Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD YUSRI SAHIR

201604015

DOSEN PENGAMPU : Hadija M., M.Farm.,Apt

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) PAPUA

PRODI FARMASI

SORONG

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut farmakope edisi 3, serbuk adalah campuran homogen dua atau


lebih obat yang diserbukkan. Persyaratan serbuk yaitu adalah halus, kering
dan homogen. Berdasarkan cara pemberiannya, serbuk dibagi menjadi 2 yaitu
serbuk tidak terbagi-bagi (pulvis) dan serbuk terbagi (pulveres). Serbuk bagi
( pulveres ) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama,
dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas yang lain yang
cocok. Untuk serbuk bagi yang mengandung bahan yang mudah meleleh atau
atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau kertas yang mengandung
lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas logam. Penyimpanan dalam wadah
tertutup baik. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat sedikit demi
sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit. Jika jumlah obat
kurang dari 50mg atau jumlah tidak dapat ditimbang, harus dilakukan
pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok. Penyimpanan dalam
wadah tertutup rapat terbuat dari kaca susu atau bahan lain yang cocok.
Menurut farmakope edisi 3, kapsul adalah bentuk sediaan obat
terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul terbuat dari
gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Kapsul harus memenuhi
beberapa syarat, yaitu keseragamaan bobot, waktu hancur, dan penyimpanan.
Menurut farmakope edisi 3, krim adalah sediaan setengah padat, berupa
emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Ada dua tipe krim yaitu krim tipe minyak-air dank rim tipe
air-minyak. Stabilitas krim rusak jika terganggu sistem campurannya terutama
disebabkan perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan
penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim
jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain.pengenceran krim
hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok yang harus
dilakukan dengan teknik aseptic. Krim yang sudah diencerkan harus
digunakan dalam waktu 1 bulan. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik atau
tube , di tempat sejuk. Pada etiket harus juga tertera “obat luar”.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Untuk mengetahui cara pembuatan pulveres
2. Untuk mengetahui cara pembuatan kapsul
3. Untuk mengetahui cara peracikan dan perhitungan dosis sesuai resep
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kinerja selama
praktikum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 URAIAN

A. Capsulae (Kapsul)
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang
kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar
(000), kecuali ukuran cangkang hewan. Umumnya ukuran nomor 00 adalah
ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Ada juga kapsul gelatin
keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE), yang
memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter. Kapsul
gelatin keras terdiri atas dua bagian, bagian tutup dan induk, untuk
memberikan penutupan yang baik bila bagian induk dan tutup cangkangnya
dilekatkan sepenuhnya, yang mencegah terbukanya cangkang kapsul yang
telah diisi, selama transportasi dan penanganan. Penutupan sempurna juga
dapat dicapai dengan penggabungan bagian tutup dan induk dengan cara
pemanasan langsung atau penggunaan energi ultrasonik. Kapsul gelatin keras
yang diisi di pabrik dapat ditutup secara sempurna dengan cara dilekatkan,
suatu proses dimana lapisan gelatin dioleskan satu kali atau lebih di seluruh
bagian pelekatan bagian tutup dan induk; atau dengan proses pelekatan
menggunakan cairan , yaitu kapsul yang telah diisi dibasahi dengan campuran
air-alkohol yang akan merembes ke dalam rongga bagian kapsul kapsul dan
induk yang saling tumpang tindih, kemudian dikeringkan. Kapsul cangkang
keras yang terbuat dari pati terdiri atas bagian tutup dan induk. Karena kedua
bagian tersebut tidak melekat dengan baik, maka bagian-bagian tersebut
diletakkan menjadi satu pada saat pengisian, untuk menghindari pemisahan.
Kapsul pati diletakkan dengan mengoleskan campuran air-alkohol pada
rongga cangkang tertutup, segera sebelum dilekatkan ke cangkang induk.
Perletakan kapsul gelatin cangkang keras atau perlekatan dengan cairan
pada kapsul pati cangkang keras meningkatkan keamanan karena kapsul sukar
dibuka tanpa kerusakan nyata dan meningkatkan stabilitas isi kapsul dengan
membatasi masuknya oksigen. Kapsul bercangkang keras yang diidi di pabrik
sering mempunyai warna dan bentuk berbeda atau diberi tanda untuk
mengetahui identitas pabrik. Pada kapsul seperti ini dapat dicantumkan jumlah
zat aktif, kode produk dan lain-lain yang dicetak secara aksial atau radial.
Tinta cetak kualitas farmasi memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai
pigmen dan zat warna yang diizinkan.
Dalam praktek pelayanan resep di apotik, kapsul cangkang keras dapat
diisi dengan tangan; cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk
memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling baik bagi
setiap pasien. Fleksibilitas ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras
dibandingkan bentuk sediaan tablet dan kapsul cangkang lunak. Kapsul
cangkang keras biasanya terbuat dari gelatin berkekuatan gel relatif tinggi.
Berbagai jenis gelatin dapat digunakan, tetapi gelatin dari campuran kulit dan
tulang sering digunakan untuk mengoptimalkan kejernihan dan kekerasan
cangkang. Kapsul cangkang keras dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain
yang sesuai. Kapsul cangkang keras dapat juga mengandung zat warna yang
diizinkan atau zat warna dari berbagai oksidabesi bahan opak seperti titanium
dioksida, bahan pendispersi, bahan pengeras seperti sukrosa dan pengawet.
Biasanya bahan-bahan ini mengandung air antara 10% dan 15%.
Kapsul gelatin keras dibuat melalui suatu proses dengan cara mencelup pin
ke dalam larutan gelatin, kemudian lapisan gelatin dikeringkan, dirapikan dan
dilepaskan dari pin tersebut, kemudian bagian induk dan tutup dilekatkan.
Kapsul pati dibuat dengan mencetak campuran pati dan air, kemudian kapsul
dikeringkan. Gunakan cetakan terpisah untuk bagian tutup dan induk kapsul
dan kedua bagian ini dibuat secara terpisah. Kapsul kosong disimpan dalam
wadah rapat tertutup rapat sampai kapsul diisi. Karena gelatin berasal dari
hewan dan pati berasal dari tanaman, maka kapsul ini sebaiknya terlindung
dari sumber pencemaran yang potensial atau kontaminasi mikroba.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran atau granul.
Butiran gula inert dapat dilapisi dengan komposisi bahan aktif dan penyalut
yang memberikan profil lepas lambat atau bersifat enterik. Sebagai alternative,
bahan aktif dengan dosis lebih lebih berat dapat dibuat dalam bentuk pelet dan
kemudian disalut. Bahan semipadat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam
kapsul cangkang keras., tetapi jika cairan dimasukkan ke dalam kapsul, salah
satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran.
Dalam pengisian kapsul gelatin keras, bagian tutup dan induk dipisahkan
dahulu sebelum diisi. Dalam pengisian kapsul pati cangkang keras, bagian
tutup dan induk cangkang ditempatkan secara terpisah dan dipasang pada
tempat yang berbeda dari suatu mesin pengisi. Mesin yang menggunakan
berbagai prinsip dosis dapat digunakan untuk mengisikan serbuk kedalam
kapsul cangkang keras, tetapi kebanyakan mesin otomatis, membentuk sumbat
serbuk dengan cara pengempaan yang kemudian dilepaskan kedalam bagian
unduk kapsul kosong. Umumnya bagian pelengkap mesin kapsul ini tersedia
untuk berbagai jenis pengisian lain. Formulasi serbuk sering membutuhkan
penambahan zat pengisi, lubrikan dan glidan pada bahan aktif untuk
mempermudah proses pengisian kapsul. Formulasi dan metode pengisian,
terutama derajat kepadatan, dapat mempengaruhi laju pelepasan obat.
Penambahan bahan pembasah pada masa serbuk, biasa dilakukan jika bahan
aktif bersifat hidrofobik. Disengran dapat ditambahkan ke dalam formulasi
serbuk untuk memudahkan deagregasi dan disperse gumpalan kapsul ke dalam
saluran cerna. Formulasi serbuk sering dapat dibuat melaui pencampuran
kering, sedangkan formulasi ruah membutuhkan densifikasi dengan teknik rol
atau teknik granulasi lain yang sesuai.
Campuran serbuk yang cenderung meleleh dapat dimasukkan ke dalam
kapsul cangkang keras, jika digunakan absorben, seperti magnesium karbonat,
silicon dioksida, koloidal, atau zat lain yang sesuai. Obat-obat yang berkhasiat
keras sering dicampur dengan zat pengencer inert sebelum diisikan ke dalam
kapsul. Jika dua macam obat yang tak tercampurkan diresepnya bersama,
kadang-kadang dimungkinkan untuk menempatkan salah satunya dikapsul
kecil dan menggabungnya di kapsul besar yang berisi obat kedua. Obat-obat
yang tak tercampurkan dapat juga dipisahkan dengan menempatkan pellet atau
tablet salut, atau kapsul cangkang lunak yang berisi obat pertama ke dalam
cangkang kapsul sebelum penambahan obat kedua. (F.I.Edisi IV Hal.2-4).

b) Cremores (Krim)
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan
untuk roduk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse
mikrokristal asam-asam lemak atau alcohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukkan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian oral melalui vaginal.
(F.I.Edisi IV Hal.6)

c) Pulvis (Serbuk)
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atauuntuk pemakaian luar. Karena
mempunyai luas permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut daripada bentuk sediaan yang dipadatkan. Anak-anak atau orang
dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih mudah menggunakan obat
dalam bentuk serbuk. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet
atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbu.
Sebelum, digunakan, biasanya serbuk oral dapat dicampur dengan air minum.

Masalah stabilitas yang seringkali dihadapi dalam sediaan bentuk cair,


tidak ditemukan dalam sediaan bentuk serbuk. Obat yang tidak stabil dalam
suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam bentuk serbuk atau granul.
Konstitusi sediaan dapat dilakukan oleh apoteker dengan cara menambahkan
sejumlah air sebelum diserahkan. Karena sediaan yang sudah di konstitusi ini
mempunyai stabilitas yang terbatas, harus dicantumkan waktu kadaluarsa
setelah dikonstitusi dan dapat juga dipersyaratkan untuk disimpan dalam
lemari pendingin.

Serbuk oral dapat diserahkan dalam bentuk terbagi (Pulveres) atau tidak
terbagi (pulvis). Pada umumnya serbuk terbagi dibungkus dengan kertas
perkamen, walaupun begitu apoteker dapat lebih melindungi serbuk dari
pengaruh lingkungan dengan melpisi tiap bungkus dengan kertas selofan atau
sampul polietilena.

Serbuk oral tidak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten,
seperti laksan, antasida, makanan diet dan beberapa analgesik tertentu dan
pasien dapat menakar secara aman dengan sendok teh atau penakar lain.
Serbuk tidak terbagi lainnya antara lain serbuk gigi, serbuk tabur. Serbuk tidak
terbagi sebaiknya disimpan dalam wadah gelas, bermulut lebar, tertutup rapat,
untuk melindungi pengaruh atmosfer dan mencegah penguapan senyawa yang
mudah menguap.

Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat


dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus
melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh seperti tertera pada Pengayak
dan Derajat Halus Serbuk <1141> agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian
yang peka. (F.I Edisi IV. Hal 14-15)

2.2 CARA KERJA

 Pulveres

a) Persiapan
1. Membersihkan alat, meja, dan menyetarakan timbangan.
2. Baca resep dengan baik, periksa kelengkapan resep.
3. Analisa resep dengan seksama, apakah ada hal-hal yang harus
dilaporkan pada dokter mengenai bahan, kelengkapan atau
kesediaan. Apakah ada hal-hal khusus mengenai bahan obat,
sediaan atau cara peracikan bahan yang dituangkan dalam
keterangan.
4. Menghitung pemakaian dibandingkan dengan dosis maksimal
atau dosis lazim lalu disimpulkan jika perlu diberitahu dokter.
5. Menghitung jumlah bahan yang dibutuhkan disesuaikan dengan
bahan-bahan yang tersedia.
6. Menuliskan cara pembuatan resep sesuai dengan spesifikasi
sediaan dan bahan.
7. Membuat etiket dengan signa yang benar dan ceklist kebenaran
etiket.
8. Menuliskan khasiat masing-masing bahan obat.
9. Menyiapkan pelayanan informasi obat (PIO)

b) Pengambilan dan pelipatan kertas perkamen


1. Ambillah kertas perkamen yang bersih
2. Hitungkah jumlah kertas perkamen sesuai dengan jumlah serbuk
yang akan dibungkus/dibuat.
3. Lipatlah bagian atas dari kertas perkamen +- 1cm
4. Lipatlah bagian lain dari kertas perkamen hingga ujung bagian
atas perkamen tersebut tepat berada dibagian lain dalam lipatan
pertama
5. Buatlah bungkusan dengan cara melipat-lipat sehingga ujung
kertas perkamen yang satu dapat masuk pada bagian ujung kertas
lainnya.
6. Samakan besarnya bungkusan agar kelihatan rapih.
7. Usahakan besarnya bungkusan tidak memberikan kesan terlalu
kecil atau terlalu besar.
c) Pembagian dan pembungkusan pulveres
1. Setelah serbuk menjadi halus, keluarkanlah serbuk tersebut
dengan cara mengambil dengan menggunakan mika dari mortar,
hingga seluruh serbuk keluar, dan mortar tampak bersih,
tampunglah dengan kertas perkamen.
2. Bagilah serbuk keatas perkamen yang sudah tersusun rapi.
3. Mulailah dari kertas perkamen yang berada pada posisi barisan
atas dan paling kiri, dilanjutkan kearah kanan, menyusul pada
baris berikutnya dimulai dari bagian kiri.
4. Perhatikan dengan cermat agar pembagian serbuk sama banyak.
5. Mulailah membungkus serbuk dari posisi paling bawah dan
paling kanan.
6. Setelah semua serbuk terbungkus, susunlah bungkusan dengan
rapi, sama tinggi dan menghadap arah yang sama.
7. Untuk pulveres yang berjumlah maksimal dua belas bungkus
daapt dibagi sama rata menurut pandangan mata langsung.
8. Lebih dari dua puluh dikerjakan dengan dibagi dahulu dengan
jalan penimbangan lalu dibagi sama rata.
9. Untuk bahan-bahan yang pemakaiannya lebih dari 80% dari
dosis maksimal maka harus ditimbang satu persatu dengan cara
ditimbang hasil serbuknya, tentukan berat rata-rata dikurangi 5-
10 mg lalu timbang satu persatu, jika pada penimbangan sisa bagi
sama rata.

 Kapsul

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai


2. Menghitung dosis obat yang akan dipakai sesuai dengan yang
tercantum dalam resep
3. Mempersiapkan bahan-bahan obat yang akan digerus
4. Menggerus bahan-bahan obat di dalam mortar sampai halus dan
homogen
5. Mempersiapkan kertas perkamen untuk meletakkan bahan obat
yang telah selesai digerus.
6. Mempersiapkan kapsul yang akan dipakai.
7. Buka kapsul dan masukkan bahan obat yang telah digerus
kedalam kapsul dengan cara mendorong serbuk-serbuk obat
menggunakan tangan kedalam kapsul di kertas perkamen dan
memadatkan isi kapsul sampai benar-benar padat.
8. Setelah kapsul benar-benar padat , tutup kapsul tersebut
9. Bersihkan kapsul dari sisa-sisa serbuk yang menempel pada
bagian luar kapsul dengan tissue.
10. Masukan kedalam wadah dan diberi etiket yang sesuai.
2.3 SKRINING RESEP

 Resep 1

Dr. W.D. Dianingsih

Apotek K24
Jl. Basuki Rahmat Km. 9
Kota Sorong
Tanggal : 25-07-2017 Umum / BPJS

R/ Glyceryl Guaiacolate 30mg = 30x12/100 = 4 tab

Paracetamol 30mg =30x12/500 = 4 tab

Vitamin C 10mg =10x12/50 = 2 tab

Vitamin B 12 10mg = 10x12/50 = 2 tab

Ctm 20mg =20x12/4 = 6 tab

m.F.pulv dtd No XII

S3dd1

R/ Cefadroxil 500mg No X

S2dd1

Nama : Ahmad
Umur : 20 th
Alamat : Km.8
a) Skrining administrasi

 Nama dokter : ada


 Alamat : ada
 SIP : tidak ada
 Tanggal resep : ada
 Nama pasien : ada
 Alamat pasien : ada
 Umur pasien : ada
 Berat badan : tidak ada
 Jenis kelamin : laki-laki
 Aturan pakai : ada
 Kekuatan obat : tidak ada
 Jenis sediaan : tidak ada
 Jumlah obat : ada
 Paraf dokter : tidak ada
 Nomor telepon dokter : tidak ada

b) Skrining farmasetik

1. Gliceril Guaicolat (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 517)


Komposisi : Gliseril Guaicolat 100 mg
Indikasi : Ekspektoran
Dosis : Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali 200-400
mg sehari.

2. Paracetamol (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 214 )


Komposisi : Asetaminofen 500 mg
Indikasi : Analgesik dan Antipiretik
Dosis : Untuk dewasa 300 mg – 1 g /kali, dengan
maksimum 4 g/hari; untuk anak 6-12 tahun 150-
300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari; untuk
anak 1-6 tahun 60-120 mg/kali dan bayi dibawah 1
tahun 60 mg/kali; pada keduanya diberikan
maksimum 6 kali sehari.
3. CTM (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 253)
Komposisi : Klorfeniramin Maleat 4 mg
Indikasi : Anti histamin
Dosis : Dewasa 2-4 mg sehari

4. Vit. C (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 722-724)


Komposisi : Asam Askorbat 50 mg
Indikasi : Untuk pencegahan dan pengobatan skorbut
Dosis : Untuk bayi 35 mg dan meningkat sampai kira-kira
60 Mg pada dewasa. Pada masa hamil dan laktasi
diperlukan tambahan vit.C 10-25 mg/hari.

5. Vit. B12 (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 742-744)


Komposisi : Sianokobalamin
Indikasi : Untuk mengatasi defisiensi vit. B12 misalnya
anemia pernisiosa
Dosis : Untuk penderita anemia pernisiosa, pada awal
terapi hanya dibutuhkan 100 mcg sehari parental
selama 5-10 hari. Kemudian terapi penunjang
dilakukan dengan memberikan dosis penunjang
100-200 mcg sebulan sekali.Pemberian dosis
penunjang tiap bulan inipenting sebab retensi
vit.B12 terbatas, walaupun diberikan dosis sampai
1000 mcg.

6. Cefadroxil (ISO INDONESIA VOL. 49, Hal. 130)


Komposisi : Cefadroxil 500mg
Indikasi : Infeksi saluran nafas, kulit, jaringan lunak, saluran
cerna, saluran kemih, dan infeksi lain yang
berkaitan dengan organism bersangkutan.
Dosis : Dewasa 1-2 g dalam sekali dosis atau 2 dosis
terbagi anak-anak 30 mg/kg BB/hari dalam 2
dosis terbagi.
 Resep 2

Dr. W.D. Dianingsih

APOTEK K24
Jl. Basuki Rahmat km. 9
Kota Sorong

Tanggal : 25-07-2017 Umum / BPJS

R/ Glyceryl Guaiacolate 1/6tab = 1/6x10 = 2 tab

Paracetamol 1/4tab = 1/4x10 = 3 tab

Vitamin C 1/6tab = 1/6x10 = 2 tab

Vitamin B 12 1/6tab = 1/6x10 = 2 tab

Ctm 1/6tab = 1/6x10 = 2 tab

m.F. da in cap dtd No. X

S3dd1

R/ Gentamicin cr No. I

S3dd1 u.e

Nama : Ahmad
Umur : 20 th
Alamat : Km.8
a) Skrining administrasi

 Nama dokter : ada


 Alamat : ada
 SIP : tidak ada
 Tanggal resep : ada
 Nama pasien : ada
 Alamat pasien : ada
 Umur pasien : ada
 Berat badan : tidak ada
 Jenis kelamin : laki-laki
 Aturan pakai : ada
 Kekuatan obat : tidak ada
 Jenis sediaan : ada
 Jumlah obat : ada
 Paraf dokter : tidak ada
 Nomor telepon dokter : tidak ada

b) Skrining Farmasetik

1. Gliceril Guaicolat (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 517)


Komposisi : Gliseril Guaicolat 100 mg
Indikasi : Ekspektoran
Dosis : Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali 200-400
mg sehari.

2. Paracetamol (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 214 )


Komposisi : Asetaminofen 500 mg
Indikasi : Analgesik dan Antipiretik
Dosis : Untuk dewasa 300 mg – 1 g /kali, dengan
maksimum 4 g/hari; untuk anak 6-12 tahun 150-
300 mg/kali, dengan maksimum 1,2 g/hari; untuk
anak 1-6 tahun 60-120 mg/kali dan bayi dibawah 1
tahun 60 mg/kali; pada keduanya diberikan
maksimum 6 kali sehari.

3. CTM (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 253)


Komposisi : Klorfeniramin Maleat 4 mg
Indikasi : Anti histamin
Dosis : Dewasa 2-4 mg sehari

4. Vit. C (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 722-724)


Komposisi : Asam Askorbat 50 mg
Indikasi : Untuk pencegahan dan pengobatan skorbut
Dosis : Untuk bayi 35 mg dan meningkat sampai kira-kira
60 Mg pada dewasa. Pada masa hamil dan laktasi
diperlukan tambahan vit.C 10-25 mg/hari.

5. Vit. B12 (Farmakologi dan Terapi edisi IV, Hal. 742-744)


Komposisi : Sianokobalamin
Indikasi : Untuk mengatasi defisiensi vit. B12 misalnya
anemia pernisiosa
Dosis : Untuk penderita anemia pernisiosa, pada awal
terapi hanya dibutuhkan 100 mcg sehari parental
selama 5-10 hari. Kemudian terapi penunjang
dilakukan dengan memberikan dosis penunjang
100-200 mcg sebulan sekali.Pemberian dosis
penunjang tiap bulan inipenting sebab retensi
vit.B12 terbatas, walaupun diberikan dosis sampai
1000 mcg.
6. Gentamisin (ISO INDONESIA VOL.49, HAL.340)
Komposisi : Gentamisinsulfat 0,1 %
Indikasi : Infeksi supervisial topical pada kulit
Dosis : Menurut petunjuk dokter, umumnya 3 kali sehari
Dioleskan pada bagian yang sakit.
2.4 FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT
1. Kondisi tangan yang berkeringat
2. Perhitungan resep yang kurang teliti
3. Bahan-bahan obat yang mudah menguap
4. pengisian kapsul yang kurang hati-hati.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah saya dapat mengetahui cara pembuatan
dan peracikan kapsul dan pulveres dan bagaimana cara memasukkan serbuk
ke dalam kapsul. Kemudian daripada itu , saya dapat mengambil poin-poin
penting yaitu :
1. Serbuk bagi ( pulveres ) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama , dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas
yang lain yang cocok
2. Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul keras atau
lunak. Cangkang kapsul terbuat dari gelatin dengan atau tanpa zat
tambahan lain. Kapsul harus memenuhi beberapa syarat, yaitu
keseragamaan bobot, waktu hancur, dan penyimpanan.
3. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai
4. Ada beberapa factor yang mempengaruhi kinerja selama pembuatan
serbuk dan kapsul yaitu kondisi tangan yang berkeringat/basah, kurangnya
ketelitian dalam membaca resep obat, dan bahan-bahan obat yang mudah
menguap.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,. 1995. Farmakope Indonesia,


Edisi IV, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,. 1995. Farmakope Indonesia,


Edisi III, Jakarta.

Prof. Moh. Anief, Apt., 1997. Ilmu Meracik Obat – Teori dan Praktik. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Prof. Dr. Mahar Mardjono., 2005, Farmakologi dan Terapi, edisi IV,
130-744, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta

Prof. Dr. Midian Sirait, Apt., 2014. ISO INDONESIA VOL. 49. Isfi
Penerbitan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai