Anda di halaman 1dari 6

NAMA : FAY MAESTRA RIFASYA

KELAS : F
NIM : H1A118323

 Latar belakang Duham 1948


= Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948) adalah sebuah pernyataan dari
seluruh umat manusia mengenai HAM. Meskipun dalam sejarahnya terdapat banyak
perdebatan dalam pembentukannya, namun akhirnya deklarasi tersebut dapat diterima
oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Sebelum pembentukannya
oleh PBB, sejarah mencatat ada beberapa instrumen HAM yang dianggap sebagai
pendahulu DUHAM. Istrumen-instrumen tersebut adalah :

1. Piagam PBB
2. Magna Charta (1215)
3. Bill of Rights (1689)
4. Declaration of Independence, USA (1776)
5. Bill of Rights, USA (1791)
6. Declaration of The Rights of Man and The Citizen, Prancis, (1789)

Beragam instrumen tersebut dilihat menjadi pencetus dalam pembentukan DUHAM


1948. Adanya pengaturan hak asasi manusia pada awalnya timbul bersamaan dengan
kelahiran Perserikatan bangsa-bangsa, namun pada saat itu belum mencapai
kesepakatan antarnegara. Ide itu tercetus karena dipengaruhi oleh kekejaman yang
terjadi selama Perang Dunia Kedua. Pun pasca perang dunia ke-II yang ternyata
adanya kekejaman luar biasa di abad pertengahan, salah satunya adalah dimana Hitler
melakukan pembantaian terhadap jutaan kaum Yahudi dengan cara yang sangat tidak
berperikemanusiaan. Banyaknya golongan-golongan baru dimasyarakat dengan
inovasi alat produksinya, sehingga timbullah warga negara baru yang statusnya lebih
tinggi. Mereka yang memiliki status lebih tinggi tersebut merantau tidak hanya di
dalam, namun ke luar negeri. Masyarakat yang tumbuh dan berkembang semakin
besar ini melahirkan pemikiran-pemikiran kritis baru, yakni menjadi adanya
pertengkaran yang terjadi antara gereja dan golongan. Pertengkaran tersebut biasanya
meributkan kepentingan-kepentingan pribadi sehingga muncullah berbagai cara untuk
mencari alasan dan membenarkan hipotesis orang-orang yang dapat mendominasi,
atau dengan kata lain yang beruang, untuk tetap melakukan produksi. Ketika
kepentingan pribadi menjadi acuan dalam bertindak, maka tentunya banyak pencarian
alasan untuk membenarkan tindakan-tindakan yang dilakukan. Sehingga pada masa
itu, muncullah humanisme.

HAM itu sendiri melalui berbagai macam perkembangan, dalam hal ini lebih dikenal
dengan perkembangan generasi HAM. Adapun berdasarkan sejarah
perkembangannya, ada tiga generasi hak asasi manusia :
1. Generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula di dunia Barat
(Eropa), contohnya, hak atas hidup, hak atas kebebasan dan keamanan, hak atas
kesamaan di muka peradilan, hak kebebasan berpikir dan berpendapat, hak
beragama, hak berkumpul, dan hak untuk berserikat.

2. Generasi kedua adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya yang diperjuangkan oleh
Negara-negara sosialis di Eropa Timur, misalnya, hak atas pekerjaan, hak atas
penghasilan yang layak, hak membentuk serikat pekerja, hak atas pangan,
kesehatan, hak atas perumahan, hak atas pendidikan, dan hak atas jaminan sosial.

3. Generasi ketiga adalah hak perdamaian dan pembangunan yang diperjuangkan


oleh negara-negara berkembang (Asia-Afrika). Misalnya, hak bebas dari ancaman
musuh, hak setiap bangsa untuk merdeka, hak sederajat dengan bangsa lain, dan
hak mendapatkan kedamaian.

2. Kekuatannya hukum dan implementasinya di indonesia


=

3. Dampak dan pentingnya DUHAM bagi negara-negara yang menjunjung tinggi HAM
=

 ICESCR 1965 ( konvensi internasional tentang hak sipil dan politik)

1. Latar belakang pembentukan konvensi


=

1.Sifat Hak dalam ICESCR


3..Hak untuk menentukan nasib sendiri


= artinya adalah semua bangsa secara bebas menentukan status politik mereka dan
secara bebas mengejar kemajuan ekonomi, sosial dan budaya mereka masing-
masing

4. Hak untuk hidup


= artinya adalah setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan
meningkatkan taraf kehidupannya dan setiap orang berhak hidup tenteram, aman,
damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta setiap orang berhak atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat.

5. Kebebasan menyampaikan pendapat


= artinya adalah kebebasan berpendapat di katakan dalam UUD 45 Pasal 28E ayat
3 yaitu “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat”. Pendapat tidak hanya disampaikan secara lisan seperti
pidato namun juga dapat lewat tulisan dan lain-lain. Mengemukakan pendapat
sebenarnya adalah hak dari segala warga negara.

6. Hak beragama dan berkeyakinan


= artinya adalah setiap orang berhak memilih agama atau keyakinan, menjadi
anggota komunitas religius tersebut atau mendirikan sebuah komunitas baru dan
menjalankan ibadah serta pelajaran agama baik secara publik maupun di ruang
privat.

7. Implementasi terhadap indonesia


=

 ICESCR 1965 ( konvensi internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial dan budaya)
1. Latar belakang konvensi
= Dalam hukum humaniter internasional maupun sosial hak sipil dan
politik mendapat lebih banyak perhatian dari masyarakat daripada hak
ekonomi sosial dan budaya. Hal ini di karena kan adanya pandangan yang
keliru bahwa hanya hak sipil dan politik, seperti hak untuk mendapat fair
trial, hak tidak diperlakukan diskriminatif hak hidup, hak memilih yang
menjadi subjek pelanggaran HAM. Hak ekonomi, sosial dan budaya sering
sekali di pandang kurang penting atau dianggap “ second class rights.

Hak ekonomi, sosial dan budaya telah di kenal oleh masyarakat


internasional sejak munculnya Universal Decralation of Human Rights
tahun 1948. Sejak saat itu hak ekonomi , sosial dan budaya serta politik
menjadi dasar dari hukum humaniter internasional pembahasan mengenai
hak-hak tersebut terus berkembang hingga konferensi dunia tentang HAM
1993 (Word Conference on Human Rights 1993). Meskipun demikian hak
ekonomi, sosial dan budaya tidak memperoleh perhatian sebanyak hak
sipil dan politik dikarenakan pandangan yang mempertanyakan hak-hak
seperti apa yang terdapat dalam hak ekonomi, sosial dan budaya serta apa
pentingnya sehingga suatu negara harus memperhatikan hak tersebut.

Munculnya hak ekonomi, sosial dan budaya adalah untuk menjamin


perlindungan bagi setiap orang untuk mendapatkan hak, kebebasan dan
keadilan sosial yang berkelanjutan. Menurut United Nations Development
Programme (UNDP), seperlima populasi dunia menderita kelaparan setiap
malam, seperempatnya kurang mendapatkan akses untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya seperti air bersih dan sepertiganya tinggal dalam
kemiskinan. Oleh karena itu perhatian serta komitmen terhadap perlunya
hak ekonomi, sosial dan budaya menjadi sesuatu yang tidak terelakkan.
Inilah yang melatar belakangi munculnya Internasional Convenant on
Economic, social and cultural rights sebagai instrumen hukum
internasional mengenai HAM yang paling penting memberikan
perlindungan hak ekonomi, sosial dan budaya.

2. Sifat hak dalam ICESCR yaitu:


 Semua bangsa mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri.
Berdasarkan hak tersebut mereka dapat secara bebas menentukan
status politik mereka dan secara bebas mengejar kemajuan
ekonomi, sosial dan budaya mereka.

 Semua bangsa, untuk tujuan-tujuan mereka sendiri, dapat secara


bebas mengelola kekayaan dan sumber daya alam mereka tanpa
mengurangi kewajiban-kewajiban yang timbul dari kerjasama
ekonomi internasional berdasarkan asas saling menguntungkan dan
hukum internasional. Dalam hal apapun tidak dibenarkan untuk
merampas hak-hak suatu bangsa atas sumber-sumber
penghidupannya sendiri.

 Negara Pihak dalam Kovenan ini, termasuk mereka yang


bertanggung jawab atas penyelenggaraan Wilayah Tanpa
Pemerintahan dan Wilayah Perwalian, harus memajukan
perwujudan hak untuk menentukan nasib sendiri, dan harus
menghormati hak tersebut sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menjamin bahwa


hak-hak yang diatur dalam Kovenan ini akan dilaksanakan tanpa
diskriminasi apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
agama, politik atau pendapat lainnya, asal-usul kebangsaan atau
sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya.

 Negara-negara berkembang, dengan memperhatikan hak asasi


manusia dan perekonomian nasionalnya, dapat menentukan sampai
seberapa jauh mereka dapat menjamin hak-hak ekonomi yang
diakui dalam Kovenan ini kepada warga negara asing.

 Negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menjamin hak yang
sama antara laki-laki dan perempuan untuk menikmati semua hak-
hak ekonomi, sosial dan budaya yang tercantum dalam Kovenan
ini.

 Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas
jaminan sosial, termasuk asuransi sosial.

3. Pendidikan
=Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas
pendidikan. Mereka menyetujui bahwa pendidikan harus diarahkan pada
perkembangan kepribadian manusia seutuhnya dan kesadaran akan harga
dirinya, dan memperkuat penghormatan atas hak-hak asasi dan kebebasan
manusia yang mendasar. Mereka selanjutnya setuju bahwa pendidikan
harus memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi secara efektif
dalam suatu masyarakat yang bebas, meningkatkan rasa pengertian,
toleransi serta persahabatan antar semua bangsa dan semua kelompok, ras,
etnis atau agama, dan lebih memajukan kegiatan-kegiatan Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk memelihara perdamaian.

4. Hak pekerja
 Negara Pihak dari Kovenan ini mengakui hak atas pekerjaan,
termasuk hak semua orang atas kesempatan untuk mencari nafkah
melalui pekerjaan yang dipilih atau diterimanya secara bebas, dan
akan mengambil langkah-langkah yang memadai guna melindungi
hak ini.
 Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara Pihak pada
Kovenan ini untuk mencapai perwujudan hak ini sepenuhnya,
harus meliputi juga bimbingan teknis dan kejuruan serta program-
program pelatihan, kebijakan, dan teknik-teknik untuk mencapai
perkembangan ekonomi, sosial dan budaya yang mantap serta
lapangan kerja yang penuh dan produktif, dengan kondisi-kondisi
yang menjamin kebebasan politik dan ekonomi yang mendasar
bagi perorangan.

5. Standar kehidupan yang layak


 Negara Pihak pada Kovenan ini mengakui hak setiap orang atas
standar kehidupan yang layak baginya dan keluarganya, termasuk
pangan, sandang dan perumahan, dan atas perbaikan kondisi hidup
terus menerus. Negara Pihak akan mengambil langkah-langkah
yang memadai untuk menjamin perwujudan hak ini dengan
mengakui arti penting kerjasama internasional yang berdasarkan
kesepakatan sukarela.

 Negara Pihak pada Kovenan ini, dengan mengakui hak mendasar


dari setiap orang untuk bebas dari kelaparan, baik secara individual
maupun melalui kerjasama internasional, harus mengambil langkah-
langkah termasuk program-program khusus yang diperlukan untuk;

a) Meningkatkan cara-cara produksi, konservasi dan distribusi pangan,


dengan sepenuhnya memanfaatkan pengetahuan teknik dan ilmu
pengetahuan, melalui penyebarluasan pengetahuan tentang asas-asas
ilmu gizi, dan dengan mengembangkan atau memperbaiki sistem
pertanian sedemikian rupa, sehingga mencapai suatu perkembangan
dan pemanfaatan sumber daya alam yang efisien;
b) Memastikan distribusi pasokan pangan dunia yang adil yang sesuai
kebutuhan, dengan memperhitungkan masalah-masalah Negara-
negara pengimpor dan pengekspor pangan.

6. Implementasi ICESCR di indonesia


=

Jelaskan Prinsip diskriminasi serta berikan contohnya


= Pantangan terhadap diskriminasi merupakan salah satu bagian dari
prinsip kesejajaran. Jika semua orang selaras, maka seharusnya tidak ada
perlakuan yang diskriminatif (selain tindakan afirmatif yang dilakukan
untuk mencapai kesejajaran).

Definisi diskriminasi adalah merupakan ketidakseimbangan perbedaan


sikap dari sikap yang seharusnya sama atau setara.

Contohnya :
 Di Amerika Serikat, adanya pengelompokkan antara orang yang
berkulit putih dengan orang yang berkulit hitam yaitu orang negro,
Orang kulit putih beranggapan bahwa mereka merupakan orang
pribumi. Sedangkan orang Negro dianggap sebagai budak dan
merupakan sumber kerusuhan dan kekacauan.
 Si A yang beragama Kristen tidak mau berteman dengan Si B yang
beragama Islam. Hal ini dikarenakan perbedaan Agama.

Anda mungkin juga menyukai