Modul 2 - Sifat Koligatif, Koloid, Dan Pengantar Asam Basa
Modul 2 - Sifat Koligatif, Koloid, Dan Pengantar Asam Basa
Tujuan Pembelajaran:
1
1. Sifat-sifat Koligatif
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada jumlah relatif partikel zat telarut
dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat seperti
ini disebut sifat koligatif (colligative properties). Sifat koligatif mencakup penurunan
tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.
Jika zat terlarut bersifat tidak mudah menguap (non-volatile, artinya tidak memiliki
tekanan uap yang dapat diukur), tekanan uap dari larutan selalu lebih kecil daripada
pelarut murninya. Hubungan antara tekanan uap larutan dan tekanan uap pelarut
bergantung pada konsentrasi zat terlarut dalam larutan, dirumuskan melalui hukum
Raoult (kimiawan Perancis, Francois Raoult). Hukum Raoult menyatakan bahwa
tekanan larutan (p1), adalah tekanan uap pelarut murni (p1°) dikalikan fraksi mol
pelarut dalam larutan (x1), seperti berikut:
𝑝1 = 𝑥1 𝑝10
Dalam larutan yang mengandung hanya satu zat terlarut yang sulit menguap (atau
berwujud padat), x1 = 1 – x2, dimana x2 adalah fraksi mol zat terlarut, dengan
demikian dapat dituliskan sebagai persamaan berikut:
𝑝1 = (1 − 𝑥2 )𝑝10
𝑝10 − 𝑝1 = ∆𝑝 = 𝑥2 𝑝10
Penurunan tekanan uap (∆p) berbanding lurus terhadap konsentrasi zat terlarut
(diukur dalam fraksi mol).
Mengapa tekanan uap larutan lebih rendah daripada tekanan uap pelarut
murninya?
2
Salah satu penyebab terjadinya yaitu meningkatnya ketidakteraturan, yang menurut
Hukum II Termodinamika, menunjukkan semakin besarnya kecenderungan
berlangsungnya suatu proses. Penguapan meningkatkan ketidakteraturan suatu sistem
karena molekul dalam fasa uap lebih tidak teratur dibanding molekul dalam fasa
cairan. Larutan lebih tidak teratur dibandingkan pelarut murni, maka selisih
ketidakteraturan antara larutan dan uap lebih kecil dibandingkan antara pelarut murni
dan uap. Dengan demikian, molekul pelarut lebih kecil kecenderungannya untuk
meninggalkan larutan dibandingkan meninggalkan pelarut murni menjadi uap, dan
tekanan uap larutan lebih kecil dibandingkan tekanan uap pelarut.
Jika kedua komponen larutan mudah menguap (volatile, artinya memiliki telanan
uap yang dapat diukur), maka tekanan uap larutan adalah jumah dari tekanan parsial
masing-masing komponen. Hukum Raoult berlaku dalam kasus ini sebagai berikut:
𝑝𝐴 = 𝑥𝐴 𝑝𝐴0
𝑝𝐵 = 𝑥𝐵 𝑝𝐵0
pA dan pB adalah tekanan parsial larutan untuk komponen A dan B; 𝑝𝐴0 dan 𝑝𝐵0 ialah
tekanan uap zat murni; dan 𝑥𝐴 dan 𝑥 ialah fraksi molnya masing-masing. Tekanan
total (𝑝𝑇 ) ditentukan berdasarkan hukum Dalton pada persamaan berikut:
𝑝𝑇 = 𝑝𝐴 + 𝑝𝐵
Dalam larutan benzena dan toluena (keduanya memiliki struktur yang mirip dan
memiliki gaya antarmolekul yang mirip pula), tekanan uap setiap komponen
mematuhi hukum Raoult. Jika fraksi mol benzena adalah 𝑥𝑏𝑒𝑛𝑧𝑒𝑛𝑎 maka fraksi mol
toluena adalah 1-𝑥𝑏𝑒𝑛𝑧𝑒𝑛𝑎 . Larutan benzena-toluena merupakan salah satu dari sedikit
contoh larutan ideal (ideal solution), yaitu setiap larutan yang mematuhi hukum
Roult, dengan kalor pelarutannya (∆Hsolv) bernilai nol.
3
Latihan 1.
1. Tekanan uap larutan glukosa ialah 17,01 mmHg pada 20 °C, sedangkan tekanan
uap air murni ialah 17,25 mmHg pada suhu yang sama. Hitunglah kemolalan
larutan.
2. Tekanan uap etanol (C2H5OH) dan 1-propanol (C3H7OH) pada 35 °C masing-
masing ialah 100 mmHg dan 37,6 mmHg. Asumsikan larutan berperilaku ideal
dan hitunglah tekanan parsial etanol dan 1-propanol pada 35 °C di atas larutan
etanol dalam 1-propanol, dengan fraksi mol etanol adalah 0,300.
Adanya keberadaan zat terlarut yang tidak mudah menguap menurunkan tekanan uap
larutan, maka dapat mempengaruhi kenaikan titik didih larutan. Titik didih larutan
ialah suhu pada keadaan tekanan uap larutan sama dengan tekanan udara luar.
Gambar 1.2.1 menunjukkan diagram fasa air dan perubahan yang terjadi dalam
larutan berpelarut air.
Gambar 1.2.1 Diagram fasa yang menggambarkan kenaikan titik didih (boiling
point) dan penurunan titik beku (freezing point) larutan berpelarut air.
4
Pada suhu berapapun, tekanan uap larutan dengan zat terlarut padat lebih rendah
daripada tekanan uap pelarut murninya, maka kurva cairan-uap untuk larutan akan
terletak di bawah kurva tekanan uap pelarut murninya. Akibatnya, kurva larutan
(garis putus-putus) memotong garis horizontal yang bertanda p = 1 atm pada suhu
yang lebih tinggi daripada titik didih normal pelarut murni. Analisis Gambar 1.2.1
menunjukkan bahwa titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih air. Kenaikan
titik didih, ∆𝑇𝑏 , didefinisikan sebagai:
∆𝑇𝑏 = 𝑇𝑏 − 𝑇𝑏0
di mana 𝑇𝑏 adalah titik didih larutan dan 𝑇𝑏0 adalah titik didih pelarut murni. Karena
∆𝑇𝑏 berbanding lurus dengan penurunan tekanan uap, maka berbanding lurus juga
dengan kemolalan larutan, sebagai berikut:
∆𝑇𝑏 ~ 𝐶𝑚
∆𝑇𝑏 = 𝐾𝑏 𝐶𝑚
di mana 𝐶𝑚 adalah kemolalan larutan dan 𝐾𝑏 adalah tetapan kenaikan titik didih
molal. Satuan 𝐾𝑏 adalah °C/m. Tabel 1.2.1 di bawah menunjukkan beberapa tetapan
kenaikan titik didih molal dan tetapan penurunan titik beku molal cairan yang umum.
Tabel 1.2.1 Beberapa tetapan kenaikan titik didih molal dan tetapan penurunan titik
beku molal.
5
1.3 Penurunan Titik Beku
Es di jalanan atau trotoar yang beku akan meleleh bila ditaburi garam seperti NaCl
atau CaCl2. Cara pelelehan semacam ini berhasil karena garam dapat menurunkan
titik beku air. Gambar 1.2.1 menunjukkan bahwa penurunan tekanan uap larutan
menggeser kurva padatan-cairan ke arah kiri. Akibatnya, garis ini memotong garis
mendatar pada suhu yang lebih rendah daripada titik beku air. Penurunan titik
beku, ∆𝑇𝑓 , didefinisikan sebagai:
∆𝑇𝑓 = 𝑇𝑓0 − 𝑇𝑓
di mana 𝑇𝑓0 adalah titik beku pelarut murni dan 𝑇𝑓 adalah titik beku larutan. ∆𝑇𝑓
berbanding lurus dengan kemolalan larutan, sebagai berikut:
∆𝑇𝑓 ~ 𝐶𝑚
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 𝐶𝑚
di mana 𝐶𝑚 adalah kemolalan zat terlarut dan 𝐾𝑓 adalah tetapan penurunan titik beku
molal (Tabel 1.2.1). Satuan 𝐾𝑓 adalah °C/m.
Latihan 2.
Hitunglah titik didih dan titik beku larutan yang mengandung 478 g etilena glikol
(CH2(OH)CH2(OH)) dalam 3202 g air.
6
1.4 Tekanan Osmosis
Banyak proses kimia dan biologi bergantung pada aliran molekul pelarut secara
selektif melewati membran berpori dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat.
Gambar 1.4.1 menggambarkankan fenomena tekanan osmosis. Wadah kiri berisi
pelarut murni, wadah kanan berisi larutan.
Gambar 1.4.1 Tekanan osmosis. (a) Permukaan pelarut murni (kiri) dan permukaan
larutan (kanan) pada keadaan awal. (b) Permukaan pelarut murni
(kiri) dan permukaan larutan (kanan) setelah proses osmosis terjadi.
Apa yang menyebabkan air bergerak secara spontan dari kiri ke kanan? Bandingkan
tekanan uap air murni dan tekanan uap air dari larutan (Gambar 1.4.2). Karena
tekanan uap air murni lebih tinggi, maka terdapat transfer neto air dari wadah kiri ke
7
kanan. Pada waktunya, transfer tersebut akan berlanjut sampai selesai. Gaya serupa
menyebabkan air bergerak ke dalam larutan selama osmosis.
𝜋 = 𝐶𝑀 𝑅𝑇
di mana 𝐶𝑀 adalah kemolaran larutan, R adalah tetapan gas (0,0821 L atm/K mol),
dan T adalah suhu mutlak (K). Tekanan osmosis, 𝜋, dinyatakan dalam atmosfer.
Gambar 1.4.2 (a) Tekanan uap yang tidak sama di dalam wadah menyebabkan
transfer neto air dari gelas kimia kiri (yang berisi air murni) ke gelas
kimia kanan (yang berisi larutan). (b) Pada kesetimbangan, semua air
di gelas kimia kiri telah ditransfer ke gelas kimia kanan. Gaya dorong
untuk transfer pelarut ini analog dengan gejala osmosis yang
ditunjukkan pada Gambar 1.4.1.
Dari pembahasan di atas, bisa kita perhatikan bahwa kenaikan titik didih, penurunan
titik beku, dan tekanan osmosis berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Jika
kedua larutan mempunyai konsentrasi yang sama, berarti tekanan osmosisnya sama,
maka kedua larutan disebut isotonik. Jika kedua larutan memiliki tekanan osmosis
yang tidak sama, maka larutan yang lebih pekat disebut hipertonik dan larutan yang
lebih encer disebut hipotonik.
8
Gambar 1.4.2 Sebuah sel dalam (a) larutan isotonik, (b) larutan hipotonik, dan (c)
larutan hipertonik.
Fenomena tekanan osmosis dapat kita amati dalam mempelajari kadar sel darah
merah, yang terlindungi dari lingkungan eksternal oleh membran semipermeabel.
Biokimiawan menggunakan suatu teknik yang dinamakan hemolisis. Sel darah merah
di letakkan dalam larutan hipotonik. Karena larutan hipotonik kurang pekat
dibandingkan larutan di dalam sel, maka air bergerak ke dalam sel seperti pada
Gambar 1.4.3. Sel akan mengembang dan akhirnya pecah, membebaskan
hemoglobin dan molekul lain.
Gambar 1.4.3 Dari kiri ke kanan sel darah merah berada dalam: larutan isotonik,
larutan hipotonik, dan larutan hipertonik.
Latihan 3.
Apa artinya bila kita mengatakan bahwa tekanan osmosis suatu sampel air laut adalah
25 atm pada suhu tertentu.
9
1.5 Penggunaan Sifat Koligatif untuk Menentukan Massa Molar
Sifat koligatif larutan nonelektrolit dapat digunakan untuk menentukan massa molar
zat terlarut. Secara teoritis, semua dari keempat sifat koligatif dapat digunakan untuk
menentukan massa molar. Namun pada praktiknya, hanya penurunan titik beku dan
tekanan osmosis yang digunakan sebab keduanya menunjukkan perubahan yang
mencolok.
1. Sebanyak 9,66 g sampel senyawa dengan rumus empiris C5H4 dilarutkan dalam
284 g benzena. Titik beku larutan ialah 1,37 °C di bawah titik beku benzena
murni. Berapa massa molar dan rumus senyawa molekul tersebut?
Penyelesaian soal ini memerlukan tiga tahap. Pertama, perlu menghitung kemolaran
larutan dari titik bekunya. Kemudian, jumlah mol senyawa dalam 9,66 g. Akhirnya,
dengan membandingkan massa molar hasil percobaan dengan massa molar dari
rumus empiris diperoleh rumus molekulnya,
∆𝑇𝑓 1,37 0 C
𝐶𝑚 = = = 0,267 m
𝐾𝑓 5,12 0 C/m
Karena ada 0,267 mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut, jumlah mol zat terlarut dalam
284 g benzena, atau 0,284 kg benzena ialah:
0,267 mol
𝑥 0,284 kg pelarut = 0,0758 mol
1 kg pelarut
9,66 g
0,0758 mol
= 127,44 g/mol = 127 g/mol
Karena massa rumus C5H4 adalah 64 g dan massa molarnya adalah 127 g/mol, maka
rumus molekulnya adalah C10H8 atau naftalena.
10
2. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 44,1 g hemoglobin (Hb) dalam air
secukupnya sampai volume 1 L. Jika tekanan oasmotik larutan ternyata 12,6
mmHg pada 25 °C, hitung massa molar hemoglobin.
𝜋 = 𝐶𝑀 𝑅𝑇
1 atm
𝜋 12,6 mmHg 𝑥 760 mmHg
𝐶𝑀 = =
𝑅𝑇 L atm
0,0821 K mol 𝑥 298 𝐾
= 6,78 x 10-4 M
Volume larutan ialah 1 L, sehingga larutan ini harus mengandung 6,78 x 10 -4 mol
Hb. Maka, massa molar Hb adalah sebagai berikut:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐻𝑏 44,1 g
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝐻𝑏 = = = 6,5 x 104 g/mol
𝑚𝑜𝑙 𝐻𝑏 6,78 𝑥 10−4 mol
Latihan 4.
1. Larutan dari 0,85 g senyawa organik dalam 100 g benzena mempunyai titik
beku 5,16 °C. Berapa kemolalan larutan dan massa molar zat terlarut tersebut?
2. Sebanyak 202 mL larutan benzena mengandung 2,47 g polimer organik yang
memiliki tekanan osmosis 8,63 mmHg pada 21 °C. Hitunglah massa molar
polimer tersebut.
11
1.6 Sifat Koligatif Elektrolit
Sifat koligatif elektrolit menggunakan pendekatan yang sedikit berbeda dengan yang
digunakan untuk sifat koligatif nonelektrolit. Alasannya adalah karena larutan
elektrolit terurai menjadi ion-ion dalam larutan, dan dengan demikian satu satuan
senyawa elektrolit terpisah menjadi dua atau lebih partikel jika dilarutkan.
Contohnya, tiap satuan NaCl terurai menjadi dua ion, Na + dan Cl-. Jadi, sifat koligatif
0,1 m NaCl akan dua kali lebih besar dibandingkan 0,1 m larutan yang mengandung
nonelektrolit, seperti sukrosa.
faktor van’t Hoff (i) untuk NaCl adalah 2 jika NaCl terdisosiasi sempurna (100%).
faktor van’t Hoff (i) untuk MgCl2 adalah 3 jika MgCl2 terdisosiasi sempurna (100%).
Pengaruh elektrolit ini terhadap sifat koligatif dapat pula dinyatakan lewat konsep
faktor van’t Hoff (i):
∆𝑇𝑏 = 𝐶𝑚 𝑡 𝑥 𝐾𝑏
∆𝑇𝑓 = 𝐶𝑚 𝑡 𝑥 𝐾𝑓
𝜋 = 𝐶𝑀𝑡 𝑅𝑇
𝐶𝑚 𝑡 adalah kemolalan total dari komponen larutan (pereaksi dan hasil reaksi)
𝐶𝑀 𝑡 adalah kemoralan total dari komponen larutan (pereaksi dan hasil reaksi)
12
Jadi, i harus bernilai 1 untuk semua nonelektrolit. Untuk elektrolit kuat seperti NaCl
dan KNO3, i seharusnya 2, dan untuk larutan elektrolit kuat lainnya seperti Na 2SO4
dan MgCl2, i seharusnya 3. Pada kenyataanya, sifat koligatif larutan elektrolit
biasanya lebih kecil daripada yang diperhitungkan karena pada konsentrasi yang lebih
tinggi, gaya elektrostatik berpengaruh, sehingga kation dan anion saling tarik-
menarik. Satu kation dan satu anion yang terikat oleh gaya elektrostatik dinamakan
pasangan ion (ion pair). Pembentukan satu pasangan ion menurunkan jumlah partikel
dalam larutan sebanyak satu, mengakibatkan berkurangnya sifat koligatif (Gambar
1.6.1).
Gambar 1.6.1 (a) Ion bebas, (b) Pasangan ion dalam larutan. Pasangan ion seperti ini
tidak membawa muatan bersih sehingga tidak dapat menghantarkan
listrik dalam larutan.
Tabel di bawah ini menunjukkan nilai i yang diukur secara percobaan (measured) dan
nilai yang dihitung dengan asumsi pengukuran sempurna (calculated).
Latihan 5.
Penurunan titik beku dari larutan 0,1 m MgSO4 ialah 0,225 °C. Hitunglah vaktor
van’t Hoff MgSO4 pada konsentrasi tersebut.
13
TUGAS 1
Selamat mengerjakan.
14
2. KOLOID
Pada pembahasan sebelumnya, mengenai campuran larutan homogen. Apa yang akan
terjadi jika kita menambahkan segenggam pasir ke dalam gelas kimia yang berisi air
dan mengaduknya? Pertama-tama partikel pasir akan tersuspensi tetapi secara
perlahan akan mengendap di bagian bawah gelas kimia. Hal tersebut merupakan
contoh dari campuran heterogen. Di antara kedua keadaan disebut keadaan
intermediet atau suspensi koloid, atau biasa dikenal dengan koloid (colloid). Koloid
adalah suatu bentuk campuran heterogen (dua fasa) antara dua atau lebih dimana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar secara merata
dalam zat lain (medium pendispersi). Ukuran partikel koloid lebih besar dari ukuran
zat terlarut normalnya, atau berkisar dari 1 nm sampai dengan 103 nm. Koloid tidak
memiliki kehomogenan seperti larutan pada umumnya. Baik fase terdispersi
(dispersed phase) dan medium pendispersi (dispersing medium), keduanya bisa
berwujud gas, cairan, dan padat, dengan kombinasi pada Gambar 2.1.
Salah satu cara membedakan koloid dengan larutan adalah melalui efek Tyndall. Pada
dispersi koloid, partikel-partikel koloid cukup besar sehingga dapat memantulkan dan
menghamburkan sinar ke sekelilingnya yang dikenal dengan efek Tyndall. Sedangkan
larutan sejati tidak memberikan efek Tyndall.
15
Koloid terdapat dalam ukuran molekul yang sangat besar berupa polimer, contohnya
adalah protein. sedangkan koloid berukuran kecil memiliki kecenderungan untuk
bergabung membentuk suatu klaster, contohnya adalah minyak.
Koloid terbagi menjadi dua kategori, yaitu: hidrofilik (suka air) dan hidrofobik (takut
air). Koloid hidrofilik biasanya larutan yang mengandung ukuran molekul yang
sangat besar seperti protein. Dalam larutan, protein biasanya melipat dengan cara
tertentu dan menghasilkan bagian hidrofilik dari molekul yang terkespos ke luar/air,
sehingga dapat berinteraksi secara bebas dengan air melalui pembentukan gaya ion-
dipol atau ikatan hidrogen (Gambar 2.1).
Koloid hidrofobik biasanya tidak stabil dalam air, partikel molekul akan berkumpul
bersama, seperti tetesan minyak jika bersatu dalam air. Koloid hidrofobik dapat
distabilkan, dengan adsorpsi ion-ion sehingga dapat berinterkasi dengan air, dan
dapat menstabilkan koloid. Gaya tolak-menolak elektrostatik (repulsion) di antara
partikel dapat mencegah mereka berkumpul bersama (Gambar 2.2).
16
Cara lain agar koloid hidrofobik dapat distabilkan adalah dengan menambahkan
gugus hidrofilik di permukaan koloid, yang digunakan dalam sabun. Molekul sabun
terdiri dari bagian kepala yang bersifat hidrofilik (hydrophilic head) dan natrium
stearat sebagai ekor nonpolar (hydrophobic tail). Hydrophobic tail dapat melarut
dengan molekul minyak di tubuh. Sehingga ketika molekul sabun sudah cukup
melarutkan minyak, maka sistem ini akan menjadi larut dalam air karena adanya
hydrophilic head di bagian luar molekul sabun. Mekanisme tersebut menjelaskan
bagaimana molekul minyak dapat dihilangkan dengan sabun.
17
3. Asam Basa
Pada pembahasan sebelumnya, diketahui bahwa asam adalah senyawa yang jika
dilarutkan dalam air melepaskan ion H+, sedangkan basa adalah senyawa yang
menghasilkan ion OH- ketika dilarutkan dalam air. Penjelasan tersebut berdasarkan
penggolongan asam-basa menurut Arrhenius.
Asam Bronsted-Lowry sebagai zat yang mampu memberikan proton, dan basa
Bronsted-Lowry sebagai zat yang mampu menerima proton. Pasangan asam-basa
konjugasi, didefinisikan sebagai suatu asam atau basa konjugasinya atau suatu basa
dan asam konjugasinya. Basa konjugasi dari suatu asam Bronsted-Lowry ialah spesi
yang tersisa ketika suatu proton pindah dari asam tersebut. Sebaliknya, suatu asam
konjugasi dihasilkan dari penambahan sebuah proton pada basa Bronsted-Lowry.
Setiap asam Bronsted-Lowry memiliki satu basa konjugasi, dan setiap basa Bronsted-
Lowry memiliki satu asam konjugasi. Sebagai contoh, ion C2H3O2- adalah basa
konjugasi dari asam asetat (HC2H3O2) dan sebaliknya asam asetat (HC2H3O2) adalah
asam konjugasi dari ion C2H3O2-. Sebagai contoh lain, H3O+ adalah asam konjugasi
dari basa H2O. Pengionan asam asetat dapat dinyatakan sebagai berikut:
HC2H3O2 dan C2H3O2- merupakan pasangan asam-basa konjugasi, dan H2O dan H3O+
merupakan pasangan asam-basa konjugasi yang lain. Definisi Bronsted-Lowry juga
memungkinkan menggolongkan amonia sebagai basa karena kemampuannya
menerima proton:
18
Dalam hal ini, NH4+ ialah asam konjugasi dari basa NH3 dan OH- adalah basa
konjugasi dari asam H2O. Perhatikan bahwa atom dalam basa Bronsted-Lowry yang
menerima ion H+ harus memiliki sepasang elektron bebas (non-ikatan).
Kasus lain yaitu NaOH, yang dapat dikatakan bukan basa Bronsted-Lowry karena
tidak dapat menerima proton. Namun, NaOH ialah elektrolit kuat yang terionisasi
sempurna dalam larutan. Ion OH- hasil pengionan memang merupakan basa
Bronsted-Lowry karena ion ini dapat menerima proton:
Jadi, bila menyebut NaOH atau hidroksida logam lainnya sebagai basa, sebenarnya
mengacu pada spesi OH- yang berasal dari hidroksida.
Ion hidronium (H3O+) merupakan suatu proton yang terhidrasi di dalam air. Dalam
kenyataannya, proton ini mungkin saja berasosiasi dengan lebih dari satu molekul
H2O dan mempunyai rumus yang lebih rumit seperti H5O2+ atau H9O4+. Akan tetapi,
kita akan selalu menggunakan ion hidronium untuk menyatakan proton terhidrasi,
karena spesi inilah yang paling banyak terbentuk. Agar penulisannya lebih sederhana
kita akan menggunakan H+ bila membahas konsentrasi ion hidrogen. Ingatlah selalu
bahwa lambang H+ sebetulnya mewakili struktur terhidrasi H3O+ sehingga keduanya
merupakan spesi yang sama dalam larutan.
Asam menurut Lewis adalah spesi penerima pasangan elektron (akseptor), sedangkan
basa adalah spesi pemberi pasangan elektron (donor). Penekanan asam-basa
berdasarkan Lewis pada pasangan elektron yang berkaitan dengan struktur dan ikatan.
Sebagai contoh, senyawa BF3 berperan sebagai asam dan NH3 berperan sebagai basa.
NH3 memberikan pasangan elektron kepada BF3 sehingga membentuk ikatan
kovalen koordinasi di antara keduanya.
19
Latihan 6.
Air merupakan pelarut yang unik. Salah satu sifat khasnya ialah kemampuannya
untuk bertindak baik sebagai asam maupun sebagai basa. Air berfungsi sebagai basa
dalam reaksi dengan asam seperti HCl dan HNO3, dan air berfungsi sebagai asam
dalam reaksi dengan basa seperti NH3. Air merupakan elektrolit yang sangat lemah
dan merupakan pengantar listrik yang buruk meskipun hanya sedikit terionisasi:
Reaksi di atas dinamakan dengan pengionan air, dengan reaksi komplit sebagai
berikut:
Pasangan asam-basa konjugasinya ialah (1) H2O (asam) dan OH- (basa) dan (2) H3O+
(asam) dan H2O (basa).
20
3.4 Hasil Kali Ion dari Air
Dalam mempelajari reaksi asam-basa dalam larutan berpelarut air, kuantitas yang
penting adalah konsentrasi ion hidrogen. Dengan menyatakan proton sebagai H 3O+
atau H+, kita dapat menuliskan tetapan kesetimbangan untuk pengionan air sebagai
berikut:
[𝐻3 𝑂+ ][𝑂𝐻 − ]
𝐾𝑐 =
[𝐻2 𝑂]
atau
[𝐻+ ][𝑂𝐻− ]
𝐾𝑐 =
[𝐻2 𝑂]
karena fraksi molekul air yang terionisasi sangat kecil, konsentrasi air, yaitu [H 2O],
Kc [H2O] = Kw = [H+][OH-]
Dalam air murni pada 25 °C, konsentrasi ion H+ sama dengan konsentrasi ion OH-
dan diketahui sebesar [H+] = 1,0 x 10-7 M dan [OH-] = 1,0 x 10-7 M. Jadi, pada 25 °C:
Apabila ion [H+] = [OH-], larutan berpelarut air netral. Dalam larutan asam,
kelebihan ion H+ atau [H+] > [OH-]. Dalam larutan basa ada kelebihan ion hidroksida
sehingga [H+] < [OH-]. Dalam praktiknya, kita dapat mengubah konsentrasi ion H+
atau OH- dalam larutan, tetapi kita tidak dapat mengubahnya sendiri. Jika kita
21
menyesuaikan larutan supaya [H+] = 1,0 x 10-6 M, konsentrasi OH- harus berubah
menjadi:
Latihan 7.
Hitunglah konsentrasi ion OH- dalam larutan HCl yang konsentrasi ionnya 1,3 M.
Karena konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan sering kali sangat kecil dan sulit
diukur, maka biokimiawan Denmark Soren Sorensen pada tahun 1909 mengajukan
cara pengukuran yang lebih praktis yang disebut dengan pH. pH suatu larutan
didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per
liter):
Karena pH pada dasarnya hanyalah suatu cara untuk menyatakan konsentrasi ion
hidrogen, larutan asam dan larutan basa pada 25 °C dapat diidentifikasi berdasarkan
nilai pH-nya, seperti berikut:
22
Gambar 3.4.1 pH meter digunakan untuk menentukan pH larutan di laboratorium.
Sampel Nilai pH
Cairan getah lambung 1,0-2,0
Jus Liman 2,4
Cuka 3,0
Jus grapefruit 3,2
Jus orange 3,5
Urine 4,8 - 7,5
Ludah 6,4 - 6,9
Susu 6,5
Air murni 7,0
Darah 7,35 - 7,45
Air mata 7,4
Skala pOH yang analog dengan skala pH dapat dibuat dengan menggunakan
logaritma negatif dari konsentrasi ion hidroksida. Jadi, kita mendefinisikan pOH
sebagai:
23
Latihan 8.
1. Asam nitrat (HNO3) digunakan dalam proses pembuatan pupuk, zat pewarna,
obat-obatan, dan bahan peledak. Hitunglah pH dari suatu larutan HNO 3 yang
mempunyai konsentrasi ion hidrogen 0,76 M.
2. pH sejenis jus orange adalah 3,33. Hitunglah konsentrasi ion H+.
3. Konsentrasi ion OH- dalam sampel darah ialah 2,5 x 10-7 M. Berapa pH darah?
Asam kuat ialah elektrolit kuat, yang dianggap terionisasi sempurna dalam air.
Kebanyakan asam kuat adalah asam anorganik: asam klorida (HCl), asam nitrat
(HNO3), asam perklorat (HClO4), dan asam sulfat (H2SO4):
Kebanyakan asam terioniasasi hanya sedikit dalam air. Asam seperti ini digolongkan
ke dalam asam lemah. Pada kesetimbangan, larutan berpelarut air dari asam lemah
mengandung campuran antara molekul asam yang tidak terionisasi, ion H3O+, dan
basa konjugasi. Contoh asam lemah antara lain: asam hidrofluoriat (HF) dan ion
amonium (NH4+). Kekuatan asam lemah sangat beragam karena beragamnya derajat
ionisasi. Terbatasnya ionisasi asam lemah berkaitan dengan tetapan kesetimbangan
ionisasi.
24
Basa kuat ialah semua elektrolit kuat yang terionisasi sempurna dalam air, yang
mencakup hidroksida dari logam alkali dan logam alkali tanah tertentu, seperti:
NaOH, KOH, dan Ba(OH)2.
Basa lemah, sama seperti asam lemah, adalah elektrolit lemah. Amonia ialah basa
lemah, yang sangat sedikit terionisasi dalam air.
Asam-asam yang lebih lemah daripada H3O+ bereaksi dengan air jauh lebih
sedikit, menghasilkan H3O+ dan basa konjugasinya. Sebagai contoh,
kesetimbangan berikut ini cenderung bergeser ke sebelah kiri:
c. Ion OH- adalah basa terkuat yang terdapat dalam larutan berpelarut air. Basa
yang lebih kuat daripada OH- bereaksi dengan air menghasilkan OH- dan asam
konjugasinya. Sebagai contoh, ion oksida (O2-) ialah basa yang lebih kuat
daripada OH-, sehingga ion ini bereaksi sempurna dengan air sebagai berikut:
25
Dengan alasan ini ion oksida tidak ada dalam larutan berpelarut air.
Gambar 3.5.1 memuat daftar dari beberapa pasangan asam-basa konjugasi dalam
urutannya berdasarkan kekuatannya.
Latihan 9.
1. Hitunglah pH dari larutan: (a) Larutan HCl 1,0 x 10-3 M, (b) larutan Ba(OH)2
0,02 M, (c) larutan Ba(OH)2 1,8 x 10-2 M.
TUGAS 2
Selamat mengerjakan.
26
2. Berikan asam konjugasi dari setiap basa berikut: (a) HS-, (b) HCO3-, (c) HPO42-,
(d) HSO4-, (e) NO2-, (f) SO32-.
3. Berikan basa konjugasi dari setiap asam berikut: (a) CH2ClCOOH, (b) HIO4,
(c) H3PO4, (d) HSO4-, (e) HCOOH, (f) HClO.
4. Hitunglah konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter untuk setiap larutan
berikut: (a) larutan yang pH-nya 5,20, (b) larutan yang pH-nya 16,00, (c)
larutan yang konsentrasi hidroksidanya 3,7 x 10-9 M.
5. Hitunglah pH setiap larutan berikut: (a) 0,001 M HCl, (b) 0,76 M KOH, (c) 2,8
x 10-4 M Ba(OH)2, (d) 5,2 x 10-4 M HNO3.
6. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 18,4 g HCl dalam 662 mL air.
Hitunglah pH larutan (Anggap bahwa volume larutannya juga 662 mL)
7. Golongkan setiap spesi berikut ke dalam asam kuat atau asam lemah: (a) HNO 3,
(b) HF, (c) H2SO4, (d) HSO4-, (e) H2CO3, (f) HCO3-, (g) HCl, (H) HCN.
27