Arab Masa Pra
Arab Masa Pra
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................5
ARAB MASA PRA-ISLAM......................................................................................................5
A. Kondisi Geografis Jazirah Arab...............................................................................5
B. Sitem Politik dan Kemasyarakatan..........................................................................8
C. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan..................................................................12
D. Kehidupan Sosial Masyarakat Jazirah Arab........................................................13
Posisi Muhammad dalam merubah tradisi masyarakat Mekkah.....................................17
PERIODE MADINAH (MUHAMMAD SEBAGAI PEMIMPIN AGAMA DAN
PEMERINTAHAN)...............................................................................................................28
Respon Positif atas Peran Muhammad Sebagai Revolusioner Masyarakat.....................33
BAB III....................................................................................................................................40
PENUTUP...............................................................................................................................40
A. KESIMPULAN.................................................................................................................40
B. SARAN............................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keadaan jazirah Arab ketika pra-islam sangat memprihatinkan,
karena penduduk jazirah Arab sangat kejam dan semena-mena, zaman
itu disebut zaman jahilia. Zaman dimana orang-orang tidak memiliki
akhlakul karimah yang tidak patut untuk dicontoh. Di zaman tersebut
sistem kepercayaannya menyembah berhala, adapun empat patung
berhala yang sangat terkenal. Namun, pada pra-islam mereka sudah
menggunakan sistem kabilah-kabilah dalam sistem pemerintahannya.
Ketika nabi Muhammad SAW datang membawa cahaya Islam,
semua berputar 1800 meskipun didalam dakwah menyebarkan cahaya
Islam beliau menerima cemooh ataupun hinaan dari masyarakat
jazirah Arab.
Didalam menyebarkan agama Islam di mekkah, nabi Muhammad
SAW menyebarkannya secara sembunyi-sembunyi. Dan ketika
menyebarkan islam di Madinah nabi Muhammad SAW menjadi
kepala Negara karena didalam diri beliau sudah terlihat jiwa
kepemimpinan sejak kecil. Nabi Muhammad juga membuat piagam
madinah, itu merupakan undang-undang pertama bagi umat Islam
Revolusi yang dilakukan Nabi Muhammad saw adalah revolusi
menyeluruh yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia, beliau
berusaha merubah perilaku jahat menjadi perilaku baik
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, maka penulis akan membahas:
1. Bagaimana keadaan Jazirah Arab pada saat pra-Islam?
2. Apa tindakan Nabi Muhammad dalam menyatukan umat islam
khususnya di kota Madinah?
3. Bagaimana Nabi Muhammad merubah tradisi masyarakat Mekkah?
4. Bagaimana revolusi Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama
Islam?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini agar penulis dan pembaca
lebih tahu akan pentingnya keadaan Jazirah Arab pada saat pra-Islam
dan dakwah Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
1. Pembaca mengetahui keadaan Jazirah Arab pada saat pra-Islam.
2. Pembaca tahu misi yang dijalankan Nabi Muhammad SAW dalam
berdakwah agama Islam.
3. Pembaca mengetahui Nabi Muhammad dalam merubah tradisi
masyarakat Islam
4. Pembaca mengetahui revolusi yang dijalankan Nabi Muhammad
SAW
BAB II PEMBAHASAN
3
1. A. Syalabi, op. cit., h. 48.
Kekuasaan politik selanjutnya berpindah ke tangan suku
Khuza’ah pada tahun 207 SM., dan akhirnya ke suku Quraisy dibawah
pimpinan Qushai pada tahun 440 M. Qushai mendirikan Darun
Nadwah, tempat untuk bermusyawarah bagi penduduk Mekah dibawah
penguasaannya. Menurut Syalabi, Qushai juga mengatur urusan-urusan
yang berhubungan dengan pemeliharaan Ka’bah, yaitu:
1. As-Siqayah, menyediakan air minum. Air diletakkan didalam bak-
bak dan dicampuri sedikit buah kurma dan anggur kering agar terasa
manis.
2. Ar-Rifadah, menyediakan makanan bagi jamaah haji yang kurang
mampu.
3. Al-Liwa, bendera. Menyeru untuk berperang dengan memasang
bendera diatas tombak di depan pimpinan lascar.
4. Al-Hijabah, penjaga pintu Ka’bah dan memegang anak kuncinya.
Selain jabatan tersebut, Haikal yang dikutip Jaih Mubarok4
menambahkan dua jabatan lagi yang dipegang Qushai ibnu Qilab,
yaitu:
1. Nadwat, petugas yang harus memimpin rapat tahunan.
2. Qiyadat, pemimpin pasukan apabila hendak berperang.
Mengenai kepemimpinan dalam suku Quraisy dipegang oleh
putra-putranya silih berganti, hingga akhirnya dipegang oleh Abdul
Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW.
C. Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan
Dalam kepercayaan (akidah), bangsa Arab pra-Islam percaya
kepada Allah sebagai pencipta. Mereka sudah memahami keesaan
4
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, h. 14.
3 Munawar Chalil, op. cit, h. 16-18
4 Jaih Mubarok, op. cit., h.15
Allah dan mengikuti agama yang menuhankan Allah sebelum Nabi
Muhammad SAW diutus. Nabi-nabi utusan Allah yang datang dan
berdakah kepada bangsa Arab diantaranya adalah Nabi Hud diutus
untuk kaun ‘Ad dan Nabi Shaleh diutus untuk kaum Tsamud. Mereka
tidak mau menerima seruan para nabi Allah itu hingga diutusnya Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail.
