4733 4899 1 PB
4733 4899 1 PB
Joko Sayono
Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Malang
Abstract. Teaching of history has been conducted by bad images for along time. The
images of history teaching are as recalling, not interesting, unpleasant, and boring lesson.
Based on reasoning of urgent role of history lesson as nation character building for
students, there is need to change this condition. Mind set of teacher as responsible actor
has to be changed from pragmatic to idealist paradigm. History teaching process has to be
shifted form the orientation of curriculum material finishing to the real goal attainment,
that is the arising of historical consciousness for students.
nyangkut posisi materi sejarah dalam mapel teoretik tersendiri, dalam konteks ini se-
IPS, dan masalah teknis menyangkut per- benarnya hubungan dengan sejarah menjadi
soalah guru pengajar dan pembagian waktu jelas yakni sejarah sebagai salah satu
jam belajar. Dua masalah ini akan disajikan penopang keberadaan IPS. IPS sebagai
dalam paparan tersendiri. Di tingkat SMA bidang studi yang mengemban peran
dan SMK, persolan akademis dan teknis pendidikan kewarganegaraan mau tidak
tidak serumit di tingkat SD dan SMP. mau harus melibatkan sejarah. Bagaimana
Keluhan yang selama ini terdengar lebih mungkin mengenalkan identitas kebangsaan
pada persoalan teknis, yakni jumlah waktu dan kenegaraan tanpa belajar sejarah
pelajaran yang diberikan untuk mapel sejarah nasional. Persoalannya adalah materi sejarah
tidak sama antara satu jurusan dengan begitu banyak dan luas dalam rentang waktu
jurusan lain, sementara materi yang harus yang begitu panjang, apa yang seharusnya
diselesaikan tidak berbeda jauh. dikaji di tingkat SD dan SMP. Materi sejarah
dalam IPS di SD mulai kelas 2 semester 1,
Posisi Materi Sejarah dalam IPS dengan subtansi memperkenalkan life history
Persoalan akademis yang pertama adalah dengan tema sejarah keluarga. Kelas 3
hubungan sejarah dengan IPS, persoalan semester 2 ada materi sejarah uang, kelas 4
kedua adalah bagaimana bentuk intergrasi semester 1 ada dua materi yang cukup
materi sejarah dengan mata pelajaran yang banyak yakni 1) peninggalan sejarah lokal (di
tergabung dalam IPS yakni geografi, sekitar kabpaten dan propinsi) dan upaya
ekonomi, dan sosiologi. IPS adalah bidang pelestariannya, 2) meneladani kepahlawanan
studi yang menggunakan materi tertentu dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungan-
dalam ilmu-ilmu sosial secara terintegrasi nya. Kelas 5 semester 1 bahkan materi sangat
untuk kepentingan pendidikan. Tujuan IPS luas yakni sejarah Hindu-Budha dan Islam
adalah memberikan wawasan pengetahuan serta mengenal tokoh-tokohnya. Kelas 5
kepada siswa agar dapat menjadi warga semester 2 mapel IPS diisi hanya dengan
Negara yang baik dan cerdas, memahami dan materi sejarah, dari perjuangan zaman
mampu menjalankan hak dan kewajiban Belanda, kemerdekaan, hingga perjuangan
sebagai warga Negara. Kerangka dasar mempertahankan kemerdekaan. Kelas 6 tidak
IPS meliputi tiga unsur yakni sebagai ada lagi materi sejarah dalam mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan, sebagai dasar IPS.
pengenalan ilmu-imu sosial, dan sebagai cara Di SMP materi sejarah muncul pada
mengenalkan siswa pada persoalan riil yang kelas VII semester dua dengan 3 KD yang
ada disekitar kehidupannya. Materi sejarah berisi materi pengulangan tentang per-
hanya memiliki keterkaitan langsung dengan kembangan Hindu-Budha dan Islam, di-
unsur yang pertama, dengan unsur yang tambah satu KD tentang perkembangan
kedua masih menjadi perdebatan karena masyarakat , kebudayaan, dan pemerintahan
sejarah lebih condong untuk dimasukan colonial Eropa. Kelas VIII semester 1 materi
dalam rumpun ilmu humaniora. Keterkaitan sejarah berisi perkembangan kolonialisme
dengan unsur yang ketiga bahkan sering dan imperialisme, serta pergerakan nasional.
