Anda di halaman 1dari 6

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014

ISSN : 2339-1553

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAHINDUSTRI KELAPA


SAWIT RAMAH LINGKUNGAN

Hj. Hasmawaty. AR

Fakultas Teknik Industri, Universitas Bina Darma, Palembang


hasmawaty_ar@mail.binadarma.ac.id

Abstrak

Limbah cair dari industri agro banyak mengandung sludge.Perencanaan kawasan industri
seharusnya mempunyai Istalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang efektif dan efisen.Baku
mutu limbah cair untuk rencana industri harus mengacu peraturan Gubernur.Oleh sebab itu,
penelitian ini bertujuan mendapatkan IPAL yang cocok untuk kawasan industri sejenis
seperti industri kelapa sawit.Tahapan treatment yang direncanakan terdiri dari; pre, primary,
dan secondary.Variabel (unit) treatment dipilih yang paling efisien dan efektif dengan spill
basin dan sludge thickner. Penyelesaian dengan perhitungan neraca massa, dan parameter
yang dianalisis dari output IPAL, seperti Q, TSS, dan BOD. Diharapkan rancangan IPAL
untuk kawasan industri kelapa sawit dapat sebagai pengembangan ilmu pengetahuan
lingkungan dalam mengantisipasi air limbah industri agro, agar kelestarian sungai tetap
terjaga. Hasil perhitungan, mendapatkan TSS sebesar 7,7mg/L dan BOD sebesar 2,83
mg/L

Kata kunci:Sludge, spill basin dan sludge thickner

Abstract

Liquid waste from agro industry contain a lot of sludge. Industry area planning should have
a Waste Water Treatment Plant (WWTP) that is efficient and effective. Waste water
standards for industry planning must consider the Rules of the Governor. Because of that,
this experiment has a goal to get a WWTP which is appropriate for areas of industry like the
coconut oil industry. The treatment process which has been planned contains; pre, primary,
and secondary treatment. The variable (unit) that was chosen for treatment that is most
efficient and effective uses a spill basin and sludge thickner. The output of the WWTP is
calculated using a mass balance calculation that analyzes parameters such as Q, TSS, and
BOD. The plan for WWTP in areas where there is coconut oil industry is considered as a
way to expand environmental science in anticipating the waste water from agro industry, in
order to guard the purity of local rivers. The calculation result found TTS as great as 7,7
mg/L and BOD as great as 2,83 mg/L.

Keyword: Sludge, spill basin and sludge thickner

1. Pendahuluan limbahnya kurang efektif dan efisien. Oleh


Limbah cair dari industri kelapa sawit sebab itu untuk membangun kawasan
banyak mengandung sludge jika tidak diolah industri kedepan agar dibuatkan model
dengan baik limbah cairnya, dalam waktu Instalasi Pengolahan Air Limbah(IPAL)
yang tidak lama dapat mempercepat dengan tahapan treatment yang lebih
terbentuknya delta-delta di hulu sungai, dan efektifdiantaranya, pre treatment
juga menyebabkan kerusakan hutan bakau menggunakan alat filter bar screen,
dan tercemarnya lahan basah sekitarnya. primarytreatment diantaranya primary
IPAL-IPAL industri sawit yang ada sekarang clarifier, activeted sludge dan equallizatin
proses pada pre treatment-nya berbeda- basin yang dilengkapi dengan(sluge
beda dan proses primary tretment tidak thickener dan spill basin), proses terakhir di
menggunakan unit sluge thickener dan spill secondarytreatment diantaranya secondary
basin, sehingga proses pengolahan clarifier, aeration tank (reaktor anaerobik),

