Anda di halaman 1dari 4

Sirah Nabawiyah

Pemateri : Ustadz. Irvantra Padang


Moderator : Wahyu Rahmadiansyah Sembiring (Staff Departemen Humas)
Tilawah : Adam Hidayah (Staff Departemen Humas)
Do'a : Ardiansyah (Wakil Ketua Umum LDK Rabbani)
Kitab : Ar-Rahiq Al-Makhtum
Hari : Senin, 27 September 2021
Kegiatan : Ngeteh (Ngobrol Enak Tengah Hari)

ٍ ‫صباح ِِف ُزج‬ ِ ِ‫ض ۚ مثَل نُو ِرهِۦ َك ِم ْش َك َٰوةٍ ف‬ ِ ‫ٱَّللُ نُور ٱل ه‬
ٌ ‫اجةُ َكأَ هَّنَا َك ْوَك‬
‫ب‬ َ ‫ُّج‬ َ َ ُ َ ْ ‫اح ۖ ٱل ِْم‬
َ ‫اجة ۖ ٱلز‬ ٌ َ‫صب‬
ْ ‫يها م‬
َ ُ َ ِ ‫س َم ََٰوَٰت َو ْٱْل َْر‬ ُ ‫ه‬
ۗ ‫ور َعلَ َٰى نُوٍر‬
ٌ ُّ‫س ْسهُ ََن ٌر ۚ ن‬
ِ ُ ‫ى يُوقَ ُد ِمن َش َج َرةٍ ُّم ََََٰبَك ٍة َزيْتُونٍَة هَّل َش ْرقِيه ٍة َوََّل غَْربِيه ٍة يَ َك‬
َ َْ‫اد َزيْتُ َها يُض ٓىءُ َول َْو ََلْ َت‬ ٌّ ‫ُد ِر‬
ِ ٍ ِ ‫ٱَّللُ ْٱْل َْم َٰثَ َل لِلن‬ َ َ‫ٱَّللُ لِنُو ِرهِۦ َمن ي‬
‫يَ ْه ِدى ه‬
ٌ ‫ٱَّللُ بِ ُك ِل َش ْىء َعل‬
‫يم‬ ‫هاس ۗ َو ه‬ ‫ب ه‬ ُ ‫ض ِر‬
ْ َ‫شآءُ ۚ َوي‬
"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti
sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam
tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur
dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak
disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada
cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. An-Nur : 35)

Mukaddimah
Sirah Nabawiyah adalah perjalanan hidup nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam. Istilahnya saat ini kita sedang mempelajari sejarah kehidupan Nabi. Yang
namanya sejarah, sama dengan peristiwa yang berulang dengan waktu yang berbeda namun
konteksnya sama. Ada yang mengatakan bahwa belajar sejarah ibarat kita sedang menanam
pohon. Bukankah ketika kita mempelajari sejarah sering kali tidak hanya dasarnya saja
yang kita pelajari namun berkembang ke hal-hal yang lebih dalam dan berkaitan dengan
sejarah tersebut? Maka seperti itu pula ketika kita menanam sebuah pohon, yang berawal
dari bibit kemudian mulai muncul akarnya, batangnya, daunnya, bunganya dan buahnya.
Dan belajar sejarah terbaik adalah mendatangi tempat terjadinya sejarah tersebut (TKP).

Inti Materi :
~ Sebelumnya ~
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan pada hari Senin, rabi'ul awwal
tahun gajah. Adapun tanggal pasti kelahiran nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
masih diperdebatkan, namun hal yang disetujui para ulama bahwa nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam wafat pada hari Senin, 12 rabi’ul awwal tahun 11 Hijriah.
Ayahanda nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Abdullah (manusia
pertama yang membuat tradisi rihlah) yang merupakan anak dari Abdul Muththalib yaitu
pemuka kabilah suku Quraisy dan tokoh besar kota mekah. Abdul Muththalib menjodohkan
putranya, Abdullah, dengan seorang gadis yang bernama Aminah yang merupakan wanita
idola dikalangan orang-orang Quraisy baik secara nasab maupun martabatnya. Tak lama
setelah membina rumah tangga, (dalam riwayat) Abdullah pergi berniaga ke negeri Syam
kemudian singgah di Yatsrib dalam kondisi sakit dan wafat disana. Pada saat itu, nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berumur 6 bulan di dalam kandungan ibundanya.
Dan harta yang ditinggalkan oleh Abdullah adalah lima ekor unta, sekumpulan kambing,
seorang budak dari Habasyah beranama Ummu Aiman.
Wanita pertama yang menyusui setelah ibundanya adalah seorang budak bernama
Tsuwaibah yang juga menyusui paman nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,
Hamzah bin Abdul Muththalib.
Pada saat itu, ada tradisi yang berlaku di kalangan bangsa Arab yang tinggal di kota
yaitu mencari para wanita yang dapat menyusui bayi-bayi mereka. Oleh karena itu, Abdul
Muththalib mencari wanita-wanita yang dapat menyusui nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam. Ketika itu lah nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam mulai di
susui wanita Bani Sa'ad bernama Halimah.

~ Kembali ke Pangkuan Ibu ~


Ketika nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam masih dalam naungan Halimah
yakni berusia empat atau lima tahun, terjadilah peristiwa dibelahnya dada beliau. Setelah
peristiwa tersebut. Halimah merasa khawatir atas diri beliau sehingga dikembalikan kepada
ibundanya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal bersama ibundanya
sampai berusia enam tahun.
Pada saat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berusia enam tahun, beliau
diajak ibundanya Aminah untuk menziarahi kuburan ayahandanya di Yatsrib dan
mengunjungi keluarga mereka di Yastrib. Untuk itu, mereka keluar dari Mekah dengan
menempuh perjalanan yang mencapai 500 km (atau setara perjalanan selama satu bulan
pada saat itu, jika pada saat ini sekitar sembilan atau sepuluh jam saja) bersama pembantu
mereka Ummu Aiman. Setelah tinggal selama sebulan di sana, mereka kembali pulang ke
Mekah akan tetapi di tengah perjalanan Aminah ibunda nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
terserang sakit sehingga akhirnya wafat di suatu tempat bernama al-Abwa yang terletak
antara Mekah dan Madinah. Dan nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pulang ke
Mekah hanya bersama pembantunya Ummu Aiman.

~ Di dalam Pelukan Sang Kakek ~


Seperti yang diketahui, bahwa Abdul Muththalib merupakan pemuka kabilah Quraisy
dan tokoh besar kota Mekah. Saat dalam pelukan sang kakek ada suatu kejadian yang
terjadi, "Biasanya, sudah terhampar permadani yang dihamparkan untuk Abdul Muththalib
di bawah naungan Ka'bah, lalu anak-anaknya duduk-duduk di sekitar permadani tersebut
hingga ia datang, tak seorang pun dan anak-anaknya tersebut yang berani duduk-duduk di
situ sebagai rasa hormat terhadapnya. Namun nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam pernah suatu ketika datang dan langsung duduk di atas permadani tersebut,
paman-pamannya serta-merta mencegahnya agar tidak mendekati tempat itu. Maka pada
saat itu, Abdul Muththalib berkata kepada mereka, Jangan kau ganggu cucuku! Demi
Allah! Sesungguhnya dia nanti akan menjadi orang yang besar!”
Abdul Muththalib terkenal sebagai orang yang suka melayani orang-orang yang haji,
beliau juga orang yang paling suka memberikan jalan keluar terhadap masalah-masalah
yang ada di masyarakat.
Saat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam berusia delapan tahun dua bulan
sepuluh hari, kakek beliau wafat di kota Makkah. Sebelum meninggal, dia memandang
bahwa selayaknya dia menyerahkan tanggung jawab terhadap cucunya tersebut kepada
paman beliau, Abu Thalib saudara kandung ayahanda beliau. Karena Abu Thalib terkenal
bijaksana walaupun beliau miskin.
~ Hikmah ~
Ketika dalam pangkuan ibu: “Jangan kenalkan anak hanya kepada orang-orang
dilingkungan kita saja, tetapi haruslah juga kepada keluarga besar kita yang lain.”
Dua tahun bersama kakek: nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam diajarkan
bagaimana menjadi pemimpin, tokoh pemuka yang bijaksana. “Karena cara terbaik
mendapatkan ilmu leadership adalah dekat dengan pemimpin yang bijaksana.”

Anda mungkin juga menyukai