ditolak karena ketidakpahaman tentang Semester 2 berisi tentang perisristiwa sekitar
sejarah, sejarah dianggap hanya menggarap Proklamasi, persiapan poklamasi hingga
kajian masa lalu dan “sulit” untuk dikaitkan terbentuknya NKRI. Pada Kelas IX semester
dengan kehidupan riil siswa. 1 membahas Perang Dunia 2 dan dampaknya
IPS sebagai bidang studi memang di berbagai bidang, pada semester 2 mem-
tidak memiliki landasan rancang bangun bahas pembebasan Irian Barat (Papua),
Joko Sayono, Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis 11
berbagai pemberontakan dalam negeri, dan narik, membosankan, dan kurang menantang
diakhiri dengan membahas berakhirnya siswa.
pemerintahan Orde Baru dan lahirnya Di sisi lain persoalan jumlah alokasi
reformasi. waktu pelajaran juga menimbulkan masalah,
Materi sejarah dalam mata pelajaran di SD dengan 3 jam tatap muka perminggu
IPS di SD dan SMP begitu luasnya, dan jelas sangat kurang, tetapi relatif dapat
dipelajari secara terpisah dengan materi lain teratasi karena adanya sistem guru kelas
dalam IPS seperti ekonomi, geografi, dan memungkinkan untuk bersikap luwes dalam
sosiolog, Ada ketidakjelasan bagaimana pengaturan waktunya. Di SMP, pihak
hubungan sejarah dengan ekonomi, geografi, sekolah mengambil kebijakan yang berbeda-
dan sosiologi. IPS dalam kenyataannya tidak beda. Bagi SMP yang memberlakukan
menjadi social studies, tetapi menjadi mapel IPS 1 persoalan guru tentang waktu
kordinator 4 mapel yang ada di dalamnya. dapat teratasi secara teknis, karena guru
Bahkan yang paling tragis IPS adalah nilai mapel IPS yang akan membuat pembagian
gabungan 4 pelajaran atau tiga pelajaran waktu sendiri, kapan ekonomi, kapan sejarah,
yang kemudian dicari rata-ratanya, artinya kapan geografi, kapan sosiologi, jadi seperti
nilai IPS bukannya gambaran tentang guru di SD. Guru bahkan tidak peduli
kertercapaian kompetensi yang diharapkan waktunya cukup atau tidak, yang penting
akan tetapi nilai mapel ekonomi, nilai mapel seluruh IPS dapat tersajikan sesuai tuntutan
sejarah, dan nilai mapel geografi, digabung KD, sajiannya berdasarkan urutan tampilan
kemudian dibagi 3. Kondisi seperti ini jelas KD. Alokasi waktu satu semester langsung
tidak memberikan peluang untuk men- dibagi KD yang ada, sehingga setiap KD
ciptakan pembelajaran sejarah yang ideal, dapat jatah alokasi berapa kali tatap muka,
posisi materi sejarah sebagai salah satu unsur maka itulah yang dilaksanakan. Sering tidak
atau bidang ilmu dari mapel IPS kurang dipedulikan apakah waktunya mencukupi
memungkinkan untuk mencapai hasil pem- untuk cakupan ruang lingkup materi.
belajaran secara ideal. Pada SMA, persoalan teknis pem-
Masalah teknis pembelajaran yang belajaran sejarah yang dihadapi relatif lebih
terpenting adalah tidak semua guru IPS sederhana karena mata pelajaran sejarah
memiliki pendidikan dan pengetahuan berdiri sendiri. Muncul persoalan teknis pada
sejarah yang memadai. Di lapangan me- jurusan IPA yang hanya memiliki alokasi
nunjukkan, terutama di SMP guru mapel IPS waktu 1 jam tatap (45 menit) perminggu,
berasal dari guru yang memiliki latar walaupun materi sudah disederhanakan tetap
pendidikan ekonomi, geografi, dan sejarah. saja menyulitkan. Di berbagai kesempatan
Dapat dibayangkan sebenarnya dampak bertemu guru mapel sejarah, alokasi waktu
akademis yang muncul akibat persoalan untuk jurusan IPA selalu dikeluhkan.
teknis ini, ketika seorang guru dengan latar Terlepas dari semua kondisi se-
belakang ekonomi atau geografi harus bagaimana tersebut di atas, ada satu per-
mendampingi atau menyajikan pembelajaran soalan yang mungkin tidak disadari oleh para
sejarah. Guru hanya dalam posisi lebih guru di lapangan, atau disadari tetapi tidak
dahulu belajar sekian jam sebelum men- dapat berbuat apapun. Masalah tersebut
dampingi siswa belajar sejarah, hasilnya adalah orientasi tentang tujuan pembelajaran
sudah dapat diduga, terciptanya situasi sejarah. Pembelajaran sejarah yang terjadi
pembelajaran yang semakin memperkuat dewasa ini lebih berorientasi pada penguasa-
image bahwa pelajaran sejarah tidak me- an pengetahuan sebagaimana tuntutan SK
dan KD. Guru berusaha dengan keras
12 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013
menyelesaikan seluruh materi yang harus sejarah juga memberikan pencerahan untuk
dipelajari siswa, terlepas apakah tujuan kreatif menyusun kehidupan masa depan
belajar sejarah yang sebenarnya sudah yang lebih menjanjikan.
tercapai oleh siswa atau belum. Ketika siswa
sudah mencapai nilai diatas KKM (Kriteria Pembelajaran Sejarah yang Ideal
Ketuntasan Minimal) maka sudah dianggap Tujuan utama belajar sejarah
berhasil. Salah satu cara yang ditempuh adalah menjadikan seseorang bijaksana
guru adalah dengan mengoptimalkan peng- (Kartodirdjo, 1992; Kuntowijoyo, 1995).
gunaan LKS dalam proses pembelajaran. Belajar sejarah merupakan pintu untuk
Pemanfaatan media pembelajaran walaupun memelajari dan menemukan hikmah terhadap
diketahui perannya sangat penting, belum apa yang sudah terjadi. Belajar sejarah
banyak dilakukan. Ceramah dan tanya jawab adalah belajar tentang kemanusiaan dalam
merupakan metode yang dominan di- segala aspeknya. Belajar sejarah akan
laksanakan, metode yang tergolong dalam melahirkan kesadaran tentang hakekat per-
cooperative learning memang sudah di- kembangan budaya dan peradaban manusia,
praktekkan akan tetapi pelaksanaannya tetap hasil belajar inilah yang kemudian dikenal
mengacu pada bagaimana siswa dapat sebagai kesadaran sejarah (historical
menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya consciousness). Jadi tujuan belajar sejarah
sesuai tuntutan SK dan KD. salah satunya adalah melahirkan kesadaran
Sertifikasi Guru adalah faktor sejarah. Dengan demikian, proses pem-
ekstern di luar sistem pembelajaran yang ikut belajaran sejarah di sekolah juga harus
berperan dalam menciptakan situasi pem- didorong untuk menciptakan situasi yang
belajaran seperti yang tergambarkan di atas, dapat menumbuhkembangkan kesadaran
faktor ini memang baru tahun belakangan sejarah. Dalam dokumen kurikulum pendi-
muncul akan tetapi semakin mendorong dikan nasional, tujuan mata pelajaran sejarah
sulitnya mengubah kondisi pembelajaran dijabarkan dengan rinci, ironisnya tujuan ini
sejarah ke arah yang lebih baik (mendekati seolah hanya menjadi referensi. Mata
ideal). Guru yang sudah tersertifikasi di- pelajaran Sejarah bertujuan agar peserta
persyaratkan untuk mengajar 24 jam tatap didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
muka perminggu, dengan beban mengajar 1. Membangun kesadaran peserta didik
sebanyak itu masih ditambah dengan tugas tentang pentingnya waktu dan tempat
lain seperti wali kelas, pendamping ekstra yang merupakan sebuah proses dari
kurikuler, atau menjadi panitia dalam masa lampau, masa kini, dan masa
aktifitas sekolah dipastikan guru akan ke- depan
kurangan tenaga dan waktu untuk mem- 2. Melatih daya kritis peserta didik
persiapkan pembelajaran sebaik mungkin. untuk memahami fakta sejarah secara
Belajar sejarah melalui pembelajaran sejarah benar dengan didasarkan pada
di sekolah sepertinya jauh dari harapan. pendekatan ilmiah dan metodologi
Siswa barangkali memiliki pengetahuan keilmuan
sejarah karena nilai mapel sejarah di atas 3. Menumbuhkan apresiasi dan
nilai KKM, akan tetapi belajar sejarah tidak penghargaan peserta didik terhadap
sekedar memiliki pengetahuan sejarah namun peninggalan sejarah sebagai bukti
bagaimana pengetahuan sejarah itu dapat peradaban bangsa Indonesia di masa
memandunya untuk berpikir dan bersikap lampau
dalam menghadapi berbagai persoalan yang 4. Menumbuhkan pemahaman peserta
ada di sekitar kehidupannya. Pengetahuan didik terhadap proses terbentuknya
Joko Sayono, Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis 13
mengerti bahwa pembelajaran yang selama yang ada menyarankan antara 28 siswa
ini dilakukan adalah behavioristik. Model sampai 32 siswa pada setiap kelas, akan
pembelajaran yang menekankan pada tetapi dewasa ini baru sekolah-sekolah negeri
pemrosesan informasi (Joyce & Emily, 2009; yang melaksanakan, itupun tidak semuanya.
lihat juga Medsker & Holdsworth, 2001) Banyaknya siswa di setiap kelas akan me-
mestinya diperkuat pemahamannya dan nyulitkan guru dalam melaksanakan model-
dipraktekan karena belajar sejarah terkait erat model pembelajaran yang mengembangkan
dengan penerimaan informasi. ranah afektif, guru akan kesulitan melakukan
Aspek lain adalah tersedianya pengelolaan kelas dengan baik.
fasilitas yang memadai. Konsep ruang Pembelajaran sejarah di sekolah
sejarah (history room) sudah lama dikemu- yang ideal sebagai bentuk proses pengem-
kakan (Cooper, 1992) akan tetapi sampai bangan kapasitas berpikir, dan pengem-
KTSP wajib dijalankan pada tahun 2009 bangan sikap serta kepribadian memang
tidak semua sekolah memiliki ruang sejarah. tidak mudah dilaksanakan di SD dan SMP
Bahkan, konsep tentang ruang sejarah seperti karena mapel sejarah hanya bagian dari
apa juga belum banyak yang mengerti. bidang studi IPS. Namun demikian. dalam
Sekolah yang telah melaksanakan moving batas tertentu dapat diciptakan sebuah situasi
class, memang telah memiliki ruang sejarah, yang memfasilitasi siswa SD dan SMP
akan keberadaanaya masih banyak yang untuk mempelajari sejarah dengan baik. Guru
sekedar label di depan ruang. Isi dan kegiatan mapel sejarah di tingkat SD dan SMP,
di dalamnya sama sekali belum banyak disamping harus menguasai materi juga
mencerminkan ruang sejarah sebagaimana dituntut menguasai model-model pem-
seharusnya. Proses pembelajaran sejarah belajaran yang menyenangkan dan inspiratif.
memang berlangsung di ruang tersebut, akan Kehadiran media audio visual dalam
tetapi belum menunjukkan aktifitas belajar pembelajaran sejarah akan sangat me-
sejarah menarik, kreatif dan inspiratif. Ruang motivasi siswa untuk mengembangkan rasa
sejarah masih berisi jajaran bangku dan kursi ingin tahu lebih jauh. Untuk tingkat SMA,
belajar yang diatur seperti pada kelas biasa. pembelajaran sejarah yang ideal dapat
Walaupun dinding ruangan telah diisi dengan disiapkan dengan lebih baik, terutama
berbagai gambar atau foto pahlawan dan untuk jurusan IPS yang memiliki waktu
peristiwa sejarah, tetapi sepenuhnya belum cukup longgar yakni 3 jam perminggunya.
dipergunakan secara maksimal. Beberapa Mapel sejarah sebagai cara pengembangan
sekolah sudah melengkapi ruang sejarah kapasitas berpikir dan pengembangan sikap
dengan Komputer, LCD, VCD, dan TV, serta kepribadian memerlukan model-model
tetapi guru sering terbentur pada terbatasnya pembelajaran yang menantang seperti pem-
bahan-bahan yang akan disajikan Jika hal belajaran berbasis masalah, inquiry,
ini dapat dilengkapi maka belajar sejarah discovery, atau tugas penelitian sejarah.
sebagai bentuk pengembaraan intelektual Kehadiran media audio visual tentu saja
(Soedjatmoko, 1995) pada masa lalu akan masih diperlukan, terutama film-film
dapat diwujudkan. dokumenter yang dapat menggugah sisi
Kebijakan Kemendiknas atau ke- kemanusiaan lebih dalam (Formwalt, 2002).
bijakan sekolah tentang jumlah siswa yang Intinya bahwa pembelajaran sejarah yang
ada pada setiap kelas merupakan aspek ideal di sekolah adalah terfasilitasinya siswa
berikutnya. Dalam Standar Proses jumlah untuk dapat tumbuh dan berkembangnya
siswa setiap kelas maksimal 34 orang, itupun kesadaran sejarah siswa, yakni sebuah
pada sekolah-sekolah tertentu. Ketentuan kemampuan siswa menggunakan peristiwa
16 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013
sejarah untuk dasar berpikir dan pengam- nya, bagaimana memraktekan pem-
bilan keputusan yang memengaruhi kehi- belajaran yang bertujuan mem-
dupannya sehari-hari. Pembelajaran sejarah bangkitkan kesadaran sebagaimana
yang ideal adalah ketika siswa dapat ditulis Eric Jensen dan Le Ann
menemukan nilai dan makna sebuah Nicklesen (2011).
peristiwa lalu yang dapat dipergunakan untuk 3. Meningkatkan ketrampilan guru
memahami apa yang terjadi sekarang, dan dalam mengadopsi perkembangan
menyiapkan masa depan yang lebih baik. ipteks, terutama Teknoligi IT di
bidang pendidikan.
Langkah-Langkah yang Perlu Dilakukan Perkembangan ipteks terutama tek-
Persoalan yang menghadang di nologi informatika dan komunukasi
depan mata adalah bagaimana membawa amat sangat cepat, guru harus
kondisi pembelajaran sejarah sekarang ini mampu melaksanakan pengetahuan
menuju pembelajaran sejarah yang ideal. ini untuk dunia pendidikan, di-
Dengan berpijak pada data-data empiris samping sebagai media kehadiran IT
pembelajaran sejarah dewasa ini maka dapat menjadi sangat urgen dalam pem-
diambil langkah-langkah strategis yang balajaran sejarah.
dapat mengarah pada terciptana pem- 4. Menyiapkan bahan ajar yang tidak
belajaran sejarah yang ideal di sekolah- hanya menekankan aspek penge-
sekolah. Langkah-langkah strategis yang tahuan tetapi juga aspek sikap.
ditawarkan adalah sebagai berikut: Bahan ajar sebagai unsur pentig
1. Melakukan peningkatan kemampuan dalam menyampaikan materi pela-
akademis jaran, menjadi sangat vital kedudu-
Kegiatan ini terutama sangat perlu kannya dalam mefasilitasi siswa
dilakukan bagi guru-guru IPS SD belajar. Untuk tingkat SMA tidak
dan SMP yang tidak atau belum menjadi masalah , tetapi untuk anak
memiliki sertifikasi pendidikan SD dan SMP melahirkan persolanan-
sejarah. Bagi guru-guru yang berasal nya sendiri.
dari pendidikan sejarah perlu di 5. Pengadaan media audio visual yang
lakukan penyegaran berupa pen- lebih representatif,
dalaman materi yang ada dalam Untuk dapat belajar sejarah sebaik-
tuntutan kurikulum. Kegiatan ini nya disiapkan ruang sejarah yang
terutama untuk terus menyadarkan memungkinkan siswa untuk belajar
guru bahwa mapel sejarah bukan secara mandiri. Keberadaan ruang ini
hanya aspek pengetahuan tetapi juga juga akan membantu guru dalam
aspek sikap. melakasnakan pembelajaran. Jika
2. Mengembangkan kemampuan di ruang sejarah tidak memngkinkan
daktik metodik maka media audio visual sepert
Kegiatan ini berupa pelathan atau VCD dan tape recorder harus
workshop yang membahas bagaima- diupayakan ada. Laptop dan VCD
na melaksanakan proses pem- dewasa ini merupakan kelengkapan
belajaran dengan model atau strategi kelas yang sudah banyak diperguna-
yang tepat. Terutama ketika terjadi kan.
perubahan kurikulum, maka guru
harus diberi bekal untuk melaksana-
kan prses pembelajarannya. Misal-
Joko Sayono, Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis 17