1151
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

sludge mixing dan sludge dewatering. 2.2.1. Tahapan Pre-Treatment


Treatment yang diajukan ini jauh lebih efisien Proses pre-treatment untuk IPAL industri
dan efektif. Ini dapat dilihat dari kandungan kelapa sawit digunakan saringan (filter) kasar
sludgepada output air limbah jauh dibawah yang tidak mudah berkarat, seperti alat
standar Baku Mutu Limbah Cair. Perhitungan pemisah yang disebut dengan screening,
material balance ditiap unit treatment dengan yaitu untuk menyaring bahan kasar dan
menggunakan Program Java versi neat padatan yang masih terikut dalam air limbah
beans 6.8, program ini adalah program yang dialirkan melalui saluran tertutup yang
sofware yang dapat menghitung dan berasal dari industri sebagai influent ke
mensimulasikan data-data yang diperlukan. primary treatment, alatnya adalahpembersih
Diharapkan hasil invensi sebagai referensi mekanik otomatis yang dilengkapi dengan
dalam membangun kawasan industri, dapat motor elektrik yang disebut bar screen, dan
direkomendasikan untuk user atau yang dilanjutkan dengan filter (Ginting, 2007). Bar
membuat kebijakan. screen dipilih untuk memisahkan sludge lebih
awal.
2. Metode yang Diterapkan
Penelitian dilkukan pada influent dan efluent 2.2.2. Tahap Proses di Primary Treatment
IPAL industri Kelapa Sawit Sumatera Flowrate dari outlet bar screen dialirkan
Selatan. Perhitungan neraca massa yang sebagai inletke primary clarifier, yaitu alat
dianalisis adalah parameter,NQ, TSS, dan pengolahan yang berfungsi menghilangkan
BOD. Data sampel dari beberapa industri padatan halus, zat warna terlarut maupun
yang mewakili industri kelapa sawit, diambil tersuspensi yang tidak tertahan pada
dari hasil penelitian Hasmawaty, 2011, jaringan pendahuluan. Pada primary clarifier
sebagai berikut, dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara seperti;
cara fisik, yaitu kolam didesain ukuran
Tabel 1. Data Air Limbah di Influent IPAL tertentu sehingga dapat mengendapkan
Industri kelapa Sawit Gasing partikel-partikel tanpa zat kimia, dengan cara
IPAL Q TSS BOD air dibiarkan mengalir dan partikel-
Industri ton/hr mg/l mg/l partikelnya yang ada akan terus mengendap.
Sawit (1) 1600 187 2318 Desain kolam disesuaikan dengan kondisi
Sawit (2) 603 481 4046 kecepatan limbah, sehingga cukup waktu
Sawit (3) 169 155 698 untuk partikel mengendap, dimana hasilnya
bergantung dari kondisi selama operasi.
Pada primary clarifier, pengolahan secara
2.1.Rancangan IPAL Inovasi fisik dapat dilakukan juga dengan cara
Model rancangan IPAL yang direncanakan, pengapungan, yaitu menghilangkan senyawa
dapat dilihat gambar berikut, terlarut dengan bantuan udara.
er
Dengan cara kimia, ada 3 (tiga) proses yang
dilakukan seperti: (a) Netralisasi, yaitu
proses reaksi antara asam dan basa yang
akan menghasilkan air dan garam, tujuannya
untuk mengatur pHnya di antara 6,5-8,5.
Biasanya zat kimia yang digunakan adalah
CaCO3. Jika netralisasi air limbah bersifat
basah bisa ditambahkan dengan senyawa-
senyawa seperti: H2SO4, HCl, HNO3, dan
H3PO4 atau CO2 yang bersumber dari flue
gas, penambahaan asam akan
mengakibatkan air limbah menjadi bau
(Sakti, 2005). (b) Koagulasi bertujuan untuk
membuat gumpalan-gumpalan yang lebih
besar dengan penambahan zat-zat kimia
seperti; Al2SO4, Fe2SO4, NaOH, alum ferry
chloride, soda abu, soda api, lime dan
lainnya, variasinya berkisar dari 50 ppm
sampai 300 rpm. Waktu tinggal yang
dibutuhkan bisa 30 detik sampai 2
menit.Flash mixer digunakan bisa berupa
Gambar 1. Rancangan Inovasi IPAL mixer jenis turbine atau propellerdengan
kecepatan 250 rpm atau lebih. (Problogger,
2.2. Tahapan Pengolahan Air Limbah

