TECHNOPRENEURSHIP
Disusun Oleh :
NAMA : MISBARUDIN
NIM : 025012.62401.19.011
KELAS : TI.5A
POLITEKNIK SEKAYU
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. KEWIRAUSAHAAN
3. Memulai usaha
Ada empat subkategori menjadi wirausahawan:
1. Penemu, mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi
2. Inovator, menerapkan sebuah teknologi baru atau metodologi untuk
memecahkan masalah baru.
3. Marketer, mengidentifikasi kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan
produk baru atau produk substitusi yang lebih efisien.
4. Oportunis, pada dasarnya sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan antara
kebutuhan dengan jasa diberikan dan komisi.
Jika kita menengok ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea
Selatan dan Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun
sekarang negara-negara ini telah menjadi negara maju dengan perekonomian yang
didasarkan pada Industri teknologi. Perkembangan Korea diawali dengan industri
tradisional kemudian diikuti oleh industri semikonduktor. Sedangkan Singapura
memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaan-perusahaan barat
kemudian diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan
industri asesoris komputer pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan
negara-negara ini melejit adalah adanya inovasi.
Inovasi di bidang teknologi Informasi inilah yang juga membuat India
berkembang dan menjadi incaran industri dunia barat baik bagi outsourcing maupun
penanaman modal. Contoh teknologi yang dikembangkan oleh India adalah
sebuah Handheld PC yang disebut sebagai simputer. Simputer dikembangkan untuk
pengguna pemula dan dari sisi finansial adalah pengguna kelas menengah bawah.
Simputer dijalankan oleh prosesor berbasis ARM yang murah dan menggunakan
sistem operasi berbasis opensource. Harga di pasaran adalah sekitar $200.
Inovasi India yang luar biasa datang dari perusahaan Shyam Telelink Ltd.
Shyam Telelink memperlengkapi becak dengan telefon CDMA yang berkekuatan
175 baterai. Becak inipun diperlengkapi juga dengan mesin pembayaran otomatis.
Penumpang becak bisa menelpon dan tarif yang dikenakan adalah sekitar 1.2 rupee
per 20 menit. Lalu perusahaan ini mempekerjakan orang yang tidak memiliki
keahlian untuk mnegemudikan becak. Upah para pengemudi becak tidak didasarkan
pada gaji yang tetap namun merupakan komisi sebesar 20% dari tiap tarif telepon
yang diperoleh (Wireless week, 2003).
Di Filipina, perusahaan telepon SMART mengembangkan metode untuk
melayani transfer pengiriman uang dari para pekerja Filipina yang diluar negeri
melalui telepon seluler dengan SMS. Menurut laporan Asian Development Bank
(ADB), SMART dapat meraup sekitar US $14 – 21 trilyun per tahunnya dari biaya
transfer program ini.
China mengikuti jejak yang sama. Perusahaan-perusahaan China mulai
menunjukkan kiprahnya di dunia internasional. Akuisisi IBM oleh perusahaan China
Lenovo di tahun 2004 dan akuisisi perusahaan televisi Perancis Thomson oleh
Guangdong membuktikan bahwatechnoprenuership di China semakin kukuh.
Studi Posadas menunjukkan bahwa technopreneurship di Asia berkembang
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, faktor inovasi yang diinsiprasikan oleh
Silicon Valley. Jika revolusi industri Amerika di abad 20 yang lalu dipicu oleh
inovasi yang tiada henti dari Silicon valley, maka negara-negara Asia berlomba
untuk membangun Silicon Valley mereka sendiri dengan karakteristik dan lokalitas
yang mereka miliki.
Kedua, Inovasi yang dibuat tersebut diarahkan untuk melepaskan diri dari
ketergantungan dunia barat. Sebagian besar teknologi yang diciptakan oleh dunia
barat diperuntukkan bagi kalangan atas atau orang/instansi/perusahaan yang kaya dan
menciptakan ketergantungan pemakaiannya. Sementara itu sebagian besar
masyarakat (baca pasar) Asia belum mampu memenuhi kriteria pasar teknologi barat
tersebut. Masih banyak masyarakat asia yang memiliki penghasilan dibawah $1 per
hari, sehingga mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang diciptakan oleh dunia
barat. Ini merupakan peluang yang besar bagi para teknopreneur untuk berinovasi
dalam menciptakan sebuah produk teknologi yang menjangkau masyarakat marginal.
3.4 PERKEMBANGAN TECHNOPRENEURSHIP DI INDONESIA
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN