SISTEM LINEAR
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. karena dengan
rahmat-Nya sehingga Critical Journal Review ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan Critical Journal Review ini adalah sebagai salah satu point
penilaian yang dapat dijadikan sebagai salah satu pegangan dalam proses belajar mengajar
Mata Kuliah Sistem linear , serta dengan harapan untuk memotivasi penulis sehingga mampu
memahami segala pembahasan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Penulis menyadari bahwa tugas Critical Journal Review ini tidak luput dari kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan Critical Journal Review ini.
Akhir kata, penulis berharap agar Critical Journal Review dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas terutama mahasiswa yang ingin menjadikan tugas ini sebagai referensi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................1
1.2 TUJUAN......................................................................................................................1
1.3 IDENTITAS JURNAL................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
2.1 RINGKASAN BAB....................................................................................................3
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN……………………………………………7
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................8
4.1 KESIMPULAN...........................................................................................................8
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1
1.4 IDENTITAS JURNAL 2
8. Judul Jurnal : SOLUSI DARI PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
LINIER ORDE 2 DALAM BENTUK POLINOMIAL TAYLOR
9. Pengarang : Herlyn Basrina, Yuni Yulida, Thresye
10. Penerbit :-
11. Tahun Terbit : 2011
12. Kota Terbit :Kalimantan
13. ISBN : :0-13-0811-37-8
14. Tebal Buku : 9 halaman
2
BAB II
ISI
2.1 RINGKASAN JURNAL 1
Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel atau lebih,
yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai orde. Persamaan
diferensial memegang peranan penting dalam rekayasa, fisika, ilmu ekonomi dan berbagai
macam disiplin ilmu. Persamaan diferensial muncul dalam berbagai bidang sains dan
teknologi, bilamana hubungan deterministik yang melibatkan besaran yang berubah secara
kontinu dimodelkan oleh fungsi matematika dan laju perubahannya dinyatakan sebagai
turunan diketahui atau dipostulatkan. Persamaan diferensial adalah salah satu cabang ilmu
matematika yang banyak digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah fisis.
Masalahmasalah fisis tersebut dapat dimodelkan dalam bentuk persamaan diferensial. Jika
model matematika berbentuk persamaan diferensial, maka masalahnya adalah bagaimana
menentukan solusi (penyelesaian) persamaan diferensial itu. Namun, harus disadari tidak
semua model matematika yang berbentuk persamaan diferensial mempunyai solusi. Contoh-
contoh persamaan berikut adalah persamaan diferensial biasa (PDB):
3
Orde dan Pangkat PDOrde pada Persamaan Diferensial adalah orde dari
turunan yang terdapat pada persamaan ituyang tingkatannya paling
tinggiPangkat pada Persamaan Diferensial adalah pangkat tertinggi dari
perkalian peubah tak bebas beserta turunan – turunannya yang terdapat
dalam persamaan diferensial.
4
Persamaan Diferensial Eksak
Persamaan(, )(, )0M x y dx N x y dy+=disebut persamaan diferensial eksak
dalam daerah D bila ∃fungsi (, )f xy C= (C= konstan) sehingga (),(, )(, )df
x yM x y dx N x y dy=+. Solusi umum PD eksak berbentuk (, )f xy C=.
Teorema:Misalkan fungsi (, )M xydan (, )Nxymempunyai turunan pertama
yang kontinu pada daerah D, maka , )(, )0M x y dx N x y dy+=kontinu di
daerah D jika dan hanya jika:Mnyx∂∂=∂∂untuk semua (x,y) dalam D.
Persamaan Diferensial Faktor Integrasi
Jika persamaan (, )(, )0M x y dx N x y dy+=adalah persamaan diferensial
tak eksak. JURNAL MSA VOL. 5 NO. 2 ED. JULI – DESEMBER 2017
93 tetapi, bila (, )(, )0M x y dx N x y dy+=dikaitkan dengan suatu fungsi
( ),u xysehingga )[],(, )(, )0u xy M xydx Nxydy+=merupakan
persamaan diferensial eksak, maka fungsi ( ),u xydinamakan faktor
integrasi.Dalam menentukan faktor integrasi suatu persamaan diferensial
yang bukan eksak, ada beberapa petunjuk untuk menentukan faktor
integrasi.
Ringkasan Jurnal 2
Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan diferensial yang
hanya mengandung turunan biasa dari satu atau lebih variabel tak bebas
terhadap satu variabel bebas. Persamaan diferensial biasa dapat dikatakan
linier jika tidak ada perkalian antara variabel-variabel tak bebas dan
turunannya. Persamaan diferensial linier ditinjau dari koefisien ada 2, yaitu
5
koefisien fungsi konstan dan koefisien fungsi dalam variabel bebas. Salah
satu contoh persamaan diferensial linier dengan koefisien fungsi dalam
variabel bebas adalah persamaan Cauchy Euler. Persamaan Cauchy Euler
bentuk koefisien fungsinya beraturan dan ditransformasi menjadi
persamaan diferensial linier koefisien konstan sehingga solusi eksak
mudah ditentukan. Disisi lain, Jika persamaan diferensial linier dengan
koefisien fungsi dalam variabel bebas yang bentuk koefisien fungsinya
lebih umum tidak bisa ditransformasi. Salah satu solusinya dapat
ditentukan melalui metode numerik.
Deret Taylor
Andaikan f dan semua turunannya 𝑓𝑓′, 𝑓𝑓′′, 𝑓𝑓′′′, ..., kontinu di dalam
selang [a,b]. Misalkan x0 ∈ [a,b], maka untuk nilai-nilai x disekitar x 0 dan
x ∈ [a,b], f(x) dapat diperluas ke dalam deret Taylor:
Polinomial Taylor
Menurut James [9] jumlahan parsial ke-n dari deret (2.2) disebut
sebagaipolinomial Taylor berderajat ke-n dari 𝑓𝑓 di 𝑥𝑥0 yang dinotasikan
sebagai 𝑇𝑇𝑛𝑛(𝑥𝑥)adalah:
6
Persamaan Diferensial Linier
Persamaan diferensial biasa orde n adalah linier jika dapat ditulis dalam
bentuk :
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan dan kelemahan jurnal :
Kelebihan :
Jurnal mudah dipahami dan penjelasan materi nya cukup lengkap
7
Titik koma dan pengunaan tanda baca sudah bagus
Kelemahan :
Masih ada materi dari jurnal yang susah dipahami
Banyak kalimat yg susah dipahami dan dimengerti
Isi jurnal kebanyakan mengunakan contoh dari penjelasan sedangkan
penjelasan materi sedikit.
BAB IV
Penutup
Hasil pembahasan menunjukkanbahwa persamaan diferensial eksak dapat
diselesaikan dengan mudah sesuai dengan langkah-langkah penyelesaian,
namun terdapat beberapa persamaan diferensial yang tidak eksak sehingga
terlebih dahulu dicari faktor integrasinya, dimana terdapat beberapa
8
langkah yang berbeda untuk mencari faktor integrasi dari persamaan
diferensial awal. Dari bentuk faktor integrasi yang diperoleh, dikalikan
kembali ke persamaan awal sehingga akan membentuk persamaan
diferensial eksak yang selanjutkan persamaan diferensial tersebut
diselesaikan dengan langkah yang sama pada penyelesaian persamaan
diferensial eksak.Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian
mengenai solusi dari persamaan diferensial biasa linier orde 2 dalam
bentuk polinomial Taylor maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa linier menggunakan
metode Taylor-matrix adalah sebagai berikut:1.setiap fungsi pada
persamaan diferensial biasa linier orde 2 diasumsikan dapat dinyatakan
dalam bentuk polinomial Taylor berderajat 𝑁𝑁, sehingga persamaan
diferensial biasa linier orde 2 tersebut dapat ditulis dalam bentuk matriks
𝑾𝑾𝑨𝑨=𝑿𝑿atau matriks diperbesar 𝑾𝑾���2.syarat yang diberikan
pada persaman diferensial biasa linier orde 2 dibentuk menjadi
matriks𝑼𝑼�dan𝑽𝑽�3.dua baris terakhir dari matriks 𝑾𝑾���diganti
dengan matriks 𝑼𝑼�dan𝑽𝑽� sehingga diperoleh matriks
𝑾𝑾∗����4.solusi polinomial Taylor diperoleh dengan
menyelesaikan matriks 𝑾𝑾∗����sehingga diperoleh matriks
𝑨𝑨=[𝑎𝑎0𝑎𝑎1𝑎𝑎2 ...𝑎𝑎𝑁𝑁]𝑇𝑇.