Anda di halaman 1dari 30

KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN SEHAT JIWA PADA IBU HAMIL

OLEH :

1. ALMAS FILZAH
2. ARIA UL-HAJ
3. BAIQ AZILA FALASIFA
4. BAIQ RISTA ANANTA PRATIWI
5. BILLIA MILKAN, SST
6. CITRA LORENSA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN MATARAM
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
I. KONSEP TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
Kehamilan adalah suatu proses yang normal akan tetapi kebanyakan
wanita akan mengalami perubahan baik dari segi psikologis maupun emosional
selama kehamilan. Sering kali kita mendengar betapa bahagianya dia karena
akan menjadi seorang ibu tetapi tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir
kalau terjadi masalah selama kehamilannya misalnya ibu takut dengan anak
yang akan dilahirkannya apakah normal ataukah tidak atau mungkin ibu takut
kehilangan kecantikannya.
Sedangkan gangguan psikologis adalah Perubahan psikologi pada ibu
hamil merupakan hal yang normal dan merupakan hal yang individual.
Didasarkan pada teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran
sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini diperlukan proses belajar melalui
serangkaian aktifitas.

B. Perubahan dan Adaptasi Psikologis selama Masa Kehamilan


Perubahan Peran Selama Kehamilan Seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan, ibu akan mengalami perubahan psikologis dan pada saat ini pula
wanita akan mencoba untuk beradaptasi terhadap peran barunya melalui
tahapan sebagai berikut :
1. Tahap Antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan
merubah peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas
khusus kehamilan) dan informal melalui model peran (role model).
Meningkatnya frekuensi interaksi dengan wanita hamil dan ibu muda
lainnya akan mempercepat proses adaptasi untuk mencapai penerimaan
peran barunya sebagai seorang ibu.
2. Tahap Honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan
cara mencoba menyesuaikan diri. Secara internal wanita akan mengubah
posisinya sebagai penerima kasih sayang dari ibunya menjadi pemberi
kasih sayang terhadap bayinya. Untuk memenuhi kebutuhan akan kasih
sayang, wanita akan menuntut dari pasangannya. Ia akan mencoba
menggambarkan figur ibunya dimasa kecilnya dan membuat suatu daftar
hal-hal yang positif dari ibunya untuk kemudian ia daptasi dan terapkan
kepada bayinya nanti. Aspek lain yang berpengaruh dalam tahap ini
adalah seiring dengan sudah mapannya beberapa persiapan yang
berhubungan dengan kelahiran bayi, termasuk dukungan semangat dari
orang-orang terdekatnya.
3. Tahap Stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam peran)
Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami
suatu titik stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan
aktivitas-aktivitas yang bersifat positif dan berfokus untuk kehamilannya,
seperti mencari tahu tentang informasi seputar persiapan kelahiran, cara
mendidik dan merawat anak, serta hal yang berguna untuk menjaga
kondisi kesehatan keluarga.
4. Tahap Akhir (perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun
ia tetap mengadakan “perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat
mungkin “menepati janji” mengenai kesepakatan-kesepakatan internal
yang telah ia buat berkaitan dengan apa yang akan ia perankan sejak saat
ini sampai bayinya lahir kelak.

Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian) :


a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan
kehamilannya.
b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan
kesedihan. Bahkan kadaang ibu berharap agar dirinya tidak hamil
saja.
c. Ibu akan selalu mencaari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.
Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat
perhatian dengan seksama.
e. Oleh karena perutnya, masih kecil, kehamilan merupakan rahasia
seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain
atau malah mungkin dirahasiakannya.
f. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap
wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.
Perubahan Psikologis Trimester II (Periode kesehatan yang baik)
a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu terbiasa dengan kadar hormon yang
tinggi.
b. Ibu sudah dapaat menerima kehamilan.
c. Merasakan gerakan anak.
d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
e. Libido meningkat.
f. Menuntut perhatian untuk cinta.
g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari
dirinya.
h. Hubungan seksual meningkat dengan wanita hamil lainnya atau
pada orang lain yang baru menjadi ibu.
i. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran,
dan persiapan untuk peran baru.
Perubahan Psikologis Trimester III (penantian dengan penuh
kewaspadaan)
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan
tidak menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatannya.
d. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,
bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e. Merasa sedih akan terpisah dari bayinya.
f. Merasa kehilangan perhatian.
g. Perasaan mudah terluka atau sensitif.
h. Libido menurun.

