Anda di halaman 1dari 21

Nama:

fadel Muhammad ikhsan


kelas:
x ipa 3

Soal…!

1.Teori-teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu Buddha

2.jelaskan Kerajaan-kerajaan Hindu Buddaha


3.Bukti bukti kehidupan pengaruh hindu dan Buddha yang masi ada sampai masa kini

jawaban

1. Teori tentang masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia didasarkan


pada hipotesis-hipotesis yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang proses masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Hipotesis-hipotesis tersebut
dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu teori kolonisasi dan teori arus balik.
1. Teori kolonisasi
Teori ini berusaha menjelaskan proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-
Buddha di Indonesia dengan menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam
menyebarkan pengaruhnya di Indonesia. Berdasarkan teori ini, orang Indonesia sendiri sangat
pasif, artinya mereka hanya menjadi objek penerima pengaruh kebudayaan India tersebut. Teori
kolonisasi ini terbagi dalam beberapa hipotesis, yaitu sebagai berikut.

a. Hipotesis Waisya
Menurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena adanya hubungan
perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang ke Indonesia sebagian besar adalah para
pedagang. Perdagangan yang terjadi pada saat itu menggunakan jalur laut dan teknologi
perkapalan yang masih banyak tergantung pada angin musim. Hal ini mengakibatkan dalam proses
tersebut, para pedagang India harus menetap dalam kurun waktu tertentu sampai datangnya angin
musim yang memungkinkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Selama mereka menetap,
memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai dari sini
pengaruh kebudayaan India menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Pendapat Krom tersebut didasarkan penelaahan dia pada proses Islamisasi di Indonesia yang
dilakukan oleh para pedagang Gujarat. Bukan hal yang mustahil, proses masuknya budaya Hindu-
Buddha di Indonesia dilakukan dengan cara yang sama.
Namun, teori ini memiliki kelemahan, yaitu para pedagang yang termasuk dalam kasta Waisya
tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta
Brahmana. Namun bila menilik peninggalan prasasti yang dikeluarkan oleh negara-negara kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia, sebagian besar menggunakan bahasa Sanskerta dan berhuruf Pallawa.

Dengan demikian, timbul pertanyaan: Mungkinkah para pedagang India mampu membawa
pengaruh kebudayaan yang sangat tinggi ke Indonesia, sedangkan di daerahnya sendiri kebudayaan
tersebut hanya milik kaum Brahmana? Selain itu, terdapat kelemahan lain dalam hipotesis ini yaitu
dengan melihat peta persebaran kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang lebih banyak
berada di pedalaman. Namun apabila pengaruh tersebut dibawa oleh para pedagang India,
tentunya pusat kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha akan lebih banyak berada di daerah pesisir
pantai.

b. Hipotesis Ksatria
Ada tiga ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai proses penyebaran agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha dilakukan oleh golongan ksatria, yaitu sebagai berikut.

1) C.C Berg
C.C. Berg mengemukakan bahwa golongan yang turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha di
Indonesia adalah para petualang yang sebagian besar berasal dari golongan Ksatria. Para Ksatria
ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang
diberikan oleh para Ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok
atau suku yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang
dinikahkan dengan salah seorang putri dari kepala suku yang dibantunya. Dari perkawinannya ini
memudahkan bagi para Kesatrian untuk menyebarkan tradisi Hindu Buddha kepada keluarga yang
dinikahinya tadi. Berkembanglah tradisi Hindu-Buddha dalam masyarakat Indonesia.

2) Mookerji
Dia mengatakan bahwa golongan Ksatria (tentara) dari India yang membawa pengaruh kebudayaan
Hindu-Buddha ke Indonesia. Para Ksatria ini kemudian membangun koloni-koloni yang akhirnya
berkembang menjadi sebuah kerajaan. Para koloni ini kemudian mengadakan hubungan
perdagangan dengan kerajaan-kerajaan di India dan mendatangkan para seniman yang berasal dari
India untuk membangun candi-candi di Indonesia.

