Anda di halaman 1dari 12

Penghitungan PPh pasal 21 Pendapatan Digabungkan

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : OP

Dosen Pengampu : Dr. Tjok. Gde Indraputra, SE.SH.M.Ak.MAP

NAMA KELOMPOK 5

Pande Komang Desi Nopika Utami (2002022498)

I Gst Agung Kadek Rai Mertayasa (2002022500)

Ni Luh Putu Rara Fatmawati (2002022502)

KELAS III A AKUNTANSI PAGI

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI, BISNIS DAN PARIWISATA

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah OP, Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara penghitungan PPh pasal 21 atas
penghasilan digabungkan. Kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf sebesar besarnya.

Denpasar, 10 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1

C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................................... 1

BAB II........................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2

1. Pengertian PPh Digabungkan ........................................................................................... 2

2. Besaran Tarif dan PTKP ................................................................................................... 3

3. Contoh dan Cara Menghitung .......................................................................................... 4

BAB III ...................................................................................................................................... 8

PENUTUP.................................................................................................................................. 8

A. Kesipulan ..................................................................................................................... 8

B. Saran ............................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara. Tanpa pajak, kegiatan Negara sulit
untuk dapat dilaksanakan. Sebagian besar dana yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran sehubungan dengan kegiatan penyelenggaraan Negara berasal dari pajak.
Pemerintah mempunyai kepentingan untuk menetapkan kebijakan pajak, yakni untuk
menetapkan seberapa besar pajak yang akan dikenakan kepada perusahaan. Pajak yang
dikenakan terutama terhadap penghasilan yang diterima atau yang diperoleh orang pribadi
yang dipekerjakan oleh perusahaan diatur dalam UU No 36 tahun 2008 pasal 21. Menurut
Undangundang No. 36 Tahun 2008 “Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan
dengan pekerjaan/jabatan, jasa, dan kegiatan”. Zaman sekarang, banyak sekali kita temui
fenomena suami-istri yang sama-sama bekerja. Jika demikian, penghasilan yang didapat
keduanya tentunya tak bisa dihindarkan dari pajak penghasilan. Terdapat juga suami-istri
yang sama-sama bekerja dan sama-sama memiliki NPWP sendiri. untuk itu perlu untuk
memperhatikan Ketika istri dalam status menikah memiliki NPWP sendiri maka pengenaan
pajaknya diatur dalam Pasal 8 ayat (3) UU PPh, yaitu penghasilan neto suami-istri digabung
kemudian besaran masing-masing pajak suami-istri tersebut dihitung sesuai perbandingan
penghasilan neto mereka. Bagi pemotong PPh pasal 21 (pemberi kerja), harus mampu dan
memahami tata cara penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 agar pembayaran
PPh Pasal 21 tersebut efektif dan efisien. Efektif dalam hal pembayaran PPh Pasal 21 tepat
waktu dan efisien dalam besarnya pajak sesuai dengan yang harus dibayarkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian PPh digabungkan?

2. Bagaimana tarif serta PTKP PPh yang digabungkan ?

3. Bagaimana cara dan contoh perhitungan nya?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian PPh digabungkan

2. Untuk mengetahui besaran tarif, PTKP pph yang digabungkan

3. Untuk mengetahui cara dan contoh khasus penghitungan dari PPh yang digabungkan
BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian PPh Digabungkan

PPh digabungkan adalah penggabungan penghasilan dimana suami dan istri yang sama
sama bekerja namun keduanya sama sama mempunyai NPWP dan menikah,maka dari itu
pemotongan PPh dilakukan dengan penggabungan biasanya dilakukan oleh kepala keluarga
yaitu suami dari istri. Dalam pasal 8 UU PPh nomor 36 tahun 2008 menyatakan bahwa
prinsipnya dari sudut pandang perpajakan, keluarga merupakan satu kesatuan ekonomi yang
mana satu NPWP cukup digunakan untuk satu keluarga. Artinya, penghasilan dan
pengeluaran maupun kerugian dari seluruh anggota keluarga (termasuk perempuan yang
sudah menikah), digabungkan menjadi satu kesatuan yang dikenakan pajak. Penggabungan
NPWP dimaksudkan untuk memudahkan pengurusan pajak dan menghindari tagihan Kurang
Bayar Pajak saat melaporkan SPT Pajak tahunan. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
Wajib Pajak Orang Pribadi bagi “wanita kawin” yang tidak memiliki usaha (sedang tidak
bekerja) maupun yang sedang bekerja dengan besaran penghasilan per tahun dibawah PTKP.
Empat Status Kewajiban Perpajakan Suami Istri :

Di Indonesia kewajiban perpajakan bagi suami istri telah dibedakan ke dalam empat status,
yaitu :

1. HB (Hidup Berpisah)

Jika suami istri berdasarkan putusan hakim memilih hidup berpisah (cerai), maka hak dan
kewajiban pajak suami dan istri tersebut dilakukan secara terpisah.

2. PH (Pisah Harta)

Kondisi yang terjadi, jika dalam sebuah perkawinan suami istri mengadakan perjanjian
pisah harta secara tertulis. Istri akan memiliki NPWP yang berbeda dengan suami dan
menjalankan kewajiban perpajakannya sendiri.

3. MT (Memilih Terpisah)

Istri dapat mengajukan status MT jika ingin memiliki NPWP terpisah dari suami tanpa
mengadakan perjanjian (tertulis) pisah harta.

4. KK (Kepala Keluarga)

Diperuntukan bagi suami istri yang tidak menginginkan hak dan kewajiban perpajakan
secara terpisah. Istri dapat memakai NPWP suami sebagai kepala keluarga.

Hal hal yang perlu diketahui: Namun apabila pekerjaan istri didapat dari satu pemberi kerja
dan tidak ada sangkpautnya sama sekali dengan pekerjaan bebas suami maka tidak akan
digabung dengan syarat penghasilan istri telah dipotong terlebih dahulu oleh pemberi
kerjanya.
2
Suami dan istri sebenarnya diberikan kebebasan untuk memilih apakah ingin menjadi satu
kesatuan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan ataupun terpisah. Apabila memilih untuk
bergabung, caranya cukup mudah. Istri dipersilakan datang ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
tempat NPWP suami terdaftar dengan membawa beberapa dokumen yang diperlukan seperti
KTP suami dan istri, kartu keluarga dan NPWP suami.Istri yang sebelumnya sudah pernah
mempunyai NPWP juga dapat bergabung dengan suaminya,dengan cara mendatangi KPP
tempat NPWP istri terdaftar sebelumnya, sertakan dokumen berupa kartu NPWP istri, surat
nikah dan kartu keluarga lalu minta kepada petugas agar NPWP istri dihapuskan.

2. Besaran Tarif dan PTKP

Dalam pajak penghasilan, terdapat istilah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), yaitu
pengurangan penghasilan neto yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan. PTKP mulai berlaku sejak Januari Tahun Pajak 2016 bagi Wajib
Pajak Orang Pribadi dalam menjalankan PPh Pasal 21 dan PPh Orang Pribadi. Bagi pribadi
atau perorangan yang masuk ke dalam kategori PTKP, yaitu penghasilan per tahun tidak
melebihi batas nominal PTKP, maka pribadi tersebut tidak wajib untuk membayar pajak
penghasilan.

A. Besaran PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi

Besaran PTKP yang sudah ditetapkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi terhitung sejak
tahunan pajak 2016 adalah sebagai berikut :

Laki-laki/Perempuan Lajang Laki-laki Kawin Suami dan Istri Digabung

TK/0 Rp54.000.000 K/0 Rp58.500.000 K/I/0 Rp112.500.000

TK/1 Rp58.500.000 K/1 Rp63.000.000 K/I/1 Rp117.000.000

TK/2 Rp63.000.000 K/2 Rp67.500.000 K/I/2 Rp121.500.000

TK/3 Rp67.500.000 K/3 Rp72.000.000 K/I/3 Rp126.000.000

Keterangan:

TK : Tidak Kawin alias Belum Menikah

K : Kawin

K/I : Kawin dengan penghasilan suami dan istri digabung.

Dengan catatan :

3
 Tanggungan maksimal 3 orang. Jika istri memiliki pekerjaan, penghasilan, dan NPWP
sendiri, maka PTKP menggunakan status TK/0. PTKP suami tetap pada status K/0 -
K/3

 Jika istri memiliki pekerjaan, penghasilan, dan NPWP sendiri, maka PTKP
menggunakan status TK/0. Tapi PTKP suami tetap dianggap status K/0 – K/3.

B. Tarif progresif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh No. 36/2008 besaran tarif
Penghasilan Kena Pajak (PKP) sebesar:

Persentase Tarif Pajak Penghasilan Kena Pajak

5% Sampai dengan Rp50 juta

15% Di atas Rp50 juta - Rp250 juta

25% Di atas Rp250 juta - Rp500 juta

30% Di atas Rp500 juta

3. Contoh dan Cara Menghitung

A. PTKP suami istri digabung

Surya menikah dengan Tiara dan memiliki 2 orang anak (K/2)

Surya dan Tiara bekerja di perusahaan berbeda, namun NPWP digabung

Penghasilan neto setahun Surya = Rp 120.000.000

Penghasilan neto setahun Tiara = Rp 84.000.000

PTKP K/I/2 = Rp 121.500.000

PKP = (Penghasilan Surya + Tiara) Rp 120.000.000 + Rp 84.000.000 = Rp 204.000.000.

Rp 204.000.000 – Rp 121.500.000 = Rp 82.500.000

PPh suami istri = Tarif 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

= Tarif 15% x Rp 32.500.000 = Rp 4.875.000

= Rp 7.375.000/12=614.583.33

Maka besar tarif PPh di gabung dan ditanggung oleh kepala keluarga yaitu surya sebesar Rp
7.375.00 setahun dan Rp 614.583.33 sebulan.
4
B. Penulisan SPT suami digabung

Dari soal yang sama diatas atas penghasilan suami istri digabung maka SPT tahunan surya
menjadi ?

Jawab :

SPT Tahunan Surya = (Rp 120.000.000 / Rp 204.000.000) x Rp 7.375.000

= Rp 4.338.235

C. Penghitungan NPWP digabung

Adi menikah dengan Mia dan memiliki 3 orang anak (K/3)

Adi dan Mia bekerja di perusahaan berbeda, namun NPWP mereka digabung dengan
penghasilan berikut:

Penghasilan neto setahun Adi = Rp 165.000.000

Penghasilan neto setahun Mia = Rp 70.000.000

PTKP K/I/3 = Rp 126.000.000

PKP = (Penghasilan Adi + Mia) Rp 165.000.000 + Rp 70.000.000 = Rp 235.000.000.

Rp 235.000.000 – Rp 126.000.000 = Rp 109.000.000

PPh suami istri = Tarif 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000

= Tarif 15% x Rp 59.000.000 = Rp 8.850.000

= Rp 11.350.000 /12 = 945.833

Maka besar tarif PPh di gabung dan ditanggung oleh kepala keluarga yaitu Adi sebesar
Rp 11.350.000 setahun dan Rp 945.833 sebulan.

D. Penghitungan NPWP digabung

Terdapat sepasang suami istri yang baru menikah dan belum mendapatkan keturunan. Suami
bekerja di PT ABC dengan penghasilan netto setahun Rp 100.000.000 sedangkan istri bekerja
di PT XYZ dengan penghasilan netto setahun Rp 80.000.000,

5
Istri memilih ikut suami (1 NPWP)

Atas pendapatan yang mereka terima, telah dipotong pajak oleh pemberi kerja masing-masing
dengan perhitungan:

SUAMI JUMLAH

Penghasilan netto 100.000.000

PTKP (k/0) 58.500.000

Pkp 41.500.000

Pph terutang setahun( 5% x RP 41.500.000) = 2.075.000

ISTRI JUMLAH

Penghasilan netto 80.000.000

PTKP (Tk/0) 54.500.000

Pkp 26.000.000

Pph terutang setahun( 5% x RP 26.000.000)= 1.300.000

Dari perhitungan di atas tidak ada kekurangan pajak dikarenakan telah dipotong oleh
perusahaan pemberi kerja masing-masing.

Pencatatan dalam SPT suami, penghasilan istri sebagai karyawan yang telah dipotong oleh
pemberi kerja dianggap final. Dalam khasus ini disebut . KK (Kepala Keluarga) yang mana
Diperuntukan bagi suami istri yang tidak menginginkan hak dan kewajiban perpajakan secara
terpisah. Istri dapat memakai NPWP suami sebagai kepala keluarga.

E. Penghitungan status NPWP digabung

Terdapat pasangan suami istri bernama Andi dan Lili. Di dalam pernikahannya, Andi dan
Lili memiliki dua orang anak (K/2). Andi dan Lili bekerja pada perusahaan (pemberi kerja)
yang berbeda. Status pajak pasangan suami istri ini adalah status pajak Kepala Keluarga
(KK), mengunakan NPWP yang digabung.

Penghasilan neto Andi per tahun sebesar Rp120.000.000 (Rp10.000.000 x 12).

penghasilan neto Lili per tahun sebesar Rp84.000.000 (Rp7.000.000 x 12).

Dengan nominal PTKP Andi (K/2) sebesar Rp67.500.000 didapatkan dari (hasil dari
Rp54.000.000 + tanggungan kawin + tanggungan dua anak).
6
Sementara Penghasilan Kena Pajak (PKP) Andi sebesar = Rp52.500.000 (dari
selisih Rp120.000.000 – Rp67.500.000).

PPh Andi yang dibayarkan oleh pemberi kerja dengan

tarif 5% sebesar Rp2.500.000 dan

tarif 15% sebesar Rp375.000.

Maka total PPh Andi yang dibayarkan pemberi kerja sebesar Rp.2.875.000 (dari
penjumlahan tarif 5% dengan tarif 15%.

Pada PTKP Lili terbilang Rp54.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Lili
sebesar Rp30.000.000 (selisih penghasilan neto Lili dengan PTKP). PPh Lili yang dibayarkan
oleh perusahaan tempat Lili bekerja dengan tarif 5% sebesar Rp1.500.000.

Dari simulasi penghitungan di atas, maka dapat ditemukan nominal sebesar Rp2.875.000
yang harus dibayarkan Andi dan Rp1.500.000 yang harus dibayarkan Lili per tahunnya.

F. NPWP suami-istri digabung status ( kk )

A sebagai suami yang sudah menikah dengan B sebagai istri, yang kemudian memiliki 2
anak. Dalam setahun, A memiliki penghasilan neto Rp200.000.000 dan B memiliki
penghasilan neto Rp150.000.000 setahun.

Penghasilan Kena Pajak A adalah penghasilan neto Rp200 juta – PTKP (K/2) RP67,5 juta =
Rp132,500.000 juta.

5% x 50.000.000 = 2.500.000

15% x 82.500.000 = 12.375.000

Dengan begitu, PPh terutangnya adalah Rp14.875.000,00.

PPh terutang A sudah di potong oleh pemberi kerjanya.

Dengan begitu, A tinggal melaporkannya saja di SPT Tahunannya dan tidak terdapat kurang
bayar PPh.

Sedangkan untuk penghitungan PPh B, penghasilan neto Rp150 juta – PTKP (TK/0) Rp54
juta = Rp96 juta.

5% x 50.000.000= 2.500.000

15% x46.000.000=6.900.000

Maka PPh terutangnya adalah Rp9.400.000.

PPh B juga sudah dipotong oleh pemberi kerjanya sehingga angka ini hanya dilaporkan di
SPT Tahunan suami dan tidak terdapat kurang bayar PPh.
7
BAB III

PENUTUP

A. Kesipulan
Dari penghitungan pajak penghasilan yang digabungkan berdasarkan simulasi penghitungan
pajak di atas, sudah dapat terlihat bahwa menggabungkan NPWP suami dan istri akan lebih
menguntungkan. Selain nominal pajak yang harus dibayarkan menjadi lebih rendah, Wajib
Pajak tidak akan direpotkan dengan mengurus pelunasan Kurang Bayar Pajak pada saat
melaporkan SPT Tahunan.

B. Saran
Sebagai wajib pajak kita harus taat pajak, mengerti serta, bagi pemotong PPh pasal 21 yang
digabungkan, pemberi kerja, harus mampu dan memahami tata cara penghitungan,
penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 agar pembayaran PPh Pasal 21 tersebut efektif dan
efisien.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cermati.com/artikel/cara-menghitung-pajak-penghasilan-bagi-lajang-dan-suami-
istri#:~:text=Jadi%20misalnya%20Anda%20pria%20sudah,000%20%3D%20Rp%20121.500.000.

https://www.talenta.co/blog/insight-talenta/pengaturan-pajak-bagi-pasangan-suami-istri-bekerja/

https://www.finansialku.com/cara-mudah-menghitung-pph-21-bagi-suami-dan-istri-bekerja/

http://eprints.ums.ac.id/43517/5/BAB%20I.pdf

https://klikpajak.id/blog/kewajiban-pajak-wanita-menikah/

Anda mungkin juga menyukai