Anda di halaman 1dari 19

SOSIO e-KONS Vol.6 No.1 2014 Nani Hanifah, Perbandingan tingkat ...

(41-55)

PERBANDINGAN TINGKAT KESUKARAN, DAYA PEMBEDA


BUTIR SOAL DAN RELIABILITAS TES BENTUK PILIHAN
GANDA BIASA DAN PILIHAN GANDA ASOSIASI MATA
PELAJARAN EKONOMI
Nani Hanifah
Program Studi Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta
hanifah.nani@ymail.com

Abstract; The purpose of this research was to determine the difference of the item
difficulty levels, the item discrimination powers, and the test reliabilities between the
ordinary multiple choice (OMC) test and the association multiple choice (AMC) test.
The population of the research was the second grade students of SLTPN 15 Bekasi,
consisting 112 respondents. This quasi experimental research had utilized two group,
randominized subjects post-test only design, using two treatments for each respondent,
by giving them the OMC test and the AMC test after three week. The result of this
research showed that the items difficulty levels of the AMC test was higher or the AMC
test was more difficult than the OMC test. The research also indicated that the items
discrimination powers of the AMC test was higher or the AMC test was more effective
to differentiate between the higher ability testee and the lower ability testee than the
items the OMC test. This research also indicated that not different test reliability
between the AMC test and the OMC test.

Keywords: the difficulty level, the discrimination power, the reliability test, the
ordinary multiple choice (OMC), the association multiple choice (AMC).

Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kesukaran, daya
pembeda butir soal dan reliabilitas tes bentuk pilihan ganda biasa (PGB) dan pilihan
ganda asosiasi (PGA). Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas II SLTP 15 Bekasi di
semester 2, yang terdiri dari 112 siswa. Ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan
rancangan dua kelompok subyek diacak dengan hanya pemberian tes akhir. Penelitian
dilakukan dengan cara setiap siswa dikenai dua kali perlakuan yaitu diberikan tes
dengan bentuk pilihan ganda biasa, tiga minggu kemudian diberikan lagi tes dengan
bentuk pilihan ganda asosiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa butir soal tes
bentuk pilihan ganda asosiasi memiliki tingkat kesukaran lebih tinggi atau bentuk
pilihan ganda asosiasi lebih sukar daripada tes bentuk pilihan ganda biasa. Penelitian ini
juga menyimpulkan bahwa butir soal tes bentuk pilihan ganda asosiasi memiliki daya
pembeda lebih tinggi atau tes bentuk pilihan ganda asosiasi lebih mampu membedakan
peserta tes yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah daripada tes
bentuk pilihan ganda biasa. Disimpulkan juga bahwa tidak ada perbedaan reliabilitas tes
antara tes bentuk pilihan ganda asosiasi dan tes bentuk pilihan ganda biasa.

Kata-kata kunci: tingkat kesukaran, daya pembeda, reliabilitas tes, tes bentuk Pilihan
ganda biasa (PGB), tes bentuk pilihan ganda asosiasi (PGA).