3) J.L Moens
Dia mencoba menghubungkan proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad
ke-5 dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Perlu diketahui bahwa sekitar abad
ke-5, banyak kerajaan-kerajaan di India Selatan yang mengalami kehancuran. Ada di antara para
keluarga kerajaan tersebut, yaitu para Ksatrianya yang melarikan diri ke Indonesia. Mereka ini
selanjutnya mendirikan kerajaan di kepulauan Nusantara. Kekuatan hipotesis Ksatria terletak pada
kenyataan bahwa semangat berpetualang pada saat itu umumnya dimiliki oleh para Ksatria
(keluarga kerajaan).

Sementara itu, kelemahan hipotesis yang dikemukakan oleh Berg, Moens, dan Mookerji yang
menekankan pada peran para Ksatria India dalam proses masuknya kebudayaan India ke Indonesia
terletak pada hal-hal sebagai berikut, yaitu:

1) Para Ksatria tidak menguasai bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa;

2) Apabila daerah Indonesia pernah menjadi daerah taklukkan kerajaan-kerajaan India, tentunya
ada bukti prasasti yang menggambarkan penaklukkan tersebut. Akan tetapi, baik di India maupun
Indonesia tidak ditemukan prasasti semacam itu. Adapun prasasti Tanjore yang menceritakan
tentang penaklukkan kerajaan Sriwijaya oleh salah satu kerajaan Cola di India, tidak dapat dipakai
sebagai bukti yang memperkuat hipotesis ini. Hal ini disebabkan penaklukkan tersebut terjadi
pada abad ke-11 sedangkan bukti-bukti yang diperlukan harus menunjukkan pada kurun waktu
yang lebih awal.

c. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini menyatakan bahwa tradisi India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan
Brahmana. Pendapat ini dikemukan oleh JC.Van Leur. Berdasarkan pada pengamatannya terhadap
sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada
prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, maka sangat jelas itu
adalah pengaruh Brahmana. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa kaum Brahmana-lah yang
menguasai bahasa dan huruf itu, sehingga pantas jika mereka yang memegang peranan penting
dalam proses penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.
Akan tetapi, bagaimana mungkin para Brahmana bisa sampai ke Indonesia yang terpisahkan
dengan India oleh lautan. Dalam tradisi agama Hindu terdapat pantangan bagi kaum Brahmana
untuk menyeberangi lautan, sehingga hal ini menjadi kelemahan hipotesis ini.

 
2. Teori Arus Balik
Pendapat yang dikemukakan tersebut di atas mendapat kritikan dari F.D.K Bosch. Adapun kritikan
yang dikemukakannya adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan pada peninggalan-peninggalan yang ada, ternyata teori kolonisasi tidak mempunyai
bukti yang kuat. Untuk hipotesa Waisya, tidak terbukti bahwa kerajaan awal di Indonesia yang
bercorak Hindu-Buddha ditemukan di pesisir pantai, melainkan terletak di pedalaman. Kritikan
untuk hipotesa

Ksatria, ternyata tidak ada jaya prasasti yang menyatakan daerah atau kerajaan yang ada di
Indonesia pernah ditaklukkan atau dikuasai oleh para Ksatria dari India.

b. Bila ada perkawinan antara golongan Ksatria dengan putri pribumi dari Indonesia, seharusnya
ada keturunan dari mereka yang ditemukan di Indonesia. Pada kenyataannya, hal itu tidak
ditemukan.

c. Dilihat dari hasil karya seni, terdapat perbedaan pembangunan antara candi-candi yang
dibangun di Indonesia dengan candi-candi yang dibangun di India.

d. Kritikan yang lain adalah dilihat dari sudut bahasa. Bahasa Sanskerta hanya dikuasai oleh para
Brahmana, tetapi kenapa bahasa yang digunakan oleh masyarakat pada waktu itu adalah bahasa
yang digunakan oleh kebanyakan orang India.

Selanjutnya, F.D.K Bosch punya pendapat lain. Teori yang dikemukakan oleh Bosch ini dikenal
dengan teori Arus Balik.  Menurut teori ini, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah mereka
yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Buddha, yaitu para intelektual yang ikut
menumpang
kapal-kapal dagang. Setelah tiba di Indonesia, mereka menyebarkan ajarannya. Karena
pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya
tersebut. Pada perkembangan selanjutnya banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India
untuk berkunjung dan belajar agama Hindu-Buddha di India. Sekembalinya di Indonesia,
merekalah yang mengajarkannya kepada masyarakat Indonesia yang lain. Bukti-bukti dari
pendapat di atas adalah adanya prasasti Nalanda yang menyebutkan bahwa Balaputradewa  (raja
Sriwijaya) telah meminta kepada raja di India untuk membangun wihara di Nalanda sebagai
tempat untuk menimba ilmu para tokoh dari Sriwijaya. Permintaan raja Sriwijaya itu ternyata
dikabulkan. Dengan demikian, setelah para tokoh atau pelajar itu menuntut ilmu di sana, mereka
balik ke Indonesia. Merekalah yang selanjutnya menyebarkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia

2Macam-macam kerajaan
Kerajaan Kutai

history.id

Kerajaan pertama yang kita bahas adalah kerajaan Kutai. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan
Hindu di Indonesia yang berada di lembah Sungai Mahakam tepatnya Kalimantan Barat dan
didirikan pada abad 5 Masehi. Sumber sejarah dari Kerajaan Kutai sendiri dapat diketahui
setelah ditemukannya sebuah prasasti di suatu daerah Kutai, makanya orang-orang
menyebutnya kerajaan Kutai berdasarkan daerah tersebut.

Nama prasasti tersebut adalah yupa, berjumlah 7 dan merupakan sumber sejarah yang sangat
penting karena memuat sejarah kerajaan Kutai khususnya nama-nama raja dan silsilahnya.
Prasasti tersebut tertulis dengan menggunakan bahasa sanskerta dan beraksara pallawa.
Kerajaan Tarumanegara

kisa
hasalusul.blogspot.com

Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu yang ada sejak abad 5 Masehi yang
berada di daerah Jawa Barat. Pada saat itu wilayah kekuasaannya sudah membentang Jawa
Barat dari Cirebon hingga Jakarta.

Rajanya sekaligus pendiri kerajaan Tarumanegara bernama Purnawarman. Purnawarman


sendiri digambarkan dalam beberapa sumber sejarah adalah seorang raja yang baik hati dan
merakyat. Dia selalu perhatian terhadap kemakmuran rakyatnya dan sering memberikan
hadiah berupa lembu

Kemudian kerajaan tersebut runtuh di Abad ke 7 setelah diserang kerajaan Sriwijaya. Adapun
beberapa peninggalan dari kerajaan Tarumanegara ialah:

1. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)


2. Prasasti Pasir Kaleangkak
3. Prasasti Pasir awi
4. Prasasti kebon Kopi
5. Prasasti Cidangiang lebak
6. Prasasti tugu
7. Prasasti Muara Ciantern

Kerajaan Holing / Kalingga

portal
sejarah.com

Kerajaan Holing atau kaling adalah kerajaan bercorak Budha yang berdiri pada abad Masehi
tepatnya di daerah Jepara Jawa Tengah. Kerajaan ini didirikan dan diperintah oleh Ratu Sima,
seorang raja wanita yang adil dan menjunjung tinggi nilai kejujuran.
Berdasarkan literatur dan sumber sejarah dikatakan bahwa kerajaan ini sangat kaya sekali,
diantara beberapa produksinya yang paling berlimpah adalah emas, perak, cula, gading, penyu
dan rakyatnya rata-rata pandai membuat minuman dari kelapa
.

kerajaan Kanjuruhan

sejarahbudayanusantara.weebly.com

Kerajaan Kanjuruhan adalah kerajaan yang bercorak Hindu yang berdiri sejak abad ke 7
Masehi atau sekitar tahun 760 Masehi. Kerajaan ini terletak di desa Dinoyo, Malang Jawa
Timur dan merupakan kerajaan yang tertua. Raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini adalah
Raja Gajayana berdasarkan isi prasasti tersebut.

Beberapa benda peninggalan dari kerajaan Kanjuruhan adalah prasasti dinoyo yang ditulis
dengan menggunakan bahasa sanskerta dan memakai aksara Jawa kuno. Benda peninggalan
lainnya adalah candi Badut.
Kerajaan Melayu

mendoldilangit.blogspot.com

Inilah kerajaan paling tua di Indonesia khususnya di daerah Sumatera. Sebelumnya pernah
dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya kemudian merdeka lagi.

Beberapa literatur tentang keberadaan adanya kerajaan Melayu adalah tercantum di kitab
Negarakertagama dan Paraton yang isinya tentang jalinan persahabatan antara kerajaan
Singasari dan kerajaan Melayu.