C. Masalah Emosi Selama Kehamilan


Prinsip dasar
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
merupakan peristiwa kodrat yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap
sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan kondisi fisik dan emosional yang komplek, memerlukan
adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang
terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari
norma – norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat
merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional
ringan hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola
kegiatan sosial ( keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan
empati) pada wanita hamil dan dari aspek teknis, dapat mengurangi aspek
sumber daya (tenaga ahli), cara penyelesaian persalinan normal, akselerasi,
kendali nyeri dan asuhan neonatal),
Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologis yang terjadi.:
1. Trimester 1 :
Sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehingga perode ini
mempunyai resiko tinggi untuk terjadi pertengkaran atau rasa tidak
nyaman.
2. Trimester II :
Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita
hamil lebih terfokus pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi
saat kehamilan, kehidupan seksual keluarga dan hubungan
bathiniah dengan bayi yang dikandungannya.
3. Trimester III :
Berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan
sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya
mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang akan
dihadapi.
Reaksi cemas
1. Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan,
terutama sekali terhadap hal-hal yang masih tergolong wajar.
2. Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkannya
karena gejala klinik yang ada, sangat tidak spesifik (twitchung, tremor,
berdebar-debar, kaku otot, gelisah dan mudah lelah, insomnia)
3. Timbul gejala-gejala somatik akibat hiperaktifitas otonom (palpitasi,
sesak nafas, rasa dingin ditelapak tangan, berkeringat dingin, pusing, rasa
terganjal pada leher).
4. Tenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang-kadang upaya ini kurang
memberi hasil tetapi prosedur ini sebaiknya paling pertama dilakukan.
5. Hanya pada pasien dengan reaksi cemas berat, berikan diazepam 3 x 2 mg
per hari.
6. Bila pasien tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau
kekurangan asupan kalori/gizi maka harus dilakukan rawat inap di rumah
sakit.
Reaksi panik
1. Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang hebat, terjadi dalam periode
yang relatif singkat dan tanpa sebab-sebab yang jelas.
2. Pasien mengeluhkan nafas sesak atau rasa tercekik, telinga berdenging,
jantung berdebar, mata kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak
akan tergolong lagi.
3. Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien gelisah dan ketakutan, muka pucat
pandangan liar, pernafasan pendek dan cepat dan takhikardi.
4. Tenangkan secara verbal, sebelum psikoterapi atau medikamentosaa.
Sebaiknya pasien dirawat untuk observasi tehadap reaksi panik ulangan
dan pemberian terapi.
5. Karena reaksi panik hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat,
cukup diberikan dosis tunggal diazepam 5 mg IV.
Reaksi Obsesif-Kompulsif
1. Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbulnya perasaan,
rangsangan ataupun pikiran untuk melakukan sesuatu, tanpa objek yang
jelas, diikuti dengan perbuatan yang dilakukan secara berulang kali.
2. Pengulangan perbuatan tersebut dapat mencelakai dirinya, bayi yang
dikandung atau orang lain.
3. Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-
kompulsif menjadi alasan untuk dirawat di rumah sakit atau dalam
pengawasan tim medis yang memadai. Psikoterapi cukup membantu
untuk mengembalikan wanita ini pada status emosional yang normal.
4. Pada kasus yang berat, beri diazepam 5 mg IV dan observasi ketat.
Depresi berat
1. Depresi pada wanita hamil, ditandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah,
menyendiri, penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak
dihargai dan pada kasus yang berat, ada keinginan untuk melakukan
bunuh diri.
2. Penelitian di RS Dr. Sutomo, Surabaya (1990) menunjukkan angka
kejadian Depresi Pascapersalinan (Postpartum Blues) sebesar 15,2 %
(persalinan fisiologis) dan 46,2 % (persalinan patologis).
3. Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik
diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian dan sulit untuk
mengingat sesuatu .
4. Gunakan anti depresan Amitryptyline 2 x 10 mg oral.
5. Terapi kejutan listrik (ECT) digunakan apabila psikofarmaka gagal dan
reaksi depresi membahayakan pasien.
Perasaan panik/ gelisah
Berkaitan dengan kemampuanya untuk menjaga kehamilan sampai saat
persalinan sebagai seorang ibu hamil yang baik. Respon-respon psikologis
tersebut terjadi karena ibu merasa bahwa kehamilannya ini merupakan suatu
ancaman, kegawatan, ketakutan dan bahaya bagi dirinya dan sebagai akibat
yang akan terjadi pada dirinya, sehingga mereka akan bersikap tidak hanya
menolak kehamilannya tetapi juga akan berusaha menggugurkan kehamilannya
bahkan kadang-kadang mencoba bunuh diri.

D. Gambaran Kondisi Psikologis pada Wanita Hamil


Selama kehamilan banyak wanita yang mengalami perasaan – perasaan :
1. Marah
2. Tertekan
3. Bersalah
4. Bingung
5. Was – was
6. Kesal
7. Pilu
8. Khawatir
Hal ini biasanya ditandai dengan gejala – gejala :
1. Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak.
2. Tidak bisa tidur walaupun mempunyai kesempatan.
3. Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang.
4. Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah.
5. Sangat judes atau peka terhadap bunyi dan sentuhan.
6. Senantiasa berfikiran negatif.
7. Tanpa berwujud merasa tidak mampu.
8. Tiba-tiba takut atau gugup.
9. Tidak bisa memusatkan perhatian.
10. Lebih sering lupa.
11. Rasa bingung dan bersalah.
12. Makan amat sedikit atau amat banyak.
13. Asik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan.
14. Kehilangan kepercayaan dan harga diri.
Apabila kondisi - kondisi ini terjadi secara beruntun sedikitnya selama 2
minggu maka akan menimbulkan kondisi psikologis yang bermasalah yang
sifatnya memerlukan adanya pengobatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikis pada masa hamil :
1. Sudah punya banyak anak
Banyak anak sebagian orang merasakan sebagai beban finansial yang
harus di tanggung, belum lagi di tambah kerepotan - kerepotan lainnya,
apalagi jika dalam keluarga sudah ada anak dengan jumlah lebih dari
cukup.
2. Khawatir berubah penampilan
Bagi sebagian perempuan, penampilan merupakan nilai jual, perubahan
bentuk wajah dan tubuh akibat kehamilan dan persalinan dianggap akan
mengurangi keindahan penampilan.
3. Kemampuan finansial dirasa tidak memadai.
Jika si kecil lahir di saat kondisi keuangan keluarga tengah morat marit
memang merepotkan, kondisi ini merupakan hal yang sangat menganggu
kondisi psikologis seorang ibu hamil.
4. Keluhan sulit tidur
Sulit tidur di malam hari dapat membuat kondisi ibu hamil menurun,
konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood
bekerja dan cenderung emosional. Keluhan tidur umumnya muncul saat
usia kandungan memasuki trimester ketiga dimana janin sudah tumbuh
sedemikian besar sehingga terasa menyesakkan.
Ditrimester pertama, kadar hormon dalam tubuh ibu sedang mengalami
perubahan drastis yang sering memunculkan keluhan muntah – muntah,
sehubungan dengan itu, keluhan sulit tidur biasanya muncul karena sebab
sebagai berikut :
a. Stres
b. Perubahan hormon
c. Dihantui kecemasan
d. Gangguan psikis
KOMPLIKASI EMOSIONAL
Masalah kesehatan jiwa dapat mengakibatkan komplikasi selama periode
kehamilan, kelahiran bayi, dan periode pascapartum. Stres psikologis dan fisik
yang terkait dengan kehamilan atau kewajiban baru sebagai ibu dapat juga
mengakibatkan krisis emosional (affonso,1984). Gangguan emosional terutama
mengakibatkan komplikasi kehamilan adalah gangguan mood.

E. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Kehamilan


Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan
bukan hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jangan heran
jika ibu yang hamil tiba-tiba menangis atau marah. Ini terjadi karena adanya
perubahan hormonal yang lazim dialami oleh ibu-ibu yang sedang hamil.
Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu
menjaga kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi
psikologis sang ibu baik pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat
menjalani masa-masa kehamilannya.
Berikut beberapa cara yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu
sedang mengandung:
1. Informasi
Cari informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang
terjadi dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang
mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang
tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi
rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai
perubahan yang terjadi.
2. Komunikasi dengan suami
Bicarakan perubahan yang terjadi selama hamil dengan sang suami,
sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi.
Apabila sudah dikomunikasikan, sang suami akan memberikan dukungan
psikologis yang dibutuhkan.
3. Rajin chek-up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan
terpercaya mengenai kehamilan. Jangan lupa, ajaklah suami saat
berkonsultasi ke dokter atau bidan.
4. Makan Sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi
perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat
membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif,
alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil.
Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang
mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan
otak janin.
5. Jaga Penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan
berpakaian yang sesuai dengan kondisi badan yang sedang berbadan dua.
Jangan lupa untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau
jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.
6. Kurangi Kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil.
Memasuki masa persalinan, ibu hamil dan suami harus sudah siap dengan
berbagai perubahan yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.
7. Dengarkan Musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan
maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut,
belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
8. Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan
menginjak usia 5-6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih
dahulu dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat
melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan
juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya
diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran
positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis
calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin mantap.
9. Latihan Pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur.
Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga
kondisi psikologis bisa lebih stabil.
Kesimpulan :
Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I, pada kehamilan
trimester II, pada kehamilan trimester III dapat disimpulkan sebagai berikut :
Trimester I
a. Terbuka atau diam-diam.
b. Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya.
c. Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi ibu.
d. Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak
menginginkan kehamilan.
e. Perasaan gembira.
f. Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab sebagai ibu.
g. Menerima atau menolak perubahan fisik.
Trimester II
a. Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata.
b. Ibu merasakan adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan
menganggap sebagai bagian dari dirinya.
c. Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun.
d. Mencari perhatian suami.
e. Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya.
f. Perasaan lebih berkembang sehingga ibu mulai mempersiapkan
perlengkapan bayinya.
g. Perasaan cenderung lebih stabil.
Trimester III
a. Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan
postur tubuh atau terjadi gangguan body image.
b. Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian suami
berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.
c. 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat,
merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya.
d. Adanya perasaan tidak nyaman.
e. Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan.
f. Menyibukan diri dalam persiapan menghadapi persalinan
II. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Ibu Hamil
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnya agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah
pada kehamilan-sekarang. Riwayat Obstetri meliputi hal-hal di
bawali ini :
1) Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH).
2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan,
dan penolong persalinan.
4) jenis anestesi dan kesulitan persalinan.
5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hiperlensi, infeksi, dan
perdarahan.
6) Komplikasi pada bayi.
7) Rencana menyusui bayi.
b. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk konirasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu,
atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didlapatkan
pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
c. Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti DM, hipertensi,
dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena
itu adanya penyakit infeksi, prosedur infeksi dan trauma pada
persalinan sebelumnya harus didokumentasikan.
d. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan
kelompok risiko tinggi untuk masalah genelis seperti anemia
sickle sel, talasemia).
2) Penyakit pada niasa kanak-kanak dan imunisasi.
3) Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan
jantung.
4) Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan ccdera (pelvis
dan pinggang).
5) Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular
seksual, dan tuberkulosis.
6) Riwayat dan perawalan anemia.
7) Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan).
8) Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan
minuman ringan.
9) Merokok (Jumlah batang per hari).
10) Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat
meningkatkan risiko terinfeksi toxoplasma.
11) Alergi dan sensitif dengan obat.
12) Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
e. Riwayat keluarga.
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk
penyakit kronis (menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus
dan jantung, infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat
kongenital yang perlu dikumpulkan.
f. Riwayat kesehatan pasangan.
Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang
berhubungan dengan masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi.
Penggunaan obat-obatan seperti kokain dan alkohol akan
berpengaruh pada kemampuan keluarga untuk menghadapi
kehamilan dan persalinan. Rokok yang digunakan oleh ayah akan
berpengaruh pada ibu dan janin, terulama risiko mengalami
komplikasi.
2. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan,
karena posisi akan memengaruhi tekanan darah pada ibu
hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk
dengan lengan sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu
dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
b. Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi
bisa terjadi pada keadaan cemas, hipertiroid, dan infeksi. Nadi
diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat menentukan
keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan
masalah sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan
teratur.
c. Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali
per menit. Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan
atau penyakit jantung. Suara napas hams sama bilateral,
ekspansi paru simetris, dan lapangan paru bebas dari suara
napas abdominal.
d. Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan
suhu menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawatan
medis.
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap
bendungan vena, yang bisa berkembang menjadi varises.
Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai, vulva, dan
rektum.
b. Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah
pada ekstremitas akibat perpindahan cairan intravaskular ke
ruang intertisial. Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau
jempol menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini
disebut pitting edema. Edema pada tangan dan wajah
memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda dari
hipertensi pada kehamilan.
3. Sistem Muskuloskeletal
a. Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama
kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot
punggung dan tungkai.
b. Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar
untuk dapat menentukan kenaikan berat badan selama
kehamilan. Berat badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg
dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu berisiko melahirkan
bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Berat badan
sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat menyebabkan
diabetes pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan,
persalinan seksio caesarea, dan infeksi postpartum.
c. Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk
menentukan diameternya yang berguna untuk persalinan per
vaginam.
d. Abdomen
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi
fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis.
Kandung kemih harus dikosongkan sebelum pemeriksaan
dilakukan untuk menetukan keakuratannya. Pengukuran
metode Mc Donald dengan posisi ibu berbaring.
4. Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu
tidak memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya
masalah. Pemeriksaan refleks tendon sebaiknya dilakukan karena
hiperefleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan.
5. Sistem Integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan
anemis, jaundice menandakan gangguan pada hepar, lesi,
hiperpigmentasi seperti cloasma gravidarum, serta linea nigra
berkaitan dengan kehamilan dan strie perlu dicatat. Penampang
kuku berwarna merah muda menandakan pengisian kapiler baik.
6. Sistem endokrin
Pada trimester kedua kelenjar tiroid membesar, pembesaran yang
berlebihan menandakan hipertiroid dan perlu pemeriksaan lebih
lanjut.
7. Sistem Gatsrointestinal
a. Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir
bebas dari ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema
akibat efek peningkatan estrogen yang menyebabkan
hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke
dokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan
prematur. Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi.
b. Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih
nyaman untuk ibu hamil. Bising usus bisa berkurang karena
efek progesteron pada otot polos, sehingga menyebabkan
konstipasi. Peningkatan bising usus terjadi bila menderita
diare.
8. Sistem Urinarius
a. Protein
Protein seharusnya tidak ada dalam urine. Jika protein ada
dalam urine, hal ini menandakan adanya kontaminasi sekret
vagina, penyakit ginjal, serta hipertensi pada kehamilan.
b. Glukosa
Glukosa dalam jumlah yang kecil dalam urine bisa dikatakan
normal pada ibu hamil. Glukosa dalam jumlah yang besar
membutuhkan pemeriksaan gula darah.
c. Keton
Keton ditemukan dalam urine setelah melakukan aktivitas
yang berat atau pemasukan cairan dan makanan yang tidak
adekuat.
d. Bakteri
Peningkatan bakteri dalam urine berkaitan dengan infeksi
saluran kemih yang biasa terjadi pada ibu hamil.
9. Sistem reproduksi
a. Ukuran payudara, kesimetrisan, kondisi puling, dan
pengeluaran kolostrum perlu dicatat. Adanya benjolan dan
tidak simetris pada payudara membutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut.
b. Organ reproduksi eksternal
Kulit dan membran mukosa perineum, vulva, dan anus perlu
diperiksa dari eksoriasi, ulserasi, lesi, varises, dan jaringan
parut pada perineum.
c. Organ reproduksi internal
Serviks berwarna merah muda pada ibu yang tidak hamil dan
berwarna merah kebiruan pada ibu hamil yang disebut tanda
Chadwik.
Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II
a. Pembagian perubahan psikologis pada trimester II
Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase; prequickeckening
(sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan
postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh
ibu), yang dapat dilihat pada penjelasan berikut :
a. Fase prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa preqiuckening pada
trimester kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan
segala aspek di dalammya dengan ibunya yang telah terjadi selama
ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi kembali segala hubungan
interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar bagaimana
ia mengembangkan hubungan dengan anak yang akan
dilahirkannya. Ia akan menerima segala nilai dengan rasa hormat
yang telah diberikan ibunya, namun bila ia menemukan adanya
sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya. Perasaan menolak
terhadap sikap negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada
dirinya. Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut
normal karena ia sedang mengembangkan identitas keibuannya.
Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian kembali ini adalah
perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya)
menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu).
Transisi ini memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk
mempersiapkan dirinya sebagai ibu yang memberikan kasih sayang
kepada anak yang akan dilahirkannya. Trimester kedua sering
dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan selama
trimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari
ketidaknyamanan kehamilan.
b. Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang
jelas akan muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan
persiapan menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Perubahan
ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan peran lamanya
sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil
pertama kali dan wanita karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa
ia tidak harus membuang segala peran yang ia terima sebelum
kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran baru artinya
bagaimana ia menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan
bagaimana bila nanti ia harus meninggalkan rumahnya untuk
sementara pada proses persalinan. Pergerakan bayi yang dirasakan
membantu ibu membangun konsep bahwa bayinya adalah individu
yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan fokus
pada bayinya. Pada saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu
dipikirkan karena perhatian utama adalah kesejahteraan janin
(kecuali beberapa suku yang menganut sistem
patrilineal/matrilineal).
Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester III
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang - kadang ibu merasa khawatir bahwa
bayinya akan lahir sewaktu - waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan.
Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau - kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi
bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya
membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa
sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak
nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu
yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih
karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang
diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan
dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Trimester ketiga sering kali disebut
periode menunggu / penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa
tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III adalah waktu untuk
mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya
perhatian pada kehadiran bayi. Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif
untuk kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan bagaimana rupanya. Mungkin
juga nama bayi yang akan dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester ketiga adalah
saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai
menduga - duga tentang jenis kelamin bayinya ( apakah laki- laki atau
perempuan ) dan akan mirip siapa.
Tanda dan Gejala psikologis pada ibu hamil :
1. Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak.
2. Tidak bisa tidur walaupun mempunyai kesempatan.
3. Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang.
4. Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah.
5. Sangat judes atau peka terhadap bunyi dan sentuhan .
6. Senantiasa berfikiran negatif.
7. Tanpa berwujud merasa tidak mampu.
8. Tiba-tiba takut atau gugup.
9. Tidak bisa memusatkan perhatian.
10. Lebih sering lupa
11. Rasa bingung dan bersalah.
12. Makan amat sedikit atau amat banyak.
13. Asik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan.
14. Kehilangan kepercayaan dan harga diri
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa
No Intervensi Rasional Evaluasi / Kriteria Hasil
Keperawatan
1. Gangguan citra tubuh 1) Terima persepsi diri 1) Untuk memvalidasi 1) Klien menerima perubahan
b.d klien dan berikan perasaannya. citra tubuh
perubahan jaminan bahwa ia dapat 2) Untuk meningkatkan 2) Klien berpartisipasi dalam
penampilan. mengatasi krisis ini. rasa kemandirian dan berbagai aspek perawatan dan
2) Dorong klien kontrol. dalam pengambilan keputusan
melakukan perawatan 3) Keterlibatan dapat tentang perawatan.
diri. memberikan rasa 3) Klien mengkomunikasikan
3) Kaji kesiapan klien, kontrol dan perasaan terhadap perubahan
kemudian libatkan klien meningkatkan harga citra tubuh.
dalam pengambilan diri. 4) Klien menyatakan perasaan
keputusan tentang 4) Agar klien dapat 5) positif terhadap dirinya
perawatan bila mengungkapkan sendiri.
memungkinkan. keluhannya dan
4) Berikan kesempatan memperbaiki
kepada klien untuk kesalahpahaman.
menyetakan perasaan 5) Untuk mendukung
tentang citra tubuhnya. adaptasi dan
5) Bimbing dan kuatkan kemajuan yang
fokus klien pada aspek- berkelanjutan
aspek positif dari
penampilannya dan
upayanya dalam
menyesuaikan diri
dengan perubahan citra
tubuhnya.
2. Ketakutan b.d 1) Berikan informasi sesuai 1) Untuk mengurangi 1) Klien dapat mengidentifikasi
ketidakbiasaan tingkat pemahaman atau ansietas klien dan sumber-sumber ketakutan.
penerimaan klien . meningkatkan kerja 2) Klien mengungkapkan rasa
2) Orientasikan klien ke sama. nyaman dengan lingkungan
lingkungan sekitar. 2) Untuk berorientasi sekitarnya.
3) Orientasikan keluarga terhadap waktu, 3) Klien tidak memperlihatkan
pada kebutuhan khusus tempat, orang, tanda-tanda fisik atau gejala-
klien dan izinkan kejadian. gejala ketakutan.
anggota keluarga 3) Tindakan ini dapat
berpartisipasi dalam membantu
memberikan perawatan. memberikan dukungan
yang efektif.
3. Gangguan pola tidur 1) Atur anggota keluarga 1) Untuk membantu klien 1) Klien mengidentifikasi
b.d faktor psikologis untuk tinggal bersanma mengurangi faktor- faktor yang dapat
klien. ketakutannya. menghalangi atau
2) Berikan kesempatan 2) Mendengar aktif dapat mengganggu tidur.
klien untuk membantu menentukan 2) Klien dapat tidur beberapa
mendiskusikan penyebab kesulitan jam dimalam hari.
keluhan yang mungkin tidur. 3) Klien dapat mengungkapkan
menghalangi tidur. 3) Tindakan ini perasaan cukup beristirahat.
3) Rencanakan asuhan memungkinkan asuhan 4) Klien tidak
keperawatan rutin yang keperawatan yang menunjukkan tanda-tanda
memungkinkan pasien konsisten dan fisik deprivasi tidur.
tidur tanpa terganggu memberikan waktu 5) Klien tidak
selama beberapa jam. untuk tidur tanpa menunjukkan gejala
4) Berikan bantuan tidur, terganggu. perilaku yang berkaitan
kepada klien, seperti 4) Susu dan beberapa dengan tidur, seperti gelisah.
bantal, mandi sebelum kudapan tinggi protein, 6) Klien melakukan latihan
tidur, makanan atau seperti keju dan relaksasi sebelum tidur.
minuman, dan bahan kacang, higiene pribadi
bacaan. secara rutin, yang
5) Ciptakan lingkungan dapat mempermudah
tenang yang kondusif tidur.
5. Disfungsi seksual 1) Sediakan lingkungan 1) Tindakan ini 1) Klien mengakui adanya
b.d perubahan yang tidak mendorong klien untuk masalah atau kemungkinan
struktur atau mengancam, dan bertanya tentang hal masalah dalam fungsi
fungsi tubuh dorong klien untuk khusus yang berkaitan seksual
bertanya tentang dengan keadaan saat 2) Klien menyatakan
seksualitas pribadi. ini. perasaan mengenai
2) Berikan kesempatan 2) Tindakan ini perubahan seksualitas
klien mengungkapkan meningkatkan 3) Klien
perasaan secara komunikasi dan mengungkapkan
terbuka dalam pemahaman diantara pemahaman mengenai
lingkungan yang tidak klien dan pemberi penyebab disfungsi seksual.
mengancam. asuhan. 4) Klien mengungkapkan
3) Anjurkan klien untuk 3) Untuk berbagi keluhan keinginan untuk
mendiskusikan dan memperkuat mendapatkan konseling.
keluhannya dengan hubungan
suami atau istri 4) Mengkomunikasikan
keluhan perhatian dan
atau pasangan.
penerimaan
4) Berikan dukungan
untuk suami atau istri
atau pasangan

Anda mungkin juga menyukai