dikenal sebagai as-Sabiqun al-Awwalun (orang-orang yang
paling dahulu masuk Islam). Mereka adalah Khadijah binti
Khuwailid(istri Rasulullah) ,Zaid bin Haritsah (mantan
budak),Ali bin Abi Thalib(keponakan Nabi) dan Abu Bakar As-
Siddiq.6
Di antara orang-orang pertama lainnya yang masuk islam
adalah Bilal bin Rabbah al-Habasyi, kemudian diikuti oleh Abu
Ubaidah. Selanjutnya menyusul keduannya Abu Salamah bi
Abdul Asad ,al-Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari
suku Makhzum) Usman bin bin Mazh’un dan kedua saudaranya
;Qudamah dan Abdullah Ubaidah bin al Harits serta banyak lagi
yang lainnya. Mereka terdiri dari semua marga Quraisy yang
ada, bahkan Ibnu Hisyam menjumlahkannya lebih dari 40 orang
.7
Mereka semua masuk islam secara sembunyi-sembunyi.
Dan cara yang sama pun dilakukan Rasulullah dalam pertemuan
dan pengarahan agama yang beliau berikan,karena dakwah
ketika itu masih bersifat individu dan sembunyi-sembunyi.
Sementara wahyu sudah turun berkesinambungan dan

6
Lihat, terjemah rahiqul makhtumur,h.90
7
Lihat, Sarah Ibnu Hisyam,Op.cit,I/245-262
memuncak setelah turunnya permulaan surah Al-Mudadtsir.
Ayat-ayat dan penggalan surat yang turun pada fase ini
merupakan ayat-ayat penek; yang berakhirkan indah dan
kokoh,berintonasi menyejukkan dan memikat,serta tertata
bersama suasana yang begitu lembut dan halus. Ayat-ayat
tersebut berbicara tentang memperbaiki penyucian diri.
Meskipun dakwah yang dilakukan pada tahap ini secara
sembunyi-sembunyi,pada akhirnya pun diketahui dan didengar
oleh kaum Quraisy, tetapi mereka belum mempermasalahkan
dakwah Rasulullah dikarenakan mereka beranggapan bahwa
Rasulullah tidak menyinggung agama mereka ataupun tuhan-
tuhan mereka. Tiga tahun pun berlalu dengan damai,tetap
dengan dakwa Nabi yang secara sembunyi-sembunyi dan
individu. Dalam lama waktu itu terbentuklah kelompok kaum
muslimin yang berdasar/berpondasikan ukhuwwah
(persaudaraan) dan ta’awun (solidaritas). Hingga turunlah
firman Allah yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah
secara terang-terangan (Jahriyyah),perintah untuk menghapus
dan menentang kebatilam kaum Quraisy dan menghancurkan
berhala-berhala mereka.
2. Perintah pertama untuk menampakkan dakwah
Sehubungan dengan hal ini,ayat pertama yang turun adalah;
َ‫ك اأْل َ ْق َربِين‬
َ َ‫ر َع ِشي َرت‬Zْ ‫َوأَ ْن ِذ‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat, (QS. Asy-Syuara : 214)
Sebelumnya terdapat alur cerita yang menyinggung kisah
Musa As dari permulaan kenabiannya hingga hijrahnya bersama
Bani Israil,lolosnya mereka dari kejaran Fir’aun dan kaumnya
serta tenggelamnya Fir’aun beserta kaumnya. Kisah ini
mengandung semua tahapan yang di lalui oleh Musa AS dalam
dakwahnya terhadap Fir’aun dan kaumnya agar menyembah
Allah.
Seakan-akan rincian ini semata-mata dipaparkan seiring
dengan perintah kepada Rasulullah saw umtuk berdakwah
kepada Allah secara terang-terangan, agar dihadapan beliau dan
para sahabatnya terdapat contoh atas pendustaan dan
penindasan yang akan mereka alami nantinya manakala mereka
melakukan dakwah tersebut secara terang-terangan. Demikian
pula,agar mereka mengetahui resiko dari hal itu semenjak awal
memulai dakwah mereka tersebut.
Selain itu surat tersebut (As-Syuara’) menyebutkan
tentang nasib yang di alami oleh para pendusta para Rasul
terdahulu diantaranya kaum Nabi Nuh, Nabi ibram,Nabi Lith,
Nabi Syu’aib dan juga Fir’aun beserta kaumnya. Semua itu
dimaksudkan untuk memberi tahu kepada mereka yang akan
melakukan pendustaan supaya menyadari apa yang akan terjadi
kepada mereka dan siksaan Allah yang akan mereka alami jika
mereka terus melakukan pendustaan. Dan juga sebagai
peringatan kepada kaum Mukminin bahwa hal baik akan
berpihak kepada mereka,bukan kepada para pedusta.8

8
Lihat terjemah Rahiqul Makhtumur,h.95-96
Tatkala ayat َ‫يرتَكَ اأْل َ ْق َربِين‬
َ ‫ َوأَ ْن ِذرْ ع َِش‬turun, Rasulullah mendakwahi
mereka sesekali secara umum, sesekali juga bersifat khusus. Beliau
berkata,“Wahai kaum Quraisy! Selamatkanlah kalian dari api neraka.
Wahai Bani Ka’b! Selamatkanlah kalian diri kalian dari api neraka.
Wahai Fathimah binti Muhammad!selamatkanlah dirimu dari api
neraka. Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak memiliki sesuatu
apapun (untuk menyelamatkan kalian) dari azab Allah,hanya saja
kalian memiliki hubungngan kerabat (denganku) yang senantiasa
akan aku sambung.”9
Teriakan keras yang di lakukan Rasulullah tersebut merupakan
esensi penyampaian dakwah Rasulullah yang di lakukan beliau secara
optimal,di mana Rasulullah menjelaskan kepada orang-orang yang
memiliki hubungan dekat dengan beliau bahwa membenarkan risalah
yang di bawa beliau adalah bentuk kemanfaatan semua hubungan
antara beliau dan mereka. Demikian juga untuk melelehkan fanatisme
kekrabatan yang dibudidayakan oleh orang-orang Arab di dalam
panasnya peringatan yang datang dari Allah.

Menyampaikan Al-Haq secara terang-terangan dan sikap kaum


musyriki terhadapnya
Teriakan lantang yang dipekikkan oleh Rasulullah saw tersebut
masih terasa gaungannya di seluruh penjuru Makkah. Puncak nya saat
turunnya firman Allah SWT
َ‫ر َوأَ ْع ِرضْ َع ِن ْٱل ُم ْش ِر ِكين‬Zُ ‫ع بِ َما تُ ْؤ َم‬Zْ ‫فَٱصْ َد‬

9
Lihat Shahih Muslim,II/702,734.Riwayat tersebut juga termuat dalam Shahih Muslim,I/114
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik.(Al-Hijr:94)

Lalu Rasulullah saw melakukan dakwah islam secara terang-terangan


di tempat-tempat berkumpul dan bertemunya kaum musyrikin. Beliau
membacakan Kitabullah kepada mereka dan menyampaikan ajakan
yang selalu disampaikan oleh para Rasul terdahulu kepada kaum
mereka “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Kalian tidak memiliki
Tuhan selainNya.10
Dakwah yang dilakukan beliau semakin mendapatkan
sambutan sehingga banyak orang yang masuk ke dalam Agama Allah
satu persatu. Namun kemudian antara mereka (yang sudah memeluk
islam) dan keluarga mereka yang belum masuk islam menjadi
gap;saling membenci dan saling menjauh.

3. Berbagai pelecehan terhadap Rasulullah


Semenjak munculnya dakwah Islamiyyah di lapangan.
Memang ,sungguh sulit merubah skap yang terbiasa dengan
kebengisan dan kesombongan untuk berlama-lama bersabar,maka
dari itu, mereka mulai mengulurkan tangan permusuhan terhadap
Rasulullah saw. Sebagai implementasinya,mereka melakukan
berbagai bentuk ejekan,hinaan,pencemaran nama
baik,pengaburan,keusilan dan lain sebagainya. Tentuya sudah lumrah
bila yang menjadi garda terdepa dan ujung tombaknya adalah Abu
10
Rajaz,hajaz,qaridh,maqbudh dan mabsuth adalah beberapa jenis syai Arab (pent).
Laha, sebab dia adalah salah satu seorang pemuka Bani Hasyim. Dia
tidak pernah memikirkan pertimbangan apapun sebagaimana yang
selalu dipertimbangkan oleh tokoh-tokoh Quraisy lainnya. Dia
adalah musuh bebuyutan islam dan para pemeluknya. Sejak pertama,
dia sudah menghadang Rasulullah saw sebelum kaum Quraisy
berkeinginan melakukan hal itu. Telah kita ketahui bagaimana
perilaku Abu Lahab terhadap Nabi saw di majelis Bani Hisyam dan
di bukit Shafa. 11
Merupakan suatu hikmah(hal yang baik) dalam menyikapi
penindasan-penindasan yang di alami Rasulullah saw,Rasulullah
melarang kaum muslimin memproklamirkan keislaman mereka, baik
dalam bentuk perkataan maupun tindakan serta tidak mengizinkan
mereka bertemu beliau secara terbuka ,maka tidak di ragukan lagi
kaum musyrikin akan membatasi ruang gerak beliau sehingga
keinginan beliau untuk mentazkiyah(menyucikan diri) kaum
Muslimin dan mengajarkan mereka al Kitab dan as Sunah akan
terhalangi. Dan tidak tertutup kemungkinan dapat menyebabkan
terjadinya benturan antara kedua belah pihak,bahkan hal itu benar-
benar terjadi pada tahun ke-4 kenabian,yaitu ketika sahabat-sahabat
Nabi berkumpul di lereng-lereng perbukitan tempat mereka
melakukan sholat secara rahasia. Tiba-tiba, hal itu terlihat oleh
beberapa kaum Quraisy,lalu mencaci-maki dan memerangi kaum
Muslimin. Hal ini mengakibatkan Sa’ad bin Abi Waqqosh memukul
salah satu dari mereka sehingga mengalirkan darahnya ketika itu.dan
inilah darah pertama yang mengalir dalam islam.12
11
Lihat rohiqul makhtumur,h.113
12
Ibnu hisyam,Op.cit,h.263
Kisah sujudnya Kaum Musyrikin bersama-sama Kaum
Muslimin dan kembalinya parsa sahabat yang berhijrah
Pada bulan Ramadhan di tahun yang sama, Rasulullah pergi
ke Masjidil Haram. Disana banyak berkumpul kaum Quraisy,terdiri
dari para pemuka dan tokoh-tokoh mereka. Beliau(Rasulullah)
kemudian berdiri di tengah mereka dan mendadak membaca surah an
Najm. Orang-orang kafir tersebut, sebelumnya tidak pernah
mendengarkan Kalamullah secara langsung ,karena program yang
mereka lancarkan secara kontinyu adalah mereka melakukan apa
yang saling mereka nasihatkan satu sama lain. Sebagaimana
diabadikan oleh Allah dalam firmanNya
َ‫ان َو ْٱل َغوْ ۟ا فِي ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْغلِبُون‬ Z۟ ‫ُوا اَل تَ ْس َمع‬
ِ ‫ُوا لِ ٰهَ َذا ْٱلقُرْ َء‬
۟ ‫َوقَا َل ٱلَّ ِذينَ َكفَر‬

“Dan orang-orang yang kafir berkata: Janganlah kamu


mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan
buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat
mengalahkan mereka”.(fushilat:26)
Maka,manakala secara mendadak,beliau membacakan surat tersebut
kepada mereka dan Kalam Ilahi yang demikian indah menawan
yang tidak dapat diungkapkan dengan kata kata keindahan dam
sempat menegetuk gendang telinga mereka,maka seakan mereka
mengesampingkan apa yang selama ini mereka lakukan dan setiap
orang terkonsentrasi untuk mendengarkannya sehingga tidak ada
yang terlintas di hatinya selain kalam itu. Lalu sampailah beliau pada
akhir surat ini, berupa ketukan-ketukan yang membawa hati terbang
melayang,beliau membaca firmanNya

“maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia”(An-


Najm:62)