Menurut Munawar Chalil,3 mereka percaya dan yakin bahwa
Tuhan itu ada dan Tuhan itu Maha Esa. Akan tetapi, dalam menyembah
(beribadah) kepadanya, mereka membuat atau mengadakan berbagai
perantara, dengan tujuan untuk mendekatkan diri mereka kepada
Tuhan.
Sebagian bangsa Arab pra-Islam adalah penyembah berhala.
Setiap kabilah memiliki patung sendiri, sehingga ada 360 buah patung
berada didalam dan disekeliling Ka’bah ketika Nabi Muhammad SAW
melakukan Futuh Makkah pada tahun delapan hijriah. Empat patung
yang terpenting di Jazirah Arab pada masa itu adalah Hubal di Ka’bah,
Latta di Thaif, ‘Uzza di Hijaz, dan Manat di Yastrib. Menurut Jah
Mubarok,4 mereka pada umumnya tidak percaya pada hari kiamat dan
tidak pula percaya kepada kebangkitan setelah kematian. Walaupun
sebagian besar bangsa Arab melakukan penyimpangan, namun masih
ada yang mempertahankan paham al-Hanifiyyah, ajaran Nabi Ibrahim
as dan Nabi Ismail as (QS. Ali Imran:67), diantaranya ‘Umar ibnu
Nufai dan Zuhair ibnu Abi Salma.
Mengenai kebudayaan, penduduk padang pasir (Ahl al-
Hadhlar), mereka telah berbudaya dan sejarahnya dapat diketahui 1200
tahun sebelum masehi. Menurut Badri Yatim, 5mereka selalu
5
5 Badri Yatim, op. cit., h. 12.
mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dan situasi yang
mengitarinya. Mereka mampu membuat alat-alat dari besi hingga
mendirikan kerajaan-kerajaan. Bendungan Ma’rib dikerajaan Saba
Yaman, istana Khawarnaq dan istana Sadir di kerajaan Hirah
merupakan bukti hasil kebudayaannya dan juga mereka mahir
menggubah syair. Syai-syair itu biasanya dibacakan, semacam
pagelaran pembacaan syair di pasar-pasar syair seperti Ukaz, Majinah,
dan Zul Majaz.
D. Kehidupan Sosial Masyarakat Jazirah Arab
Disamping sebagai suatu bentuk kesenian, syair dapat
menggambarkan kehidupan, budi pekerti, dan adat istiadat bangsa Arab
pra-islam yang terkenal dengan Zaman Jahilia. Menurut Charis
Waddy,6 ungkapan “jahilia”mempunyai konotasi barbarisme, tidak
beradab, kasar, buas, dan tidak berbudaya. Kebiasaan mereka sudah
sangat menyesatkan, seperti membunuh anak-anak perempuan karena
dianggap membawa sial dalam keluarga, berperang terus menerus antar
kabilah, minum khamar, berjudi, dan berzina.7
Syair sangat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa Arab,
sehingga seorang penyair mempunyai kedudukan yang sangat tinggi
dalam masyarakat. Membela dan mempertahankan kabilah dengan
syair-syair, melebihi seorang pahlawan yang membela kabilahnya
dengan pedang dan tombak. Syair sangat berpengaruh bagi bangsa
Arab (seperti kisah Abdul ‘Uzza ibnu ‘Amir yang hidup melarat dan
banyak anak, dipuji oleh penyair Al-A’sya sehingga menjadi masyhur,
6 Charis Wadi, Wanita dalam Sejarah Islam. Terjemahan oleh Faruk Zabidi. Jakarta: Pustaka Jaya,
1987, h. 30.
7 Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, cet. 4, h. 247-248
8 Jaih Mubaro, op. cit. h. 15.
dan penghidupannya menjadi baik) dan dapat menghinadinakan
seseorang yang tadinya mulia (seperti kisah penyair Hassan ibnu Tsabit
yang mencela sekumpulan manusia sehingga menjadi hina dina).
Menurut Musthafa Sa’id al-Khinn dalam buku Dirasat
Tarikhiyyat li al-Fiqh wa Ushulih wa al-Ittijahat ak-Lati Zhaharat
Fihima yang dikutip Jaih Mubarok,8 bahwa bangsa Arab pra-islam
menjadikan adat sebagai hokum dengan berbagai bentuknya. Dalam
perkawinan, mereka mengenal beberapa macam, diantaranya adalah
1. Istibdla, yaitu seorang suami meminta kepada istrinya supaya
berjimak dengan laki-laki yang dipandang mulia atau memiliki
kelebihan tertentu, seperti keberanian atau kecerdasan. Selama istri
“bergaul” dengan laki-laki tersebut, suami menahan diri dengan tidak
berjimak dengan istrinya sebelum terbukti bahwa istrinya hamil.
Tujuan perkawinan semacam ini adalah agar istri melahirkan anak
yang memiliki sifat yang dimiliki oleh laki-laki yang
menyetubuhinya yang tidak dimiliki sang suami.
2. Poliandri, yaitu beberapa lelaki berjimak dengan seorang
perempuan. Setelah perempuan itu hamil dan melahirkan anak,
perempuan tersebut memanggil semua laki-laki yang pernah
menyetubuhinya untuk berkumpul di rumahnya. Setelah semuanya
hadir, perempuan tersebut memberitahukan bahwa ia telah dikaruniai
anak hasil hubungan dengan mereka, kemudian perempuan tersebut
menunjuk salah seorang dari semua laki-laki dan yang ditunjuk tidak
boleh menolak.
3. Maqthu, yaitu seorang laki-laki menikahi ibu tirinya setelah
bapaknya meninggal dunia. Jika seorang anak ingin mengawini ibi
tirinya, dia melemparkan kain ke ibu tirinya sebagai tanda bahwa ia
menginginkannya, sementara ibu tirinya tidak memiliki kewenangan
untuk menolak. Jika anak laki-laki tersebut masih kecil, ibu tiri
diharuskan menunggu sampai anak itu dewasa. Setelah dewasa, anak
tersebut berhak memilih untuk menjadikannya sebagai istri atau
melepaskannya.
4. Badal, yaitu tukar-menukar istri tanpa bercerai terlebih dahulu
dengan tujuan untuk memuaskan hubungan seks dan menghindari
dari kebosanan.
5. Shighar, yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara
perempuannya kepada seorang laki-laki tanpa mahar.
Disamping tipe perkawinan tersebut, Abdul Karim Khalil9
mengemukakan analisis Fyzee yang mengutip pendapat Abdur
Rahim dalam buku Kasf al-Ghumma, bahwa beberapa perkawinan
lain yang terjadi pada bangsa Arab pra-Islam adalah berikut.
1. Bentuk perkawinan yang diberi sanksi oleh islam, yakni seseorang
meminta kepada orang lain untuk menikahi saudara perempuan
atau budak dengan bayaran tertentu (mirip kawin kontrak).
2. Prostitusi sudah dikenal. Biasanya dilakukan kepada para pendatang
atau tamu di tenda-tenda dengan cara mengibarkan bendera sebagai
tanda memanggil. Jika wanitanya hamil, maka ia akan memilih
diantara laki-laki yang mengencaninya itu sebagai bapak dari anak
yang dikandungnya.
3. Mut’ah adalah praktik yang umum dilakukan oleh bangsa Arab
sebelum islam. Meskipun pada awalnya, Nabi Muhammad SAW
9
9 Abdul Karim Khalil, Hegemoni Quraisy: Agama, Budaya, Kekuasaan. Yogyakarta: LKiS, 2002, h.
58.
menoleransi, namun akhirnya melarang. Hanya kelompok Syi’ah Itsa
‘Ashariah yang mengizinkan perkawinan tersebut.
Subhi Mahmashsani sebagaimana dikutip Jaih Mubarok10
mengatakan bahwa dalam bidang mu’amalat, diantara kebiasaan
mereka adalah kebolehan transaksi mubadalat (barter), jual beli, kerja
sama pertanian (muzara’at), dan riba. Selain itu, terdapat jual beli yang
bersifat spekulatif seperti bay al-Munabadzat. Diantara ketentuan
hukum keluarga Arab pra-islam adalah kebolehan berpoligami dengan
perempuan dalam jumlah tanpa batas, serta anak kecil dan perempuan
tidak dapat menerima harta pusaka atau harta peninggalan.
10
10 Jaih Mubarok, ibid.
2. Tahapan dakwah jahriyyah (dakwah secara terang-
terangan) kepada penduduk Makkah dari tahun ke-4
kenabian hingga Rasulullah hijrah ke Madinah
3. Tahapan dakwah di luar Makkah dan peyebarannya di
kalangan penduduk luar Makkah (di awali dari tahun ke-10
kenabian hingga akhir hayat Rasulullah,termasuk juga
dakwah di kota Madinah.
Dibawah naungan kenabian dan kerasualan
Di Gua Hiro’
Ketika beliau hampir berusia 40 tahun dan renungan-
renungannya terdahulu telah memperluas jurang pemikiran antara
diri beliau dengan kaumnya,beliau mulai suka mengasingkan diri. Dan
salah satu tempat yang ia jadikan tempat mengasingkan diri (uzlah )
untuk beribadah, berfikir mengenai pemandangan alam sekitarnya
dan permasalahan kaumnya yang masih terbelenggu oleh
kemuysrikan, tepatnya di dalam Gua Hiro’ yang berada di Jabal Nur,
hampir 12 mil dari Makkah,panjangnya 4 hasta ,lebarnya 1,75 hasta
dengan ukuran zira’ al-Hadid (hasta ukuran besi) .
Berdiam dirinya beliau atau merenungnya beliau di dalam
Gua Hiro’ adalah salah satu skenario Allah terhadap beliau dan
menjadi pilihan beliau sendiri untuk menjauhi hiruk pikuk
duniawi,dan juga untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi
urusan besar yang sudah menantinya agar siap mengemban amanah
yang agung.
