Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DEPARTEMEN GERONTIK

PADA KELOMPOK LANSIA

Disusun oleh:
Kelompok
1. Bunga Innashofa 11. Happy Hutama Yuliantino
2. Titin Rahayu 12. Iva Susanti
3. Agus Saparudin 13. Khusnul Arifianti
4. Ajeng Alfi Shahrina 14. Krista Maisari
5. Desi Setya Ningrum 15. Nabela Pradina Pasha
6. Eka Yulis Styawati 16. Reka Dwi Intan Pratiwi
7. Elva Budhy Christiningtyas 17. Shella Elselina Putri
8. Fina Ayu Ningtyas 18. Via Arantika
9. Firda Mutiara Anggraini 19. Zulfa Alkarimah
10. Furqon 20. Yosephine Meidila Wahyumukti

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DALAM KELUARGA
1.1 Konsep Lansia
1.1.1 Definisi
Lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun keatas. Lansia bukan
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual.
1.1.2 Klasifikasi
Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia dalam kategori, antara lain:
1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut WHO, dalam Dewi (2014) lansia diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu:
1) Elderly : 60-70 tahun.
2) Old : 75-89 tahun.
3) Very Old : > 90 tahun.
1.1.3 Karakteristik lansia
Karakteristik lansia, antara lain :
1) Berusia lebih dari 60 tahun.
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif.
3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

1.1.3 Tipe-tipe lansia


Lansia dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe yang bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dam
ekonominya, tipe ini antara lain :
1) Tipe Optimis
Lansia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, memandang lansia dalam
bentuk bebas dari tanggung jawab dan sebagai kesempatan untuk meuruti
kebutuhan pasifnya.
2) Tipe Konstruktif
Mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, mempunyai toleransi
tinggi, humoris, fleksibel dan sadar diri. Biasanya sifat ini terlihat sejak
muda.
3) Tipe Ketergantungan
Lansia ini masih dapat diterima ditengah masyaraka, tetapi selalu pasif, tidak
berambisi, masih sadar diri, tidak mempunyai inisiatif dan tidak praktis
dalam bertindak.
4) Tipe Defensif
Sebelumnya mempunyai riwayat jabatan/pekerjaan yang tidak stabil, selalu
menolak bantuan. Sering tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan,
bersifat kompulsif aktif, takut mengahadi “menjadi tua” dan menyenangi
masa pensiun.
5) Tipe Militan dan Serius
Lansia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, dan bisa
menjadi panutan.
6) Tipe Pemarah dan Frustasi
Lansia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu menyalahkan
orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk, dan sering
mengekspresikan kepahitan hidupnya.
7) Tipe Bermusuhan
Lansia yang selalu mengganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan,
selalu mengeluh, bersifat agresif dan curiga. Umumnya memiliki pekerjaan
yang tidak stabil di saat muda, menganggap tua sebagai hal yang tidak baik,
takut mati, iri hati terhadap orang yang masuh muda, senang mengadu unruk
pekerjaan, dan aktif menghindari masa yang buruk.
8) Tipe Putus Asa, Membenci dan Menyalahkan Diri Sendiri
Bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak memiliki ambisi,
mengealami penurunan sosio-ekonomi, tidak dapat menyesuaikan diri, lansia
tidak hanya mengalami kemarahan, tetapi juga depresi, menganggap usia
lanjut sebagai masa yang tidak menarik dan berguna.
1.1.4 Perubahan sistem tubuh lansia
Perubahan sistem tubuh pada lansia, antara lain:
1) Perubahan Fisik
a) Sel
Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih
besar, cairan tubuh dan cairan intraseluler akan berkurang, proporsi
protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel
otak akan menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otak
menjadi menjadi atrofi.
b) Sistem Persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik, hubungan
persarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik dalam gerakan
maupun jarak waktu, khususunya dengan stres, mengecilnya saraf
pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
c) Sistem Pendengaran
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membran timpani mengalami
atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan
keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres.
d) Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons terhadap sinar,
kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh)
dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan
daya adaptasi terhadap kegalapan menjadi lambat dan sulit untuk melihat
dalam keadaan gelap, hilangnya daya akodomosi, menurunnya lapang
pandang, dan menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru
dengan hijau pada skala pemeriksaan.
f) Sistem Kardiovaskular
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh
darah perifer untuk iksigenais, sering terjadi postural hipotensi, tekanan
darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh
darah perifer.
g) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu rubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis + 35 derajat celcius,
hal ini diakibtkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks
menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
h) Sistem Pernapasan
Otot-otot prnapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas
residu meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernpasan
maksimum menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan jumlahnya
berkurang, omsigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, kemampuan
untuk batuk berkurang dan penurunan kekuatan otot pernapasan.
i) Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan, esofagus
melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan
waktu pengososngan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati (liver) semakin mengecil
dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran
darah.
j) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
hingga 50%, fungsi tubulu berkurang (berakibat pada penurunan
kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat jenis urin
menurun, proteinuria biasanya +1), blood urea nitrogen (BUN) meningkat
hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Otot –
otot kandung kemih (vesica urinaria) melemah, kapasitasnya menurun
hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat,
kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
Pria usia dengan 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaran
prostat hingga + 75% dari besar normalnya.
k) Sistem Endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal
metabolic rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta
sekresi hormon kelamin seperti progesteron, esterogen, dan testosteron.
l) Sistem Integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, menurunna respon terhadap trauma, mekanisme
proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna
kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisit
akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara
berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan
fungsinya. Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
m) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya (desity) dan semakin rapuh, kifosis,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami
sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat.
2) Perubahan Mental
Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan mental adalah perubahan
fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan,
tingkat kecerdasan (intellegence quotient-IQ), dan kenangan (memory).
Kenangan dibagi menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam
sampai berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan kenangan
jangka pendek atau seketika (0-10 menit) biasanya dapat berupa kenangan
buruk.
3) Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial terjadi terutama setelah seseorang mengalami
pensiun. Berikut adalah hal-hal yang akan terjadi pada masa pensiun.
a) Kehilangan sumber finansial atau pemasukan (income) berkurang.
b) Kehilangan status karena dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup
tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya.