Kemudianbeliau pun sujud. Melihat pemandangan itu,tak seorang


pun dari mereka yang dapat menahan dirinya untuk tidak suju,
sehingga merekapun sujud bersama Nabi saw. Sebenarnya keindahan
menawan al Haq telah meluluh lantakkan kebatuan yang meliputi
jiwa yang takabbur dan suka mengejek ; mereka tak sanggup
menahannya bahkan bersimpuh sujud kepada Allah13

PERIODE MADINAH (MUHAMMAD SEBAGAI PEMIMPIN


AGAMA DAN PEMERINTAHAN)
Periode Madinah bagi Nabi adalah masa ketika beliau berada di
kota Madinah sejak hijrah sampai beliau wafat. Masa antara
hijrahnya Nabi pada hari Jum’at tanggal 12 Rabi’ul Awwal 1 H
(tahun ke-13 dari kenabian) sampai beliau wafat pada hari Senin
tanggal 12 Rabiul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M adalah 10 tahun. Hijrah

13
Lihat bab:Sajdatun Najm,I/146
Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah, bukanlah karena beliau
merasa takut terhadap ancaman 0rang-orang Quraisy, tetapi sebagai
strategi pengembangan islam.
Ada beberapa faktor yang menunjukkan bahwa Madinah
sebagai alternative terpilih dalam rangka mengembangkan Islam
secara mondial dan universal, diantaranya: (1) Madinah tanahnya
subur, sehingga memungkinkan secara finansial dan material harta
umat islamnya menjadi infrastrukturnya, (2) adanya dukungan
sahabat penolong (Anshar) yang secara meyakinkan siap berkorban
jiwa dan raga mereka demi pengembangan islam, (3) adanya hasrat
kuat suku-suku Aus dan Khazraj yang merupakan mayoritas warga
Madinah yang selama ini selalu berperang saling memusnahkan satu
sama lain ingin berdamai, sehingga mereka berkeinginan
mengangkat seorang hakam (juru damai), yang bukan dari warga
Madinah, namun sangat adil, yang pada gilirannya mereka dapat
memperoleh kedamaian secara lestari.11
Pada periode Madinah, Nabi berperan sebagai kepala agama
dan kepala pemerintahan. Peran kepala agama dan kepala
pemerintahan. Peran kepala agama telah beliau sandang sejak
diangkat menjadi Rasul Allah ketika menerima wahyu yang pertama
di gua Hira Mekah. Sementara itu, peran Nabi sebagai kepala Negara
baliau emban sejak kedatangannya ke Madinah ketika hijrah dari
Mekah. Adapun proses pengangkatan Nabi sebagai kepala negara,
diawali dari permintaan kesediaan oleh para wakil suku-suku Aus
11
11 Arnold, Thomas W., The Preaching of Islam. Ter. H.A Nawawi Rambe. Jakarta: Widjaja, 1979,
h. 19.
12 Arnold, Thomas W. op. cit., h. 29.
13 Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, h. 29-30.
14 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara. Jakarta: UI Press, 1993, h. 10-15
dan Khazraj yang berjumlah 73 orang dalam Baiat Aqabah II, yang
pada akhirnya diaklamasikan kepada semua warga Madinah bahwa
dia (Nabi Muhammad) adalah hakam mereka.
Berkenaan dengan difungsikannya Nabi sebagai hakam, secara
teoritis, sama dengan menjadikannya sebagai “embrio” kepala
negara.12 langkah-langkah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
dalam membangun masyarakat Islam di Yatsrib adalah. 13 (1)
mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah (Madinat al-Rasul,
Madinat al-Nabi, atau Madinat al-Munawwarat) yang
menggambarkan cita-cita Nabi membentuk sebuah masyarakat yang
tertbib, maju, dan berperadaban, (2) mendirikan masjid, selain
tempat shalat juga menjadi sarana musyawarah untuk
mempersatukan kaum Muslimin dan merundingkan masalah-masalah
yang dihadapi serta sebagai pusat kegiatan pemerintahan, (3)
membentuk kegiatan persaudaraan (mu’akhat), yaitu
mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar yang
diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan
dan kekeluargaan, (4) membentuk persahabatan dengan pihak-pihak
lan yang tidak beragama islam, dan (5) membentuk pasukan tentara
untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh
musuh.
Menurut Munawir Sadzali,14 belum cukup dua tahun Nabi
tinggal di Madinah, beliau mengumandangkan Piagam Madinah
yang mengatur kehidupan dan hubungan antara komunitas-
komunitas yang merupakan komponen-komponen masyarakat yang
majemuk di Madinah. Piagam Madinah tersebut dianggap oleh para
pakar ilmu politik Islam sebagai konstitusi atau undang-undang dasar
bagi negara islam pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad
SAW di Madinah. Naskah piagam Madinah…
Negara Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW
mempunyai tujuan Negara seperti yang tertera dalam Al-Qur’an,
yaitu membentuk Negara yang baik dan memperoleh ridha Allah
SWT. Serta ampunan-Nya. Dari sisi sifat-sifat seorang kepala
negara, Nabi mempunyai sifat-sifat yang sangat layak untuk
menduduki jabatan kepala Negara, antara lain berikut ini.
1. Knowledge (keilmuan). Dalam hal keilmuan, Nabi mempunyai
sumber ilmu yang menjadikannya sangat cakap dalam menjalankan
roda pemerintahannya sebagaimana tertera dalalm Al-Qur’an surah
an-Nisa ayat 113.15
2. Skill (kecakapan mengoperasionalkan seluruh teori-teori yang
ada). Ini juga disebabkan oleh adanya posisi Nabi yang secara
khusus dijadikan oleh Tuhan sebagai prototipe atau foto model
mengenai bagaimana meragakan sebuah ayat suci Al-Qur’an.
3. Attitude (sikap mental yang mulia). Nabi adalah manusia yang
banyak dipuji oleh kawan maupun lawan, semua itu karena
Muhammad adalah orang yang sangat mencintai dan menyayangi
makhluk Tuhan, bukan hanya manusia, sekaligus dia adalah manusia
yang sangat santun lagi lemah lembut pada musuh, amanah dalam
perjanjian, benar dalam kata dan perbuatan.

15
15 Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu
apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.
16 Al-Sibay, Musthafa, Al-Isytirakiyah al-Islamiyah. Terj. H.A. Malik Ahma, Jakarta: Mulya, 1963,
h. 31-40
Adapun pembangunan yang dilakukan oleh Muhammad
Rasulullah SAW. Sebagai berikut.
1. Pembangunan internal umat beragama, antara lain: (a)
Mempersaudarakan antar sesama muslim, dari yang bersifat
perorangan sampai yang bersifat kelompok antar umat islam al-
Muhajirin dan Anshar, (b) membentuk Bait al-Maal (kas negara)
yang dapat dijadikan sebagai jaminan sosial. Beliau membuat
undang-undang seperti: Zakat, infak, wakaf, wasiat, waris, harta
ganimah, hasil penggalian bumi, nazar, kafarat, kurban, aqiqah,
perbendaharaan umum, dan undang-undang tanggung jawab sosial.16
Nabi juga merinci golongan-golongan tertentu yang memperoleh
jaminan social diantaranya: fakir misikin, orang-orang sakit, orang-
orang buta, orang-orang lumpuh, orang-orang jompo, para musafir
anak gelandangan, tawanan, gharim, orang yang membunuh orang
yang tidak disengaja, orang yang putus biaya dalam perantauan,
tamu peminta-minta, pembuatan sarana sehari-hari, Negara dalam
bahaya, anggota keluarga yang jatuh pailit dan sebagainya, (c)
membentuk angkatan bersenjata, (d) membentuk tim-tim spionase/
mata-mata/ intelijen, (e) memberlakukan tata administrasi Negara
yang formal, dengan membuat stempel cincin diatasnya dituli
Muhammad Rasullullah, (f) menata dan mengembangkan aspek-
aspek teologi, sosial, dan budaya.
2. Pembangunan antarumat beragama, yaitu membuat fakta perjanjian
antara kaum muslimin dengan orang-orang Yahudi dan yang lainnya,
menangani tawanan-taanan perang secara baik, mengirim para
diplomat, dan menerima para diplomat. Perjanjian itu antara lain
adalah perjanjian Hudaibiyah pada tahu ke 6 H.
3. Ekspansi, yaitu memberikan perlawanan pada kekuatan luar
(berperang) seperti futuh Makkah pada tahun 8 H, menginvasi
daerah-daerah yang secara teoritis akan membahayakan
perkembangan Islam, dan mengadakan pengintaian-pengintaian dan
ekspedisi.
Respon Positif atas Peran Muhammad Sebagai Revolusioner
Masyarakat
Ziaul Haque mengatakan bahwa tujuan dari misi dan revolusi para Nabi
revolusioner adalah menyuarakan kebenaran dan membangun
masyarakat kebenaran, dalam arti harus terjadi perubahan total atas
struktur social lama yang terbagi dalam kelas sosial yang bertentangan.
Revolusi yang terinspirasi dari wahyu Tuhan menjadi tonggak dasar
gerakan revolusi ini, perjuangan Muhammad saw. menemukan
momentumnya ketika formasi social pra-kapitalis dan pra industri,
perjuangan Muhammad saw hadir di saat semua realitas kehidupan itu
dapat dilihat dari kaca mata religi. Gerakan revolusi atau perubahan yang
dibawa oleh Muhammad saw dikemas dalam bingkai keagamaan, yang
merealitas dalam bentuk perilaku, pemikiran sensitivitas emosi dan
moral, hal ini juga diperkuat oleh penelitian Ziaul Haque, bahwa
“perubahan social yang dibawa para nabi Revolusioner, terjadi dalam
bingkai keagamaan, katagori pemikiran, bentuk perilaku, serta
sensitivitas emosi dan moral yang kesemuanya dikesankan dan
dikondisikan dalam mentalitas dan karakter keagamaan.”
Muhammad saw di utus untuk melawan ketidakadilan dan kesewenang-
wenangan yang dilakukan masyarakat Mekah, Muhammad saw adalah
manusia pilihan yang berdiri di jalan kebenaran, keadilan dan egalitas
sosial, membangun masyarakat berdasarkan keimanan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa, persaudaraan dan egalitas sosial. Muhammad
saw membawa wahyu Tuhan untuk membebaskan manusia dari
kegelapan akhlak moral dan berbagai kesesatan dan kemusrikan di dunia
ini.
Muhammad saw menjadi ikon masyarakat Mekah yang sudah terbuka
hatinya untuk menerima kebenaran wahyu Allah, kepribadiannya yang
menawan membuat sebagian masyarakat Mekah yang masuk Islam
terkesima dan salut terhadap akhlak beliau, meskipun demikian
Muhammad Saw tidak pernah merasa bangga dan angkuh terhadap
keistimewaan yang ada pada dirinya, Muhammad saw tidak pernah
merasa tersanjung bahkan melarang umatnya untuk mengkultuskan
dirinya.
Muhammad Saw tidak ingin umatnya terjebak dalam kultus yang
menjerumuskan umatnya dalam kemusrikan. Muhammad Saw tidak
ingin penganutnya menjadi pemeluk agama yang memandang tokoh
pendirinya atau tokoh pembawa agama tersebut, sebab Islam memang
tidak didirikan oleh Muhammad Saw, tetapi Islam adalah dari Allah
sedangkan Muhammad Saw adalah manusia biasa yang di pilih Allah
umtuk membawa dan menyampaikan wahyu kepada manusia.
Meskipun demikian, umat Islam tetap menghormati Nabi Muhammad
saw layaknya manusia biasa, tetapi perbedaannya hanya pada keyakinan
bahwa Nabi Muhammad Saw adalah pilihan Allah untuk menyampaikan
wahyu, yang terbebas dari dosa(maksum), Muhammad saw sebagai
manusia biasa yang menikah, sakit, makan, minum, tidur, dan meninggal,
tetapi dibalik kesamaan dalam sifat kemanusiaannya, Muhammad saw
tetap manusia pilihan yang punya keistimewaan dibanding manusia
lainnya.
Sebagai Nabi terakhir Muhammad terlahir dari keluarga biasa, yang
pernah mengembala domba, berdagang, pernah dianiaya, dari keluarga
biasa yang menjaga martabat dan disegani karena kepribadiannya,
sehingga masyarakat Mekah waktu itu memberi gelar “Al-Amin”
terpercaya, kepercayaan inilah yang menjadikan beliau disegani
dipercayai untuk menyelesaikan berbagai masalah social yang tidak
dapat dipecahkan oleh pemuka masyarakat Mekah kala itu. Bahkan bila
ada penduduk Mekah yang ingin bepergian jauh, mereka selalu
menitipkan barangnya kepada Muhammad saw.
Tetapi nabi Muhammad saw tidak pernah memanfaatkan harta titipan
tersebut untuk kepentingan diri sendiri, meskipun ada kesempatan untuk
itu, di sini kelihatan jelas bahwa nabi Muhammad saw benar-benar
manusia terpercaya sejati yang tidak pernah terbetik dihatinya untuk
berkhianat dan memanfaatkan kesempatan dan kepopulerannya.
Meskipun Muhammad Saw dalam kesusahan dan hidup dalam keluarga
yatim, tetapi Muhammad tidak pernah berubah untuk konsekuen dalam
jalan kebenaran.
Muhammad saw sebagai nabi terkhir memngentaskan manusia dari
kegelapan menuju peradaban yang gemilang dan
berperikemanusiaan,”yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang
menerangkan supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan kepada cahaya,”(QS.
At-Thalaq: 11). Muhammad saw sebagai Nabi revolisioner dihadapkan
kepada kondisi masyarakat yang carut-marut, penindasan, perbudakan,
kesenjangan social, masyarakat yang berperadaban pagan, penindas dan
keji dan tidak berperasaan. Meskipun Muhammad saw hidup dan tinggal
dalam masyarakat seperti itu, Ia tidak ikut larut meskipun Beliau juga
manusia biasa, inilah salah satu yang membedakannya dengan orang lain,
beliau selalu terjaga dari sifat tercela dan dosa.
Ziaul Haque dalam buku,”Revolusi Islam” mengatakan sebagai
berikut,”Ia (Muhammad) juga disebut sebagai nabi Revolisuoner pertama
pada masa modern, karena dialah yang pertama kali melihat secara jelas
pertentangan berkepanjangan antara kebijakan dan kebathilan yang ada
dalam formasi social-ekonomi, perjuangan kelas, perlawanan antara
kaum tertindas dan penindasan, tertekan dan penekan, budak dan
majikan, pekerja tanah dan tuan tanah, dan antara yang kuat dengan yang
lemah.” Penjelasan ini makin memperjelas bahwa misi Muhammad saw
selain membawa wahyu Allah, juga membawa misi kemanusiaan
universal yang bebas dari penindasan dan kezaliman.
Walaupun sebagai Nabi revolusioner, Muhammad saw tidak pernah
memaksa manusia untuk mengikuti ajarannya, bahkan beliau termasuk
manusia paling sabar di dunia, paling santun di jagad ini, beliau bersifat
lembut, santun dan ramah kepada kawan maupun lawan. Tidak pernah
ditemukan dalam sejarah hidupnya beliau menggunakan senjata untuk
memaksa seseorang masuk agama Islam. Ketika Muhammad saw
menaklukkan Mekah, beliau tidak menggunakan senjata, ketika beliau
telah secara pasti menang beliau berkata,”Pergilah kalian ke mana saja
yang kalian sukai! Kalian tetap hidup bebas!” Islam sangat mendorong
umatnya untuk berlaku ramah dan santun serta lembut dalam dalam
menyelesaikan masalah.”Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan
dalam setiap urusan,”(HR. Bukhari). Dalam hadis lain dikatakan,”Siapa
yang tidak diberi kelembutan sungguh telah dihalangi dari mendapatkan
kebaikan,”(HR. Muslim).
Dengan ajaran kelembutan dan kasih sayang Muhammad saw sebagai
Nabi revolusioner mengangkat derajat perempuan, perempuan
disejajarkan setara dengan laki-laki, tetapi pensejajaran ini tidak
menghilangkan sifat keperempuanan seorang wanita, sebuah emansipasi
benilai keislaman yang melindungi hak-hak perempuan yang menjaga
kehormatan dan kemuliannya sebagai seorang perempuan. Emansipasi
yang memberi peluang sama bagi para perempuan untuk mencapai ridha
Allah, punya kesempatan dan waktu yang sama untuk mendapat pahala
dan kemuliaan di sisi Allah.
Para penguasa Mekah, baik saudagar kaya, dan para konglomerat
mencibir dan menghina Muhammad yang berasal dari keluarga miskin,
gembel, yatim dan buta huruf tampil menjadi seorang manusia pilihan
dan mengaku sebagai Nabi Allah. Mereka tidak mempercayai
Muhammad sebagai Nabi pilihan Allah, para pemuka Mekah berharap
yang menjadi Nabi adalah dari kalangan mereka juga, yaitu dari para
pembesar, kongklomerat Mekah, mereka merasa lebih pantas untuk
smenjadi pilihan karena mereka merasa terhormat kaya dan terpandang
dari segi fisik dan harta benda.
Meskipun begitu, Muhammad saw selalu tabah dan sabar, Ia terus
menjalankan dakwahnya meski harus dicaci-maki, dihina dan dianggap
gila,”Maka tetaplah memberi peringatan(hai Muhammad), dan kamu,
dengan nikmat Tuhanmu, bukanlah seorang tukang tenung atau orang
gila. Bahkan mereka berkata, Ia adalah seorang penyair yang kami
harapankan kecelakaan menimpanya,”(Qs. Ath-Thur:29-30). Ketabahan
dan keuletan beliau dalam berdakwah juga dilatarbelakangi akan tugas
suci yang beliau pikul, Ziaul Haque mengatakan Nabi revolusioner
mempunyai tugas sebagai berikut: Supremasi hukum, pembebasan kaum
lemah dan tertindas, membangun komunitas atas dasar egalitas social,
cinta kasih, keadilan dan persaudaraan.
Untuk mewujudkan hal di atas, Muhammad Saw berusaha mengambil
hati umatnya dengan akhlak yang baik, dan ajaran-ajaran yang
disampaikan sesuai dengan tingkat pemahaman dan dapat diterima oleh
akal manusia, maka tidak heran jika Allah menerangkan bahwa
Muhammad saw sebagai Nabi Revolusioner pembawa rahmat.”Tidaklah
kami mengutus engkau(wahai Muhammad), melainkan sebagai rahmat
untuk seluruh alam,”(QS. Al-ahzab: 21). Rahmat ini bukan saja dinikmati
oleh orang yang percaya kepada beliau tetapi juga bagi mereka yang
tidak mempercayainya, Nurcholish Madjid dalam buku,”Pesan-pesan
Takwa”, mengatakan,” Maka kalau Muhammad Rasulullah saw itu
disebut sebagai rahmat bagi seluruh alam, dengan sendirinya manfaat
serta hikmah dari kehadiran beliau tidak hanya dinikmati oleh mereka
yang kebetulan percaya kepada beliau, dalam bahasa Al-Quran selalu
diindentifikasi sebagai orang-orang yang beriman. Tetapi, diakui atau
tidak beliau juga membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.
Revolusi yang dilakukan Nabi Muhammad saw adalah revolusi
menyeluruh yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia, beliau
berusaha merubah perilaku jahat menjadi perilaku baik, dari pertentangan
menuju kesepakatan, dari perbudakan menjadi persaudaraan, dari
kecurangan menuju kepercayaan dari kesewenang-wenang menuju
keadilan, mengkikis habis penindasan terhadap kaum perempuan dan
menyuruh manusia hidup bebas dalam bingkai kepatuhan terhadap Allah
Tuhan Yang Maha Esa, mengentaskan manusia dari penghambaan
terhadap thogut, budak harta dan nafsu.
Sebuah revolusi tanpa darah, air mata dan nyawa, sebuah revolusi damai,
menyejukkan, memberi harapan dan kebahagiaan bagi seluruh manusia,
bahkan seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Muhammad saw adalah
revolusioner sejati yang membawa manusia kepada jati diri yang
memberi arti bagi kemanusiaan dan peradaban dunia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mubarakfuri,Syafiyyurrahman.(2008).Rahiqul Makhtumur.
India:Darussalam.
Amin, Samsul Munir. (2016). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: amzah
Shahih al¬-Bukhori,Muhammad bin Ismail al-Bukhori(256 H),al-
Maktabah ar-Rahimiyyah,Dyuband,India,1384-1387 H.
Hitti, Philip k. 2002. HISTORY OF THE ARABS. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2017. Sejarah Peradaban Islam. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai