Anda di halaman 1dari 5

LEARNING JOURNAL NASIONALISME

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar CPNS

Angkatan/Kelas : XXVI / I

Mata Pelatihan : Nasionalisme

No Hadir : 02

Nama Peserta : Angga Eka Putra,S.Pd

Lembaga Penyelenggara : PPSDM Regional Bandung

A. Pokok Pikiran

Nasionalisme berasal dari kata "Nasional" yang artinya bangsa, negara, dan
"Isme" yang artinya paham atau ajaran. Sehingga, secara harfiah Nasionalisme
adalah paham atau ajaran bagaimana kita mencintai bangsa dan negara kita
sendiri. Pandangan tentang rasa cinta tanah air dan sikap mencintai yang wajar
terhadap bangsa dan negara sekaligus menghormati bangsa lain. Sikap
nasionalisme tidak boleh terlalu berlebihan sampai menganggap bangsa atau
negara lain itu lebih rendah. Sebelum memiliki jiwa nasionalisme, seseorang
harus terlebih dahulu memiliki rasa kebangsaan yakni rasa yang lahir secara
alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan,
sejarah, dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam
menghadapi tantangan sejarah masa kini. Sikap nasionalisme juga sikap yang
menghargai persamaan suku-suku bangsa dan memiliki rasa senasip
sepenanggungan diantara sesama bangsa.

Rasa Nasionalisme memberikan dorongan untuk mempertahankan


negara dari kemungkinan adanya ancaman, tantangan, hambatan maupun
gangguan (ATHG) sehingga bangsa kita harus berkarakter kuat. Secara khusus
bagi kita Warga Negara Indonesia, kita harus memiliki sikap Nasionalisme
dengan cara mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta melestarikan budaya yang sangat beragam. Dinamisasi rasa kebangsaan
ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan,
yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-
cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham
kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotisme.
Nasionalisme pancasila merupakan implementasi rasa cinta kita sebagai
rakyat Indonesia terhadap tanah air, bangsa dan negara yang didasari pada nilai-
nilai Pancasila. Kecintaan terhadap tanah air dengan mengingat dan menghargai
jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan
tumpah darahnya maka tugas kita melanjutkan perjuangan dan mempertahankan
kedaulatan kemerdekaan dan mengisinya dengan pembangunan. Sebagai ASN
kita harus memiliki rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang kuat yang
kemudian diaktualisasikan ke dalam fungsi dan tugas kita yang didasari Pancasila
dan UUD 1945. Selanjutnya diharapkan Nasionalisme dapat menjadikan kita
sebagai ASN yang berorientasi pada kepentingan publik, bangsa, negara, dan
menghindari pemikiran yang mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

Nilai dasar nasionalisme sebagai ASN yang menerapkan Pancasila sebagai


dasar dalam menjalankan tugasnya dibagi menjadi lima sesuai dengan jumlah sila
dari Pancasila.

1. Sila ketuhanan yang maha esa memiliki nilai religious, toleran, transparan,
etos kerja, tanggung jawab, amanah, dan percaya diri.

2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki nilai humanis, tenggang
rasa, persamaan derajat, saling menghormati, tidak diskriminatif.

3. Sila persatuan Indonesia memiliki nilai cinta tanah air, rela berkorban,
menjaga ketertiban, mengutamakan kepentinngan public, dan gotong royong.

4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan memiliki nilai musyawarah mufakat,
kekeluargaan, menghargai pendapat, dan bijaksana.

5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia memiliki nilai bersikap adil,
tidak serakah, tolong menolong, kerja keras, dan sederhana.

ASN yang memiliki Nasionalisme kuat akan memahami dan memiliki


kesadaran unttuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaan
tugas jabatannya. Sebagai ASN, nasionalisme diaktualisasikan sesuai dengan
fungsi dan tugas antara lain pada ranah berikut:

1. Pelaksana Kebijakan Publik: Pelaksana kebijakan publik merupakan salah


satu fungsi ASN (pasal 10 UU No. 5 tahun 2010 tentang Aparatur Sipil
Negara. ASN sebagai eksekutor yang melaksanakan segala peraturan
perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik di berbagai
bidang dan sektor pemerintahan. Sebagai pelaksana kebijakan publik ASN
harus memiliki karakter dan orientasi kepublikan yang kuat yaitu nilai
kepublikan yang berorientasi pada kepentingan publik, menempatkan
kepentingan publik, bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya,
kepentingan nasional diatas kepentingan sektoral atau golongan, dan
berintegritas tinggi (konsisten/istiqomah dalam tindakan, nilai, prinsip, dlsb
menjadi pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat) dan mampu
mengaktualisasikannya dalam setiap langkah-langkah pelaksanaan
kebijakan publik.

2. Pelayanan Publik

Unsur-unsur dalam pelayanan publik adalah adanya organisasi


penyelenggara, penerima layanan, dan kepuasan pelanggan. ASN harus
memiliki integritas tinggi dalam melayani publik yang disesuaikan dengan kode
etik dan kode perilaku ASN. Sebagai pelayan publik kita harus bersikap adil
dan tidak diskriminatif; profesional dan berintegritas dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, ASN harus menjunjung tinggi nilai-
nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi, transparan,
akuntabel, dan memiliki kinerja yang memuaskan publik dengan motto
“melayani dengan amanah memberikan yang terbaik”. Untuk menjadi ASN
Profesional tentunya memerlukan keahlian khusus. ASN menjadi perhatian
dan sorotan masyarakat maka harus diketahui diera keterbukaan informasi ini
adanya tuntutan masyarakat agar bebas KKN, adanya kritik
masyarakat untuk bekerja secara professional dan memahami situasi
krisis dengan memperhatikan aspirasi Masyarakat.

3. Sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa

Sebagai pemersatu bangsa ASN akan senantiasa setia dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan Pemerintah (UU No. 5 Tahun 2014
pasal 66 ayat 1-2). Adanya Potensi Perusak Persatuan harus diwaspadai
ditanggulangi seperti adanya kelompok yang tidak setuju dengan ideologi
negara Pancasila, penyalahgunaan kemajuan tekonologi informasi
dan komunikasi, konflik pemekaran wilayah, konflik pilkada, pilpres, daerah
perbatasan dst. Sebagai ASN kita harus memiliki jiwa nasionalisme dan
wawasan kebangsaan yang kuat, memiliki kesadaran yang tinggi untuk
menjaga kedaulatan negara, menjadi perekat dan pemersatu bangsa
serta mengupayakan situasi yang damai di seluruh wilayah Indonesia dan
terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Peran ASN dalam menciptakan kondisi damai adalah dengan
bersikap netral dan adil, mengayomi kepentingan kelompok
minoritas dengan tidak membuat kebijakan diskriminatif, dan menjadi figur
teladan di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya, rasa nasionalisme yang kuat
ini menjadikan ASN yang mampu mengaktualisasikan wawasan kebangsaan
dan jiwa nasionalisme dalam menjalankan profesinya sebagai pelayanan
publik yang berintegritas
Profil Tokoh
Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden ketiga Indonesia. Sebelum
berkarier di Indonesia bapak B.J. Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan,
spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhenisch Wesfalische Tehnische
Hochscule Jerman. Ia pun menerima gelar Diplom Ingenieur pada 1960 dan gelar
Doktor Ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cumlaude dari Technische
Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Beliau menemukan
rumus yang dinamakan "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan
atau crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.
Sehingga beliau pun dijuluki "Mr Crack" karena keahliannya itu.
Ada banyak pelajaran terkait nasionalisme dan cinta tanah air dari beliau.
Kecerdasan, totalitas dan tanggung jawab terhadap negara rupanya tidak hanya
terlihat saat berada di Indonesia. Sebelum Indonesia sadar akan potensinya,
beliau sudah beberapa kali ditawari oleh beberapa negara lain untuk
menggalakkan teknologi pesawat terbang. Tawaran pertama datang datang dari
Jerman. Jerman yang saat itu tahu Pak Habibie bukan orang biasa, langsung saja
menawarinya dengan status 'warga negara kehormatan'. Bukannya senang
dengan status yang jarang diberikan Jerman, beliau justru menolak. Karena rasa
nasionalisme beliau yang tinggi, beliau tetap memilih pulang ke Indonesia untuk
mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya, walaupun beliau tidak
mendapatkan beasiswa dari pemerintah Indonesia ketika melanjutkan studi di
Jerman. Ada banyak terobosan dan sumbangsih yang beliau buat sejak di
Indonesia, salah satunya ketika memegang jabatan Menteri Riset dan Teknologi.
Beliau berhasil membuat pesawat terbang N250 yang ditujukan sebagai alat
transportasi utama di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, walaupun
cita-cita tersebut tidak kesampaian karena adanya krisis moneter tahun 1998. B.J.
Habibi ini menunjukkan rasa memiliki serta rasa cinta tanah air dan bangsa.

B. Penerapan

Pendidikan sebagai usaha sadar yang dibutuhkan untuk menyiapkan anak


manusia demi menunjang perannya di masa datang. Jadi, pendidikan yang
dilakukan oleh suatu bangsa tentu memiliki hubungan yang sangat signifikan
dengan rekayasa bangsa. Peserta didik merupakan aset terbesar dalam
menentukan kemajuan bangsa di masa depan. Peserta didik yang akan memegang
tanggung jawab menghidupi kemerdekaan yang telah dititipkan oleh leluhur kepada
kita. Untuk itulah pendidikan harus membawa mereka kepada rasa cinta dan
bangga kepada tanah air. Tetapi melihat kondisi mental peserta didik yang kian
memburuk saat ini sangat diragukan bahwa mereka memiliki jiwa nasionalisme.
Jika ditinjau dari sudut pandang guru, pendidikan yang terlaksana sampai saat ini
sangat memerhatikan pembentukan karakter peserta didik. Sejak periode jabatan
Presiden Jokowi pun, pembentukan karakter menjadi salah satu fokus
pembangunan sumber daya manusia yang disebut revolusi mental. Pendidikan
tentu merupakan salah satu faktor terbesar yang menentukan keberhasilan
pembangunan karakter anak. Tetapi siapa sangka, sekolah juga memberikan fakta
mengejutkan mengenai kemerosotan karakter anak. Pendidikan karakter yang
selama ini dikobar-kobarkan sepertinya tidak mengalami perkembangan dalam
bidang implementasi dan tidak membawa perubahan yang signifikan. Pendidikan
berbasis karakter seakan menjadi retorika belaka yang banyak dibicarakan namun
minim tindakan. Seorang peserta didik harusnya memiliki kasih diantara sesama
peserta didik dan kepada guru begitu juga sebaliknya. Dalam konteks pendidikan
kewarganegaraan yang akan mengajarkan tentang relasi yang berlandaskan nilai-
nilai nasionalisme, maka hal ini cukup kontekstual dalam pembentukan karakter
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik bukan hanya dilihat sebagai peserta didik
tetapi sebagai agent of change. Agent of change bagi keluarganya, lingkungan
sekitar, bahkan bangsa dan negaranya. Guru bukan hanya sekadar profesi. Kita
mengetahui metafora guru sebagai fasilitator, sebagai teknisi, pengrajin dan
metafora lainnya. Guru harus mampu menjadi tauladan baik dihadapan peserta
didik utamanya maupun dalam masyarakat umumnya. Artinya sebelum menuntut
lebih pada murid, kita harus mulai dari diri sendiri dan menjadi teladan bagi mereka.
Mereka membutuhkan seorang role model yang bisa mereka lihat sebagai bukti
nyata bahwa itu benar-benar ada karena sebaik apapun kita megajar mereka,
tanpa ada yang tepat, mereka akan menjadi pribadi yang skeptis bahkan apatis.
Kita harus menjadi pribadi yang berintegritas yang mana kita melakukan kebenaran
bahkan ketika tak dilihat siapapun. Teladan yang tepat dan benar mendorong murid
untuk melakukan hal yang sama.
Dalam mengajar, kita juga harus memberikan edukasi tentang karakter
kepada mereka. Menjadi pribadi yang berkualitas dan bekarakter baik adalah
bagian dari jiwa nasionalisme. Karena sebuah sikap toleransi, saling peduli, penuh
solidaritas merupakan identitas dari bangsa Indonesia dan juga tercantum dalam
Pancasila yang merupakan dasar negara. Kita harus memberikan mereka
pengetahuan nasionalisme dari tatanan yang paling sederhana, memberi tahu
mereka bahwa untuk mejadi bagian dari nasionalisme tidak harus menjadi seorang
anggota politik, menjadi warga negara baik juga merupakan salah satu bagian dari
pergerakan nasionalisme. Seperti yang diterapkan di SD NEGERI 00 1 Simandolak,
diterapkan :

1. Siswa wajib menaati Peraturan disekolah yg berlaku


2. Menghargai Guru sama seperti Orang Tua dirumah
3. Saling Menghormati sesama teman Sekolah
4. Belajar Sungguh-sungguh
5. Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah

Demikianlah beberapa contoh - contoh Penerapan Jiwa Nasionalisme di


Sekolah Sd Negeri 001 Simandolak, Semoga Kedepannya Indonesia menjadi lebih
baik, Walau sekarang kita sedang di uji dengan Pandemi Covid-19 yang entah
kapan akan berakhir, Kami Tenaga Pendidik khususnya Guru tidak akan menyerah
demi Indonesia Emas 2045, Unggul di berbagai bidang seperti yang di sampaikan
Presiden ir.Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf amin.

Anda mungkin juga menyukai