Anda di halaman 1dari 9

Joko Sayono, Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis 9

PEMBELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH:


DARI PRAGMATIS KE IDEALIS

Joko Sayono
Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Malang

Abstract. Teaching of history has been conducted by bad images for along time. The
images of history teaching are as recalling, not interesting, unpleasant, and boring lesson.
Based on reasoning of urgent role of history lesson as nation character building for
students, there is need to change this condition. Mind set of teacher as responsible actor
has to be changed from pragmatic to idealist paradigm. History teaching process has to be
shifted form the orientation of curriculum material finishing to the real goal attainment,
that is the arising of historical consciousness for students.

Key Words: Teaching of History, image, mind set, historical consciousness.

Persoalan klasik pembelajaran sejarah di bukan jaminan gambaran kemampuan yang


sekolah adalah adanya image yang sangat sesungguhnya.
kuat di kalangan siswa bahwa mata pelajaran Pertanyaannya adalah mengapa
sejarah adalah mata pelajaran yang bersifat image tersebut berkembang, walaupun di
hafalan, kurang menarik, dan membosankan. ranah kebijakan telah terjadi berkali-kali
Entah mulai kapan image ini muncul, sejak perubahan kurikulum. Apakah hal ini berarti
penulis menjadi mahasiswa 30 tahun lalu bahwa perubahan kurikulum tidak dapat
banyak skripsi dan tesis tentang pendidikan memengaruhi atau mendorong terjadinya
sejarah ditulis mahasiswa dengan latar perubahan dalam pembelajaran mata
belakang image tersebut. Selama ini penulis pelajaran sejarah. Tulisan ini memberikan
belum menemukan ada penelitian yang gambaran bagaimana hal ini dapat terjadi,
mengaji image tersebut dengan memuaskan, dan menawarkan konsep solusi apa yang
tetapi image tersebut terus menggelinding sebaiknya dilakukan. Tujuannya membantu
dari waktu ke waktu seolah tanpa dapat guru dan siswa agar dapat melaksanakan
dihentikan oleh siapapun (Kasim, 1992). pembelajaran ke arah yang lebih baik.
Bagaimana kondisi sebenarnya? Image
tersebut tentu saja ada benarnya dan ada Pembelajaran Sejarah di Sekolah Dewasa
salahnya. Image tersebut benar, setidaknya Ini*
dari indikasi rendahnya partisipasi siswa Posisi pembelajaran sejarah di
dalam proses pembelajaran, atau dari banyak sekolah berbeda-beda, untuk tingkat SD dan
guru yang menggunakan metode ceramah SMP pembelajaran sejarah masuk dalam
bervariasi tanya jawab (informasi dan mata pelajaran IPS, untuk SMA berdiri
dokumen dari guru yang diperoleh tiga tahun sendiri sebagai mata pelajaran, dan untuk
terakhir). Image tersebut salah karena belum SMK bergabung dengan mata pelajaran PKn.
ada data empiris yang meyakinkan tentang Posisi ini memang sangat memengaruhi
hal ini. Apalagi jika menggunakan data performansi pembelajaran sejarah di sekolah.
normatif bahwa setiap kali kenaikan kelas Di tingkat SD dan SMP karena tidak berdiri
hampir semua siswa dapat melampaui nilai sendiri, mata pelajaran sejarah harus
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), menyesuaikan dengan persoalan subtansi
walaupun sangat diyakini bahwa nilai KKM akademis dan teknis yang tidak mungkin
dihindari. Masalah subtansi akademis me-
10 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

nyangkut posisi materi sejarah dalam mapel teoretik tersendiri, dalam konteks ini se-
IPS, dan masalah teknis menyangkut per- benarnya hubungan dengan sejarah menjadi
soalah guru pengajar dan pembagian waktu jelas yakni sejarah sebagai salah satu
jam belajar. Dua masalah ini akan disajikan penopang keberadaan IPS. IPS sebagai
dalam paparan tersendiri. Di tingkat SMA bidang studi yang mengemban peran
dan SMK, persolan akademis dan teknis pendidikan kewarganegaraan mau tidak
tidak serumit di tingkat SD dan SMP. mau harus melibatkan sejarah. Bagaimana
Keluhan yang selama ini terdengar lebih mungkin mengenalkan identitas kebangsaan
pada persoalan teknis, yakni jumlah waktu dan kenegaraan tanpa belajar sejarah
pelajaran yang diberikan untuk mapel sejarah nasional. Persoalannya adalah materi sejarah
tidak sama antara satu jurusan dengan begitu banyak dan luas dalam rentang waktu
jurusan lain, sementara materi yang harus yang begitu panjang, apa yang seharusnya
diselesaikan tidak berbeda jauh. dikaji di tingkat SD dan SMP. Materi sejarah
dalam IPS di SD mulai kelas 2 semester 1,
Posisi Materi Sejarah dalam IPS dengan subtansi memperkenalkan life history
Persoalan akademis yang pertama adalah dengan tema sejarah keluarga. Kelas 3
hubungan sejarah dengan IPS, persoalan semester 2 ada materi sejarah uang, kelas 4
kedua adalah bagaimana bentuk intergrasi semester 1 ada dua materi yang cukup
materi sejarah dengan mata pelajaran yang banyak yakni 1) peninggalan sejarah lokal (di
tergabung dalam IPS yakni geografi, sekitar kabpaten dan propinsi) dan upaya
ekonomi, dan sosiologi. IPS adalah bidang pelestariannya, 2) meneladani kepahlawanan
studi yang menggunakan materi tertentu dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungan-
dalam ilmu-ilmu sosial secara terintegrasi nya. Kelas 5 semester 1 bahkan materi sangat
untuk kepentingan pendidikan. Tujuan IPS luas yakni sejarah Hindu-Budha dan Islam
adalah memberikan wawasan pengetahuan serta mengenal tokoh-tokohnya. Kelas 5
kepada siswa agar dapat menjadi warga semester 2 mapel IPS diisi hanya dengan
Negara yang baik dan cerdas, memahami dan materi sejarah, dari perjuangan zaman
mampu menjalankan hak dan kewajiban Belanda, kemerdekaan, hingga perjuangan
sebagai warga Negara. Kerangka dasar mempertahankan kemerdekaan. Kelas 6 tidak
IPS meliputi tiga unsur yakni sebagai ada lagi materi sejarah dalam mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan, sebagai dasar IPS.
pengenalan ilmu-imu sosial, dan sebagai cara Di SMP materi sejarah muncul pada
mengenalkan siswa pada persoalan riil yang kelas VII semester dua dengan 3 KD yang
ada disekitar kehidupannya. Materi sejarah berisi materi pengulangan tentang per-
hanya memiliki keterkaitan langsung dengan kembangan Hindu-Budha dan Islam, di-
unsur yang pertama, dengan unsur yang tambah satu KD tentang perkembangan
kedua masih menjadi perdebatan karena masyarakat , kebudayaan, dan pemerintahan
sejarah lebih condong untuk dimasukan colonial Eropa. Kelas VIII semester 1 materi
dalam rumpun ilmu humaniora. Keterkaitan sejarah berisi perkembangan kolonialisme
dengan unsur yang ketiga bahkan sering dan imperialisme, serta pergerakan nasional.
ditolak karena ketidakpahaman tentang Semester 2 berisi tentang perisristiwa sekitar
sejarah, sejarah dianggap hanya menggarap Proklamasi, persiapan poklamasi hingga
kajian masa lalu dan “sulit” untuk dikaitkan terbentuknya NKRI. Pada Kelas IX semester
dengan kehidupan riil siswa. 1 membahas Perang Dunia 2 dan dampaknya
IPS sebagai bidang studi memang di berbagai bidang, pada semester 2 mem-
tidak memiliki landasan rancang bangun bahas pembebasan Irian Barat (Papua),
Joko Sayono, Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis 11