Beberapa raja yang pernah memimpin kerajaan Melayu adalah Raja  Adityawarman yang
merupakan keturunan kerajaan Majapahit. Wilayah kekuasaannya meliputi Pagarruyung,
Sumatra Barat, dan Minangkabau.

Beberapa peninggalan dari kerajaan Melayu adalah candi Muara Takus. Dilihat dari coraknya
candi tersebut dijelaskan bahwasanya kerajaan Melayu menganut agama Budha.
Kerajaan Tulangbawang

hendrinunyai.blogspot.com

Sebenarnya tentang keberadaan kerajaan ini simpang siur dan tidak ada keterangan dan bukti
pasti dari beberapa literatur. Tetapi berdasarkan sumber dari China yaitu I-tsing menyebutkan
bahwa adanya tentang keberadaan kerajaan ini di abad 7 Masehi. Kerajaan ini terletak di
Lampung berdasarkan tulisan dari Prasasti Palas Pasemah.
Kerajaan Sriwijaya

satujam.com

Salah satu kerajaan terbesar di Indonesia ini merupakan kerajaan yang bercorak Budha yang
ada sejak abad 7 masehi dan berada di Sumatera. Kerajaan ini begitu besar karena wilayahnya
hampir seluruh wilayah Nusantara dan beberapa negara sekitar.

Beberapa wilayah taklukannya ialah tepian Sungai Musi di Sumatra Selatan sampai ke Selat
Malaka (merupakan jalur
perdagangan India – Cina pada saat itu), Selat Sunda, Selat Bangka, Jambi, dan
Semenanjung Malaka.

Beberapa barang yang di ekspor adalah Gading, kulit, dan jenis binatang sedangkan untuk
impornya adalah kain sutra, permadani, porselin.

Berikut beberapa nama raja yang pernah memerintah kerajaan Sriwijaya

1. Dapunta Hyang (Pendiri kerajaan)


2. Balaputradewa
3. Sanggrama Wijayatunggawarman
Raja yang terkenal dari kerajaan Sriwijaya adalah Raja Balaputra yang mengantarkan pada
masa kejayaannya.

Beberapa benda peninggalan dari kerajaan Sriwijaya yaitu:

1. Prasasti Kedukan Bukit


2. Prasasti Talang Tuo
3. Prasasti karang Berahi
4. Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Ligor
Kesemua prasasti tersebut menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara

Kerajaan Mataram Kuno

seputarsemarang.blogspot.com

Kerajaan mataram Kuno atau kerajaan Medang adalah kerajaan bercorak budha yang berdiri
pada abad 8 Masehi berlokasi di Jawa Tengah. Selama berdirinya kerajaan ini ada beberapa
dinasti yang pernah berkuasa yaitu Dinasti Sanjaya, Dinasti Syailendra, dan Dinasti Isana.

Kerajaan ini sebenarnya terbagi menjadi 2 yaitu di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kerajaan ini
berdiri di Jawa Timur setelah Mpu Sendok memindahkan ibukota yang semula berada di Jawa
Tengah ke Jawa Timur.

Baru kemudian muncullah dinasti baru yang bernama dinasti Isana.


Negara Mataram kuno sendiri adalah kerajaan yang tertutup baik secara politik maupun
ekonomi sehingga sulit untuk berkembang. Namun ada masa kejayaannya pada kerajaan ini
diantaranya adalah masyarakat pedesaan dibebaskan dari pajak, dan hubungan lalu lintas
sungai lancar.

Adapun  benda peninggalan kerajaan mataram kuno diantaranya ialah:

1. Candi Sewu
2. Candi Borobudur
3. Candi Arjuna
4. Candi Bima

Kerajaan Kediri

sejar
ahindonesiadahulu.blogspot.com

Kerajaan Kediri adalah kerajaan yang bercorak Budha yang merupakan pecahan dari kerajaan
Airlangga dan terletak di kota Daha (Kediri) Jawa Timur. Kerajaan ini berdiri pada tahun 1042
Masehi.

Berdasarkan prasasti Mahasubya, kitab Negarakertagama dan kitab Calon arang disebutkan
bahwa terjadinya peperangan saudara setelah raja utama yaitu Airlangga meninggal.