1152
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

2007) (c) Flokulasi bertujuan membuat Air Limbah yang masih mengandung
gumpalan yang lebih besar dari pada padatan tersuspensi yang disebut lumpur
gumpalan yang terbentuk selama koagulasi mentah ditampung pada tangki pengendap.
seperti: dengan penambahan polimer, waktu Keluaran sebagai outlet dari primary clarifier
tinggal untuk reaksi biasanya antara 20 dialirkan ke tangki pengendap yang disebut
sampai 30 menit, dan slow mixer digunakan dengan sludge thickener.Sludge thickener,
dengan kecepatan antara 20 sampai 60 rpm, adalah suatu alat untuk mengentalkan
sedangkan penggunaan bahan kimia antara lumpur dengan cara meningkatkan
2 sampai 5 mg/L (Sakti, 2005). Untuk konsentrasi padatan (lumpur) dan
mengontakkan seluruh zat kimia yang mengurangi volume dengan metode gravity
dipakai dengan air limbah menggunakan thickening yang dilakukan pada bak bulat
pengaduk seperti agitator. yang serupa dengan bak sedimentasi. Air
Proses pengendapan dengan penambahan pada bagian atas relatif bersih sedangkan
zat kimia tersebut untuk mengendapkan lapisan bawahnya adalah sedimen atau
padatan jenis limbah anorganik seperti lumpur kemudian lumpur yang sudah kental
aluminium, besi, timbal, nikel dan lain-lain, di masukkan ke sludge mixing. (Lycon1994).
dimana akan menghasilkan butiran zat yang
lebih besar sehingga berat jenisnya juga 2.2.3.Tahap Proses di Secondary
lebih besar dari air. Effluent dari primary Treatment
clarifier adalah air limbah yang telah Secondary treatment adalah proses
dinetralkan tersebut, dialirkan ke spill basin, treatment kedua yang disebut secondary
ke equalization basin, dan ke sludge clarifer, dimana tahapan prosesnya adalah
thickener untuk diproses lebih lanjut.Spill proses kimia, dan didominasi proses biologi,
basin, adalah suatu alat berfungsi untuk tujuannya untuk menghasilkan air limbah
melindungi proses bagian bawah dari yang lebih bersih dari tahapan proses
pengaruh aliran puncak dengan cara sebelumnya. Secondary clarifer, adalah
menyediakan volume ekstra agar aliran bisa aktifitas untuk memperkaya lumpur dengan
seimbang. Equalization basin, adalah suatu melibatkan proses biologis prosesnya
alat proses pengolahan dengan tangki disebut activated sludge process, tujuan
perataan air yang bertujuan meratakan proses ini untuk menghilangkan zat organik
konsentrasi, dan untuk menangani variasi dalam air limbah yaitu melalui oksidasi
laju alir atau dengan kata lain equalization biokimia. Pilihan proses biologis bergantung
basin dibuat untuk meredam fluktuasi limbah pada banyak faktor, misalnya kuantitas air
cair, dan untuk menghindari fluktuasi yang limbah dan luas areal. Proses biologis
mendadak. Sedangkan untuk menahan banyak menggunakan reaktor lumpur aktif
terjadinya lonjakan, maka air limbah dan tricking filter. Pada proses lumpur aktif
dikumpulkan dahulu di dalam bak kecepatan aktivitas bakteri ditingkatkan
penyangga, dengan melakukan sehingga lebih banyak mengalami kontak
homogenisasi sebelum proses lebih lanjut. dengan air buangan, yang sebelumnya telah
Dengan adanya bak equalization basin maka mengalami kontak beberapa jam di dalam
pH, COD dan hidraulic loadakan relatif lebih tangki aerasi. Selama proses berlangsung
konstan dan seragam. Posisi equalization bahan buangan organik dipecah dengan cara
basin dapat ditempatkan setelah pengolahan memasukkan udara (aerasi) dan lumpur aktif
primer, ini biasanya disebabkan oleh yang mengandung bakteri ke dalam tangki,
masalah-masalah yang ditimbulkan oleh menjadi senyawa-senyawa yang sederhana.
sludge dan buih. Jika posisi equalization Proses penanganan sekunder ini diakhiri
basin diletakkan sebelum pengolahan primer dengan proses klorinasi. Lumpur yang
dan pengolahan biologis, maka pada proses mengandung bakteri dapat digunakan lagi
equalization basin diperlukan pengadukan dengan mengalirkan kembali ke dalam tangki
bertujuan mencegah pengendapan, dan juga dan mencampurnya dengan air buangan
dipasang alat aerasi bertujuan mencegah yang baru dan udara atau oksigen murni.
timbulnya bau. Volume bak equalitation basin Suatu sistem lumpur aktif yang efisien dapat
harus dibuat lebih besar dari volume teori menghilangkan padatan tersuspensi dan
(Lycon 1994), karena pengoperasian alat BOD sampai 90%, sedangkan sistem
aerasi dan pengadukan secara kontinu dapat penyaring trickling dapat menghilangkan
menyebabkan air meluap berlebihan, dan padatan tersuspensi dan BOD sampai 80-
mengantisipasi perubahan aliran yang 85% (Kristanto, 2006).
secara tiba-tiba, juga memperhitungkan Proses aerobik pada activated sludge
adanya aliran recycle dari spill basin. ditandai oleh adanya molekul oksigen yang
terlarut atau proses anaerobik yang tidak