1
SOSIO e-KONS Vol.6 No.1 2014 Nani Hanifah, Perbandingan tingkat ...(41-55)

PENDAHULUAN mempunyai kemampuan tinggi dengan


Setiap sekolah mengadakan siswa yang mempunyai kemampuan
evaluasi (penilaian), mulai dari evaluasi rendah. Apakah benar pandangan ini?
formatif sampai evaluasi sumatif Untuk menjawab pertanyaan tersebut
termasuk Ujian Sekolah (US) dan Ujian maka perlu diadakan penelitian tentang
Nasional (UN). Data hasil penilaian perbandingan tingkat kesukaran, daya
dapat memberikan informasi yang akurat pembeda butir soal dan reliabilitas tes
untuk pengambilan keputusan tentang bentuk pilihan ganda biasa dan bentuk
daya serap siswa terhadap materi pilihan ganda asosiasi.
pelajaran, perbaikan proses belajar Masalah yang akan dibahas dalam
pembelajaran, bimbingan dan konseling penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
terhadap siswa yang bermasalah, berikut: (1). Apakah terdapat perbedaan
kenaikan kelas dan kelulusan, apabila tingkat kesukaran butir soal tes bentuk
diperoleh dari hasil pengukuran prestasi pilihan ganda biasa dan pilihan ganda
belajar yang dilakukan dengan cermat asosiasi? (2). Apakah terdapat perbedaan
dengan alat ukur yang disebut tes prestasi daya pembeda butir soal tes bentuk
belajar yang di dalamnya terdapat tes pilihan ganda biasa dan pilihan ganda
subyektif dan tes obyektif. asosiasi? (3). Apakah terdapat perbedaan
Tes obyektif khususnya bentuk reliabilitas tes bentuk pilihan ganda biasa
tes pilihan ganda di Indonesia digunakan dan pilihan ganda asosiasi?
pada tes formatif dan tes sumatif yang
juga di dalamnya terdapat ujian sekolah, TINJAUAN PUSTAKA
ujian nasional dan digunakan juga pada Hakikat Tes
ujian masuk perguruan tinggi. Anas Sudijono (2006:93)
Keunggulan penggunaan bentuk tes mengatakan bahwa tes adalah alat atau
pilihan ganda adalah dapat mencakup prosedur yang digunakan dalam rangka
banyak pokok bahasan dan mudah pengukuran dan penilaian.
penyekorannya. Jenis tes bentuk pilihan Sedangkan menurut Ratna sayekti
ganda antara lain pilihan ganda biasa dan (2008:5), tes adalah seperangkat butir
pilihan ganda asosiasi. Sekarang ini tes atau pernyataan yang dibuat untuk
bentuk pilihan ganda asosiasi pada ujian diberikan kepada siswa dengan syarat-
sekolah dan ujian nasional di SD, SMP, syarat tertentu atau tes adalah prosedur
SMA/SMK tidak digunakan lagi. yang sistematis untuk mengobservasi
Sedangkan pada ujian masuk perguruan tingkah laku.
tinggi bentuk tes pilihan ganda asosiasi Cronbach (2004:26)
masih digunakan sehingga peserta tes mengemukakan bahwa tes adalah
yang pada umumnya lulusan SMA/SMK merupakan suatu prosedur yang
mengalami kesulitan dalam menjawab sistematis untuk mengamati atau
soal-soal bentuk pilihan ganda asosiasi mendeskripsikan satu atau lebih
karena mereka tidak terbiasa menghadapi karakteristik seseorang dengan
bentuk soal tersebut. menggunakan standar numerik atau
Tidak digunakannya bentuk soal sistem kategori.
pilihan ganda asosiasi di sekolah-sekolah Menurut Anne Anastasi
karena soal-soal bentuk pilihan ganda (2007:25), tes adalah alat pengukur yang
asosiasi dianggap lebih sulit mempunyai standar obyektif sehingga
dibandingkan dengan bentuk soal pilihan dapat digunakan secara meluas serta
ganda biasa dalam pengerjaan soal betul-betul dapat digunakan untuk
maupun dalam pembuatannya tapi lebih mengukur dan membandingkan keadaan
dapat membedakan siswa yang psikis atau tingkah laku individu.
2
Crocker dan Algina dalam Suke seimbang dalam bahan pelajaran , tingkat
Silverius (2001:4) mengatakan bahwa tes kesukaran dan tujuan pengajaran, (5)
adalah suatu proses baku untuk membedakan artinya hasil tes hendaknya
memperoleh sampel tingkah laku dari dapat membedakan prestasi belajar tiap
suatu ranah tertentu. siswa yang berhasil, kurang berhasil dan
Dari beberapa pengertian tes yang tidak berhasil, (6) norma artinya hasil tes
dikemukakan di atas dapat disimpulkan mudah diukur menurut norma atau aturan
bahwa tes adalah cara atau alat yang tertentu, (7) jujur artinya tes
digunakan untuk mengukur dan menilai mengemukakan masalah yang wajar
pencapaian suatu tujuan yang telah bukan jebakan, (8) praktis artinya
ditetapkan. Tes hasil belajar adalah tes ditinjau dari pembiayaan efisien dan
yang diberikan setelah materi pelajaran mudah dilaksanakan.
diberikan kepada siswa berupa tes lisan, Bloom mengemukakan dalam
tes tertulis atau tes perbuatan untuk Suharsimi Arikunto (2009:7), ada tiga
mengetahui keberhasilan pencapaian ranah/domain yang disebut taksonomi
tujuan pengajaran. tujuan pengajaran yang harus
Norman E. Gronlund (2002:106) diperhatikan dalam pembuatan tes yaitu
mengemukakan bahwa ada enam prinsip ranah kognitif (pengetahuan:knowledge,
yang harus diperhatikan dalam menyusun pemahaman:comprehension,
tes hasil belajar yaitu (1) tes hasil belajar penerapan:aplica
hendaknya mengukur hasil belajar yang tion, penguraian:analysis,
telah ditentukan dengan jelas dan sesuai penyimpulkan:syntesis,
dengan tujuan pengajaran, (2) tes hasil penilaian:evaluation), ranah afektif
belajar hendaknya mengukur sampel (pendapat:opinion, sikap:attitude,
yang representatif dari hasil belajar dan nilai:value) dan ranah psikomotor
bahan-bahan yang tercakup dalam (berhubungan dengan keterampilan dan
pengajaran, (3) tes hasil belajar gerakan tubuh).
hendaknya mencakup jenis-jenis
pertanyaan yang paling sesuai untuk Kualitas Tes
mengukur hasil belajar yang diinginkan, Menurut Wayan Nurkancana
(4) tes hasil belajar hendaknya (2002:141), tes berkualitas baik dapat
direncanakan agar hasilnya sesuai dengan dianalisis dari empat kriteria adalah (1)
hasil atau tujuan yang diinginkan untuk validitas artinya tes tersebut dapat
keperluan tertentu, (5) tes hasil belajar mengukur apa yang hendak diukur, (2)
hendaknya dibuat dengan reliabilitas reliabilitas artinya tes tersebut dapat
yang tinggi dan kemudian harus menunjukkan hasil yang konsisten (tetap)
ditafsirkan dengan hati-hati, (6) tes hasil walaupun sudah berkali-kali tes tersebut
belajar hendaknya dipakai untuk dilakukan, (3) tingkat daya pembeda
memperbaiki hasil belajar. artinya tes tersebut dapat membedakan
Menurut Slamento (2008:19) siswa menurut tingkat kemampuannya,
syarat-syarat tes yang baik adalah (1) (4) tingkat kesukaran artinya memiliki
sahih (valid) artinya tes harus dapat keseimbangan antara butir soal sukar,
mengukur yang seharusnya diukur, (2) sedang dan mudah.
andal (reliabel) artinya jika digunakan Sedangkan menurut Suharsimi
kepada sekelompok siswa yang arikunto (2009:56), persyaratan sebuah
sama/equivalen beberapa kali dalam tes dikatakan baik jika memiliki (1)
waktu berbeda, hasilnya akan sama, validitas, menunjukkan ketepatan, (2)
(3) obyektif artinya tidak dicampuri reliabilitas, menunjukkan ketetapan, (3)
pengaruh subyektif dari pihak penilai, (4) obyektivitas, menunjukkan tidak
dipengaruhi oleh subyektifitas, (4) portofolio (portfolio). Sikap (attitude),
kepraktisan, artinya mudah dilaksanakan, penilaian diri (self evaluation). Bentuk
tidak menuntut peralatan yang sulit dan tes pilihan ganda terdapat pada teknik tes
mudah mengoreksinya, (5) ekonomis tertulis.
menunjukkan efisiensi artinya tidak Suharsimi Arikunto (2009:23),
membutuhkan waktu yang lama, biaya secara garis besar alat evaluasi
yang mahal dan tenaga yang banyak. digolongkan menjadi dua macam yaitu
Sumadi Suryabrata (2007:32) tes dan non tes.
mengidentifikasikan enam persyaratan Tes dapat berupa tes formatif dan
tes yang baik yaitu (1) tes harus reliabel, sumatif. Tes formatif adalah tes yang
(2) tes harus valid, (3) tes harus obyektif, dilakukan setiap akhir satu atau beberapa
(4) tes harus diskriminatif, (5) tes harus pokok bahasan, seperti ulangan harian,
komprehensif, (6) tes harus mudah UTS (Ulangan Tengah Semesester) dan
digunakan. tugas, tujuannya lebih kepada perbaikan
Dalam persyaratan tes yang baik, proses pembelajaran. Tes formatif
tes harus reliabel artinya tes tersebut termasuk dalam penilaian proses
tetap hasilnya walaupun sudah berkali- pembelajaran. Tes sumatif adalah tes
kali dilakukan. Tes harus valid artinya tes yang dilakukan pada akhir semester atau
tersebut tepat mengukur kemampuan akhir tahun, berupa UAS (Ulangan Akhir
yang hendak diukur. Tes harus obyektif Semester), Ujian Nasional (UN) dan
artinya menilai sesuai dengan Ujian Sekolah (US), tujuannya untuk
