Anda di halaman 1dari 8

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 428-435

Potret Industri Halal Indonesia: Peluang dan Tantangan


Muhammad Anwar Fathoni1, Tasya Hadi Syahputri2
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
*Email korespondensi: mfathoni@upnvj.ac.id

Abstract
This study aims to explain the positioning of Halal Industry in Indonesia. This study also identify opportunities
and challenges in its development. The method used in this study is descriptive-qualitative method with a
phenomenological approach. The data obtained were analyzed using qualitative analysis through data reduction,
categorization and verification. This research found that Indonesia has potential to develop Halal Industry in
various sectors, especially halal food, halal travel, halal fashion and halal finance. The development of Halal
Industry also has the potential to increase national economic growth. However, Indonesia must face various
challenges such as the low of halal awareness, low of local product competitiveness and problems in implementing
the Halal Product Guarantee Regulation.

Keywords: Halal Industry, Halal Product Guarantee, Economic Growth

Saran Sitasi: Fathoni, M. A., Syahputri, T. H. (2020). Potret Industri Halal Indonesia: Peluang dan Tantangan.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 428-435. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v6i3.1146

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v6i3.1146

1. PENDAHULUAN tahun 2020 diperkirakan sebanyak 229 juta penduduk


Industri halal menjadi tren dunia saat ini. Hal ini muslim tinggal di Indonesia. Total populasi di
terbukti dari prospek industri halal yang terus tumbuh Indonesia diperkirakan mencapai 273 juta jiwa,
dari tahun ke tahun. Menurut laporan dari State of The sehingga jumlah penduduk muslim setara dengan
Global Islamic Report (2019), ada sekitar 1,8 miliar 87,2% total populasi di Indonesia (World Population
penduduk muslim yang menjadi konsumen industri Review, 2020). Populasi muslim yang besar ini
halal. Peluang konsumen dalam industri halal membuat permintaan terhadap produk halal juga
meningkat sebesar 5,2% setiap tahunnya dengan total besar. Indonesia disebut sebagai perwujudan dari
pengeluaran konsumen yang mencapai USD 2,2 pasar industri halal dunia. Bahkan, total spending
triliun. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat yang dihabiskan Indonesia untuk belanja produk halal
tiap tahunnya. Proyeksi dari Compound Annual sebesar USD 218,8 miliar pada tahun 2017
Growth Rate (CAGR) industri halal akan meningkat (Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2019)
hingga mencapai 6,2% dalam kurun waktu 2018 Industri halal memiliki peran strategis dalam
hingga 2024. Total dana yang dihabiskan oleh meningkatkan perekonomian. Maka, sudah
konsumen industri halal juga akan meningkat hingga seharusnya industri halal dikembangkan di Indonesia.
mencapai USD 3,2 triliun pada tahun 2024. Dari data Industri halal telah menyumbang USD 3,8 miliar
tersebut dapat kita lihat bahwa industri halal memiliki terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
prospek yang sangat cerah ke depannya(State of setiap tahunnya. Selain itu, industri halal juga telah
Global Islamic Economy Report 2019) menyumbang USD 1 miliar investasi dari investor
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki asing dan membuka 127 ribu lapangan pekerjaan per
potensi besar untuk mengembangkan industri halal. tahunnya. Bila dioptimalkan lagi, industri halal dapat
Tentu saja, potensi yang besar ini merupakan meningkatkan nilai ekspor dan cadangan devisa
implikasi dari banyaknya jumlah penduduk muslim di negara (Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Indonesia. Indonesia menyumbang 12,7% populasi 2019). Maka, sudah semestinya Indonesia mulai
muslim di dunia. Bila dilihat dari jumlahnya, pada

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 429
mengembangkan industri halal agar bisa membangun Indonesia yang memiliki peluang untuk
perekonomian secara maksimal. dikembangkan. Tidak hanya itu, hasil dari penelitian
Namun sangat disayangkan bahwa potensi ini juga diharapkan dapat memberikan penjelasan
industri halal yang dimiliki Indonesia belum tergarap sektor industri apa saja yang memiliki kekuatan dan
sepenuhnya. Data di lapangan menunjukkan masih potensi besar dalam membantu perekonomian
sedikit sekali output industri halal yang ada di Indonesia.
Indonesia. Berdasarkan penilaian yang tercantum
pada State of The Global Islamic Report (2019), 2. METODE PENELITIAN
Indonesia hanya menempati peringkat ke-5 dalam Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kategori Top 15 Global Islamic Economy Indicator kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
dengan skor sebesar 49. Sementara itu, bila dilihat dari Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang
berbagai sektor industri halal, Indonesia menempati menggunakan data sekunder yang didapatkan melalui
peringkat ke-5 dalam Top 10 Islamic Finance, artikel ilmiah maupun dokumen lainnya yang relevan.
peringkat ke-4 dalam Top 10 Muslim-Friendly Travel, Data yang didapatkan tersebut kemudian dianalisis
dan peringkat ke-3 dalam Top 10 Modest Fashion. dengan menghasilkan penjelasan deskriptif berupa
Sementara itu, untuk sektor Halal Food, Media and kata-kata, gambar maupun simbol yang dihubungkan
Recreation dan Pharma and Cosmetics, Indonesia dengan objek penelitian ini.
tidak masuk ke dalam peringkat 10 besar (State of Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
Global Islamic Economy Report 2019) dalam tiga tahapan, yaitu reduksi data, kategorisasi
Tentu saja hal ini membuat kita miris, mengingat data, dan verifikasi data. Reduksi data dalam
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk penelitian ini dilakukan dengan menyeleksi semua
muslim terbanyak di dunia. Jumlah penduduk muslim data melalui pemotongan dan penyederhanaan data
yang begitu banyak ternyata belum bisa menjadikan yang ada sesuai dengan topik penelitian. Selanjutnya
Indonesia sebagai negara pemasok kebutuhan dilakukan kategorisasi data yang sudah direduksi
komoditas halal di dunia. Hal ini terlihat dari belum sesuai dengan topik penelitian yaitu peran Industri
mampunya Indonesia untuk masuk ke dalam Top 10 Halal dalam Perekonomian Indonesia. Tahapan
di semua sektor industri halal. Bahkan, untuk halal terakhir adalah verifikasi data untuk menarik konklusi
food yang merupakan kebutuhan dasar seorang yang merupakan interpretasi peneliti terhadap data.
muslim Indonesia belum bisa memenuhinya. Jika kita Verifikasi dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu
lihat, terdapat ketimpangan yang begitu besar antara mengkomparasikan antara satu sumber data dengan
potensi dengan realita industri halal yang terjadi di sumber data lainnya (Neuman and Djamba 2014).
lapangan.
Ketimpangan ini membuat Indonesia masih 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
berkutat sebagai konsumen pasar industri halal dunia. 3.1. Peran Industri Halal terhadap Pertumbuhan
Sudah saatnya Indonesia bangkit dan menjadi role Ekonomi
model dalam industri halal dunia. Bahkan pemerintah Industri halal terus menunjukkan pertumbuhan
sudah menyuarakan cita-cita bahwa Indonesia bisa yang positif setiap tahunnya. Pertumbuhan ini
dan sangat mungkin menjadi kiblat industri halal tentunya memberikan kontribusi yang positif terhadap
dunia. Untuk itu, ketimpangan ini harus dihilangkan perekonomian Indonesia. Kontribusi tersebut bisa
guna mewujudkan cita-cita tersebut. Dengan segala dilihat melalui Produk Domestik Bruto (PDB).
potensi yang dimiliki oleh Indonesia, sudah Ekonomi syariah sudah terbukti memberikan
seharusnya industri halal semakin dioptimalkan demi kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
membangun perekonomian dan mensejahterakan sebesar USD 3,8 miliar setiap tahunnya (Kementerian
kehidupan masyarakat, mengingat peran industri halal Keuangan Republik Indonesia 2019). Kontribusi
yang sangat strategis dalam perekonomian. terhadap PDB ini tercermin dari konsumsi masyarakat
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan Indonesia serta kegiatan ekspor dan impor terhadap
di atas, penulis tertarik untuk mengangkat penelitian produk halal.
tentang Industri Halal dalam Perekonomian Indonesia. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk
Melalui penelitian ini, penulis berharap akan halal sangat besar, bahkan termasuk yang terbesar di
memberikan kontribusi potret industri halal di dunia. Tercatat pada tahun 2017 total konsumsi

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 430
produk halal di Indonesia sebesar USD 200 miliar atau (Purba, 2016). Cadangan devisa menjadi indikator
lebih dari 36% total konsumsi rumah tangga. Jumlah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan suatu
ini juga setara dengan 20% PDB Indonesia negara untuk melakukan perdagangan internasional.
(Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2019) Posisi cadangan devisa dapat dilihat dari neraca
Konsumsi produk halal ini akan terus tumbuh dengan pembayaran. Maka bisa dikatakan bahwa cadangan
rata-rata pertumbuhan 5,3%. Pada tahun 2025, devisa dipengaruhi hal-hal yang terdapat neraca
diperkirakan tingkat konsumsi produk halal Indonesia pembayaran (Erwina, dkk, 2018)
akan mencapai USD 330,5 miliar (Tim Publikasi Salah satu faktor yang mempengaruhi cadangan
Katadata 2020). Bappenas menyatakan bahwa total devisa dipengaruhi adalah nilai ekspor bersih. Nilai
konsumsi yang besar ini mayoritas berasal dari produk ekspor bersih tercantum di neraca pembayaran pada
impor (Akbar, 2019). Namun, bila kita meningkatkan bagian neraca transaksi berjalan dan neraca modal.
produksi pada sektor industri halal, kita bisa menekan Nilai ekspor bersih sendiri dipengaruhi oleh
angka defisit pada neraca perdagangan (Kementerian perekonomian dalam dan luar negeri beserta kurs
Keuangan Republik Indonesia 2019). Bahkan, bukan valuta asing. Kondisi perekonomian Indonesia yang
hal yang mustahil bila kita juga bisa melakukan belum stabil sangat mempengaruhi jumlah cadangan
peningkatan ekspor produk halal. devisa (Sayoga dan Tan 2017). Berikut ini adalah data
Dari segi eskpor, industri halal sangat berpeluang mengenai cadangan devisa dan nilai ekspor dari tahun
menambah nilai ekspor Indonesia. Nilai ekspor yang 2015 hingga 2019.
bisa dihasilkan dari industri halal berkisar pada USD Tabel 1. Data Cadangan Devisa dan Ekspor dari
5,1 miliar hingga USD 11 miliar setiap tahunnya. Pada Tahun 2015-2019
tahun 2018, industri halal telah menghasilkan USD Tahun Cadangan Devisa Ekspor (Juta
7,6 miliar. Indonesia memiliki halal export (Juta USD) USD)
opportunity produk halal sebesar 3,8% secara global 2015 105.931 150.366
(Indonesia Halal Lifestyle Center 2019). Angka ini 2016 116.362 145.186
bisa ditingkatkan lagi dengan cara meningkatkan 2017 130.196 168.828
kualitas produk halal yang diekspor. Selain itu, 2018 120.654 180.012
penetapan harga yang kompetitif dirasa penting agar 2019 123.800 167.497
produk kita bisa bersaing dengan produk dari negara Sumber: BPS dan Kementerian Perdagangan
lain. Jika produk halal dari Indonesia sudah bisa (diolah)
bersaing di pasar dunia, maka tentu saja Indonesia bisa Industri halal dengan segala potensinya dapat kita
menjadi kiblat industri halal dunia. gunakan untuk mendorong peningkatan nilai
Berbicara mengenai peningkatan ekspor, sudah cadangan devisa. Ada beberapa cara yang bisa kita
pasti di dalamnya terdapat peningkatan produksi. lakukan. Pertama, meningkatkan nilai ekspor industri
Untuk meningkatkan produksi, suatu perusahaan halal. Komoditas halal yang sangat berpotensi untuk
membutuhkan peningkatan jumlah tenaga kerja. diekspor oleh Indonesia adalah makanan halal dan
Maka, terjadi hubungan positif antara ekspor dengan busana muslim. Seperti yang telah dijelaskan
penyediaan tenaga kerja. Industri halal juga memiliki sebelumnya, untuk mendorong nilai ekspor maka
pengaruh ekonomi terhadap lapangan pekerjaan. Dari langkah yang harus dilakukan adalah meningkatkan
segi lapangan pekerjaan, industri halal mampu produksi komoditas disertai dengan peningkatan
membuka 170.000-330.000 lapangan pekerjaan kualitas serta penetapan harga yang kompetitif.
(Indonesia Halal Lifestyle Center 2019). Jika industri Kedua, meningkatkan potensi pariwisata halal.
halal terus tumbuh, maka jumlah ini bisa lebih besar Pariwisata halal adalah sektor yang paling berpotensi
lagi. untuk mendorong peningkatan cadangan devisa.
Kegiatan ekspor merupakan bagian dari Terlebih Indonesia telah mendapat banyak
perdagangan internasional. Dalam perdagangan penghargaan dalam konteks wisata halal. Maka, hal
internasional diperlukan pembiayaan yang berasal yang harus kita lakukan adalah dengan meningkatkan
dari cadangan devisa. cadangan devisa sendiri kualitas pariwisata halal Indonesia dengan menyusun
diartikan sebagai nilai aktiva bersih luar negeri strategi yang tepat sasaran. Strategi yang dapat kita
pemerintah serta bank-bank devisa yang harus dijaga lakukan yaitu dengan menguatkan integrasi paket
untuk memenuhi keperluan transaksi internasional wisata, meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 431
(SDM), membuat regulasi yang mendukung dan dari jumlah penduduk muslim di Indonesia, tentu saja
memanfaatkan perkembangan teknologi (Tim Indonesia punya potensi dalam sektor ini. Potensi
Publikasi Katadata 2020). yang benar-benar terlihat adalah potensi pasar yang
Ketiga, meningkatkan peran industri keuangan sangat menjanjikan. Pada tahun 2019, Indonesia
syariah dalam rangka mewujudkan inklusi keuangan. menghabiskan USD 173 miliar untuk konsumsi
Industri keuangan syariah bisa digunakan untuk makanan halal. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai
mendukung akses permodalan Usaha Mikro Kecil pasar terbesar makanan dan minuman halal di dunia
Menengah (UMKM) yang bergerak di sektor halal (State of Global Islamic Economy Report 2019).
melalui pembiayaan. Modal ini bisa digunakan untuk Dukungan pemerintah juga menjadi potensi besar
ekspansi usaha. Bayangkan saja, bila ada banyak industri makanan halal di Indonesia. Dukungan
UMKM yang mengekspansi usahanya, maka kegiatan pemerintah ini terlihat dari pembentukan Badan
produksi akan meningkat. Peningkatan produksi ini Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)
bisa membawa komoditas halal Indonesia menuju sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 33
perdagangan internasional. Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. BPJPH
Di samping itu, program inklusi keuangan juga disahkan pada tanggal 27 Oktober 2017 dan memiliki
memberikan kemudahan dalam transaksi pembayaran kedudukan di bawah Kementerian Agama.
bagi UMKM. Jika semakin banyak UMKM yang Pembentukan BPJPH telah mentransformasi
bertransaksi melaui industri keuangan syariah, maka penyelenggaraan jaminan produk halal di Indonesia
akan terjadi peningkatan market share industri dari yang awalnya bersifat sukarela (voluntary)
keuangan syariah. Dampaknya, industri keuangan menjadi kewajiban (mandatory). Hal ini dilakukan
syariah akan semakin menguat sehingga dapat dalam rangka memberi keamanan dan kenyamanan
memberikan dampak yang lebih luas untuk kepada konsumen muslim serta untuk melejitkan
mensejahterakan masyarakat. industri halal di Indonesia, khususnya industri
Dari semua peluang yang telah dipaparkan di makanan halal (Aziz, dkk, 2019)
atas, kita memerlukan dukungan dari semya pihak Kedua, sektor keuangan syariah. Sektor
untuk menumbuhkembangkan industri halal. Baik keuangan syariah menjadi gerbang pembuka industri
pemerintah maupun masyarakat. Dukungan dari halal di Indonesia. Semenjak terbentuknya Bank
pemerintah bisa berupa regulasi mengenai produk dan Muamalat Indonesia pada tahun 1992, sektor
industri halal serta sertifikasi halal. Regulasi dan keuangan syariah telah membawa perkembangan
sertifikasi halal membantu pelaku usaha, terutama yang cukup baik bagi industri keuangan syariah. Aset
UMKM agar produk-produk tersebut menembus pasar keuangan syariah terus mengalami pertumbuhan
ekspor. Sementara itu, dukungan dari masyarakat setiap tahunnya. Pada tahun 2018, aset keuangan
berupa upaya untuk meningkatkan halal awareness syariah mengalami kenaikan sebesar 13,97% (yoy)
dan membeli produk halal dari industri dalam negeri. menjadi Rp1.287,65 triliun (Otoritas Jasa Keuangan
Dengan adanya sinergi dan kerja sama dari semua 2019). Indonesia menempati peringkat ketujuh dalam
pihak, cita-cita ”Indonesia sebagai kiblat industri halal pasar aset keuangan Islam di dunia dengan total nilai
dunia” bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. aset sebesar USD 86 miliar. Indonesia juga menempati
3.2. Potensi Industri Halal di Indonesia urutan ke-5 dalam Top 10 Islamic Finance (State of
Industri halal memiliki potensi yang sangat besar Global Islamic Economy Report 2019). Pada tahun
di Indonesia. Hal ini merupakan implikasi dari jumlah 2019, market share industri keuangan mencapai angka
penduduk muslim Indonesia yang sangat banyak. 8,69%. Angka tersebut merupakan total dari market
Potensi industri halal Indonesia bisa kita lihat dari share perbankan syariah sebesar 5,94% ditambah
beberapa sektor, yaitu sektor makanan halal, sektor market share Industri Keuangan Non Bank (IKNB)
keuangan syariah, sektor wisata halal, dan sektor sebesar 2,75% (CNN Indonesia 2019). Pertumbuhan
busana muslim. Berikut ini adalah penjelasan potensi sektor keuangan ini mencerminkan potensi sektor
dari masing-masing sektor. keuangan syariah yang cukup besar di Indonesia.
Pertama, sektor makanan halal. Makanan halal Ketiga, sektor wisata halal. Indonesia merupakan
merupakan kebutuhan dasar seorang muslim. negara yang memiliki keragaman budaya serta kaya
Kebutuhan dasar ini harus terpenuhi agar seorang akan sejarah dan tradisi-tradisi keagamaan. Selain itu,
muslim dapat melanjutkan hidupnya. Bila kita lihat indahnya panorama alam di Indonesia serta

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 432
masyarakatnya yang ramah menjadi daya tarik Islamic Economy Report 2019). Selain itu, adanya
Indonesia dalam bidang pariwisata. Bila dikaitkan dukungan dan peran pemerintah, pengesahan Undang-
dengan wisata halal, potensi yang dimiliki Indonesia Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
sangat besar. Ada banyak objek wisata yang bisa Produk Halal, maraknya desainer busana muslim dan
dikunjungi oleh halal traveller, diantaranya masjid, ajang perlehatan busana muslim, serta respon
keraton, makam, benda-benda pusaka, hingga kuliner masyarakat yang positif membuat potensi ini semakin
halal (Jaelani 2017) mungkin untuk dikembangkan (A. I. Faried 2019; Aan
Potensi wisata halal Indonesia mendapat Nasrullah 2018).
apresiasi yang luar biasa, sebab Indonesia berhasil Disamping potensi di masing-masing sektor,
meraih peringkat pertama bersama Malaysia pada perkembangan teknologi juga menjadi potensi industri
kategori utama Top 10 OIC Destinations dengan skor halal di Indonesia secara umum. Adanya teknologi
78. Selain itu, Indonesia juga meraih peringkat mendorong peningkatan sosialisasi dan promosi
pertama dua kategori lainnya, seperti Top 10 industri halal di Indonesia. Selain itu, perkembangan
Destinations-Communications dan Top 10 teknologi juga membuat pembuatan produk industri
Destinations-Services (Crescent Rating 2019). Selain halal menjadi lebih efektif dan efisien (Faried, 2019;
itu, Indonesia juga meraih peringkat ke-4 dalam Top Jaelani, 2017).
10 Muslim-Friendly Travel (State of Global Islamic 3.3. Tantangan Industri Halal di Indonesia
Economy Report 2019). Pemerintah melalui Dalam mengembangkan potensi industri halal di
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga Indonesia, tentunya kita akan mendapatkan tantangan.
telah mengembangkan sepuluh destinasi wisata ramah Tantangan ini bisa berasal dari segi eksternal dan dari
muslim di Indonesia, yaitu Aceh, Sumatera Barat, segi internal. Dari segi eksternal, tantangan yang
Riau dan Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, dihadapi Indonesia adalah: pertama, banyaknya
Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa negara pesaing (Permana 2019). Negara-negara
Tenggara Barat, serta Sulawesi Selatan (Tim Publikasi pesaing tersebut diantaranya adalah Malaysia, Brunei
Katadata 2020). Darussalam, Turki, Pakistan, Qatar, Uni Emirat Arab,
Terdapat beberapa faktor yang membuat potensi dan lain sebagainya. Bahkan, ada negara pesaing yang
wisata halal di Indonesia begitu besar, yaitu: termasuk ke dalam negara non-muslim. Negara-
pertumbuhan populasi muslim yang relatif cepat, negara ini diantaranya Australia, Thailand, Singapura,
pertumbuhan middle-class income penduduk muslim United Kingdom, Italia, dan lain sebagainya. Agar
yang juga cukup besar, banyaknya populasi muslim tidak ketinggalan, Indonesia harus bisa memanfaatkan
yang masih muda dan gemar melakukan travelling, dengan baik potensi yang dimilikinya. Bila tidak,
akses informasi pariwisata yang berkembang pesat, maka Indonesia hanya akan menjadi konsumen di
fasilitas dan layanan yang ramah dan memuaskan, pasar yang besar dan menjanjikan ini.
adanya Ramadhan travel yang menarik minat Tantangan dari eskternal ini juga berpengaruh
wisatawan, dan bisnis travel yang semakin terhadap konsumsi produk dalam negeri. Jika ada
berkembang dan cepat tanggap terhadap kebutuhan banyak produk asing masuk ke Indonesia, maka
wisawatan (Alwafi Ridho Subarkah 2018). konsumsi produk Indonesia akan berkurang.
Keempat, sektor busana muslim. Potensi busana Dampaknya, neraca perdagangan akan mengalami
muslim di Indonesia juga tidak kalah besarnya. defisit karena lebih banyak impor yang masuk
Industri busana muslim terus mengalami pertumbuhan ketimbang ekspor. Maka, solusi dari masalah ini
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, ekspor sektor adalah keseriusan pemerintah dalam menegakkan
busana muslim telah menembus angka USD 9,2 miliar hukum kepabeanan (Pryanka, 2018). Kita
atau setara dengan 9,8% total ekspor dari industri membutuhkan proteksi untuk melindungi produk
pengolahan. Bila dilihat dari pasar domestik, lokal. Kebijakan proteksi ini harus bisa menekan
konsumsi dari produk busana muslim sudah mencapai angka impor, namun tidak membuat negara
angka USD 20 miliar dengan laju pertumbuhan rata- pengimpor ”tersinggung”. Tujuannnya agar produk
rata 18,2% (Redaksi FIN 2019). Indonesia menepati lokal terproteksi sekaligus tetap menjaga hubungan
posisi ke-3 dalam Top 10 Modest Fashion dan Top 10 internasional.
Fashion Muslim Consumer Markets dengan total Kedua, belum adanya sertifikat halal yang
spending sebesar USD 21 miliar (State of Global berlaku secara global. Hal ini disebabkan belum

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 433
adanya konsensus yang dilakukan oleh negara-negara dilakukan dengan membuat siaran mengenai konsep
di dunia mengenai standarisasi sertifikat halal dan industri halal. Sosialisasi juga bisa dilakukan
intenasional. Setiap negara memiliki kriteria tersendiri melalui media siber, seperti dengan membuat konten
dalam penetapan sertifikasi halal. Kriteria ini belum pada website dan media sosial, membuat challenge di
tentu diterima oleh negara lain. Maka, tercipta media sosial, serta melakukan siaran online di media
ketidakteraturan dalam sertifikasi halal. Tentu saja, sosial.
hal ini bisa berdampak kepada kepercayaan konsumen Kedua, adanya problematika dari Undang-
saat produk tersebut diekspor ke negara lain Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
(Randeree 2019). Oleh sebab otu, perlu diadakan Produk Halal. Sejak ditetapkan tahun 2014, penerapan
pertemuan di antar negara-negara di dunia untuk Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH)
membahas standarisasi sertifikasi halal ini. baru mulai berlaku pada 17 Oktober 2019. Setelah
Setidaknya, langkah ini bisa dimulai oleh Organisasi ditetapkan pada tahun 2019, UU JPH ini masih tetap
Kerja Sama Islam (OKI). membutuhkan waktu karena kewajiban sertifikasi
Sementara itu, tantangan internal yang dialami halal dilakukan secara bertahap (Fajaruddin, 2018).
Indonesia yaitu: pertama, kurangnya halal awareness Selain itu, ada berbagai problematika yang membuat
pada masyarakat Indonesia. Selain itu, pemahaman pelaksanaan undang-undang ini belum efektif.
masyarakat Indonesia terhadap konsep halal masih Problematika tersebut diantaranya adalah
dirasa kurang. Ada banyak masyarakat Indonesia yang keterlambatan pemerintah dalam mengeluarkan
menganggap bahwa semua produk di pasar adalah Peraturan Pemerintah (PP) mengenai pelaksanaan UU
produk halal (Pryanka, 2018). Halal awareness JPH. Menurut UU JPH, PP mengenai pelaksanaan UU
memiliki keterkaitan dengan religiusitas dan JPH dikeluarkan paling lambat dua tahun setelah
pengetahuan mengenai konsep halal. Berdasarkan penetapan UU JPH, yakni tahun 2016. Namun
penelitian yang dilakukan oleh (Nusran, dkk, 2018), realitanya, pemerintah baru mengeluarkan PP ini pada
religiusitas memiliki pengaruh yang lebih besar tahun 2019 yang artinya pemerintah terlambat tiga
terhadap perilaku konsumsi produk halal dibanding tahun dalam mengeluarkan PP. Bisa dikatakan bahwa
pengetahuan terhadap suatu produk halal. Ada juga pemerintah melanggar ketentuan hukum dalam
penelitian yang dilakukan oleh (Kartika, 2020; pelaksanaan UU JPH (Kusnadi, 2019).
Kurniawati dan Savitri, 2019) yang menyatakan Keterlambatan juga terjadi dalam penerbitan
bahwa halal awareness dipengaruhi oleh tingkat peraturan menteri. Pelaksanaan UU JPH
keyakinan agama, alasan kesehatan, label/logo halal, membutuhkan peraturan menteri sebagai peraturan
dan tingkat eksposur yang baik. Selain itu, turunan untuk menunjang pelaksanaan UU JPH.
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Yasid, Peraturan menteri yang harus dikeluarkan yaitu
dkk, 2016), halal awareness dipengaruhi oleh peraturan menteri agama tentang penyelenggaraan
kepercayaan agama, identitas diri dan paparan media. jaminan produk halal, produk yang belum bersertifikat
Maka, untuk meningkatkan halal awareness di halal dan tahapan jenis produk yang wajib
Indonesia, kuncinya adalah dengan melakukan bersertifikat halal, kriteria tertentu dalam
sosialisasi. Sosialisasi harus dilakukan secara terus- pengharaman produk, dan jenis produk yang wajib
menerus secara langsung ataupun tidak langsung. bersertifikat halal. Ada juga peraturan menteri yang
Sosialisasi secara langsung bisa dilakukan dengan harus dikeluarkan menteri keuangan terkait biaya
membuat kajian keagamaan tentang konsep halal, sertifikasi halal. Dari beberapa peraturan menteri ini
mengadakan seminar bertemakan industri halal, belum ada satu pun peraturan menteri yang
mengadakan kunjungan ke lembaga pendidikan, serta dikeluarkan, padahal UU JPH sudah berlaku. Maka
mengadakan event dan pameran industri halal. dari segi subtansi hukum, kerangka normatif UU JPH
Sementara itu, sosialisasi secara tidak langsung dapat masih belum sempurna (Kusnadi, 2019).
dilakukan dengan perantara berbagai media. Pada Problematika lain yang ditemukan dalam UU
media cetak, sosialisasi bisa dilakukan dengan JPH adalah UU JPH sangat berpotensi untuk
membuat artikel pada koran dan majalah, membuat menyusahkan pelaku usaha serta menghambat laju
buku dan komik mengenai konsep halal seperti yang pertumbuhan ekonomi. Dalam Pasal 21 ayat (1)
dilakukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) (Nusran, dijelaskan bahwa harus ada pemisahan pada lokasi,
2018). Melalui media elektronik, sosialisasi bisa tempat dan alat proses produk halal (PPH). Pemisahan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 434
ini akan memberatkan para pelaku usaha, terutama pengesahan Undang-Undang Jaminan Produk Halal
pelaku UMKM karena menimbulkan biaya yang tidak nomor 33 tahun 2014.
perlu. Selanjutnya, dalam hal menghambat laju Potensi tersebut dapat mendorong terjadinya
pertumbuhan ekonomi disebutkan bahwa harus ada pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan nilai
pengakuan sertifikasi halal Indonesia di negara tujuan ekspor dan cadangan devisa. Namun di sisi lain,
ekspor produk. Bila tidak, maka produk Indonesia Indonesia juga memiliki tantangan dalam
tidak dapat masuk ke negara tersebut dan demikian mengembangkan industri halal ini. Tantangan yang
sebaliknya. Tentu saja hal ini bisa menghambat dihadapi Indonesia berasal dari eksternal dan internal.
kegiatan perdagangan internasional yang berimbas Dari sudut pandang eksternal, tantangan yang
pada terhambatnya laju pertumbuhan ekonomi dihadapi Indonesia yaitu banyaknya negara pesaing,
(Kusnadi, 2019). Potensi penghambat ini tentu harus belum adanya sertifikat halal yang berlaku secara
diantisipasi oleh otoritas terkait dengan lebih gencar internasional. Sedangkan dari sudut pandang internal,
dalam melakukan kerjasama bilateral maupun tantangan yang dihadapi Indonesia adalah kurangnya
multilateral guna memperlancar arus perdagangan halal awareness pada masyarakat Indonesia, adanya
Indonesia. Jangan sampai aturan yang telah disahkan problematika dalam pelaksanaan Undang-Undang
sebagai Undang-Undang tersebut justru menghambat Jaminan Produk Halal dan rendahnya kesadaran
perdagangan internasional Indonesia. masyarakat Indonesia untuk berkompetisi. Melalui
Ketiga, rendahnya kesadaran masyarakat penelitian ini, diharapkan banyak kalangan yang
Indonesia untuk berkompetisi. Masuknya berbagai semakin sadar akan pentingnya industri halal sehingga
produk halal dari luar negeri membuat produk lokal dapat mendukung upaya untuk memajukan industri
Indonesia harus bersaing agar tetap eksis. Namun halal Indonesia.
sayangnya, kesadaran masyarakat Indonesia untuk Dengan melihat potensi dan tantangan tersebut,
berkompetisi masyarakat Indonesia masih rendah. pemerintah disarankan untuk lebih menggalakkan
Maka tidak mengherankan jika saat ini Indonesia lebih edukasi kepada pelaku usaha tentang pentingnya
cenderung menjadi konsumen industri halal (Permana, menjaga dan menjamin kualitas barang dan jasa yang
2019; Pryanka, 2018). Bahkan, data State of Global ditawarkan kepada masyarakat, khususnya terkait
Islamic Report pada tahun 2018 menyebutkan bahwa jaminan kehalalannya mengingat mayoritas penduduk
Indonesia menempati urutan pertama negara dengan Indonesia beragama Islam. Selain itu, perlu ada
pengeluaran untuk makanan halal terbesar senilai pendampingan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan
USD 170 miliar. Ironisnya, angka fantastis ini ternyata Menengah (UMKM) dalam proses sertifikasi halal
tidak berbanding lurus dengan prestasi sebagai negara mengingat terdapat 57, 83 juta pelaku UMKM (pada
produsen makanan halal, dimana Indonesia pada tahun 2018) yang menjadi mayoritas pelaku usaha di
tahun yang sama tidak masuk sebagai 10 besar negara Indonesia. Dengan edukasi dan pendampingan ini,
produksi makanan halal. Fenomena ini tentunya harus diharapkan Indonesia mampu bergeser dari negara
menjadi perhatian bersama agar Indonesia tidak hanya konsumen produk halal menjadi negara produsen di
sebagai pasar industri halal yang konsumtif, namun masa mendatang.
Indonesia harus dapat mengoptimalkan berbagai
peluang yang ada untuk menjadi negara produktif di 5. UCAPAN TERIMA KASIH
bidang industri halal. Di akhir penulisan artikel ilmiah ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
4. KESIMPULAN pihak terkait atas kontribusinya dalam membantu
Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk penyelesaian penulisan penelitian ini. Khususnya
mengembangkan industri halal. Potensi tersebut di pihak-pihak yang telah membantu memberikan
antaranya adalah jumlah penduduk muslim yang informasi terkini terkait perkembangan industri halal
melimpah hingga diproyeksikan mencapai 256 juta di Indonesia, di antaranya adalah Bapak Rifqi Ismal,
jiwa pada tahun 2050, pertumbuhan berbagai sektor Ph.D dari Departemen Ekonomi dan Keuangan
industri halal khususnya sektor keuangan, pariwisata Syariah (DEKS) Bank Indonesia dan Bapak Deden
dan fashion, mulai diakuinya prestasi Indonesia di Firman Hermansyah dari Direktorat Pengaturan dan
mata dunia, kondisi geografis Indonesia serta bonus Perizinan Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan
demografinya, perkembangan teknologi, serta (OJK).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(03), 2020, 435
6. REFERENSI Nasrullah, A. (2018). “Analisis Potensi Industri Halal
Akbar, C. (2019). “Konsumsi Produk Halal Di RI Bagi Pelaku Usaha Di Indonesia.” At-Tahdzib:
Tinggi, Bappenas: Kebanyakan Impor.” Jurnal Studi Islam Dan Muamalah 6(1):50–78.
TEMPO.CO. Neuman, W.L., Djamba, Y.K. (2014). Social
Aziz, M., Rofiq, A., Ghofur, A.. 2019. “Regulasi Research Methods: Qualitative and Quantitative
Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal Di Approaches. 7th ed. USA: Pearson.
Indonesia Perspektif Statute Approach.” Nusran, M., Gunawan, M., Razak, S.N., Wekke, I.S.
ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 14(1):151– (2018). “Halal Awareness on the Socialization of
70. Halal Certification.” IOP Conference Series:
CNN Indonesia. (2019). “KNKS Sebut Pertumbuhan Earth and Environmental Science 175.
Pangsa Pasar Keuangan Syariah Stagnan.” CNN Otoritas Jasa Keuangan. (2019). Laporan
Indonesia. Perkembangan Keuangan Syariah 2018. Jakarta:
Crescent Rating. (2019). “Global Muslim Travel Otoritas Jasa Keuangan.
Index 2019.” Global Muslim Travel Index. Permana, A. (2019). “Tantangan Dan Peluang Industri
Cahyani, D. I., & Sumadi, S. (2015). Alternatif Sistem Halal Di Indonesia Dan Dunia.” Institut
Ekonomi Islam Untuk Indonesia Yang Lebih Teknologi Bandung.
Sejahtera. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1(02). Pryanka, A. (2018). “Ini Tantangan Dongkrak Industri
Erwina, T., Haryadi, H., Mustika, C. (2018). Halal Di Indonesia.” Republika Online.
“Pengaruh Neraca Transaksi Berjalan, Transaksi Purba, N. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang
Modal Dan Utang Luar Negeri Terhadap Mempengaruhi Cadangan Devisa Di Indonesia.
Cadangan Devisa Indonesia.” E-Jurnal Medan: Universitas Negeri Medan.
Perspektif Ekonomi Dan Pembangunan Daerah Randeree, Kasim. (2019). “Demography, Demand and
7(2):57–70. Devotion: Driving the Islamic Economy.”
Fajaruddin. (2018). “Efektivitas Undang-Undang Journal of Islamic Marketing.
Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Redaksi FIN. (2019). “Ekspor Produk Fashion
Halal Dalam Perlindungan Konsumen.” De Lega Muslim Tembus USD 9,2 Miliar.” Fajar
Lata: Jurnal Ilmu Hukum Fakultas Hukum Indonesia Network.
UMSU 3(2):2014–16. Sayoga, P., Tan, S. (2017). “Analisis Cadangan
Faried, A.I. (2019). “Implementasi Model Devisa Indonesia Dan Faktor-Faktor Yang
Pengembangan Industri Halal Fashion Di Mempengaruhinya.” Jurnal Paradigma
Indonesia.” Jepa 4(2). Ekonomika 12(1):25–30.
Indonesia Halal Lifestyle Center. (2019). “Indonesia State of Global Islamic Economy Report. (2019).
Halal Economy and Strategy Roadmap 2018/19: State of Global Islamic Economy Report
A Preview.” Indonesia Halal Lifestyle Center. 2019/20. New York: Thomson Reuters.
Jaelani, A. (2017). “Halal Tourism Industry in Subarkah, AR.. (2018). “Potensi Dan Prospek Wisata
Indonesia: Potential and Prospects.” SSRN Halal Dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah
Electronic Journal 7(3). (Studi Kasus: Nusa Tenggara Barat).” Sospol:
Kartika, A.F. (2020). “Fenomena Label Halal Is It a Jurnal Sosial Politik 4(2):49–72.
Awareness or Branding.” Jurnal Ilmiah Ekonomi Tim Publikasi Katadata. (2020). “Industri Halal Untuk
Islam 6(1):87. Semua.” Kata Data.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2019). Yasid, F.F., Andriansyah, Y. (2016). “Factors
“Media Keuangan.” Kementerian Keuangan Affecting Muslim Students Awareness of Halal
14(140). Products in Yogyakarta, Indonesia.”
Kurniawati, D.A., Savitri, H. (2019). “Awareness International Review of Management and
Level Analysis of Indonesian Consumers toward Marketing 6(S4):27–31.
Halal Products.” Journal of Islamic Marketing
11(2):522–46.
Kusnadi, M. (2019). “Problematika Penerapan
Undang-Undang Jaminan Produk Halal Di
Indonesia.” Islamika: Jurnal Keislaman Dan
Ilmu Pendidikan, 1(2):116–32.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

Anda mungkin juga menyukai