Uzlah yang telah di atur oleh Allah terjadi menjelang 3 tahun
sebelum kerasulan Nabi Muhammad ,beliau menjalani uzlah selama
sebulan yakni pada bulan Ramadhan, dengan semangat hidup dan
merasakan keghaiban yang bersembunyi dibalik kesunyian hingga
tiba saatnya beliau berinteraksi dengan Allah hingga Ia
memperkenankannya.5
5
Kisah aslinya dapat dilihat di Shahih al-Bukhori,Jld.III;Sirah Ibnu Hisyam,Op.Cit,I/235-236
orang-orang yang mencintai Allah dan kebaikan,sedangkan
mereka mengenal Rasulullah sebagai sosok yang selalu
menjunjung tinggi nilai kejujuran dan keshalihan. Hasilnya
banyak diantara mereka yang tidak sedikitpun digerayangi oleh
keraguan terhdap keagungan,kebesaran jiwa Rasulullah serta
kebenaran berita yang dibawanya. Dalam sejarah islam mereka
dikenal sebagai as-Sabiqun al-Awwalun (orang-orang yang
paling dahulu masuk Islam). Mereka adalah Khadijah binti
Khuwailid(istri Rasulullah) ,Zaid bin Haritsah (mantan
budak),Ali bin Abi Thalib(keponakan Nabi) dan Abu Bakar As-
Siddiq.6
Di antara orang-orang pertama lainnya yang masuk islam
adalah Bilal bin Rabbah al-Habasyi, kemudian diikuti oleh Abu
Ubaidah. Selanjutnya menyusul keduannya Abu Salamah bi
Abdul Asad ,al-Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari
suku Makhzum) Usman bin bin Mazh’un dan kedua saudaranya
;Qudamah dan Abdullah Ubaidah bin al Harits serta banyak lagi
yang lainnya. Mereka terdiri dari semua marga Quraisy yang
ada, bahkan Ibnu Hisyam menjumlahkannya lebih dari 40 orang
.7
Mereka semua masuk islam secara sembunyi-sembunyi.
Dan cara yang sama pun dilakukan Rasulullah dalam pertemuan
dan pengarahan agama yang beliau berikan,karena dakwah
ketika itu masih bersifat individu dan sembunyi-sembunyi.
Sementara wahyu sudah turun berkesinambungan dan
6
Lihat, terjemah rahiqul makhtumur,h.90
7
Lihat, Sarah Ibnu Hisyam,Op.cit,I/245-262
memuncak setelah turunnya permulaan surah Al-Mudadtsir.
Ayat-ayat dan penggalan surat yang turun pada fase ini
merupakan ayat-ayat penek; yang berakhirkan indah dan
kokoh,berintonasi menyejukkan dan memikat,serta tertata
bersama suasana yang begitu lembut dan halus. Ayat-ayat
tersebut berbicara tentang memperbaiki penyucian diri.
Meskipun dakwah yang dilakukan pada tahap ini secara
sembunyi-sembunyi,pada akhirnya pun diketahui dan didengar
oleh kaum Quraisy, tetapi mereka belum mempermasalahkan
dakwah Rasulullah dikarenakan mereka beranggapan bahwa
Rasulullah tidak menyinggung agama mereka ataupun tuhan-
tuhan mereka. Tiga tahun pun berlalu dengan damai,tetap
dengan dakwa Nabi yang secara sembunyi-sembunyi dan
individu. Dalam lama waktu itu terbentuklah kelompok kaum
muslimin yang berdasar/berpondasikan ukhuwwah
(persaudaraan) dan ta’awun (solidaritas). Hingga turunlah
firman Allah yang memerintahkan Rasulullah untuk berdakwah
secara terang-terangan (Jahriyyah),perintah untuk menghapus
dan menentang kebatilam kaum Quraisy dan menghancurkan
berhala-berhala mereka.
2. Perintah pertama untuk menampakkan dakwah
Sehubungan dengan hal ini,ayat pertama yang turun adalah;
َك اأْل َ ْق َربِين
َ َر َع ِشي َرتZْ َوأَ ْن ِذ
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat, (QS. Asy-Syuara : 214)
Sebelumnya terdapat alur cerita yang menyinggung kisah
Musa As dari permulaan kenabiannya hingga hijrahnya bersama
Bani Israil,lolosnya mereka dari kejaran Fir’aun dan kaumnya
serta tenggelamnya Fir’aun beserta kaumnya. Kisah ini
mengandung semua tahapan yang di lalui oleh Musa AS dalam
dakwahnya terhadap Fir’aun dan kaumnya agar menyembah
Allah.
Seakan-akan rincian ini semata-mata dipaparkan seiring
dengan perintah kepada Rasulullah saw umtuk berdakwah
kepada Allah secara terang-terangan, agar dihadapan beliau dan
para sahabatnya terdapat contoh atas pendustaan dan
penindasan yang akan mereka alami nantinya manakala mereka
melakukan dakwah tersebut secara terang-terangan. Demikian
pula,agar mereka mengetahui resiko dari hal itu semenjak awal
memulai dakwah mereka tersebut.
Selain itu surat tersebut (As-Syuara’) menyebutkan
tentang nasib yang di alami oleh para pendusta para Rasul
terdahulu diantaranya kaum Nabi Nuh, Nabi ibram,Nabi Lith,
Nabi Syu’aib dan juga Fir’aun beserta kaumnya. Semua itu
dimaksudkan untuk memberi tahu kepada mereka yang akan
melakukan pendustaan supaya menyadari apa yang akan terjadi
kepada mereka dan siksaan Allah yang akan mereka alami jika
mereka terus melakukan pendustaan. Dan juga sebagai
peringatan kepada kaum Mukminin bahwa hal baik akan
berpihak kepada mereka,bukan kepada para pedusta.8
8
Lihat terjemah Rahiqul Makhtumur,h.95-96
Tatkala ayat َيرتَكَ اأْل َ ْق َربِين
َ َوأَ ْن ِذرْ ع َِشturun, Rasulullah mendakwahi
mereka sesekali secara umum, sesekali juga bersifat khusus. Beliau
berkata,“Wahai kaum Quraisy! Selamatkanlah kalian dari api neraka.
Wahai Bani Ka’b! Selamatkanlah kalian diri kalian dari api neraka.
Wahai Fathimah binti Muhammad!selamatkanlah dirimu dari api
neraka. Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak memiliki sesuatu
apapun (untuk menyelamatkan kalian) dari azab Allah,hanya saja
kalian memiliki hubungngan kerabat (denganku) yang senantiasa
akan aku sambung.”9
Teriakan keras yang di lakukan Rasulullah tersebut merupakan
esensi penyampaian dakwah Rasulullah yang di lakukan beliau secara
optimal,di mana Rasulullah menjelaskan kepada orang-orang yang
memiliki hubungan dekat dengan beliau bahwa membenarkan risalah
yang di bawa beliau adalah bentuk kemanfaatan semua hubungan
antara beliau dan mereka. Demikian juga untuk melelehkan fanatisme
kekrabatan yang dibudidayakan oleh orang-orang Arab di dalam
panasnya peringatan yang datang dari Allah.
9
Lihat Shahih Muslim,II/702,734.Riwayat tersebut juga termuat dalam Shahih Muslim,I/114
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa
yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang
yang musyrik.(Al-Hijr:94)
13
Lihat bab:Sajdatun Najm,I/146
Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah, bukanlah karena beliau
merasa takut terhadap ancaman 0rang-orang Quraisy, tetapi sebagai
strategi pengembangan islam.
Ada beberapa faktor yang menunjukkan bahwa Madinah
sebagai alternative terpilih dalam rangka mengembangkan Islam
secara mondial dan universal, diantaranya: (1) Madinah tanahnya
subur, sehingga memungkinkan secara finansial dan material harta
umat islamnya menjadi infrastrukturnya, (2) adanya dukungan
sahabat penolong (Anshar) yang secara meyakinkan siap berkorban
jiwa dan raga mereka demi pengembangan islam, (3) adanya hasrat
kuat suku-suku Aus dan Khazraj yang merupakan mayoritas warga
Madinah yang selama ini selalu berperang saling memusnahkan satu
sama lain ingin berdamai, sehingga mereka berkeinginan
mengangkat seorang hakam (juru damai), yang bukan dari warga
Madinah, namun sangat adil, yang pada gilirannya mereka dapat
memperoleh kedamaian secara lestari.11
Pada periode Madinah, Nabi berperan sebagai kepala agama
dan kepala pemerintahan. Peran kepala agama dan kepala
pemerintahan. Peran kepala agama telah beliau sandang sejak
diangkat menjadi Rasul Allah ketika menerima wahyu yang pertama
di gua Hira Mekah. Sementara itu, peran Nabi sebagai kepala Negara
baliau emban sejak kedatangannya ke Madinah ketika hijrah dari
Mekah. Adapun proses pengangkatan Nabi sebagai kepala negara,
diawali dari permintaan kesediaan oleh para wakil suku-suku Aus
11
11 Arnold, Thomas W., The Preaching of Islam. Ter. H.A Nawawi Rambe. Jakarta: Widjaja, 1979,
h. 19.
12 Arnold, Thomas W. op. cit., h. 29.
13 Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, h. 29-30.
14 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara. Jakarta: UI Press, 1993, h. 10-15
dan Khazraj yang berjumlah 73 orang dalam Baiat Aqabah II, yang
pada akhirnya diaklamasikan kepada semua warga Madinah bahwa
dia (Nabi Muhammad) adalah hakam mereka.
Berkenaan dengan difungsikannya Nabi sebagai hakam, secara
teoritis, sama dengan menjadikannya sebagai “embrio” kepala
negara.12 langkah-langkah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW
dalam membangun masyarakat Islam di Yatsrib adalah. 13 (1)
mengubah nama Yatsrib menjadi Madinah (Madinat al-Rasul,
Madinat al-Nabi, atau Madinat al-Munawwarat) yang
menggambarkan cita-cita Nabi membentuk sebuah masyarakat yang
tertbib, maju, dan berperadaban, (2) mendirikan masjid, selain
tempat shalat juga menjadi sarana musyawarah untuk
mempersatukan kaum Muslimin dan merundingkan masalah-masalah
yang dihadapi serta sebagai pusat kegiatan pemerintahan, (3)
membentuk kegiatan persaudaraan (mu’akhat), yaitu
mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshar yang
diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu persaudaraan
dan kekeluargaan, (4) membentuk persahabatan dengan pihak-pihak
lan yang tidak beragama islam, dan (5) membentuk pasukan tentara
untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang dilakukan oleh
musuh.
Menurut Munawir Sadzali,14 belum cukup dua tahun Nabi
tinggal di Madinah, beliau mengumandangkan Piagam Madinah
yang mengatur kehidupan dan hubungan antara komunitas-
komunitas yang merupakan komponen-komponen masyarakat yang
majemuk di Madinah. Piagam Madinah tersebut dianggap oleh para
pakar ilmu politik Islam sebagai konstitusi atau undang-undang dasar
bagi negara islam pertama yang didirikan oleh Nabi Muhammad
SAW di Madinah. Naskah piagam Madinah…
Negara Madinah yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW
mempunyai tujuan Negara seperti yang tertera dalam Al-Qur’an,
yaitu membentuk Negara yang baik dan memperoleh ridha Allah
SWT. Serta ampunan-Nya. Dari sisi sifat-sifat seorang kepala
negara, Nabi mempunyai sifat-sifat yang sangat layak untuk
menduduki jabatan kepala Negara, antara lain berikut ini.
1. Knowledge (keilmuan). Dalam hal keilmuan, Nabi mempunyai
sumber ilmu yang menjadikannya sangat cakap dalam menjalankan
roda pemerintahannya sebagaimana tertera dalalm Al-Qur’an surah
an-Nisa ayat 113.15
2. Skill (kecakapan mengoperasionalkan seluruh teori-teori yang
ada). Ini juga disebabkan oleh adanya posisi Nabi yang secara
khusus dijadikan oleh Tuhan sebagai prototipe atau foto model
mengenai bagaimana meragakan sebuah ayat suci Al-Qur’an.
3. Attitude (sikap mental yang mulia). Nabi adalah manusia yang
banyak dipuji oleh kawan maupun lawan, semua itu karena
Muhammad adalah orang yang sangat mencintai dan menyayangi
makhluk Tuhan, bukan hanya manusia, sekaligus dia adalah manusia
yang sangat santun lagi lemah lembut pada musuh, amanah dalam
perjanjian, benar dalam kata dan perbuatan.
15
15 Allah telah menurunkan Kitab dan hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu
apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu.
16 Al-Sibay, Musthafa, Al-Isytirakiyah al-Islamiyah. Terj. H.A. Malik Ahma, Jakarta: Mulya, 1963,
h. 31-40
Adapun pembangunan yang dilakukan oleh Muhammad
Rasulullah SAW. Sebagai berikut.
1. Pembangunan internal umat beragama, antara lain: (a)
Mempersaudarakan antar sesama muslim, dari yang bersifat
perorangan sampai yang bersifat kelompok antar umat islam al-
Muhajirin dan Anshar, (b) membentuk Bait al-Maal (kas negara)
yang dapat dijadikan sebagai jaminan sosial. Beliau membuat
undang-undang seperti: Zakat, infak, wakaf, wasiat, waris, harta
ganimah, hasil penggalian bumi, nazar, kafarat, kurban, aqiqah,
perbendaharaan umum, dan undang-undang tanggung jawab sosial.16
Nabi juga merinci golongan-golongan tertentu yang memperoleh
jaminan social diantaranya: fakir misikin, orang-orang sakit, orang-
orang buta, orang-orang lumpuh, orang-orang jompo, para musafir
anak gelandangan, tawanan, gharim, orang yang membunuh orang
yang tidak disengaja, orang yang putus biaya dalam perantauan,
tamu peminta-minta, pembuatan sarana sehari-hari, Negara dalam
bahaya, anggota keluarga yang jatuh pailit dan sebagainya, (c)
membentuk angkatan bersenjata, (d) membentuk tim-tim spionase/
mata-mata/ intelijen, (e) memberlakukan tata administrasi Negara
yang formal, dengan membuat stempel cincin diatasnya dituli
Muhammad Rasullullah, (f) menata dan mengembangkan aspek-
aspek teologi, sosial, dan budaya.
2. Pembangunan antarumat beragama, yaitu membuat fakta perjanjian
antara kaum muslimin dengan orang-orang Yahudi dan yang lainnya,
menangani tawanan-taanan perang secara baik, mengirim para
diplomat, dan menerima para diplomat. Perjanjian itu antara lain
adalah perjanjian Hudaibiyah pada tahu ke 6 H.
3. Ekspansi, yaitu memberikan perlawanan pada kekuatan luar
(berperang) seperti futuh Makkah pada tahun 8 H, menginvasi
daerah-daerah yang secara teoritis akan membahayakan
perkembangan Islam, dan mengadakan pengintaian-pengintaian dan
ekspedisi.
Respon Positif atas Peran Muhammad Sebagai Revolusioner
Masyarakat
Ziaul Haque mengatakan bahwa tujuan dari misi dan revolusi para Nabi
revolusioner adalah menyuarakan kebenaran dan membangun
masyarakat kebenaran, dalam arti harus terjadi perubahan total atas
struktur social lama yang terbagi dalam kelas sosial yang bertentangan.
Revolusi yang terinspirasi dari wahyu Tuhan menjadi tonggak dasar
gerakan revolusi ini, perjuangan Muhammad saw. menemukan
momentumnya ketika formasi social pra-kapitalis dan pra industri,
perjuangan Muhammad saw hadir di saat semua realitas kehidupan itu
dapat dilihat dari kaca mata religi. Gerakan revolusi atau perubahan yang
dibawa oleh Muhammad saw dikemas dalam bingkai keagamaan, yang
merealitas dalam bentuk perilaku, pemikiran sensitivitas emosi dan
moral, hal ini juga diperkuat oleh penelitian Ziaul Haque, bahwa
“perubahan social yang dibawa para nabi Revolusioner, terjadi dalam
bingkai keagamaan, katagori pemikiran, bentuk perilaku, serta
sensitivitas emosi dan moral yang kesemuanya dikesankan dan
dikondisikan dalam mentalitas dan karakter keagamaan.”
Muhammad saw di utus untuk melawan ketidakadilan dan kesewenang-
wenangan yang dilakukan masyarakat Mekah, Muhammad saw adalah
manusia pilihan yang berdiri di jalan kebenaran, keadilan dan egalitas
sosial, membangun masyarakat berdasarkan keimanan kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa, persaudaraan dan egalitas sosial. Muhammad
saw membawa wahyu Tuhan untuk membebaskan manusia dari
kegelapan akhlak moral dan berbagai kesesatan dan kemusrikan di dunia
ini.