1153
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

menunjukkan adanya oksigen yang terlarut. QS,TS,BS + QE,TE,BE.Dimana indeks I=


Process activated sludge (suspended growth influent atau input, S = sludge, dan E =
process), adalah mikroorganisme effluent-excavation atau output. Beberapa air
membentuk gumpalan-gumpalan koloni limbah industri sawit, masing-masing diberi
bakteri yang bergerak secara bebas indeks P1, P2, P3, P4,......... Pn. Besarnya
(tersuspensi) di dalam air limbah. Ptersebut bersama-sama dengan recycle
Mikroorganisme-mikroorganisme dapat (R1a) yang berasal dari sludge dewater
keluar melalui aliran air limbah, sehingga sebagai (I1) untuk diproses di primary
densitas bakteri di dalam reaktor harus clarifier. Saat proses awal R1a dianggap nol
dikontrol. Pengembalian atau recycling (0). Persamaan neraca massa per-unit
bakteri merupakan cara yang paling banyak dikutip dari Lycon, 1994.
digunakan untuk mengontrol densitas bakteri a. Neraca Massa di Primary Clarifier
di dalam reaktor. Pada umumnya, reaktor QI1 = QP + QR1a (1)
proses activated sludge berupa bak beton Q RIa TRIa + Q P TP
dengan mikroorganisme yang tersuspensi di TI1 =
Q I1 (2)
dalam cairan. Oksigen disediakan oleh
diffusers pada bagian bawah bak atau oleh Q RIa BRIa + Q P BP (3)
BI1 =
permukaan reaktor.Biomassa yang QI1
terakumulasi dipisahkan dari cairan di dalam
TE1 = TI1 {a1+a2(QI1/A1)} (4)
bak sedimentasi.Sebagian dari biomassa
yang dipisahkan dari cairan dikembalikan ke BE1 = BI1 {a3 + a4(QI1/A1)} (5)
dalam reaktor untuk mengontrol densitas QE1 = QR + QP - QS1 (6)
bakteri di dalam reaktor.Pengoperasian yang b. Neraca Massa di Spill Basin
teliti untuk memperoleh kualitas effluent yang Q13 = Q12 = QR3 (7)
tinggi dan efisiensi operasi. Proses anerobik Q12 T12 + Q R3 TR3
T13 =
ini bertujuan untuk menstabilkan lumpur. Q13 (8)
Reaktor tipe suspended growth dan Q12 B12 + Q R3 BR3
pengadukan pada reaktor dilakukan dengan B13 =
Q I3 (9)
menggunakan mixer berkecepatan lambat c. Neraca Massa di Equalization Basin
atau resirkulasi (Hasmawaty, 2005). QE2 atau QI3 = QI4 atau QE3 (10)
Mixingsludge, adalah alat pencampur sludge
TE2 atau TI3 = TI4atau QE3 (11)
yang berasal dari sludge thickener dengan
sludge dari outlet secondary treatment yang BE2 atau BI3 = BI4atau QE3 (12)
akan menghasilkan biosludge, kemudian Pada secondary treatment,aktivated sludge
dilanjutkan ke proses sludge dewataring. neraca massanya berasal dari equllizatin basin
Sludge dewatering adalah suatu alat untuk ke aeration tank (reaktor anaerobik) sebagai I4
pembuangan akhir sludge dengan yang menghasilkan outlet berupa coefficient (E4)
mengeluarkan air dalam jumlah yang cukup untuk secondary clarifier yang menghasilkan
banyak sehingga lumpur berbentuk seperti output sebagai effluent/excavation (E5), dimana
padatan, pengoperasiannya dapat dikerjakan recycle-nya kembali ke aeration tank (R4),
melalui beberapa proses, salah satu sedangkan lumpur sebagai S3 keluar ke sludge
contohnya adalah sludge drying bels, pada mixing. Lumpur yang keluar dari sludge mixing
proses ini terdiri dari lapisan pasir kasar ke sludge dewatering sebagai (S5). Persamaan
(kerikil) dengan ukuran yang berbeda, dan neraca massanya sebagai berikut:
pipa didesain berlubang-lubang tujuannya
sebagai jalan aliran air. Air limbah hasil d. Neraca Massa di Sludge Mixer
penirisan lumpur dikembalikan ke primary Q S4 = Q S2 + QS3 (13)
clarifier. Q T +Q T
TS4 = S2 S2Q S3 S3
S4 (14)
2.2.4.Menghitung Neraca Masa IPAL QS2 BS2 + QS3 BS3
BS4 =
Persamaan Matematika IPAL untuk Industri QS4
(15)
sawit, adalah dengan menghitung parameter e. Neraca Massa di Sludge Thickener
air limbah disetiap treatmentseperti; Q
adalah flowrate air limbah (m3/hr), B adalah
BOD yang terkandung dalam air limbah,
mg/l), dan T adalah solid loading rate atau
Total Suspended Solid dalam air limbah atau
disingkatTSS (mg/L). Perhitungannya
menggunakan matematika neraca massa
(Hadlock. 2002), seperti: QI1,TI,BI, =

1154
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

TR2 = (1-F) (c3 + c4F) (16) membentuk dua zona, melalui baik pada
BR2 = BS1 (17) tahapan proses fisika maupun kimia. Proses
TS1 + XS1 kimia yang dilakukan yaitu dengan cara
Q R2 = (R)(QS1 )
TR2 + XR2 (18) koagulasi, zat kimia yang dipilih adalah lime
(kapur) dengan formula kimianya CaCO 3.
QS2= QS1 – QR2 (19) Penambahan CaCO3 ini harus tetap dijaga
Q S1 TS1 – Q R2 TR2 pH limbahnya di antara 6,5-8,5 (Utomo,
TS2 = 2007).
Q S2 (20)
Pada secondary treatment,aktivated sludge
BS2 = BS1 (21)
f. Neraca Massa di Sludge Dewatere berasal dari equalizatin basin, Di reaktor
diinjeksikan udara, nitrogen dan fosfor
TR1 = (1-F) (d3 + d4F + d5F2) (22)
BR1 = BS4 (23) tujuannya untuk proses anaerobik kemudian
(TS4 + X S4 ) sebagai waste flow tersebut dibuang ke
Q R1 = R Q S4 (24) sungai, sedangkan sludge dialirkan ke unit
TR1 + X R1 sludge mixing bercampur dengan aliran
QS5 = QS4 – QR1 (25) lumpur dari sludge thickener, ke-2 (dua)
(QS4 TS4 )−(QR1bTR1b) (26)
TS5 = aliran lumpur tersebut diproses lebih lanjut
S5Q
pada sludge akhir yaitu unit sludge
dewatering.
3. Luaran dan Spesifikasi
Tahapan IPAL dalam prakteknya tidak
4.2. Hasil Perhitungan Neraca Massa
memenuhi syarat teoritis yang semestinya,
Hasil perhitungan saat awal proses treatment,
banyak ditemukan kadar output limbah tidak
dengan satuan mg/L,
memenuhi baku mutu lingkungan yang
diizinkan. Ini perlu beberapa proses pada
Tabel 2.Neraca Massa Debit Air Limbah
tahapan treatment harus diinovasi agar
Unit Neraca Q
sludge dan BOD dalam air limbah yang akan
T r ea t m e n t Balance ton/hari
dibuang ke badan air limit mendekati nol jauh Primary Clarifier I1 E1 + S1 2,32 x10
4
dibawah ambang batas yang ditentukan. Spill Basin I2 E2 2,32 x10
4

Inovasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Equalization I3 E3 2,32 x10


4

pada tahapan primarytreatment yang Basin


6
dilengkapi dengan sluge thickener dan spill Secondary I4 + R4 E5 + S3 3,05x10
basin. Treatment
4
Unit spill basin, sangat diperlukan untuk Sludge S1 S2 +R2 5,55x10
melindungi proses bagian bawah dari Thickener
6
Sludge S2 + S4 2,88x10
pengaruh aliran puncak dengan cara
Mixer S3
menyediakan volume ekstra agar aliran bisa Sludge Dewater 6
S4 S5 + R1 2,88x10
seimbang sehingga proses untuk pemisahan
sludge lebih optimal, dan unit sludge
4.3. Analisis di Effluent InovasiIPAL
thickener, dalam pengoptimalan pengentalan
Besarnya nilai TSS dan BOD dari E5 di
lumpur dengan cara meningkatkan
effluent IPAL, dan dari ke-3 (tiga) industri
konsentrasi lumpur dan mengurangi volume
sawit, yang dihitung menggunakan IPAL
lumpur kemudian lumpur yang sudah kental
inovasi, menghasilkan parameter dibawah
yang menghasilkan biosludge, dalam lumpur
BMLC industri yang diizinkan, yaitu terdiri dari;
dialirkan ke sludge mixing dan sludge
a) output scoundary treatnent dan yang akan
dewateringsebagai pembuangan akhirsludge
dibuang ke sungai, yaitu TSS sebesar 7.7
padatan, dengan proses sludge drying bels,
mg/L, dan BOD sebesar 2.83 mg/L. b) output
sedangkan air limbah hasil penirisan lumpur
sludge dewatering dan akan ditampung pada
sebagian dapat di recycle dikirim ke primary
removal fasilities, berupa sludge, yaitu Q
clarifieruntuk dimanfaatkan pemisahan
sebesar 2.87 x 1012 ton/hari, TSS sebesar
limbah yang baru lagi dan sebagian air
724.48 mg/L, dan BOD sebesar 3.349,84
limbah yang sedikit mengandung sludge
mg/L
(limit mendekati nol) dapat dibuang ke badan
air atau sungai lihat Gambar 1.

4. Pembahasan Hasil
4.1. Analisis Tahapan Treatment
Tabel 3.Analisis TSS dan BOD di IPAL
Dalam tahapan awal proses di
primarytreatment adalah proses
IPALIndustri Sawit, dengan Q
primaryclarifier, tujuannya untuk memisahkan Influent (ton/hari)
air limbah dan lumpur (sludge) sehingga

1155
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014
ISSN : 2339-1553

Parameter IPAL (Gasing/Inovasi/Standar*) Treatment Models (Final Report)., Technical


mg/l Sawit 1, Sawit 2, Sawit 3, University of Nova Scotia Halifax, Nova
1600 603 163 Scotia.
TSS 87/19,9 63/03,1 33/0,2
/100* /100* /100* Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan
BOD 51/7,4 48/0,8 29/0,3 dan Limbah Industri. CV Yrama Widya,
/60* /60* /60* Bandung.
Keterangan: * Standar BMLC , Peraturan Hadlock. 2002. Mathematical Modeling in The
GubSum Sel No 18, Th 2005. Environment. Published by The
Mathematical Association of America.
Padatan seperti sludge dapat menjadi
masalah besar apa bila tidak difikirkan Hasmawaty, M. Faizal, M. Hasyim. 2005.
solusinya, karena ada pengaruh kelarutan Mendapatkan Model Matematika Laju
oksigen akan terjadi. Pengaruh kelarutan Kecepatan Reaksi dengan Pengolahan
oksigen karena adanya padatan tersuspensi, Limbah Cair Minyak Bumi . Jurnal Tekno.
artinya zat padat terlarut dan tersuspensi Vol 2: 57-72, April 2005. Fakultas
Teknik,Universitas Bina Darma
dalam air sungai berupa sludge yang makin
hari akan makin meningkat dapat Hasmawaty. 2011. Analisis Air Limbah di Influent
mengakibatkan semakin berkurangnya dan Effluent IPAL Industri (Karet, Sawit, dan
kelarutan oksigen dalam air, sehingga Kelapa Kopra). Jurnal Tekno. Vol 2.Agustus
kualitas sungai akan menurun. Dimana 2011. Fakultas Teknik,Universitas Bina
seharusnya zat padat terlarut di dalam Darma
sungai tidak lebih dari 500 mg/L. Air sungai
dapat dikatakan masih dianggap baik, Kristanto, P. 2006. Ekologi Industri. Penerbit
apabila adanya tanda kehidupan tumbuh- ANDI, Yogyakarta.
tumbuhan dan hewan di dalamnya. IPAL Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan
inovasi dapat memberikan solusi mengontrol Nomor 18. Tahun 2005.Tentang Baku Mutu
dan mengatur output air limbah dengan Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri,
memperhitungkan beban limbah (polluting Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan
load) pada suatu perairan, terutama khusus Pertambangan Batu Bara. Provinsi
untuk limbah organik. Hal ini penting juga Sumatera Selatan.
bagi pemerakarsa proyek, untuk menghindari
beban biaya yang terlalu tinggi akibat Problogger. 2007. Kajian Proses Start-Up
pengolahan limbah yang terlalu intensif. Sequencing Batch Reactor (SBR) Dalam
Pengolahan Limbah Cair Industri Karet.
5. SIMPULAN Suardana, I.W. 2005. Penggunaan Enceng
Dari tiga sampel limbah cair industri kelapa Gondok Sebagai Teknik Alternatif
sawit di Gasing, setelah di hitung dengan Pengolahan Limbah Cair. Jurnal Veteriner-
inovasi IPAL mengandung rata-rata TSS Fakultas Kedokteran Universitas
sebesar 7,7mg/L dibawah ambang batas Udayana.mhtml:file://F:\kawasan industri
yang diizinkan dari BMLC industri sebesar enceng gondok.
100 mg/L. BOD dihasilkan rata-rata sebesar
2,83 mg/L sedangkan BMLC industri untuk Sakti, Siregar .A. 2005. Instalasi Pengolahan Air
Limbah (Menuntaskan Pengenalan Alat-alat
BOD diizinkan 60 mg/L. TSS dihasilkan dari dan Sistem Pengolahan Air Limbah.
sludge dewatering sebesar 724,48 mg/L per Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
hari ditampung pada sludge removal
facilities. Utomo, T.P. 2007. Optimasi Proses Penyisihan
Karbon dan Nitrogen Secara Simultan Dari
6. DAFTAR PUSTAKA Limbah Cair Industri Karet Remah
Menggunakan Sequencing Batch
Lycon, Fels,. 1994. Environmentally Sensitive Reaktor.Jurnal Lampung University Library.
Invertment System (ESIS), wastewater

1156

Anda mungkin juga menyukai