kemampuan siswa, tes harus menentukan kenaikan tingkat/kelas dan
diskriminatif artinya hasil tes tersebut kelulusan. Tes formatif termasuk dalam
dapat membedakan siswa yang penilaian hasil pembelajaran.
mempunyai kemampuan rendah, sedang Tes juga dapat berupa pre test dan
dan tinggi. Tes harus komprehensif post tes. Pre tes adalah tes yang diberikan
artinya soal tes mencakup keseluruhan sebelum diberikan materi pelajaran,
materi yang telah diajarkan. Tes harus bertujuan untuk mengetahui seberapa
mudah digunakan artinya tes tersebut jauh pengetahuan yang dikuasai siswa
dapat dilaksanakan dengan mudah sesuai tentang materi pelajaran yang akan
dengan waktu, tenaga, biaya dan diberikan dan menarik perhatian dan
sarana/prasarana yang ada di sekolah konsentrasi siswa terhadap materi
tersebut. pelajaran yang akan diberikan.
Sedangkan post test adalah tes yang
Bentuk Tes diberikan kepada siswa setelah siswa
Menurut Ngalim Purwanto diberikan materi pelajaran, bertujuan
(2001:35), tes yang biasa dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian
terdiri dari tes lisan (oral test), tes tertulis keberhasilan terhadap materi yang telah
(written test) dan tes perbuatan (practice diberikan.
test). Tes tertulis dibagi menjadi tes
obyektif dan tes uraian (essay). Tes Bentuk Soal Pilihan Ganda
obyektif terdiri dari tes pilihan ganda, tes Menurut Depdiknas (2007:31)
benar salah, tes menjodohkan, dan tes bentuk soal pilihan ganda terdiri dari dua
isian, sedangkan tes uraian terdiri dari bagian yaitu pokok soal (stem) yang
uraian bebas dan uraian terbatas. berisi permasalahan yang akan
Bentuk atau teknik tes menurut ditanyakan dan sejumlah pilihan atau
Depdiknas (2007:4) yaitu unjuk kerja kemungkinan jawaban (option). Dari
(performance), penugasan (project), hasil sejumlah pilihan jawaban yang
kerja (product), tertulis (paper & pen), disediakan hanya ada satu jawaban yang
paling tepat, sedangkan kemungkinan Jawabannya adalah b. Filipina
jawaban lain disebut pengecoh
(distractor). Ditinjau dari ragamnya, Bentuk Soal Pilihan Ganda Asosiasi
bentuk soal pilihan ganda terdiri dari: (Kompleks)
pilihan ganda biasa, pilihan ganda Depdikbud (2007:46)
asosiasi, pilihan ganda hubungan sebab mengemukakan bahwa bentuk pilihan
akibat. ganda asosiasi ini hampir sama dengan
Saifuddin Azwar mengatakan bentuk pilihan ganda biasa tetapi bentuk
(2006:75) bahwa bentuk soal pilihan pilihan ganda asosiasi mempunyai
ganda mempunyai keunggulan dan kombinasi pernyataan, dari kombinasi
kelemahan. Keunggulannya: (1). Dapat pernyataan itu hanya ada satu jawaban
memuat soal yang banyak sehingga yang betul.
mencakup materi dan tujuan yang luas. Sedangkan Suryabrata (2007:48)
(2). Mudah dan cepat dalam mengatakan bahwa bentuk pilihan ganda
pengoreksian jawaban dan pemberian asosiasi disebut juga bentuk pilihan
skor. (3). Dengan menggunakan lembar ganda kombinasi karena alternatif
jawaban lebih efisien. (4). Obyektivitas jawaban betulnya kemungkinan tunggal
tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah dan kemungkinan merupakan gabungan
(1). Dalam membuat soal sulit, makan dari beberapa alternatif jawaban betul.
banyak waktu, pikiran dan tenaga. (2). Contoh bentuk soal pilihan ganda
Hanya dapat mengungkapkan kompetensi asosiasi:
untuk tujuan kognitif saja. (3). Petunjuk: untuk butir-butir soal
Kemungkinan jawaban benar hanya berikut pilihlah:
tebakan semata. a. Jika hanya (1), (2), dan (3)
betul
Bentuk Soal Pilihan Ganda Biasa b. Jika hanya (1) dan (3) betul
Ign Masidjo (2005:48) c. Jika hanya (2) dan (4) betul
mengemukakan, pada bentuk soal pilihan d. Jika hanya (4) betul
ganda biasa, siswa dihadapkan pada e. Jika semuanya
pernyataan atau pertanyaan yang berisi betul Contoh soal:
permasalahan dan sejumlah alternatif Peraturan dalam
jawaban, siswa harus memilih satu koperasi berupa…
jawaban yang paling benar atau yang 1. Al 2. AD 3. AU
paling tepat. 4. ART
Juga dikatakan oleh Don F. Blood Jawaban:
dan William C. Budd (2002:81) bahwa c
soal pilihan ganda biasa terdiri dari
pernyataan yang menyatakan sebuah Perbedaan antara bentuk soal
masalah dan biasanya ada tiga sampai pilihan ganda biasa dan bentuk soal
lima alternatif jawaban, salah satunya pilihan ganda asosiasi hanya pada
jawaban benar, yang lainnya disebut alternatif jawabannya. Pada bentuk soal
pengecoh. Dengan kata lain bentuk pilihan ganda biasa, tiap alternatif
pilihan ganda biasa jawaban benarnya jawaban berbentuk jawaban tunggal.
tunggal. Sedangkan pada bentuk soal pilihan
Contoh soal bentuk pilihan ganda biasa: ganda asosiasi, alternatif jawabannya
1. Salah satu Negara anggota dapat berupa gabungan jawaban betul.
ASEAN adalah Menurut Ign Masidjo (2005:49),
a. Amerika b. Filipina untuk pilihan ganda kompleks (asosiasi)
c. Cina d. Australia cara menjawabnya lebih kompleks.
Terdapat perbedaan antara bentuk
pilihan
ganda biasa dan pilihan ganda asosiasi tingkat kesukaran suatu butir soal dapat
dalam cara menjawab. disebabkan oleh kerumitan
Dalam menjawab soal bentuk (kompleksitas) pokok soal dan kondisi
pilihan ganda asosiasi lebih sulit dari pilihan jawaban yang disediakan. Dalam
pada menjawab soal bentuk pilihan ganda arti keluasan pertanyaan soal sering
biasa karena dalam menjawab soal membingungkan peserta tes dan alternatif
bentuk pilihan ganda biasa, peserta tes jawaban yang homogen atau kalimat soal
hanya menempuh satu tahap yaitu sulit dipahami atau mempunyai
memilih satu jawaban dari beberapa pengertian ganda bagi peserta tes.
alternatif jawaban yang disediakan. Menurut Anastasi dan Susan
Sedangkan untuk menjawab soal bentuk Urbina (2007:128), tingkat kesukaran
pilihan ganda asosiasi peserta tes soal berkaitan dengan persentase peserta
menempuh tiga tahap. Tahap pertama, yang menjawab soal dengan benar.
mengidentifikasi satu atau lebih jawaban Semakin mudah butir soal, makin
betul di antara jawaban (1), (2), (3), dan besarlah persentasenya. Jika tingkat
(4). Tahap kedua, menghubungkan kesukaran 70 % (p=0,70), soal tersebut
jawaban yang telah diidentifikasi dengan dianggap lebih mudah dibandingkan jika
petunjuk pengerjaannya. Tahap ketiga, tingkat kesukaran soalnya 15 %
memilih alternatif jawaban dalam bentuk (p=0,15).yang paling baik adalah soal
huruf. yang mempunyai tingkat kesukaran 0,50.
Wayan Nurkancana (2002:161)
Tingkat Kesukaran Soal (Difficulty mengemukakan tentang klasifikasi
Level) tingkat kesukaran soal yaitu jika nilai p
Saifudin Azwar (2006:129) (prosentase tingkat kesukaran soal) =
mengatakan bahwa tingkat kesukaran 0,81 – 1,00 butir soal mudah sekali, jika
butir soal adalah proporsi antara nilai p= 0,61- 0,80 butir soal mudah, jika
banyaknya peserta tes yang menjawab nilai p= 0,41 – 0,60 butir soal sedang,
butir soal dengan benar dengan jika nilai p= 0,21 – 0,40 butir soal sukar,
banyaknya peserta tes. Hal ini berarti jika nilai p= 0,00 – 0,20 butir soal sukar
makin banyak peserta tes yang menjawab sekali.
butir soal dengan benar maka makin Nana Sujana (2002:135)
besar indeks tingkat kesukaran, yang mengatakan bahwa terdapat tingkat
berarti makin mudah butir soal itu. kesukaran mudah, sedang dan sukar.
Sebaliknya makin sedikit peserta tes yang Tingkat kesukaran yang baik adalah 0,25
menjawab butir soal dengan benar maka sampai 0,75. Soal yang mempunyai
soal tersebut makin sukar. tingkat kesukaran di bawah 0,25 berarti
Sedangkan menurut HJX. soal itu sukar, sebaliknya soal yang
Fernades (2004:60), tingkat kesukaran mempunyai tingkat kesukaran di atas
butir soal diukur oleh persentase siswa 0,75 adalah soal itu terlalu mudah.
yang menjawab soal dengan benar. Jika Berdasarkan teori-teori yang telah
soal mudah maka indeks kesukaran lebih dikemukakan, tingkat kesulitan soal
tinggi. Soal dengan nilai p yang adalah seberapa mudah dan seberapa
mendekati 0 adalah soal yang sangat sulitnya suatu soal bagi siswa. Tingkat
sulit, sedangkan soal dengan nilai p kesukaran dinyatakan dengan persentase
mendekati 1 adalah soal yang sangat siswa yang menjawab soal dengan benar.
mudah. Indeks tingkat kesukaran yang Makin besar persentase siswa yang
sangat baik adalah 0,3 sampai 0,7. menjawab soal dengan benar, makin
Bistok Sirait (2009:301) mudah soal itu. Sebaliknya makin kecil
berpendapat bahwa tinggi rendahnya persentase siswa yang menjawab soal
SOSIO e-KONS Vol.6 No.1 2014 Nani Hanifah, Perbandingan tingkat ...(41-55)

dengan benar, makin sukar soal itu. perbedaan persentase dari 27 % siswa
Dengan demikian soal yang dijawab yang mendapat nilai tinggi (kelompok
benar oleh 85 % siswa, dinyatakan atas) dan 27 % siswa yang mendapat nilai
mempunyai tingkat kesukaran 0,85, rendah (kelompok bawah). Soal yang
tentunya soal ini lebih mudah dari soal mempunyai indeks daya pembeda antara
yang mempunyai tingkat kesukaran 20 % 0,15 sampai 0,20 atau lebih tinggi
(0,20). menunjukkan daya pembeda yang baik.
Berdasarkan pendapat-pendapat
Daya Pembeda Soal (Discrimination yang telah dikemukakan di atas, daya
Power) pembeda soal adalah kemampuan soal
Dali S. Naga (2002:67) untuk membedakan kelompok peserta tes
mengatakan bahwa daya pembeda soal berkemampuan tinggi dan kelompok
adalah kemampuan soal dengan skornya peserta tes yang berkemampuan rendah.
dapat membedakan peserta tes dari Nilai daya pembeda dinyatakan melalui
kelompok tinggi dan kelompok rendah. indeks daya pembeda. Makin tinggi atau
Dengan kata lain makin tinggi daya makin besar indeks daya pembeda soal,
pembeda soal makin banyak peserta dari makin besar soal tersebut dapat
kelompok tinggi yang dapat menjawab membedakan antara kelompok tinggi dan
soal dengan benar dan makin sedikit kelompok rendah. Untuk menghitung
peserta tes dari kelompok rendah yang daya pembeda soal mengambil dari 27 %
dapat menjawab soal dengan benar. Agar kelompok tinggi dan 27 % dari kelompok
dapat diterima maka nilai D rendah. Nilai indeks daya pembeda soal
(discrimination: daya pembeda soal) berkisar antara –1 sampai +1. Jika siswa
adalah 0,30 atau lebih. Sedangkan untuk kelompok tinggi dapat menjawab soal
dapat dinyatakan cukup memuaskan dengan benar lebih besar dari siswa
adalah 0,40 ke atas. kelompok rendah maka indeks daya
Menurut Charles D. Hopkins dan pembeda positif. Jika siswa kelompok
Richard L. Antes (1999:159), indeks tinggi dan rendah sama-sama dapat
daya pembeda soal mengukur bagaimana menjawab soal dengan benar maka soal
baiknya sebuah soal membedakan tingkat tersebut mempunyai daya pembeda nol.
kemampuan siswa. Indeks daya pembeda Jika siswa kelompok rendah dapat
soal bernilai – 1,00 sampai +1,00. Makin menjwab soal dengan benar lebih besar
tinggi nilai D sebuah soal, makin baik dari kelompok tinggi maka soal tersebut
soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai daya pembeda negatif. Soal
berkemampuan tinggi dari siswa yang yang mempunyai indeks daya pembeda
berkemampuan rendah. Soal yang negatif dan nol, dibuang karena soal
mempunyai nilai D = 0,40 dianggap tersebut tidak dapat membedakan siswa
sangat efektif dalam membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan
yang berkemampuan tinggi dan rendah.
berkemampuan rendah. Soal yang
mempunyai nilai D antara 0,20 sampai Reliabilitas Tes
0,39 dianggap memuaskan. Soal yang Nama lain dari reliabilitas adalah
mempunyai nilai D lebih rendah dari 0,39 ketetapan, kepercayaan, kemantapan,
harus diperbaiki. keterandalan, keajegan atau kestabilan.
Sedangkan fernandes (2004:27) Sedangkan yang dimaksud dengan
mengatakan bahwa daya pembeda soal reliabilitas tes adalah sebagai berikut:
adalah kemampuan memisahkan siswa menurut Anne Anastasi dan Susan
pandai dan siswa kurang. Sedangkan Urbina (2007:63), reliabilitas tes adalah
indeks daya pembeda soal adalah kestabilan skor yang diperoleh dari orang
8
SOSIO e-KONS Vol.6 No.1 2014 Nani Hanifah, Perbandingan tingkat ...(41-55)

9
SOSIO e-KONS Vol.6 No.1 2014 Nani Hanifah, Perbandingan tingkat ...(41-55)

yang sama ketika diuji ulang dengan tes Hasil penelitian yang dilakukan
yang sama pada situasi yang berbeda. oleh Yahya Umar (2010:80),
Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil tes menunjukkan bahwa soal bentuk pilihan
sama pada seseorang walaupun telah ganda (biasa dan asosiasi) cukup efektif
diadakan pengetesan ulang pada waktu untuk mengungkapkan pengetahuan
yang berbeda. tentang proses pada bidang sosiologi dan
T. Raka Joni (2006:36) efektif mengungkapkan kemampuan
mengatakan bahwa suatu tes dikatakan analisis dan penilaian hubungan kausal
reliabel sebuah tes adalah ketetapan hasil pada mata pelajaran Fisika.
tes. Sebuah reliabilitas tes memberi nilai Hasil penelitian yang dilakukan
yang sama kepada individu yang sama oleh Sudjarwadi (2009:101),
pada setiap hasil tes. menunjukkan bahwa soal bentuk pilihan
Sedangkan Syaifuddin Azwar ganda kompleks (asosiasi) memberikan
(2006:180) mengatakan bahwa istilah tingkat kesukaran, daya pembeda dan
reliabilitas sering disamakan dengan reliabilitas yang tinggi dibandingkan
consistency, stability, yang pada dengan soal pilihan ganda biasa pada
prinsipnya menunjukkan sejauh mana mata pelajaran Kimia.
pengukuran itu dapat memberikan hasil Hasil penelitian yang dilakukan
yang relatif tidak berbeda jika dilakukan oleh Maria Ulfa (2008:130),
pengukuran kembali terhadap subyek menunjukkan bahwa soal bentuk pilihan
yang sama. ganda asosiasi mempunyai tingkat
Crocker dan Algina (1996:6) kesulitan yang lebih tinggi dari pada soal
menyebutkan bahwa tinggi rendahnya pilihan ganda biasa dan soal benar salah
koefisien reliabilitas dipengaruhi oleh pada mata pelajaran Agama.
beberapa faktor antara lain: (1) panjang Hasil penelitian yang dilakukan
tes, (2) kecepatan (batas waktu) oleh A.D. Hehahia (2007:90),
mengerjakan tes, (3) homogenitas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
kelompok, (4) kesukaran butir soal. banyaknya alternatif soal bentuk pilihan
Menurut Dali S. Naga (2008:50), ganda (biasa dan asosiasi) terhadap
cara menghitung reliabilitas yaitu: (1) reliabilitas, tingkat kesukaran, daya
reliabilitas stabilitas (uji-ulang uji), (2) pembeda butir soal.
reliabilitas ekivalensi (uji-uji setara), (3)
reliabilitas konsistensi internal (pilah METODOLOGI PENELITIAN
paro: Spearman Brown, politomi: Variabel bebas dalam penelitian
1,2,3,4,5: Alpha Cronbach, dan dikotomi: ini adalah bentuk soal tes yang terdiri
0-1: Kuder-Richardson). dari: 1) bentuk soal pilihan ganda biasa,
Berdasarkan teori-teori yang telah 2) bentuk soal pilihan ganda asosiasi.
dikemukan di atas, dapat disimpulkan Sedangkan variabel terikatnya adalah: 1)
bahwa reliabilitas suatu tes adalah tingkat kesukaran butir soal, 2) daya
keajegan suatu tes. Tes dikatakan reliabel pembeda butir soal, 3) reliabilitas tes.
apabila menunjukkan hasil yang sama Penelitian dilaksanakan di SMPN
walaupun dilakukan tes berulang ulang. 15 Bekasi pada mata pelajaran ekonomi.
Reliabilitas dinyatakan dengan angka dan Populasi penelitian adalah siswa kelas II
dikenal sebagai koefisiensi reliabilitas. sebanyak 320 orang. Untuk mengambil
Makin tinggi koefisien reliabilitas sebuah sampel penelitian menggunakan teknik
tes makin tinggi pula reliabilitas tes Stratified Proporsional Random
tersebut. Sampilng sehingga didapat sampel
penelitian sebanyak 112 orang.
Kajian Penelitian Yang Relevan
10
SOSIO e-KONS Vol.6 No.1 2014 Nani Hanifah, Perbandingan tingkat ...(41-55)

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan data lembaran jawaban


dengan menggunakan instrumen tertulis responden untuk memperoleh data
yang berjumlah 36 butir berupa tes tingkat kesukaran, daya pembeda dan
bentuk pilihan ganda biasa dan pilihan reliabilitas tes masing-masing kedua tes.
ganda asosiasi. Rancangan penelitian Terlebih dahulu dihitung rata-rata
yang digunakan adalah rancangan dua masing-masing variabel tersebut
kelompok subyek diacak dengan sehingga diperoleh rata-rataTKB, rata-
pemberian tes akhir. Penelitian ini rataTKA, rata-rata DPB, rata-rata DPA,
termasuk jenis penelitian kuasi
rata-rata rB, rata-rata rA. Untuk
eksperimen. Prosedur pemberian tes
dilakukan dengan cara: setiap responden menghitung tingkat kesukaran, daya
dikenai dua kali perlakuan yaitu pembeda butir soal dan reliabilitas tes
diberikan tes dengan butir soal bentuk menggunakan rumus tingkat kesukaran,
pilihan ganda biasa dan pilihan ganda rumus daya pembeda butir soal dan
asosiasi. Antara tes pertama dan kedua rumus reliabilitas tes, kemudian hasil
dilaksanakan dalam selang waktu tiga perhitungan tingkat kesukaran butir soal
minggu. Setiap kali pelaksanaan tes, dihubungkan dengan kriteria tingkat
kedua tes tersebut diujikan bersamaan kesukaran butir soal yaitu: (0,000 -
kepada masing-masing separuh 0,244) = sukar; (0,245 – 0,744) =
responden dengan butir soal bentuk sedang; dan rentang (0,745 – 1,000) =
pilihan ganda biasa yang diberi nama tes mudah.
tipe B dan tes dengan butir soal Hasil perhitungan daya pembeda butir
bentukpilihan ganda asosiasi yang diberi soal dihubungkan dengan kriteria daya
nama tes tipe A. Responden yang pembeda butir soal yaitu: ( 0,395 –
berdampingan mendapat tipe tes yang 1,000) = amat baik; (0,295 – 0,394) =
berbeda. Responden yang pada tes baik, 0,195 – 0,294 = cukup, -0,00 -
pertama memperoleh tes tipe A, pada tes 0,194 = jelek.
kedua memperoleh tes tipe B. Responden Langkah kedua adalah pengujian
yang pada tes pertama memperoleh tes persyaratan analisis, meliputi uji
tipe B, pada tes kedua memperoleh tes normalitas menggunakan uji Liliefors
tipe A. dan uji homogenitas variansi
Langkah-langkah dalam menganalisis menggunakan uji F.
data adalah: Langkah ketiga adalah
Langkah pertama adalah pengujian hipotesis menggunakan uji t.
menganalisis butir soal kedua tes

Tabel 1. Rancangan Penelitian Kuasi Eksperimen


Perlakuan Tes bentuk soal pilihan Tes bentuk soal pilihan
Kateristik ganda biasa (PGB) ganda asosiasi (PGA)
yg dibandingkan
Tingkat kesulitan TKB TKA
butir soal (TK)
Daya pembeda DPB DPA
butir soal (DP)
Reliabilitas tes (r) rB rA

11
SOSIO e-KONS Vol.6 No.1 2014 Nani Hanifah, Perbandingan tingkat ...(41-55)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


a. Hasil penelitian
1. Deskripsi data tingkat kesukaran butir soal
Deskripsi data tingkat kesukaran soal disajikan dalam rangkuman tabel 2:

Tabel 2. Rangkuman Data Tingkat Kesukaran Butir Soal


Tes bentuk PGB Tes bentuk PGA
Banyaknya butir soal 36 36
Rata-rata 0,6281 0,5209
Simpangan baku 0,1604 0,1591
Median 0,6445 0,5600
Tingkat kesukaran ter-Kecil 0,327 0,244
Tingkat kesukaran ter-Besar 0,848 0,789
Butir soal mudah 4 = 11,11 % 2 = 5,55 %
Butir soal sedang 31= 86,11 % 29 = 80,56 %
Butir soal sukar 1 = 2,78 % 5 = 13,89 %

2. Deskripsi data daya pembeda butir soal.


Deskripsi data daya pembeda soal disajikan dalam rangkuman berbentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 3. Rangkuman Data Daya Pembeda Butir Soal
Tes bentuk PGB Tes bentuk PGA
Banyaknya butir soal 36 36
Rata-rata 0,2438 0,3233
Simpangan baku 0,0245 0,0318
Median 0,245 0,3215
Daya pembeda ter-Kecil 0,160 0,265
Daya pembeda ter-Besar 0,276 0,411
Banyaknya butir soal dengan daya pembeda:
Amat baik 0 =0% 3 = 8,33 %
Baik 0 =0% 25 = 69,44 %
Cukup 35 = 97,22 % 8 = 22,23 %
Jelek 1 = 2,78 % 0 =0%

3. Deskripsi reliabilitas tes soal


Deskripsi data reliabilitas tes disajikan dalam rangkuman berbentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 4: Rangkuman Data Reliabilitas Tes
No. Reliabilitas tes PGB (rB) No. Reliabilitas tes PGA (rA)
1 0,775 1 0,702
2 0,690 2 0,520
3 0,608 3 0,656
4 0,454 4 0,777
5 0,700 5 0,590
6 0,818 6 0,760
7 0,596 7 0,786
Rata-rata rB=0,6630 Rata-rata rA=0,6844

12
4. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas data tingkat kesukaran, daya pembeda butir soal dan
reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan uji-L. Ringkasan hasil uji normalitas pada
tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Data Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tes dengan Kesimpulan


bentuk soal N Lhitung Ltabel α=0,05 H 0 Distribusi
PGB 36 0,1353 0,1477 Diterima Normal
PGA 36 0,1118 0,1477 Diterima Normal
Keterangan: PGB=Pilihan Ganda Biasa. PGA=Pilihan Ganda Asosiasi

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data Daya Pembeda Butir Soal

Tes dengan Kesimpulan


bentuk soal N Lhitung Ltabel α=0,05 H0 Distribusi

PGB 36 0,1366 0,1477 Diterima Normal


PGA 36 0,0779 0,1477 Diterima Normal
Keterangan: PGB=Pilihan Ganda Biasa. PGA=Pilihan Ganda Asosiasi

Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data ReliabilitasTes

Tes dengan Kesimpulan


bentuk soal N L hitung L tabel α=0,05 H 0 Distribusi
PGB 7 0,1165 0,300 Diterima Normal
PGA 7 0,2358 0,300 Diterima Normal
Keterangan: PGB=Pilihan Ganda Biasa. PGA=Pilihan Ganda Asosiasi

5. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas data tingkat kesukaran, daya pembeda butir soal dan
reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan uji-F. Ringkasan hasil uji homogenitas
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas

Kesimpulan
Variabel N Fhitung Ftabel α=0,05
H0 Distribusi
Tingkat 36 1,0158 1,76 Diterima Homogen
Kesukaran
Daya 36 1,6667 1,76 Diterima Homogen
pembeda
Reliabilitas 7 1,5469 4,21 Diterima Homogen

6. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis data tingkat kesukaran, daya pembeda butir soal dan
reliabilitas tes dilakukan dengan menggunakan uji-t. Ringkasan hasil uji hipotesis
pada tabel sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis

Variabel N thitung ttabel α=0,05 Kesimpulan


H0 H1
Tingkat Kesukaran 36 2,8435 1,667 Ditolak Diterima
Daya pembeda 36 11,866 1,667 Ditolak Diterima
Reliabilitas 7 0,3133 1,782 Diterima Ditolak

b. Pembahasan
Dari deskripsi data hasil bahwa koefisien reliabilitas tes bentuk
penelitian menunjukkan bahwa tingkat pilihan ganda biasa sebesar 0,6630
kesukaran terkecil (soal paling sukar) sedangkan koefisien reliabilitas tes
pada tes bentuk pilihan ganda asosiasi bentuk pilihan ganda asosiasi sebesar
(0,244) dibandingkan dengan tes bentuk 0,6844. Hal ini menunjukkan bahwa
pilihan ganda biasa (0,327). Sedangkan reliabilitas tes bentuk pilihan ganda
tingkat kesukaran terbesar (soal paling asosiasi tidak lebih tinggi dari tes bentuk
mudah) pada tes bentuk pilihan ganda pilihan ganda biasa atau tidak
asosiasi (0,789) dibandingkan dengan tes menunjukkan perbedaan yang berarti,
bentuk pilihan ganda biasa (0,848). Pada hasilnya hampir sama.
kriteria tingkat kesukaran soal, makin Hasil pengujian normalitas data
kecil angka yang diperoleh maka makin tingkat kesukaran butir soal
sulit soal itu. Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa Lhitung = 0,1353
bahwa tes bentuk pilihan ganda asosiasi lebih kecil dari Ltabel = 0,1477 (Lhitung <
lebih sukar dibandingkan dengan tes
Ltabel α = 0,05) pada butir soal tes bentuk
bentuk pilihan ganda biasa.
Dari deskripsi data hasil pilihan ganda biasa, berarti H0 diterima
penelitian daya pembeda butir soal menunjukkan bahwa sampel penelitian
menunjukkan pada tes bentuk pilihan berasal dari kelompok populasi yang
ganda asosiasi, butir soal amat baik: 3 = berdistribusi normal.
8,33 %, baik: 25 = 69,44 %, cukup: 8 = Hasil pengujian normalitas data
22,23 % dan jelek: 0 %, dibandingkan tingkat kesukaran butir soal,
pada tes bentuk pilihan ganda biasa, butir menunjukkan bahwa Lhitung = 0,1118
soal amat baik: 0 %, baik: 0 %, cukup: 35 lebih kecil dari Ltabel = 0,1477 (Lhitung <
= 97,22 %, jelek: 1 = 2,78 %. Hal ini Ltabel α = 0,05) pada butir soal tes bentuk
menunjukkan bahwa tes bentuk pilihan pilihan ganda asosiasi, berarti H0
ganda asosiasi mempunyai daya pembeda diterima menunjukkan bahwa sampel
lebih baik daripada tes bentuk pilihan penelitian berasal dari kelompok populasi
ganda biasa, dengan kata lain tes bentuk yang berdistribusi normal.
pilihan ganda asosiasi lebih mampu Hasil pengujian normalitas data
membedakan siswa yang berkemampuan daya pembeda butir soal, menunjukkan
tinggi dan siswa bekemampuan rendah. bahwa Lhitung = 0,1366 lebih kecil dari
Dari deskripsi data hasil Ltabel = 0,1477 (Lhitung < Ltabel α = 0,05)
penelitian reliabilitas tes menunjukkan pada butir soal tes bentuk pilihan ganda
biasa, berarti H0 diterima
menunjukkan
bahwa sampel penelitian berasal dari diterima, menunjukkan bahwa sampel
kelompok populasi yang berdistribusi penelitian berasal dari kelompok populasi
normal. yang homogen.
Hasil pengujian normalitas data Hasil pengujian hipotesis pertama
tingkat kesukaran butir soal, menunjukkan bahwa thitung = 2,8435 lebih
menunjukkan bahwa Lhitung = 0,0779 besar dari ttabel α 0,05 = 1,667 (thitung >
lebih kecil dari Ltabel = 0,1477 (Lhitung < ttabel) berarti H0 ditolak. H1 diterima.
Ltabel α = 0,05) pada butir soal tes bentuk Dengan demikian hipotesis pertama
pilihan ganda asosiasi, berarti H0 diterima yaitu butir soal bentuk pilihan
diterima menunjukkan bahwa sampel ganda asosiasi mempunyai tingkat
penelitian berasal dari kelompok populasi kesukaran yang lebih tinggi daripada
yang berdistribusi normal. butir soal pilihan ganda biasa, keduanya
Hasil pengujian normalitas data dari kisi-kisi soal yang sama.
reliabilitas tes, menunjukkan bahwa Hasil pengujian hipotesis kedua
Lhitung = 0,1165 lebih kecil dari Ltabel = menunjukkan bahwa thitung = 11,866 lebih
0,3000 (Lhitung < Ltabel α = 0,05) butir soal besar dari ttabel α 0,05 = 1,667 (thitung >
tes bentuk pilihan ganda biasa berarti H0 ttabel) berarti H0 ditolak. H1 diterima.
diterima menunjukkan bahwa sampel Dengan demikian hipotesis kedua
penelitian berasal dari kelompok populasi diterima yaitu butir soal bentuk pilihan
yang berdistribusi normal. ganda asosiasi mempunyai daya pembeda
Hasil pengujian normalitas data yang lebih tinggi daripada butir soal
reliabilitas tes, menunjukkan bahwa pilihan ganda biasa. Berarti butir soal
Lhitung = 0,2358 lebih kecil dari Ltabel = pilihan ganda asosiasi lebih mampu
0,3000 (Lhitung < Ltabel α = 0,05) butir soal membedakan antara peserta tes yang
tes bentuk pilihan ganda asosiasi, berarti berkemampuan tinggi dan peserta tes
H0 diterima menunjukkan bahwa sampel yang berkemampuan rendah. keduanya
penelitian berasal dari kelompok populasi dari kisi-kisi soal yang sama.
yang berdistribusi normal. Hipotesis penelitian ketiga
Hasil pengujian homogenitas data mengatakan bahwa diduga tes bentuk
tingkat kesukaran butir soal pilihan ganda asosiasi mempunyai
menunjukkan Lhitung = 1,0158 lebih kecil reliabilitas tes yang lebih tinggi daripada
dari Ltabel = 1,7600 (Lhitung < Ltabel α = tes bentuk pilihan ganda biasa. Dari hasil
0,05), berarti H0 diterima, menunjukkan pengujian hipotesis ketiga menunjukkan
bahwa sampel penelitian berasal dari bahwa thitung = 0,3133 lebih besar dari
kelompok populasi yang homogen. ttabel = α 0,05 = 1,782 (thitung < ttabel)
Hasil pengujian homogenitas data berarti H0 diterima. H1 ditolak. Dengan
daya pembeda butir soal menunjukkan demikian hipotesis penelitian ketiga
Lhitung = 1,6667 lebih kecil dari Ltabel = ditolak, yaitu reliabilitas tes bentuk
1,7600 (Lhitung < Ltabel α = 0,05), berarti pilihan ganda asosiasi tidak lebih tinggi
H0 diterima, menunjukkan bahwa sampel dari tes bentuk pilihan ganda biasa
penelitian berasal dari kelompok populasi karena reliabilitas tes bentuk pilihan
yang homogen. ganda asosiasi (0,6844) tidak mempunyai
Hasil pengujian homogenitas data perbedaan yang berarti, tidak jauh
reliabilitas tes, menunjukkan Lhitung = berbeda atau hampir sama dengan tes
1,5469 lebih kecil dari Ltabel = 4,210 bentuk pilihan ganda biasa (0,6630).
(Lhitung < Ltabel α = 0,05), berarti H0 keduanya dari kisi-kisi soal yang sama.
SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan Anastasi, Anne dan Susan Urbina. Tes
Berdasarkan hasil penelitian Psikologi. Jakarta: Prenhallindo,
dan pembahasan maka disimpulkan 2007.
sebagai berikut: Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar
1. Butir soal tes bentuk pilihan ganda Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
asosiasi mempunyai tingkat Bumi Aksara, 2009.
kesukaran yang lebih tinggi daripada Azwar, Saifuddin. Tes Prestasi.
butir soal bentuk pilihan ganda biasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2. Butir soal tes bentuk pilihan ganda 2006..
asosiasi mempunyai daya pembeda Azwar, Saifuddin.
yang lebih tinggi daripada butir soal
bentuk pilihan ganda biasa. Reliabilitas, Validitas,
3. Reliabilitas tes bentuk pilihan ganda Interpretasi dan Komputasi.
asosiasi tidak mempunyai perbedaan Yogyakarta:
yang berarti, tidak jauh berbeda atau Liberty, 2006.
hampir sama dengan reliabilitas tes Depdikbud. Pedoman Penulisan Soal
bentuk pilihan ganda biasa. Hasil Belajar IPS. Jakarta:
Balitbang, Sisjian, 2007.
Saran Depdiknas. Pedoman Penulisan Soal
Berdasarkan kesimpulan yang Bentuk Pilihan Ganda IPS
telah dikemukakan maka SMP. Jakarta: Dinas Pendas,
disarankan: 2004.
1. Siswa SMP dan SMA hendaknya Blood, Don F. dan Budd William.
sering dilatih untuk mengerjakan Educational Measurement and
soal bentuk pilihan ganda asosiasi Evaluation. New York: Harper
agar terbiasa dan tidak asing lagi and Row, 2002.
sehingga dapat dengan mudah Crocker, L dan J. Algina. Introduction to
mengerjakan soal bentuk pilihan Classical and Modern Test
ganda asosiasi pada seleksi masuk Theory. New York: Holt,
perguruan tinggi negeri negeri. Rinehart and Winston Inc, 1996.
2. Dalam penyelenggaraan tes prestasi Crombach, Lee J. Essential Of
belajar mulai dari tes formatif Psychologycal Testing. New
sampai tes sumatif termasuk Ujian York: Harper & Row, 2004.
Nasional (UN)/Ujian Sekolah (US) Fernandes, H.J.X. Testing and
hendaknya diikutsertakan soal Measurement. Jakarta:
bentuk pilihan ganda asosiasi Depdikbud, 2004.
bersama soal bentuk lain agar soal Gronlund, Norman E. Contruction
tes atau ujian lebih bervariasi. Achievement Test. Englewood
3. Perlu menambah jumlah soal bentuk Chiffs: Prentise-Hall, 2002.
pilihan ganda asosiasi yang lebih Hehahia, A.D. Pengaruh Jumlah
banyak di bank soal. Untuk Alternatif Tes Obyektif Bentuk
memperoleh butir soal yang bermutu Pilihan Ganda Terhadap
hendaknya melalui uji coba yang Reliabilitas, TingkkatKesukaran
terus menerus sampai menemukan dan Daya Pembeda. Tesis.
butir soal yang memenuhi syarat. Jakarta: PPsUNJ, 2007.
Hopkins, Charles D dan Antes, Richard
L.Classroom Measurement and
Evaluation. Illionis, F.E.
Peacock, 1999.
SOSIO e-KONS Vol.6 No.1 2014 Nani Hanifah, Perbandingan tingkat ...(41-55)

Joni , T. Raka. Pengukuran dan Ganda


Penilaian Pendidikan.
Surabaya: Karya Anda, 2006. KompleksMata Pelajaran
Masidjo, Ign. Penilaian Hasil Belajar Kimia. Tesis. Yogyakarta: PPs
Siswa di Sekolah. UGM, 2009.
Yogyakarta:Kanisius, 2005. Sujana, Nana. Penilaian Hasil Proses
Naga, Dali. S. Pengantar Teori Skor Belajar. Bandung: Remaja
pada Pengukuran Pendidikan. Rosdakarya,2002.
Jakarta: Gunadarma, 2002. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi
Nurkancana, Wayan dan Supartana. Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Evaluasi Hasil Belajar. Persada, 2006.
Surabaya: Usaha Nasional, 2002 Suryabrata, Sumadi. Pengembangan Tes
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Hasil Belajar. Jakarta: Rajawali,
Teknik Evaluasi Pengajaran. 2007.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Ulfa, Maria. Perbandingan Validitas dan
2001. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Sirait, Bistok. Bahan Pengajaran Untuk Antara Bentuk Tes Pilihan
Mata Kuliah Evaluasi Hasil Ganda Biasa, Pilihan Ganda
Belajar Siswa. Jakarta: Asosiasi dan Benar Salah pada
Depdikbud, 2009. Mata Pelajaran Pendidikan
Slameto. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Agama Islam. Tesis. Jakarta:
Bina Aksara, 2008. PPs UNJ, 2008.
Silverius, Suke. Evaluasi Hasil belajar Umar, Yahya. Berbagai Permasalahan
dan Umpan Balik. Jakarta: Bentuk Soal Uraian dan
Gramedia, 2001. Pilihan Ganda dalam Ujian.
Sujarwadi, H.S. Perbedaan Karakteristik Buletin Pengujian dan
Soal dan ReliabilitasTes pilihan Penilaian. Jakarta: Depdikbud,
Ganda Biasa dengan pilihan 2010.

19

Anda mungkin juga menyukai