Kedua putranya tersebut yaitu raja Mapanji Garasakan dan Janggala masing-masing
mendapatkan wilayah. Raja Mapanji Garasakanlah yang akhirnya mendirikan kerajaan Kediri.
Kediri sendiri berasal dari bahasa Sanskerta Khadri yang berarti pohon mengkudu.
Raja yang pernah memerintah kerajaan Kediri:

1. Raja jayabaya
2. Raja Sarweswara
3. Raja Kameswara
4. Raja Kertajaya
Kebanyakan peninggalan dari kerajaan Kediri adalah berupa seni sastra. Berikut beberapa
peninggalan kerajaan Kediri diantaranya:

1. Kakawin Bhratayuddha ditulis oleh Mpu Sedah


2. Kakawin Harinwangsa ditulis oleh Mpu Panuluh
3. Ghatotkachasraya ditulis oleh Mpu Panuluh
4. Kakawin Smaradahana ditulis oleh Mpu Dharmajaya
5. Sumansantaka ditulis oleh Mpu Monaguna
6. Kresnayana ditulis oleh Mpu Triguna
7. Arca Buddha Vajrasattva

Kerajaan Majapahit

ant
on-nb.com

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terbesar di Indonesia yang berpusat di daerah jawa Timur.
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1293 Masehi dan runtuh pada tahun 1500 Masehi. Wilayahnya
yang dikuasai sangat luar biasa luasnya karena wilayah Indonesia sekarang masih kalah
dengan luas wilayah kerajaan Majapahit.

Beberapa wilayah yang pernah ditaklukkannya diantaranya terbentang di Jawa, Sumatra,


Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur. Kerajaan Majapahit sendiri
menganut agama Hindu dan Budha .
Berikut beberapa raja yang pernah berkuasa selama berdirinya kerajaan Majapahit.

1. Raden Wijaya
2. Kalagamet
3. Sri Gitarja
4. Hayam Wuruk
5. Wikramawardhana
6. Suhita
7. KertaWijaya
8. Rajasawardhana
9. Purwawisesa
10. Bhre Pandansalas
11. Bhre Kertabumi
12. Girindrawardhana
13. Patih Udara
Beberapa peninggalan dari kerajaan Majapahit diantaranya

1. Candi Sukuh
2. Candi Cetho
3. Candi Pari
4. Candi Jabung
5. Gapura Wringin Lawang
6. Gapura Bajang Batu
7. Gapura Brahu
8. Candi Tikus
9. Candi Surawarna
10. Kolam Segaran
11. Situs Lantai Segi enam
12. Reco Lanang
13. Api Abadi Bekucuk
14. Prasasti Gunung Butak
15. Prasasti Gajah Mada
Dan masih banyak lagi beberapa benda peninggalan kerajaan Majapahit.
Kerajaan Bali

gurupendidikan.com

Kerajaan Bali adalah kerajaan bercorak Hindu yang berada di Pulau Bali dan sudah berdiri
sejak tahun 914 Masehi. Ada beberapa dinasti yang pernah memerintah selama berdirinya
kerajaan tersebut.

Berikut beberapa raja yang pernah memerintah kerajaan bali

1. Sri Kesari Warmadewi


2. Ratu Sri Ugrasena
3. Tabanendra Warmadewa
4. Jayasingha Warmadewa
5. Jayashadu Warmaewa
6. Sri Wijaya Mahadewi
7. Dharma Udayana Warmadewa
8. Maraka
9. Anak Wungsu
10. Jaya sakti
11. Bedahulu
Beberapa peninggalan kerajaan bali diantaranya

 Prasasti Blanjong
 Prasasti Gunung Panulisan
 Prasasti Panglapuan
 Candi Padas di Gunung Kawi
 Pura Agung Besakih
 Candi Mengening
 Candi Wasan
 Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu.

Kerajaan Sunda Atau Pasundan

wikipedia.org

Merupakan kerajaan yang ada dipulau Jawa Barat khususnya Banten dan Jawa Tengah. Berdiri
pada abad ke 9 Masehi dan merupakan  kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.

Beberapa raja yang pernah berkuasa

1. Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya


Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa
2. Tarusbawa
3. Harisdarma,
4. Tamperan Barmawijaya
5. Rakeyan Banga
6. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang
7. Prabu Gilingwesi
8. Pucukbumi Darmeswara
9. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon
10. Prabu Darmaraksa
11. Windusakti Prabu Déwageng
12. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi
13. Rakeyan Jayagiri
14. Atmayadarma Hariwangsa
15. Limbur Kancana
16. Munding Ganawirya
Dan masih banyak lagi raja yang belum disebutkan karena memang kerajaan ini berkuasa
dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa peninggalan kerajaan sunda:

1. Prasasti Cikapundung
2. Prasasti Pasir Datar
3. Prasasti Huludayeuh
4. Prasasti Ulubelu
5. Prasasti Kebon Kopi II
6. Situs Karangkamulyan
7. Prasasti Perjanjian Sunda Portugis

Kerajaan Singasari

satujam.com

Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yang bercorak Hindu dan terletak di daerah Jawa
Timur, tepatnya adalah Malang. Kerajaan ini didirikan oleh raja yang terkenal bernama Ken
Arok di abad ke 10 atau sekitar tahun 1222 Masehi.

Beberapa raja yang pernah berkuasa diantaranya adalah:

1. Ken Arok
2. Anusapati
3. Tohjaya
4. Ranggawuni Wisnuwardhana
5. Kertanegara
Beberapa peninggalan kerajaan Singasari

1. Candi Singasari
2. Candi jago
3. Candi Sumberawan
4. Arca Dwarapala
5. Prasasti Singasari
6. Candi Jawi
7. Prasasti Wurare
8. Candi Kidal

3. Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha pada Negara Indonesia saat ini , antara lain sebagai berikut:

Sistem Kepercayaan. Sejak zaman prasejarah bangsa Indonesia telah memiliki kepercayaan berupa
pemujaan terhadap roh nenek moyang dan juga kepercayaan terhadap benda-benda tertentu.
Kepercayaan itu disebut animism dan dinamisme. Dengan masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke
Indonesia, terjadilah akulturasi. Sebagai contoh, dalam upacara keagamaan atau pemujaan terhadap
para dewa di candi, terlihat pula adanya unsur pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dalam bangunan
candi terdapat pripih yang di dalamnya terdapat benda-benda lambang jasmaniah raja yang
membangun candi. Sehingga candi berfungsi sebagai makam. Di atas pripih terdapat arca dewa yang
merupakan perwujudan raja dan pada puncak candi terdapat lambang para dewa (biasanya berupa
gambar teratai pada batu persegi empat). Jadi, upacara keagamaan atau pemujaan terhadap dewa yang
ada pada candi tersebut pada hakekatnya juga merupakan pemujaan terhadap roh nenek moyang, dan
di situlah letak akulturasinya. Dengan nama yang lain tetapi esensinya adalah pemujaan terhadap roh
nenek moyang.

Filsafat (maknanya secara sederhana alam pikiran, berpikir secara mendalam). Wujud akulturasi
Indonesia dan Hindu—Budha di bidang filsafat dapat ditemukan dalam cerita wayang. Isi cerita tersebut
mengandung nilai filosofis, yaitu bahwa kebenaran dan kejujuran akan berakhir dengan kebahagiaan
dan kemenangan. Sebaliknya, keserakahan dan kecurangan akan berakhir dengan kehancuran.

Seni wayang yang sudah popular dalam kehidupan masyarakat Indonesia (khususnya masyarakat Jawa)
bersumber dari cerita Ramayana dan mahabrata yang berasal dari India. Namun, penampilan wujud
tokoh dalam wayang tersebut adalah budaya Indonesia yang antara daerah satu dan lainnya berbeda.
Baik dalam agama Hindu maupun Budha, keduanya mempercayai adanya hukum karma dan reinkarnasi.
Kedua hukum tersebut mengandung makna filosofis, yaitu bahwa manusia harus berbuat kebaikan,
kebenaran, dan kejujuran agar lepas dari samsara atau penderitaan. Sedangkan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia sejak dulu telah berkembang suatu konsep berupa petuah-petuah, nasehat atau
pesan yang mengandung makna filosofis tentang kebenaran, kejujuran dan kebaikan.
Pemerintahan. Sebelum masuknya pengaruh budaya Hindu-Budha, pemerintahan di Indonesia
berlangsung secara demokratis, yaitu untuk menentukan seorang pemimpin (kepala suku) dilakukan
melalui pemilihan. Setelah masuknya budaya Hindu-Budha dikenal sistem pemerintahan kerajaan yang
tidak lagi dipilih secara demokratis, tetapi secara turun temurun. Namun, dalam perkembangannya sifat
pemerintahan demokratis tetap menampakkan kembali ciri khasnya. Pemerintah kerajaan tetap
menerapkan musyawarah dalam mengambil keputusan. Kekuasaan raja tidak bersifat mutlak seperti di
India. Dalam pergantian raja tidak selalu dilakukan secara turun-temurun. Unsur musyawarah sangat
menentukan, terutama bila raja tidak mempunyai putra mahkota.

Seni Bangunan. Masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia membawa pengaruh terhadap seni
bangunan, terutama bangunan candi. Jika dilihat dari bentuknya, bangunan candi selalu bertingkat-
tingkat yang terdiri atas kaki candi, tubuh candi, dan puncak candi. Pada candi Hindu ditemukan pripih
yang berisikan lambang jasmaniah raja (yang membuat candi), kemudian di atasnya terdapat patung
dewa dan pada puncaknya terdapat lambang para dewa. Dengan demikian, jika dilihat dari bentuk
bangunannya candi akan mengingatkan kita pada bangunan punden berundak. Oleh karena itu, pada
candi ditemukan unsur Indonesia dan unsur Hindu-Budha.

Fungsi candi di India adalah sebagai tempat untuk memuja dewa. Di Indonesia, candi berfungsi sebagai
makam dan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Hal itu dapat dilihat dengan lambang jasmaniah raja
di dalam pripih, sedangkan arca di atasnya adalah perwujudan raja yang telah meninggal tersebut.

Seni Rupa. Masuknya kebudayan Hindu-Budha berpengaruh terhadap perkembangan seni rupa di
Indonseia. Contoh, seni hias yang berupa relief pada dinding candi di Indonesia menunjukkan adanya
akulturasi antara budaya Indonesia dan Hindu-Budha. Hiasan relief pada candi biasanya merupakan
suatu cerita yang berhubungan dengan agama.

Relief pada dinding Candi Borobudur seharusnya adalah cerita tentang riwayat Sang Budha Gautama.
Namun, yang digambarkan adalah suasana kehidupan masyarakat Indonesia karena ditemukannya
hiasan gambar perahu bercadik, rumah panggung, dan burung merpati. Pada Candi Jago di Jawa Timur
dijumpai tokoh Punakawan, yaitu orang yang menjadi pengawal seorang ksatria. Cerita itu hanya
ditemukan di Indonesia.

Seni Sastra. Pengaruh seni sastra India juga turut memberi corak dalam seni sastra Indonesia. Bahasa
Sansekerta besar pengaruhnya terhadab sastra Indonesia. Prasasti di Indonesia, seperti Kutai,
Tarumanegara, dan prasasti di Jawa tengah pada umumnya ditulis dalam bahasa sansekerta dan huruf
pallawa. Dalam perkembangan bahasa Indonesia dewasa ini, pengaruh bahasa sansekerta cukup
dominan, terutama dalam istilah pemerintahan. Seperti kata-kata patih lebet (sebuah jabatan yang
mengkordinasi pemerintahan dalam istana). Pada masa Sultan Agung Titayasa di Banten, patih lebet
dijabat oleh Adipati Mandaraka.

Sistem Kalender. Sistem penanggalan (kalender) Hindu-Budha turut berpengaruh dalam kebudayaan
Indonesia, yaitu digunakannya kalender Saka di Indonesia, juga ditemukan candrasangkala dalam usaha
memperingati suatu peristiwa dengan tahun atau kalender Saka. Tahun Saka dimulai tahun 78 M.
Kalender Saka merupakan kalender dari India yang digunakan di Indonesia. Penggunaan kalender Saka
ditemukan dalam prasasti Talang Tuo (adalah prasasti yang menjelaskan mengenai keberadaan Kerajaan
Sriwijaya di Sumatra) yang berangka tahun 606 Saka (686 M). Prasasti tersebut menggunakan huruf
pallawa dan bahasa melayu kuno. Dua contoh prasasti tersebut merupakan wujud akulturasi
kebudayaan Indonesia dan Hindu-Budha.

Candrasangkala adalah angka huruf yang berupa susunan kalimat atau gambar. Setiap kata dalam
kalimat tersebut dapat diartikan dengan angka, kemudian dibaca dari belakang maka akan terbaca
tahun Saka. Beberapa gambar harus dapat diartikan ke dalam kalimat.

Anda mungkin juga menyukai