berbagai pemberontakan dalam negeri, dan narik, membosankan, dan kurang menantang
diakhiri dengan membahas berakhirnya siswa.
pemerintahan Orde Baru dan lahirnya Di sisi lain persoalan jumlah alokasi
reformasi. waktu pelajaran juga menimbulkan masalah,
Materi sejarah dalam mata pelajaran di SD dengan 3 jam tatap muka perminggu
IPS di SD dan SMP begitu luasnya, dan jelas sangat kurang, tetapi relatif dapat
dipelajari secara terpisah dengan materi lain teratasi karena adanya sistem guru kelas
dalam IPS seperti ekonomi, geografi, dan memungkinkan untuk bersikap luwes dalam
sosiolog, Ada ketidakjelasan bagaimana pengaturan waktunya. Di SMP, pihak
hubungan sejarah dengan ekonomi, geografi, sekolah mengambil kebijakan yang berbeda-
dan sosiologi. IPS dalam kenyataannya tidak beda. Bagi SMP yang memberlakukan
menjadi social studies, tetapi menjadi mapel IPS 1 persoalan guru tentang waktu
kordinator 4 mapel yang ada di dalamnya. dapat teratasi secara teknis, karena guru
Bahkan yang paling tragis IPS adalah nilai mapel IPS yang akan membuat pembagian
gabungan 4 pelajaran atau tiga pelajaran waktu sendiri, kapan ekonomi, kapan sejarah,
yang kemudian dicari rata-ratanya, artinya kapan geografi, kapan sosiologi, jadi seperti
nilai IPS bukannya gambaran tentang guru di SD. Guru bahkan tidak peduli
kertercapaian kompetensi yang diharapkan waktunya cukup atau tidak, yang penting
akan tetapi nilai mapel ekonomi, nilai mapel seluruh IPS dapat tersajikan sesuai tuntutan
sejarah, dan nilai mapel geografi, digabung KD, sajiannya berdasarkan urutan tampilan
kemudian dibagi 3. Kondisi seperti ini jelas KD. Alokasi waktu satu semester langsung
tidak memberikan peluang untuk men- dibagi KD yang ada, sehingga setiap KD
ciptakan pembelajaran sejarah yang ideal, dapat jatah alokasi berapa kali tatap muka,
posisi materi sejarah sebagai salah satu unsur maka itulah yang dilaksanakan. Sering tidak
atau bidang ilmu dari mapel IPS kurang dipedulikan apakah waktunya mencukupi
memungkinkan untuk mencapai hasil pem- untuk cakupan ruang lingkup materi.
belajaran secara ideal. Pada SMA, persoalan teknis pem-
Masalah teknis pembelajaran yang belajaran sejarah yang dihadapi relatif lebih
terpenting adalah tidak semua guru IPS sederhana karena mata pelajaran sejarah
memiliki pendidikan dan pengetahuan berdiri sendiri. Muncul persoalan teknis pada
sejarah yang memadai. Di lapangan me- jurusan IPA yang hanya memiliki alokasi
nunjukkan, terutama di SMP guru mapel IPS waktu 1 jam tatap (45 menit) perminggu,
berasal dari guru yang memiliki latar walaupun materi sudah disederhanakan tetap
pendidikan ekonomi, geografi, dan sejarah. saja menyulitkan. Di berbagai kesempatan
Dapat dibayangkan sebenarnya dampak bertemu guru mapel sejarah, alokasi waktu
akademis yang muncul akibat persoalan untuk jurusan IPA selalu dikeluhkan.
teknis ini, ketika seorang guru dengan latar Terlepas dari semua kondisi se-
belakang ekonomi atau geografi harus bagaimana tersebut di atas, ada satu per-
mendampingi atau menyajikan pembelajaran soalan yang mungkin tidak disadari oleh para
sejarah. Guru hanya dalam posisi lebih guru di lapangan, atau disadari tetapi tidak
dahulu belajar sekian jam sebelum men- dapat berbuat apapun. Masalah tersebut
dampingi siswa belajar sejarah, hasilnya adalah orientasi tentang tujuan pembelajaran
sudah dapat diduga, terciptanya situasi sejarah. Pembelajaran sejarah yang terjadi
pembelajaran yang semakin memperkuat dewasa ini lebih berorientasi pada penguasa-
image bahwa pelajaran sejarah tidak me- an pengetahuan sebagaimana tuntutan SK
dan KD. Guru berusaha dengan keras
12 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

menyelesaikan seluruh materi yang harus sejarah juga memberikan pencerahan untuk
dipelajari siswa, terlepas apakah tujuan kreatif menyusun kehidupan masa depan
belajar sejarah yang sebenarnya sudah yang lebih menjanjikan.
tercapai oleh siswa atau belum. Ketika siswa
sudah mencapai nilai diatas KKM (Kriteria Pembelajaran Sejarah yang Ideal
Ketuntasan Minimal) maka sudah dianggap Tujuan utama belajar sejarah
berhasil. Salah satu cara yang ditempuh adalah menjadikan seseorang bijaksana
guru adalah dengan mengoptimalkan peng- (Kartodirdjo, 1992; Kuntowijoyo, 1995).
gunaan LKS dalam proses pembelajaran. Belajar sejarah merupakan pintu untuk
Pemanfaatan media pembelajaran walaupun memelajari dan menemukan hikmah terhadap
diketahui perannya sangat penting, belum apa yang sudah terjadi. Belajar sejarah
banyak dilakukan. Ceramah dan tanya jawab adalah belajar tentang kemanusiaan dalam
merupakan metode yang dominan di- segala aspeknya. Belajar sejarah akan
laksanakan, metode yang tergolong dalam melahirkan kesadaran tentang hakekat per-
cooperative learning memang sudah di- kembangan budaya dan peradaban manusia,
praktekkan akan tetapi pelaksanaannya tetap hasil belajar inilah yang kemudian dikenal
mengacu pada bagaimana siswa dapat sebagai kesadaran sejarah (historical
menyerap pengetahuan sebanyak-banyaknya consciousness). Jadi tujuan belajar sejarah
sesuai tuntutan SK dan KD. salah satunya adalah melahirkan kesadaran
Sertifikasi Guru adalah faktor sejarah. Dengan demikian, proses pem-
ekstern di luar sistem pembelajaran yang ikut belajaran sejarah di sekolah juga harus
berperan dalam menciptakan situasi pem- didorong untuk menciptakan situasi yang
belajaran seperti yang tergambarkan di atas, dapat menumbuhkembangkan kesadaran
faktor ini memang baru tahun belakangan sejarah. Dalam dokumen kurikulum pendi-
muncul akan tetapi semakin mendorong dikan nasional, tujuan mata pelajaran sejarah
sulitnya mengubah kondisi pembelajaran dijabarkan dengan rinci, ironisnya tujuan ini
sejarah ke arah yang lebih baik (mendekati seolah hanya menjadi referensi. Mata
ideal). Guru yang sudah tersertifikasi di- pelajaran Sejarah bertujuan agar peserta
persyaratkan untuk mengajar 24 jam tatap didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
muka perminggu, dengan beban mengajar 1. Membangun kesadaran peserta didik
sebanyak itu masih ditambah dengan tugas tentang pentingnya waktu dan tempat
lain seperti wali kelas, pendamping ekstra yang merupakan sebuah proses dari
kurikuler, atau menjadi panitia dalam masa lampau, masa kini, dan masa
aktifitas sekolah dipastikan guru akan ke- depan
kurangan tenaga dan waktu untuk mem- 2. Melatih daya kritis peserta didik
persiapkan pembelajaran sebaik mungkin. untuk memahami fakta sejarah secara
Belajar sejarah melalui pembelajaran sejarah benar dengan didasarkan pada
di sekolah sepertinya jauh dari harapan. pendekatan ilmiah dan metodologi
Siswa barangkali memiliki pengetahuan keilmuan
sejarah karena nilai mapel sejarah di atas 3. Menumbuhkan apresiasi dan
nilai KKM, akan tetapi belajar sejarah tidak penghargaan peserta didik terhadap
sekedar memiliki pengetahuan sejarah namun peninggalan sejarah sebagai bukti
bagaimana pengetahuan sejarah itu dapat peradaban bangsa Indonesia di masa
memandunya untuk berpikir dan bersikap lampau
dalam menghadapi berbagai persoalan yang 4. Menumbuhkan pemahaman peserta
ada di sekitar kehidupannya. Pengetahuan didik terhadap proses terbentuknya
Joko Sayono, Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis 13