c) Kehilangan teman atau relasi.
d) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan.
e) Merasakan atau kesadaran akan kematian (sense of awareness of
mortality).
1.1.5 Proses Menua
1) Pengertian Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Proses menua merupakan kombinasi berbagai macam faktor yang
saling berkaitan. Sampai saat ini banyak definisi dan teori yang menjelaskan
tentang proses menua yang tidak seragam. Secara umum proses menua di
definisikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik,
profresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungna untuk dapat bertahan hidup.
Proses menua yang terjadi bersifat individual, yang berarti tahap proses
menua terjadi pada orang dengan usia berbeda, setiap lansia memiliki
kebiasaan yang berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah
proses menua.
2) Teori Menua
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori
biologi, teori psikologis, teori sosial dan teori spiritual :
a) Teori Biologis
 Teori genetik
Teori ini menyebutkan bahwa manusia dan hewan terlahir dengan program
genetil yang mengatur proses menua selama rentang hidupnya. Setiap
spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetik. jam biologis sendiri
dan setiap spesies mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah
diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jam ini berhenti berputar
maka ia akan mati.
 Wear and Tear Theory
Menurut teori “pemakaian dan perusakan” (Wear and Tear Theory)
disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat kelebihan usaha dan stres
yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu
meremajakan fungsinya. Proses menua merupakan suatu proses fisiologis.
 Teori Nutrisi
Teori nutrisi menyatakan bahwa proses menua dan kualitas proses menua
dipengaruhi intake nutrisi seseorang sepanjang hidupnya. Intake nutrisi
yang bauk pada setiap tahap perkembangan akan membantu meningkatkan
kualitas kesehatan seseorang. Semakin lama seseorang mengkonsumsi
makanan bergizi dalam rentang hidupnya, maka ia akan hidup lebih lama
dengan sehat.
 Teori Mutasi Somatik
Menurut teori ini penuaan terjadi karena adanya mutasi omatik akibat
pengarung llingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi DNA dan RNA dan dalam proses translasi RNA protein /
enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan terjadi
penurunan fungsi organ atau perubahan sel normal menjadi sel kanker atau
penyakit.
 Teori Stress
Teori stres mengungkapkan bahwa proses menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang bisa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan sel
yang menyebabkan sel tubuh lelah terpakai.
 Slow Immunology Theory
Menurut teori ini, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia
dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
 Teori Radikal Bebas
Radikal bebas terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat
dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan
regenerasi.
 Teori Rantai Silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi sel-sel kimia yang tua
dan usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan penurunan elastisitas, kekacauan dan hilangnya
fungsi sel.
b) Teori Psikologis
 Teori Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia, setiap
manusia memiliki kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya
itu. Dalam pemenuhan kebutuhannya, setiap individu memiliki prioritas.
Seorang individu akan berusaha memenuhi kebutuhan di piramida lebih
atas ketika kebutuhan di tingkat piramida bawahnya telah terpenuhi.
Kebutuhan pada piramida tertinggi adalah aktualisasi diri. Ketika individu
mengalami proses menua, ia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan di
piramida tertinggi yaiitu aktualisasi diri.
 Teori Individualisme Jung
Menurut teori ini, kepribadian seseorang tidak hanya berorientasi pada
dunia luar namun juga pengalaman pribadi. Keseimbangan merupakan
faktor yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Menurut teori
ini proses menua dikatakan berhasil apabila seorang individu melihat ke
dalam dan nilai dirinya lebih dari sekedar kehilangan atau pembatasan
fisiknya.
 Teori Pusat Kehidupan Manusia
Teori ini berfokus pada identifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan
seseorang menurut 5 fase perkembangan, yaitu masa anak-anak (belum
memiliki tujuan hidup yang realistis), remaja dan dewasa muda (mulai
memiliki konsep tujuan hidup yang spesifik), dewasa tengah (mulai
memiliki tujuan hidup yang lebih kogkrit dan berusaha untuk
mewujudkannnya), usia pertengahan (Usia Pertengahan), dan lansia
(saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup).
 Teori Tugas Perkembangan
Menurut tugas tahapan perkembangan ego Ericksson, tugas perkembangan
lansia dalah integrity versus despair. Jika lansia dapat menukan arti dari
hidup yang dijalaninya, maka lansia akan memilik integritas ego untuk
menyesuaikan dan mengatur proses menua yang dialaminya. Jika lansia
tidak memiliki integritas maka ia akan marah, depresi dan merasa tidak
adekuat, dengan kata lain mengalami keputusan.
c) Teori Sosiologis
 Teori Interaksi Sosial (social exchange theory)
Menurut teori ini pada lansia terjadi penurunan kekuasaan dan prestise
sehingga interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah
harga diri dan kemampuan nmereka untuk mengikuti pemerintah.
 Teori Penarikan Diri
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari
pergaulan disekitarnya. Lansia mengalami kehilangan ganda, yang
meliputi kehilangan peran, hambatan kontak sosial dan berkurangnya
komitmen.
 Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung pada
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas
serta mempertahankankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan
kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
 Teori Berkesinambungan (Continuity Theory)
Menurut teori ini, setiap orang pasti berubah menjadi tua namun
kepribadian dasar dan pola individu tidak akan mengalami perubahan.
Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat menjadi lansia.
 Subculture Theory
Menurut teori ini lansia dipandang sebagai bagian dari sub kultur. Secara
antropologis, berarti lansia memiliki norma dan standar budaya sendiri.
Standar dan norma budaya ini meliputi perilaku, keyakinan, dan harapan
yang membedakan lansia dari kelompok lainnya.
1.1.6 Tugas Perkembangan Lansia
Adapun tugas perkembangan lansia, antara lain :
1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2) Mempersiapkan diri untuk pensiun
3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4) Mempersiapkan kehidupan baru
5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial secara santai
6) Mempersiapkan diri untuk kematian dan kematian pasangannya
1.1.7 Pathway Proses Menua

Fase 1 subklinik
Fase 2 transisi Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon


2 Usia 35-45 Usia 45 produksi hormon
(testosteron, growt hormon,
Penurunan hormon 25 sudah berkurang
estrogen)
% hingga akhirnya berhenti

DAFTAR
Polusi udara, PUSTAKA
diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal
bebas

Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai


terganggu spti : penglihatan
menurun, rambut beruban,
stamina & enegi berkurang,
wanita (menopause),pria
(andopause).

Penyakit degeneratif
(DM, osteoporosis,
hipertensi, penyakit
jantung koroner)
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboatorium rutin yang perlu diperiksa pada pasien lansia
untuk mendeteki dini gangguan kesehatan yang sering dijumpai pada pasien
lansia yang belum diketahui adanya gangguan / penyakit tertentu (penyakit
degeneratif) yaitu :
1) Pemerikasaan hematologi rutin
2) Urin rutin
3) Glukosa
4) Profil lipid
5) Alkalin pospat
6) Fungsi hati
7) Fungsi ginjal
8) Fungsi tiroid
9) Pemeriksaan feses rutin
PENGKAJIAN KELOMPOK LANSIA

A. Data Demografi
- Jumlah anggota : 20 Orang
- Distribusi Lansia menurut:
Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin
NO. JENIS KELAMIN JUMLAH PRESENTASE

1. P 18 90%

2. L 2 10%

Jumlah 20 100 %

Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa dari 20 lansia terdapat 18 lansia


(90%) berjenis kelamin perempuan dan 2 lansia (10 %) berjenis kelamin laki-
laki.

Tabel 2.2 Distribusi Menurut Umur


NO. RENTANG UMUR JUMLAH PRESENTASE

1. Lansia awal (46-55 0 0%


tahun)

2. Lansia akhir (56-65 8 40%


tahun)

3. Manula (> 65 tahun) 12 60%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa dari 20 lansia, mayoritas usianya


masuk dalam kategori manula (> 65 tahun) yaitu sebanyak 12 lansia (60%), dan
8 lansia masuk pada kategori lansia akhir (56-65 tahun) (40%).
Tabel 2.3 Distribusi Menurut Status Perkawinan
NO. STATUS JUMLAH PRESENTASE
PERKAWINAN
1. Kawin 15 75%

2. Janda 4 20%

3. Duda 1 5%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.3 diketahui dari 20 lansia yang paling banyak


adalah kawin yaitu sebanyak 15 orang (75%) yang sudah menikah dan yang
paling sedikit lansia yang duda 1 orang (5%).

Tabel 2.4 Distribusi Menurut Agama


NO. AGAMA JUMLAH PRESENTASE

1. Islam 20 100%

2. Kristen 0 0%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.4 diketahui semua lansia beragama islam yaitu sebanyak
20 orang (100%)

Tabel 2.5 Distribusi Menurut Pendidikan Terakhir


NO. PENDIDIKAN JUMLAH PRESENTASE
TERAKHIR

1. SD 18 90%

2. SMP 1 5%

3. SMA/SMK 1 5%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.5 diketahui bahwa pendidikan terakhir para lansia


yang paling banyak adalah SD yaitu sebanyak 18 orang (90%) dan rata-rata
pendidikan lansia adalah SMP dan SMA rata-rata sebanyak 1 orang (5% ).

Tabel 2.6 Distribusi Menurut Hidup Bersama :


NO. HIDUP BERSAMA JUMLAH PRESENTASE
1. Sendiri 3 15%

2. Anak/Cucu 3 15%

3. Keluarga 14 70%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.6 diketahui bahwa lansia yang tinggal dirumah


paling banyak tinggal bersama keluarga sebanyak 14 orang (70%) dan lansia
rata-rata tinggal sendiri/dengan anak/cucu sebanyak 3 orang (15%).

B. Vital Statistik
Data Status Kesehatan Kelompok Usia Lanjut :
Tabel 2.7 Distribusi Riwayat Penyakit yang diderita lansia
NO. JENIS PENYAKIT JUMLAH PRESENTASE

1. Hipertensi 7 35%

2. Rematik/ Rematoid 5 25%


Arthritis

3. Gout athritis 4 20%

4. Lain-lain 3 15%

5. Tidak ada penyakit 1 5%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.7 diketahui bahwa 7 lansia menderita penyakit


hipertensi (35%), 5 lansia menderita rematik (25%), 4 lansia menderita gout
arthritis (20%), penyakit lain sebanyak 3 lansia (15%), dan 1 lansia tidak
memiliki riwayat penyakit (5%).
Tabel 2.8 Distribusi Menurut Kegiatan hidup sehari-hari
PEMENUHAN
NO. KEBUTUHAN NUTRISI JUMLAH PRESENTASE
MAKAN

1. 1-2 kali sehari 2 10%


2 3 kali sehari 18 90%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.8 diketahui bahwa dari 20 lansia dalam


pemenuhan kebutuhan nutrisi makan yang paling banyak adalah 3 kali sehari
sebanyak 18 orang (90%).
Tabel 2.9 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Minum
PEMENUHAN
NO. KEBUTUHAN NUTRISI JUMLAH PRESENTASE
MINUM

1. 5-8 gelas/hari 18 90%

2. > 9 gelas/hari 2 10%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.9 diketahui bahwa dari 20 lansia dalam pemenuhan


kebutuhan nutrisi minum yang paling banyak adalah 5-8 gelas sehari sebanyak
18 orang (90%)
Tabel 2.10 Pola Istirahat Tidur
NO. POLA ISTIRAHAT JUMLAH PRESENTASE
TIDUR

1. 2-3 jam 1 5%

2. 4-5 jam 3 15%

3. 6-7 jam 7 35%

4. > 7 jam/hari 9 45%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.10 diketahui bahwa dari 20 lansia terdapat 9 lansia


yang memiliki pola istirahat tidur > 7 jam/hari (45%), 7 lansia memiliki pola
istirahat tidur 6-7 jam/hari (35%), 3 lansia memiliki pola istirahat tidur 4-5
jam/hari (15%), dan 1 lansia dengan pola istirahat tidur 2-3 jam/hari (5%)
Tabel 2.11 Pola Eliminasi Urin
NO. POLA ELIMINASI URIN JUMLAH PRESENTASE

1. 1-3 kali sehari 3 15%

2. 4-6 kali sehari 16 80%

3. > 6 kali sehari 1 5%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.11 diketahui bahwa dari 20 lansia terdapat 16 lansia


yang memiliki pola eliminasi urin sebanyak 4-6 kali sehari (80%), 3 lansia
dengan pola eliminasi urin 1-3 kali sehari, dan 1 lansia dengan pola eliminasi
urin > 6 kali sehari (5%).
Tabel 2.12 Pola Eliminasi Alvi
NO. POLA ELIMINASI ALVI JUMLAH PRESENTASE

1. 1 kali sehari 17 85%

2. 2 hari sekali 3 15%

Jumlah 3 100%

Berdasarkan tabel 2.12 diketahui bahwa dari 20 lansia terdapat 17 lansia


dengan pola eliminasi alvi sebanyak 1 kali sehari (85%), dan 3 lansia dengan
pola eliminasi alvi 2 hari sekali (15%).
Tabel 2.13 Mandi
NO. MANDI JUMLAH PRESENTASE
1. 1 kali sehari 2 10%
2. 2 kali sehari 18 90%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan data 2.13 diketahui bahwa dari 20 lansia mayoritas lansia
mandi 2 x sehari yaitu sebanyak 18 orang (90%) dan yang paling sedikit mandi 1
kali sehari yaitu 2 (10%).
Tabel 2.14 Distribusi Menurut Alat Bantu yang digunakan :
NO. ALAT BANTU JUMLAH PRESENTASE

1. Tanpa Bantuan 19 95%

2. Tongkat 1 5%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.14 diketahui bahwa dari 20 lansia mayoritas lansia


berjalan atau beraktivitas tanpa menggunakan alat bantu yiatu sebanyak 19
(95%), dan 1 lansia menggunakan alat bantu berupa tongkat (5%).

Tabel 2.15 Tingkat Kemandirian (Indexs Barthel)


NO. ALAT BANTU JUMLAH PRESENTASE

1. Mandiri 20 100%

2. Parsial (terkadang dibantu) - 0%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.15 diketahui bahwa semua lansia masuk dalam


ketegori mandiri berdasarkan penilaian tingkat kemandirian (Index Bartel)
(1005).
Tabel 2.16 Short portable mental status questioner
NO. SPMSQ JUMLAH PRESENTASE
1. Fungsi Intelektual utuh 11 55%
2. Fungsi intelektual kerusakan - 0%
ringan
3. Fungsi intelektual kerusakan 8 40%
sedang
4. Fungsi intelektual kerusakan 1 5%
berat
Jumlah 20 100%
Berdasarkan table 2.16 diketahui bahwa dari 20 lansia yang memiliki
fungsi intelektual utuh yaitu sebanyak 11 (55%), yang memiliki fungsi
intelektual kerusakan sedang sebanyak 8 (40%), dan 1 lansia memiliki fungsi
intelektual kerusakan berat (5%).
Table 2.17 Mini Mental Status Exam
NO. MMSE JUMLAH PRESENTASE
1. Tidak ada gangguan kognitif 20 100%
2. Gangguan kognitif sedang - 0%
3. Gangguan kognitif berat - 0%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel 2.17 diketahui bahwa seluruh lansia tidak memiliki
gangguan kognitif (100%).
Tabel 2.18 Pengkajian Keseimbangan
NO. KESEIMBANGAN JUMLAH PRESENTASE
1. Resiko jatuh tinggi 1 5%
2. Resiko jatuh sedang - 0%
3. Resiko jatuh rendah 19 95%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan table 2.18 diketahui bahwa berdasarkan hasil pengkajian
keseimbangan terdapat 19 lansia dengan resiko jatuh rendah (95%), dan 1 lansia
dengan resiko jatuh tinggi (5%).
Tabel 2.19 Tekanan Darah
NO. KLASIFIKASI JUMLAH PRESENTASE
1. Normal 9 45%
(<140/<90 mmHg)
2. Hipertensi stadium Ringan 4 20%
(140-160/90-100 mmHg)
3. Hipertensi stadium Sedang 7 35%
(160-180/100-110 mmHg)
Jumlah 20 100%
Berdasarkan table 2.19 diketahui bahwa dari 20 lansia terdapat 9 lansia
memiliki tekanan darah normal (45%), 7 lansia memiliki tekanan darah
hipertensi sedang (35%), dan 4 lansia memiliki tekanan darah hipertensi ringan
(20%).
Tabel 2.21 Keluhan lansia saat ini
No. Keluhan Jumlah Presentase

1. Nyeri sendi 9 45%

2. Pusing 8 40%

3. Badan terasa lemah 2 10%

4. Tidak ada keluhan 1 5%

Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel 2.21 diketahui bahwa keluhan yang terbanyak adalah
nyeri sendi sebanyak 9 lansia (45%), 8 lansia mengeluh pusing (40%), 2 lansia
mengeluh badan terasa lemah (10%), dan 1 lansia tidak memiliki keluhan (5%).

C. Sistem Sanitasi Lingkungan dan Rumah


Tabel 2.22 Sistem pembuangan limbah
No. Sistem pembuangan Sesuai Presenta Tidak Presenta
limbah se Sesuai se

1. Pembuangan air kotor 20 100% - -

2. Sanitasi rumah 20 100% - -

Berdasarkan tabel 2.21 diketahui bahwa sistem pembuangan limbah di 20


rumah lansia sudah sesuai (100%).
Tabel 2.22 Sistem pembuangan sampah
No. Sistem pembuangan limbah Jumlah Presentase

1. Dibakar 13 65%

2. Dikubur 5 25%

3. TPS 2 10%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 2.22 diketahui bahwa sistem pembuangan sampah


dirumah lansia terbanyak dengan cara dibakar sebanyak 13 (65%), di 5 rumah
lansia sistem pembuangan sampah dengan cara dikubur (25%), dan di rumah 2
lansia sistem pembuangan sampahnya dengan cara dibuang di TPS (10%).
Tabel 2.23 Jamban
No. Jamban Jumlah Presentase

1. Duduk 6 30%

2. Jongkok 14 70%

Total 20 100%
Berdasarkan tabel 2.23 diketahui bahwa 14 rumah lansia menggunakan
jamban jongkok (70%), 6 rumah lansia menggunakan jamban duduk (30%).
Tabel 2.24 Sumber pencemaran
No. Sumber pencemaran Jumlah Presentase

1. Kandang 8 40%

2. Pabrik 2 10%

3. Tidak ada 10 50%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 2.24 diketahui bahwa sumber pencemaran pada


lingkungan terbanyak yaitu tidak ada pencemaran sebanyak 10 (50%), sumber
pencemaran dari kandang sebanyak 8 (40%), dan sumber pencemaran dari pabrik
sebanyak 2 (10%).
Tabel 2.25 Ventilasi rumah
No. Ventilasi rumah Jumlah Presentase

1. Baik 15 75%

2. Cukup 4 20%

3. Kurang 1 5%

Total 20 100%

Berdasarkan tabel 2.25 diketahui bahwa ventilasi rumah dalam keadaan


baik yaitu sebanyak 15 (75%), cukup 4 (20%), dan Kurang 1 (5%).
D. Nilai dan Kepercayaan terhadap Kesehatan
Sebagian besar lansia belum mengetahui program pelayanan kesehatan yang
di sediakan oleh layanan kesehatan. Lansia belum tepat dalam perawatan dan
pencegahan penyakit. Rata-rata lansia jarang melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin. Ditambah dengan masa pandemi COVID-19 lansia maupun keluarga
takut untuk memeriksakan kesehatannya ke layanan kesehatan.
Tabel 2.26 Tingkat pengetahuan tentang covid
NO. TINGKAT JUMLAH PRESENTASE
PENGETAHUAN

1. Sedang 16 80%

2. Baik 4 20%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.26 diketahui dari pengkajian beberapa lansia yang


berjumlah 20 orang, yang tingkat pengetahuan terbanyak yaitu sedang sebanyak 16
(80%).
Tabel 2.27 Perilaku kesehatan dalam pencegahan covid dari jumlah 20 lansia
diperoleh data:
NO. Perilaku Yang PRESENTA Yang Tidak PRESENT
Melakukan SE Melakukan ASE

1. Memakai 18 90% 2 10%


masker

2. Mencuci 15 75% 5 25%


tangan

3. Mengurangi 20 100% - -
aktivitas
keluar
rumah

4. Olahraga 8 40% 12 60%

Berdasarkan tabel 2.27 diketahui perilaku kesehatan dalam pencegahan covid


beberapa lansia yang berjumlah 20 orang, yang memakai masker sebanyak 12 (90%),
mencuci tangan sebanyak 15 (85%), mengurangi aktivitas keluar rumah sebanyak 20
(100%), dan olahraga sebanyak 8 (40%)
Tabel 2.28 Sumber Informasi covid
NO. SUMBER INFORMASI JUMLAH PRESENTASE

1. Pelayanan kesehatan terdekat 5 25%


2. Keluarga 11 55%

3. Media sosial 4 20%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.28 diketahui dari pengkajian lansia yang berjumlah 20


orang, yang memperoleh informasi terbanyak melalui keluarga sebanyak 11 (55%)
dan paling sedikit melalui media sosial sebanyak 4 (20%).

E. Perawatan Keluarga
Tabel 2.2 Perawatan keluarga
NO PERAWATAN JUMLAH PRESENTASE
. KELUARGA

1. Baik 2 10%

2. Cukup 8 40%

3. Kurang 10 50%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa cara perawatan keluarga


terhadap lansia yang sakit masih banyak yang kurang yaitu 10 (50%) dan cukup
8 (40%).
Harapan Terhadap Masalah
Dari hasil pengkajian banyak lansia yang mengatakan mereka menginginkan
mendapatkan informasi terkait dengan masalah kesehatan, seperti tindakan
pencegahan, perawatan, dan pemanfaatan fasilitas kesehatan.
ANALISA DATA

No. Data Fokus Etiologi Masalah


1. DS: Kurang terpapar Manajemen
- Sebagian besar lansia informasi terkait Kesehatan Tidak
belum mengetahui program dengan kesehatan Efektif
pelayanan kesehatan yang
di sediakan oleh layanan
kesehatan.
- Lansia belum tepat dalam
perawatan dan pencegahan
penyakit.
- Rata-rata lansia jarang
melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin.
- Ditambah dengan masa
pandemi COVID-19 lansia
maupun keluarga takut
untuk memeriksakan
kesehatannya ke layanan
kesehatan.
DO:
- Tingkat pengetahuan
terbanyak yaitu sedang
sebanyak 16 (80%).
- Terdapat 9 Lansia
mengeluhkan nyeri sendi
(45%) dan 8 lansia
mengeluh pusing (40%)
Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Management Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan
kesehatan tidak keperawatan keluarga selama 3 x Tindakan
efektif 24 jam. Diharapkan management 1. Observasi
kesehatan meningkat - Identifikasi kesiapan
Kriteria hasil : dan kemampuan
1. Dapat menjelaskan masalah menerima informasi
terkait dengan kesehatan (5) - Identifikasi faktor-
2. Dapat mengatasi masalah faktor yang dapat
kesehatan dengan tepat(5) meningkatkan dan
3. Mampu melakukan tindakan menurunkan motivasi
untuk mengurangi resiko(5) perilaku sehat
4. Keluarga mampu mengetahui 2. Terauputik
gejala penyakit (5) - Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
3. Edukasi
- Jelaskan faktor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku
pemeliharaan hidup
sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
sehat

Anda mungkin juga menyukai