PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU
DOSEN PENGAMPU :
Suci Alvianita, S.Kom.,M.Kom
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
RAYU ZATDRA (2006111573)
REHANA SALSABILA (2006110417)
RIDHA AMALIA (2006124687)
RIKA ANGGELIA WATAN (2006135317)
RIZKY RAMADHONI (2006112547)
SALWA ZANURA ALIDRUS (2006124675)
SRI ANGGUN (2006110895)
SRI LESTARI (2006135361)
SYAHPUTRA (2006110899)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Pendidikan Pancasila ini tepat pada waktunya.
Dengan segala keterbatasan yang ada, kami telah berusaha dengan segala
daya dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwasanya
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Atas kritik dan saran nya kami mengucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Konsep Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu.........................3
2.2 Pentingnya Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu.............................4
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis, dan Politis Pancasila sebagai
Pengembangan Ilmu.............................................................................................5
2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila menjadi Dasar Pengembangan Ilmu.....8
2.5 Esensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu untuk Masa
Depan....................................................................................................................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila adalah suatu kesatuan yang majemuk tunggal, setiap sila tidak dapat
berdiri sendiri terlepas dari sila lainnya, diantara sila satu dan lainnya tidak saling
bertentangan. Inti dan isi Pancasila adalah manusia monopluralis yang memiliki
unsur-unsur susunan kodrat (jasmani–rohani), sifat kodrat (individu-makhluk
sosial), kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri, yaitu makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Namun, tidak ada jaminan bahwa aturan main itu akan terus ditaati dalam
perjalanan pengembangan iptek itu sendiri. Sebab ketika iptek terus berkembang,
aturan main seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak terjadi
kesenjangan antara pengembangan iptek dan aturan main. Pengertian keempat
yang menempatkan bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya
dan ideologi bangsa Indonesia sendiri sebagai proses indegenisasi ilmu
mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di Indonesia. Untuk
itu, diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di kalangan
intelektual Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu menjadi bahan
pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil. (Dikti, 2016)
4
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Yuridis, dan Politis Pancasila sebagai
Pengembangan Ilmu
1. Sumber Historis Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Di Indonesia Sumber historis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu di Indonesia dapat ditelusuri pada awalnya dalam dokumen negara, yaitu
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu belum banyak dibicarakan pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini
dapat dimaklumi, mengingat para pendiri negara yang juga termasuk cerdik
cendekia atau intelektual bangsa Indonesia pada masa itu mencurahkan tenaga dan
pemikirannya untuk membangun bangsa dan negara.
Menurut Prof. Dr. M. Sastrapratedja dalam artikelnya yang berjudul,
Pancasila sebagai Orientasi Pembangunan Bangsa dan Pengembangan Etika Ilmu
Pengetahuan menegaskan ada dua peran Pancasila dalam pengembangan iptek,
yaitu pertama, Pancasila merupakan landasan dari kebijakan pengembangan ilmu
pengetahuan, yang kedua, Pancasila sebagai landasan dari etika ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Hal pertama yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai landasan
kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan mencakup lima hal sebagai berikut.
Pertama, bahwa pengembangan ilmu pengetahuan harus menghormati keyakinan
religius masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu yang tidak sejalan dengan
keyakinan religious, tetapi tidak harus dipertentangkan karena keduanya
mempunyai logika sendiri. Kedua, ilmu pengetahuan ditujukan bagi
pengembangan kemanusiaan dan dituntun oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan
kemanusiaan. Ketiga, iptek merupakan unsur yang “menghomogenisasikan”
budaya sehingga merupakan unsur yang mempersatukan dan memungkinkan
komunikasi antarmasyarakat. Membangun penguasaan iptek melalui sistem
pendidikan merupakan sarana memperkokoh kesatuan dan membangun identitas
nasional. Keempat, prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan iptek
harus merata ke semua masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan seluruh
masyarakat. Kelima, kesenjangan dalam penguasaan iptek harus dipersempit terus
5
menerus sehingga semakin merata, sebagai konsekuensi prinsip keadilan sosial
(Sastrapratedja, 2006: 52-53).
Hal kedua yang meletakkan Pancasila sebagai landasan etika
pengembangan iptek dapat dirinci sebagai berikut. (1) Pengembangan iptek
terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu menghormati martabat
manusia, misalnya dalam rekayasa genetik; (2) iptek haruslah meningkatkan
kualitas hidup manusia, baik sekarang maupun di masa depan; (3) pengembangan
iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas manusia, baik lokal, nasional
maupun global (4) iptek harus terbuka untuk masyarakat; lebih-lebih yang
memiliki dampak langsung kepada kondisi hidup masyarakat; (5) iptek hendaknya
membantu penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil (Sastrapratedja, 2006:
53).
6
Hal ini membuktikan bahwa masyarakat peka terhadap isu-isu ketuhanan
dan kemanusiaan yang ada di balik pembangunan pusat tenaga nuklir tersebut. Isu
ketuhanan dikaitkan dengan dikesampingkannya martabat manusia sebagai hamba
Tuhan Yang Maha Esa dalam pembangunan iptek. Artinya, pembangunan fasilitas
teknologi acapkali tidak melibatkan peran serta masyarakat sekitar, padahal
apabila terjadi dampak negatif berupa kerusakan fasilitas teknologi, maka
masyarakat yang akan terkena langsung akibatnya. Masyarakat sudah menyadari
perannya sebagai makhluk hidup yang dikaruniai akal dan pertimbangan moral
sehingga kepekaan nurani menjadi sarana untuk bersikap resisten terhadap
kemungkinan buruk yang terjadi di balik pengembangan iptek. Masyarakat
terlebih peka terhadap isu kemanusiaan di balik pembangunan dan pengembangan
iptek karena dampak negatif pengembangan iptek, seperti limbah industri yang
merusak lingkungan, secara langsung mengusik kenyamanan hidup masyarakat.
7
2.4 Dinamika dan Tantangan Pancasila menjadi Dasar Pengembangan
Ilmu
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu
Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum dibicarakan secara eksplisit oleh
para penyelenggara negara sejak Orde Lama sampai era Reformasi. Para
penyelenggara negara pada umumnya hanya menyinggung masalah pentingnya
keterkaitan antara pengembangan ilmu dan dimensi kemanusiaan (humanism).
Kajian tentang Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu baru mendapat
perhatian yang lebih khusus dan eksplisit oleh kaum intelektual di beberapa
perguruan tinggi, khususnya Universitas Gadjah Mada 215 yang
menyelenggarakan Seminar Nasional tentang Pancasila sebagai pengembangan
ilmu, 1987 dan Simposium dan Sarasehan Nasional tentang Pancasila sebagai
Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Nasional, 2006. Namun pada
kurun waktu akhir-akhir ini, belum ada lagi suatu upaya untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kaitan dengan pengembangan
Iptek di Indonesia.
2. Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu
Ada beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai dasar
pengembangan iptek di Indonesia:
a. Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia, termasuk
Indonesia. Akibatnya, ruang bagi penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu menjadi terbatas. Upaya bagi pengembangan sistem ekonomi
Pancasila yang pernah dirintis Prof. Mubyarto pada 1980- an belum menemukan
wujud nyata yang dapat diandalkan untuk menangkal dan menyaingi sistem
ekonomi yang berorientasi pada pemilik modal besar.
b. Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsa Indonesia dalam
pengembangan iptek sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen
daripada produsen dibandingkan dengan negaranegara lain.
8
c. Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasar bagi produk
teknologi negara lain yang lebih maju ipteknya. Pancasila sebagai pengembangan
ilmu baru pada taraf wacana yang belum berada pada tingkat aplikasi kebijakan
negara.
d. Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability
(keberhasilan), satisfaction (kepuasan), dan result (hasil) (Titus, dkk., 1984)
mewarnai perilaku kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik
bersifat universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia.
Asas kemanusiaan atau humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap
manusia harus sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, yaitu memiliki
9
keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi, eksistensinya dihargai,
mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya, bekerja sesuai
kemampuannya yang tertinggi (Wahyudi, 2006: 65). Hakikat kodrat manusia yang
bersifat mono-pluralis, sebagaimana dikemukakan Notonagoro, yaitu terdiri atas
jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk individu dan sosial (sifat kodrat), dan
makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat) memerlukan keseimbangan agar
dapat menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.
10
lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dalam arti keuntungan perusahaan
sehingga cenderung mengabaikan kesejahteraan karyawan dan kelestarian
lingkungan. Situasi timpang ini disebabkan oleh pola kerja yang hanya
mementingkan kemajuan perusahaan. Pada akhirnya, pola tersebut dapat menjadi
pemicu aksi protes yang justru merugikan pihak perusahaan itu sendiri.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang
baik di negara ini. Di setiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan
untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti yang tercantum di sila ke dua
pada Pancasila, yaitu “Kemanusian yang adil dan beradab” sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat
berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir Pancasila masyarakat dapat bersikap
sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat maupun bangsa dan negara.
Etika adalah ilmu tentang apa yang bisa dilakukan atau ilmu tentang adat
kebiasaan. Sehingga jika seseorang ingin memiliki etika yang baik harus
dibiasakan untuk selalu melakukan kebiasaan yang baik sebab etika dapat
terbentuk melalui kebiasaan yang sering dilakukan seseorang. Jadi, jika seseorang
selalu melakukan kebiasaan yang baik maka akan ragu untuk melakukan kegitan
yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
3.2 Saran
Indonesia sebagai masyarakat yang warganya menganut ideologi pancasila
sudah seharusnya menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai
dasar dan pijakan serta nilai-nilai Pancasila senantiasa harus diamalkan dalam
setiap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Agar tercipta
persatuan dan kesatuan antar warga Indonesia.
Etika, norma, nilai dan moral harus senantiasa diterapkan dalam bersikap dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku yang sesuai
dengan adat, budaya dan karakter bangsa Indonesia.
12
DAFTAR PUSTAKA
13