bangsa Indonesia melalui sejarah 5. berguna untuk menanamkan dan


yang panjang dan masih berproses mengembangkan sikap bertanggung
hingga masa kini dan masa yang jawab dalam memelihara keseim-
akan datang bangan dan kelestarian lingkungan
5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri hidup.
peserta didik sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang memiliki rasa Materi mapel sejarah yang ditetapkan
bangga dan cinta tanah air yang pemerintah sebenarnya cukup ideal,
dapat diimplementasikan dalam sayangnya penjabaran operasionalnya
berbagai bidang kehidupan baik masih perlu ditata. Dengan berdasar pada
nasional maupun internasional. tujuan dan mempertimbangkan apa yang
(Permendiknas, no 22 tahun 2006) dipelajari, setidaknya para guru dan
pihak terkait harus tergugah untuk
Tujuan yang telah diterapkan peme- mengambil langkah-langkah yang dapat
rintah boleh dikatakan merupakan menjamin tercapainya tujuan pembelajaan
tujuan ideal pembelajaran sejarah, sejarah sebagaimana yang disebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Artinya, harus diupayakan suatu proses
pemerintah telah menggariskan garis pembelajaran yang dapat menjamin
besar materi yang harus dipelajari tercapainya kompetensi dan tujuan yang
oleh siswa. Dalam Standar Kompe- diharapkan..
tensi Lulusan menyebutkan materi I Gde Widja (1978) memberi rambu-rambu
sejarah sebagai berikut: untuk proses pembelajaran sejarah di
1. Mengandung nilai-nilai kepahlawa- sekolah dengan menawarkan beberapa
nan, keteladanan, kepeloporan, pa- metode yang dapat dilaksanakan oleh
triotisme, nasionalisme, dan sema- guru, metode tersebut antara lain:
ngat pantang menyerah yang men- 1. Metode Reseptif: Ceramah,
dasari proses pembentukan watak bercerita, membaca, men-
dan kepribadian peserta didik; dengarkan radio/tape recorder,
2. memuat khasanah mengenai per- melihat film, slide atau model.
adaban bangsa-bangsa, termasuk Metode reseptif merupakan
peradaban bangsa Indonesia. Materi penyampaian informasi satu
tersebut merupakan bahan pendi- arah melalui cara-cara tertentu,
dikan yang mendasar bagi proses di mana pihak satu (Guru,
pembentukan dan penciptaan perada- pihak lain yang dapat memberi
ban bangsa Indonesia di masa depan; informasi seperti buku, film,
3. menanamkan kesadaran persatuan dsb.) sebagai pemberi infor-
dan persaudaraan serta solidaritas masi, dan murid sebagai pihak
untuk menjadi perekat bangsa dalam penerima.
menghadapi ancaman disintegrasi 2. Metode diskusi
bangsa; 3. Metode Discovery/Inquiry
4. sarat dengan ajaran moral dan 4. Metode Pengajaran Sejarah di
kearifan yang berguna dalam me- Luar Kelas (widya wisata
ngatasi krisis multidimensi yang dengan guide, widya wisata
dihadapi dalam kehidupan sehari- mandiri, perkemahan sejarah).
hari; 5. Simulasi dan sosiodrama
14 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

Menurut Kartodirdjo (1992) pem- pasti memiliki kemampuan akademis dengan


belajaran sejarah harus menggunakan pen- baik, akan tetapi setidaknya dia dididik untuk
dekatan lokosentris, yakni pembelajaran hal tersebut. Pada kemampuan akademis
sejarah dengan berpijak pada sejarah lokal. tersirat guru betul-betul memahami kharakter
Guru harus memahami prisnsip paralelisme setiap materi. 2) kemampuan didaktik
waktu dalam penyajikan peristiwa, dan juga metodik (paedagogis). Kemampuan didaktik
harus memahami sejarah lokal. Dengan metodik adalah kemampuan guru untuk
demikian, guru akan selalu menghubungkan melaksanakan pembelajaran sejarah. Salah
peristiwa nasional dengan peristiwa di daerah satu indikasi yang gampang dilihat adalah
tempat dia bertugas. Misal, ketika membahas legalitas dokumen pendidikan yang dimiliki,
Peristiwa Proklamasi, maka guru harus juga yakni dikeluarkan oleh lembaga yang
menjelaskan pada saat yang bersamaan di memiliki kewenangan untuk meratifikasi
daerah dia bertugas terjadi apa. Keterkaitan seseorang memiliki kemampuan didaktik
materi dan pembahasan akan melibatkan metodik bidang sejarah. Hal ini perlu
tidak hanya pikiran tetapi juga emosional, ditekankan, karena dokumen hasil Akta IV
sehingga akan melahirkan kesadaran adanya banyak dikeluarkan oleh bebagai lembaga
kesinambungan sejarah masa lalu dengan apa yang belum tentu mencerminkan kewe-
yang terjadi sekarang. nangan pemegangnya memiliki kemampuan
Pembelajaran sejarah yang ideal didaktik metodik di bidang sejarah.
adalah sebuah situasi yang memfasilitasi Para pemegang Akta IV memang
siswa agar dapat mencapai tujuan pem- memiliki pengetahuan didaktik metodik,
belajaran sejarah secara optimal. Situasi yang akan tetapi hanya secara umum saja. Padahal,
dapat memfasilitasi belajar sejarah dengan setiap mata pelajaran memiliki kekhasan
optimal terdiri atas berbagai aspek yang masing-masing, termasuk dalam hal ini
saling sinergi dan terintegrasi menciptakan didaktik metodik mapel sejarah. Dalam
dorongan dan motivasi pada siswa untuk kemampuan metodik didaktik tercermin guru
belajar sejarah. Aspek pertama yang perlu betul-betul memahami konsep pembelajaran
disebut adalah guru. Ssosok guru walaupun baik dalam kerangka teacher mediated
di era kemajuan teknologi kehadirannya instruction maupun dalam kerangka media
dapat digantikan, akan tetapi untuk pem- mediated instruction. 3) kemampuan untuk
belajaran sejarah tetap diperlukan. Guru tidak mengadopsi perkembangan ipteks yang
sekedar sebagai fasilitator yang memfasiliatsi terkait pendidikan dan pembelajaran. Ke-
terjadinya proses pembelajar, akan tetapi mampuan ini sangat diperlukan guru karena
guru adalah seorang desainer bagaimana kurikulum pendidikan selalu mengalami
proses pembelajaran itu harus dan semesti- perubahan secara berkala sesuai dengan
nya terjadi. Dalam konteks pembelajaran tuntutan zaman, jika tidak memiliki
sejarah yang ideal maka guru sejarah kemampuan untuk mengadopsi perkem-
haruslah memenuhi beberapa persyaratan. bangan ipteks maka yang terjadi seperti
Persyaratan guru sejarah antara lain: 1) harus sekarang ini. Banyak guru yang kesulitan
memiliki kemampuan akademis (dapat memahami apalagi menerapkan pergeseran
dibaca: menguasai materi). Kemampuan paradigm yang mendasari kurikulum,
akademis guru setidaknya diindikasikan oleh pergeseran dari behavioristik, kognitivistik,
latar belakang pendidikan yang berasal dari dan sekarang konstruktivistik hampir-hampir
jurusan sejarah atau pendidikan sejarah. tidak tersentuh noleh guru. Masih banyak
Tentu saja tidak dapat dijadikan jaminan guru yang tetap behavioristik, walaupun dia
bahwa seorang berlatar pendidikan sejarah sendiri mungkin tidak menyadari atau tidak
Joko Sayono, Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis 15

mengerti bahwa pembelajaran yang selama yang ada menyarankan antara 28 siswa
ini dilakukan adalah behavioristik. Model sampai 32 siswa pada setiap kelas, akan
pembelajaran yang menekankan pada tetapi dewasa ini baru sekolah-sekolah negeri
pemrosesan informasi (Joyce & Emily, 2009; yang melaksanakan, itupun tidak semuanya.
lihat juga Medsker & Holdsworth, 2001) Banyaknya siswa di setiap kelas akan me-
mestinya diperkuat pemahamannya dan nyulitkan guru dalam melaksanakan model-
dipraktekan karena belajar sejarah terkait erat model pembelajaran yang mengembangkan
dengan penerimaan informasi. ranah afektif, guru akan kesulitan melakukan
Aspek lain adalah tersedianya pengelolaan kelas dengan baik.
fasilitas yang memadai. Konsep ruang Pembelajaran sejarah di sekolah
sejarah (history room) sudah lama dikemu- yang ideal sebagai bentuk proses pengem-
kakan (Cooper, 1992) akan tetapi sampai bangan kapasitas berpikir, dan pengem-
KTSP wajib dijalankan pada tahun 2009 bangan sikap serta kepribadian memang
tidak semua sekolah memiliki ruang sejarah. tidak mudah dilaksanakan di SD dan SMP
Bahkan, konsep tentang ruang sejarah seperti karena mapel sejarah hanya bagian dari
apa juga belum banyak yang mengerti. bidang studi IPS. Namun demikian. dalam
Sekolah yang telah melaksanakan moving batas tertentu dapat diciptakan sebuah situasi
class, memang telah memiliki ruang sejarah, yang memfasilitasi siswa SD dan SMP
akan keberadaanaya masih banyak yang untuk mempelajari sejarah dengan baik. Guru
sekedar label di depan ruang. Isi dan kegiatan mapel sejarah di tingkat SD dan SMP,
di dalamnya sama sekali belum banyak disamping harus menguasai materi juga
mencerminkan ruang sejarah sebagaimana dituntut menguasai model-model pem-
seharusnya. Proses pembelajaran sejarah belajaran yang menyenangkan dan inspiratif.
memang berlangsung di ruang tersebut, akan Kehadiran media audio visual dalam
tetapi belum menunjukkan aktifitas belajar pembelajaran sejarah akan sangat me-
sejarah menarik, kreatif dan inspiratif. Ruang motivasi siswa untuk mengembangkan rasa
sejarah masih berisi jajaran bangku dan kursi ingin tahu lebih jauh. Untuk tingkat SMA,
belajar yang diatur seperti pada kelas biasa. pembelajaran sejarah yang ideal dapat
Walaupun dinding ruangan telah diisi dengan disiapkan dengan lebih baik, terutama
berbagai gambar atau foto pahlawan dan untuk jurusan IPS yang memiliki waktu
peristiwa sejarah, tetapi sepenuhnya belum cukup longgar yakni 3 jam perminggunya.
dipergunakan secara maksimal. Beberapa Mapel sejarah sebagai cara pengembangan
sekolah sudah melengkapi ruang sejarah kapasitas berpikir dan pengembangan sikap
dengan Komputer, LCD, VCD, dan TV, serta kepribadian memerlukan model-model
tetapi guru sering terbentur pada terbatasnya pembelajaran yang menantang seperti pem-
bahan-bahan yang akan disajikan Jika hal belajaran berbasis masalah, inquiry,
ini dapat dilengkapi maka belajar sejarah discovery, atau tugas penelitian sejarah.
sebagai bentuk pengembaraan intelektual Kehadiran media audio visual tentu saja
(Soedjatmoko, 1995) pada masa lalu akan masih diperlukan, terutama film-film
dapat diwujudkan. dokumenter yang dapat menggugah sisi
Kebijakan Kemendiknas atau ke- kemanusiaan lebih dalam (Formwalt, 2002).
bijakan sekolah tentang jumlah siswa yang Intinya bahwa pembelajaran sejarah yang
ada pada setiap kelas merupakan aspek ideal di sekolah adalah terfasilitasinya siswa
berikutnya. Dalam Standar Proses jumlah untuk dapat tumbuh dan berkembangnya
siswa setiap kelas maksimal 34 orang, itupun kesadaran sejarah siswa, yakni sebuah
pada sekolah-sekolah tertentu. Ketentuan kemampuan siswa menggunakan peristiwa
16 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 1, Juni 2013

sejarah untuk dasar berpikir dan pengam- nya, bagaimana memraktekan pem-
bilan keputusan yang memengaruhi kehi- belajaran yang bertujuan mem-
dupannya sehari-hari. Pembelajaran sejarah bangkitkan kesadaran sebagaimana
yang ideal adalah ketika siswa dapat ditulis Eric Jensen dan Le Ann
menemukan nilai dan makna sebuah Nicklesen (2011).
peristiwa lalu yang dapat dipergunakan untuk 3. Meningkatkan ketrampilan guru
memahami apa yang terjadi sekarang, dan dalam mengadopsi perkembangan
menyiapkan masa depan yang lebih baik. ipteks, terutama Teknoligi IT di
bidang pendidikan.
Langkah-Langkah yang Perlu Dilakukan Perkembangan ipteks terutama tek-
Persoalan yang menghadang di nologi informatika dan komunukasi
depan mata adalah bagaimana membawa amat sangat cepat, guru harus
kondisi pembelajaran sejarah sekarang ini mampu melaksanakan pengetahuan
menuju pembelajaran sejarah yang ideal. ini untuk dunia pendidikan, di-
Dengan berpijak pada data-data empiris samping sebagai media kehadiran IT
pembelajaran sejarah dewasa ini maka dapat menjadi sangat urgen dalam pem-
diambil langkah-langkah strategis yang balajaran sejarah.
dapat mengarah pada terciptana pem- 4. Menyiapkan bahan ajar yang tidak
belajaran sejarah yang ideal di sekolah- hanya menekankan aspek penge-
sekolah. Langkah-langkah strategis yang tahuan tetapi juga aspek sikap.
ditawarkan adalah sebagai berikut: Bahan ajar sebagai unsur pentig
1. Melakukan peningkatan kemampuan dalam menyampaikan materi pela-
akademis jaran, menjadi sangat vital kedudu-
Kegiatan ini terutama sangat perlu kannya dalam mefasilitasi siswa
dilakukan bagi guru-guru IPS SD belajar. Untuk tingkat SMA tidak
dan SMP yang tidak atau belum menjadi masalah , tetapi untuk anak
memiliki sertifikasi pendidikan SD dan SMP melahirkan persolanan-
sejarah. Bagi guru-guru yang berasal nya sendiri.
dari pendidikan sejarah perlu di 5. Pengadaan media audio visual yang
lakukan penyegaran berupa pen- lebih representatif,
dalaman materi yang ada dalam Untuk dapat belajar sejarah sebaik-
tuntutan kurikulum. Kegiatan ini nya disiapkan ruang sejarah yang
terutama untuk terus menyadarkan memungkinkan siswa untuk belajar
guru bahwa mapel sejarah bukan secara mandiri. Keberadaan ruang ini
hanya aspek pengetahuan tetapi juga juga akan membantu guru dalam
aspek sikap. melakasnakan pembelajaran. Jika
2. Mengembangkan kemampuan di ruang sejarah tidak memngkinkan
daktik metodik maka media audio visual sepert
Kegiatan ini berupa pelathan atau VCD dan tape recorder harus
workshop yang membahas bagaima- diupayakan ada. Laptop dan VCD
na melaksanakan proses pem- dewasa ini merupakan kelengkapan
belajaran dengan model atau strategi kelas yang sudah banyak diperguna-
yang tepat. Terutama ketika terjadi kan.
perubahan kurikulum, maka guru
harus diberi bekal untuk melaksana-
kan prses pembelajarannya. Misal-
Joko Sayono, Pembelajaran Sejarah di Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis 17

Penutup Jensen, Eric & Nicklesen. 2011. Deeper


Learning: 7 Strategi Luar Biasa untuk
Mata pelajaran sejarah memiliki Pembelajaran yang Mendalam dan
peran dalam membentuk karakter bangsa dan Tak Terlupakan. Terj: Benyamin
menumbuhkan sikap kebangsaan dan cinta Molan:Jakarta PT: Indeks.
tanah air. Kondisi mapel sejarah dengan
image buruk yang terus mengikuti, haruslah
segera diakhiri. Cara mengakhirinya, melalui
pengembangan pembelajaran sejarah yang Joyce, Bruce, Weil Marsha& Calhaoun,
ideal. Pihak-pihak yang terkait, terutama Emily. 2009. Models of Teaching
guru sebagai penanggung jawab proses Model-model Pengajaran. Terj.
pembelajaran sejarah di kelas harus mau Ahmad Fawaid & Ateila Mirza.
berubah dari sikap pragmatis menjadi idealis. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Berubah dari sekedar menyelesaikan materi Kartodirdjo, S. 1992. Pendekatan Ilmu
dan siswa mendapat nilai di atas KKM, Sosial dalam Metodologi Sejarah.
menjadi tujuan yang sangat mulia yakni Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
membentuk warak dan kepribadian siswa. Kuntowijoyo, 1995. Pengantar Ilmu Sejarah.
Guru harus mengubah dirinya dari bersikap Yogyakarta: Yayasan Bentang
pasif menjadi guru yang mampu meng- Budaya.
inspirasi siswa-siswanya melalui mapel Medsker, Karen L & Holdsworth. 2001.
sejarah. Models and Strategies for Training
Design. Silver Spring: A Publication
of the International Society for
*Berdasar pengalaman penulis terlibat dalam Performance Improvement.
kegiatan pendampingan pengembangan
pembelajaran IPS dan Sejarah pada Sekolah Permendiknas No. 22. Tahun. 2006.
Unggulan. Soedjatmoko, dkk. 1995. Historiografi
Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
DAFTAR RUJUKAN Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar
Pengembangan Strategi serta Metode
Cooper, H. (1992). The Teaching of History, Pengajaran Sejarah. Jakarta:
Implementing the National Depdiknas PPLPTK.
Curriculum. London : David Fulton Kasim, Sultan. 1992. Beberapa Catatan
Publishers. tentang Pengajaran Sejarah di SMA.
Formwalt, Lee W. 2002. “Seven Rules for Majalah Sejarah. Jakarta: Gramedia &
Effective History Teaching or Bringing Life Masyarakat Sejarawan Indonesia.
to the History Class.” OAH Magazine
of History. (17:2002) 0832-228X.

Anda mungkin juga menyukai