Muhammad saw menjadi ikon masyarakat Mekah yang sudah terbuka
hatinya untuk menerima kebenaran wahyu Allah, kepribadiannya yang
menawan membuat sebagian masyarakat Mekah yang masuk Islam
terkesima dan salut terhadap akhlak beliau, meskipun demikian
Muhammad Saw tidak pernah merasa bangga dan angkuh terhadap
keistimewaan yang ada pada dirinya, Muhammad saw tidak pernah
merasa tersanjung bahkan melarang umatnya untuk mengkultuskan
dirinya.
Muhammad Saw tidak ingin umatnya terjebak dalam kultus yang
menjerumuskan umatnya dalam kemusrikan. Muhammad Saw tidak
ingin penganutnya menjadi pemeluk agama yang memandang tokoh
pendirinya atau tokoh pembawa agama tersebut, sebab Islam memang
tidak didirikan oleh Muhammad Saw, tetapi Islam adalah dari Allah
sedangkan Muhammad Saw adalah manusia biasa yang di pilih Allah
umtuk membawa dan menyampaikan wahyu kepada manusia.
Meskipun demikian, umat Islam tetap menghormati Nabi Muhammad
saw layaknya manusia biasa, tetapi perbedaannya hanya pada keyakinan
bahwa Nabi Muhammad Saw adalah pilihan Allah untuk menyampaikan
wahyu, yang terbebas dari dosa(maksum), Muhammad saw sebagai
manusia biasa yang menikah, sakit, makan, minum, tidur, dan meninggal,
tetapi dibalik kesamaan dalam sifat kemanusiaannya, Muhammad saw
tetap manusia pilihan yang punya keistimewaan dibanding manusia
lainnya.
Sebagai Nabi terakhir Muhammad terlahir dari keluarga biasa, yang
pernah mengembala domba, berdagang, pernah dianiaya, dari keluarga
biasa yang menjaga martabat dan disegani karena kepribadiannya,
sehingga masyarakat Mekah waktu itu memberi gelar “Al-Amin”
terpercaya, kepercayaan inilah yang menjadikan beliau disegani
dipercayai untuk menyelesaikan berbagai masalah social yang tidak
dapat dipecahkan oleh pemuka masyarakat Mekah kala itu. Bahkan bila
ada penduduk Mekah yang ingin bepergian jauh, mereka selalu
menitipkan barangnya kepada Muhammad saw.
Tetapi nabi Muhammad saw tidak pernah memanfaatkan harta titipan
tersebut untuk kepentingan diri sendiri, meskipun ada kesempatan untuk
itu, di sini kelihatan jelas bahwa nabi Muhammad saw benar-benar
manusia terpercaya sejati yang tidak pernah terbetik dihatinya untuk
berkhianat dan memanfaatkan kesempatan dan kepopulerannya.
Meskipun Muhammad Saw dalam kesusahan dan hidup dalam keluarga
yatim, tetapi Muhammad tidak pernah berubah untuk konsekuen dalam
jalan kebenaran.
Muhammad saw sebagai nabi terkhir memngentaskan manusia dari
kegelapan menuju peradaban yang gemilang dan
berperikemanusiaan,”yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang
menerangkan supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal yang saleh dari kegelapan kepada cahaya,”(QS.
At-Thalaq: 11). Muhammad saw sebagai Nabi revolisioner dihadapkan
kepada kondisi masyarakat yang carut-marut, penindasan, perbudakan,
kesenjangan social, masyarakat yang berperadaban pagan, penindas dan
keji dan tidak berperasaan. Meskipun Muhammad saw hidup dan tinggal
dalam masyarakat seperti itu, Ia tidak ikut larut meskipun Beliau juga
manusia biasa, inilah salah satu yang membedakannya dengan orang lain,
beliau selalu terjaga dari sifat tercela dan dosa.
Ziaul Haque dalam buku,”Revolusi Islam” mengatakan sebagai
berikut,”Ia (Muhammad) juga disebut sebagai nabi Revolisuoner pertama
pada masa modern, karena dialah yang pertama kali melihat secara jelas
pertentangan berkepanjangan antara kebijakan dan kebathilan yang ada
dalam formasi social-ekonomi, perjuangan kelas, perlawanan antara
kaum tertindas dan penindasan, tertekan dan penekan, budak dan
majikan, pekerja tanah dan tuan tanah, dan antara yang kuat dengan yang
lemah.” Penjelasan ini makin memperjelas bahwa misi Muhammad saw
selain membawa wahyu Allah, juga membawa misi kemanusiaan
universal yang bebas dari penindasan dan kezaliman.
Walaupun sebagai Nabi revolusioner, Muhammad saw tidak pernah
memaksa manusia untuk mengikuti ajarannya, bahkan beliau termasuk
manusia paling sabar di dunia, paling santun di jagad ini, beliau bersifat
lembut, santun dan ramah kepada kawan maupun lawan. Tidak pernah
ditemukan dalam sejarah hidupnya beliau menggunakan senjata untuk
memaksa seseorang masuk agama Islam. Ketika Muhammad saw
menaklukkan Mekah, beliau tidak menggunakan senjata, ketika beliau
telah secara pasti menang beliau berkata,”Pergilah kalian ke mana saja
yang kalian sukai! Kalian tetap hidup bebas!” Islam sangat mendorong
umatnya untuk berlaku ramah dan santun serta lembut dalam dalam
menyelesaikan masalah.”Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan
dalam setiap urusan,”(HR. Bukhari). Dalam hadis lain dikatakan,”Siapa
yang tidak diberi kelembutan sungguh telah dihalangi dari mendapatkan
kebaikan,”(HR. Muslim).
Dengan ajaran kelembutan dan kasih sayang Muhammad saw sebagai
Nabi revolusioner mengangkat derajat perempuan, perempuan
disejajarkan setara dengan laki-laki, tetapi pensejajaran ini tidak
menghilangkan sifat keperempuanan seorang wanita, sebuah emansipasi
benilai keislaman yang melindungi hak-hak perempuan yang menjaga
kehormatan dan kemuliannya sebagai seorang perempuan. Emansipasi
yang memberi peluang sama bagi para perempuan untuk mencapai ridha
Allah, punya kesempatan dan waktu yang sama untuk mendapat pahala
dan kemuliaan di sisi Allah.
Para penguasa Mekah, baik saudagar kaya, dan para konglomerat
mencibir dan menghina Muhammad yang berasal dari keluarga miskin,
gembel, yatim dan buta huruf tampil menjadi seorang manusia pilihan
dan mengaku sebagai Nabi Allah. Mereka tidak mempercayai
Muhammad sebagai Nabi pilihan Allah, para pemuka Mekah berharap
yang menjadi Nabi adalah dari kalangan mereka juga, yaitu dari para
pembesar, kongklomerat Mekah, mereka merasa lebih pantas untuk
smenjadi pilihan karena mereka merasa terhormat kaya dan terpandang
dari segi fisik dan harta benda.
Meskipun begitu, Muhammad saw selalu tabah dan sabar, Ia terus
menjalankan dakwahnya meski harus dicaci-maki, dihina dan dianggap
gila,”Maka tetaplah memberi peringatan(hai Muhammad), dan kamu,
dengan nikmat Tuhanmu, bukanlah seorang tukang tenung atau orang
gila. Bahkan mereka berkata, Ia adalah seorang penyair yang kami
harapankan kecelakaan menimpanya,”(Qs. Ath-Thur:29-30). Ketabahan
dan keuletan beliau dalam berdakwah juga dilatarbelakangi akan tugas
suci yang beliau pikul, Ziaul Haque mengatakan Nabi revolusioner
mempunyai tugas sebagai berikut: Supremasi hukum, pembebasan kaum
lemah dan tertindas, membangun komunitas atas dasar egalitas social,
cinta kasih, keadilan dan persaudaraan.
Untuk mewujudkan hal di atas, Muhammad Saw berusaha mengambil
hati umatnya dengan akhlak yang baik, dan ajaran-ajaran yang
disampaikan sesuai dengan tingkat pemahaman dan dapat diterima oleh
akal manusia, maka tidak heran jika Allah menerangkan bahwa
Muhammad saw sebagai Nabi Revolusioner pembawa rahmat.”Tidaklah
kami mengutus engkau(wahai Muhammad), melainkan sebagai rahmat
untuk seluruh alam,”(QS. Al-ahzab: 21). Rahmat ini bukan saja dinikmati
oleh orang yang percaya kepada beliau tetapi juga bagi mereka yang
tidak mempercayainya, Nurcholish Madjid dalam buku,”Pesan-pesan
Takwa”, mengatakan,” Maka kalau Muhammad Rasulullah saw itu
disebut sebagai rahmat bagi seluruh alam, dengan sendirinya manfaat
serta hikmah dari kehadiran beliau tidak hanya dinikmati oleh mereka
yang kebetulan percaya kepada beliau, dalam bahasa Al-Quran selalu
diindentifikasi sebagai orang-orang yang beriman. Tetapi, diakui atau
tidak beliau juga membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.
Revolusi yang dilakukan Nabi Muhammad saw adalah revolusi
menyeluruh yang menyentuh segala aspek kehidupan manusia, beliau
berusaha merubah perilaku jahat menjadi perilaku baik, dari pertentangan
menuju kesepakatan, dari perbudakan menjadi persaudaraan, dari
kecurangan menuju kepercayaan dari kesewenang-wenang menuju
keadilan, mengkikis habis penindasan terhadap kaum perempuan dan
menyuruh manusia hidup bebas dalam bingkai kepatuhan terhadap Allah
Tuhan Yang Maha Esa, mengentaskan manusia dari penghambaan
terhadap thogut, budak harta dan nafsu.
Sebuah revolusi tanpa darah, air mata dan nyawa, sebuah revolusi damai,
menyejukkan, memberi harapan dan kebahagiaan bagi seluruh manusia,
bahkan seluruh makhluk yang ada di bumi ini. Muhammad saw adalah
revolusioner sejati yang membawa manusia kepada jati diri yang
memberi arti bagi kemanusiaan dan peradaban dunia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mubarakfuri,Syafiyyurrahman.(2008).Rahiqul Makhtumur.
India:Darussalam.
Amin, Samsul Munir. (2016). Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: amzah
Shahih al¬-Bukhori,Muhammad bin Ismail al-Bukhori(256 H),al-
Maktabah ar-Rahimiyyah,Dyuband,India,1384-1387 H.
Hitti, Philip k. 2002. HISTORY OF THE ARABS. Jakarta: PT. Serambi
Ilmu Semesta
Suntiah, Ratu dan Maslani. 2017. Sejarah Peradaban Islam. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya