Anda di halaman 1dari 11

AGORA Vol. 1, No.

1, (2013)

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE


PADA PERUSAHAAN KELUARGA : STUDI DESKRIPTIF PADA
DISTRIBUTOR MAKANAN

Lukas William Andypratama dan Ronny H. Mustamu


Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen, Universitas Kristen Petra
E-mail: luke_william91@yahoo.co.id ; mustamu@petra.ac.id

Abstrak— Perusahaan keluarga menjadi fenomena dimana proses pengambilan keputusan, penyusunan
tersendiri dalam dunia bisnis. Hal ini dikarenakan perusahaan kebijaksanaan maupun strategi dilakukan oleh pihak
keluarga bisa memberikan kontribusi yang besar bagi keluarga, serta ada anggota keluarga yang memegang posisi
kemajuan suatu negara. Dalam perkembangannya perusahaan penting di dalam perusahaan, seperti posisi keuangan.
keluarga tidak lepas dari konflik antara pihak pemilik dengan
Ada suatu fenomena tersendiri dalam perusahaan
stakeholder. Untuk penyelesaian konflik maka penerapan
prinsip Good Corporate Governance (GCG), yang terdiri dari
keluarga. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan bukan
prinsip transparency, accountability, responsibility, keluarga yang mengalami pasang surut pertumbuhan,
independency, dan fairness, sangat dibutuhkan dalam perusahaan keluarga justru menunjukkan kinerja yang stabil
perusahaan. Hal ini sangat penting karena dengan dan cenderung meningkat. (Glassop dan Waddell, 2005
melaksanakan GCG bisa menambah performance dan valuasi dalam Wahjono, 2009). Sebagai dampak dari itu, perusahaan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti keluarga mampu memberikan sumbangan yang besar
bagaimana penerapan prinsip Good Corporate Governance terhadap pembentukan Produk Nasional Kotor (GNP) suatu
pada suatu perusahaan yaitu distributor makanan. Lalu negara. Seperti terlihat dalam tabel dibawah ini.
peneliti berusaha menggabungkan dan menganalisa kinerja
perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Tabel 1.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada pihak Sumbangan GNP antara
yang bersangkutan dan observasi secara langsung di Perusahaan Keluarga dan Non-Keluarga
lingkungan perusahaan. Pengujian keabsahan data dengan
menggunakan triangulasi sumber. Dari hasil penelitian yang Sumbangan GNP
Negara
dilakukan oleh peneliti, didapati masih ada bagian dari prinsip Perusahaan Keluarga Perusahaan Non-Keluarga
GCG yang belum dilaksanakan, yaitu prinsip accountability Amerika 40% 60%
dan responsibility. Diharapkan perusahaan bisa melaksanakan
prinsip accountability dan responsibility yang belum terlaksana, Brazil 65% 35%
sambil tetap mempertahankan prinsip-prinsip lainnya. Australia 50% 50%
Indonesia 80% 20%
Kata Kunci— Corporate Governance, Perusahaan
Sumber : Casillas, Jose, Acedo, dan Moreno, 2007,
Keluarga, Distributor Makanan
dalam Wahjono, 2009

Dari tabel di atas, bisa terlihat bahwa sebagaian besar


I. PENDAHULUAN
GNP dari suatu negara dibentuk oleh perusahaan keluarga,
Fenomena Perusahaan Keluarga sedangkan sisanya adalah perusahaan non-keluarga.
Suatu perusahaan dinamakan perusahaan keluarga Meskipun terdapat perbedaan antar Negara, persentase
apabila terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga yang sumbangan perusahaan keluarga di suatu Negara secara rata-
mengawasi keuangan perusahaan. (Ward dan Arnoff, 2002 rata adalah di atas 50%. Jadi, secara umum perusahaan
dalam Susanto, 2007). Sedangkan menurut (Donnelley, 2002 keluarga menempati posisi utama di negaranya. Dengan kata
dalam Susanto, 2007), suatu organisasi dinamakan lain, keberadaan perusahaan keluarga di suatu negara sangat
perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada keterlibatan menonjol dan mempunyai derajat keberlanjutan
dua generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi (sustainability) yang tinggi. Menurut, beberapa peneliti
kebijakan perusahaan. Lain halnya dengan (Neubauer dan keterlibatan keluarga dalam perusahaan lah yang membuat
Lank, 1998 dalam Casillas, Acedo, dan Moreno, 2007). perusahaan keluarga menjadi berbeda disbanding dengan
Perusahaan keluarga bisa dilihat dari 3 aspek. Pertama, perusahaan non keluarga sehingga perusahaan keluarga
perusahaan dikatakan perusahaan keluarga bila mayoritas mampu lebih bertahan dibanding perusahaan non-keluarga
kepemilikan saham dimiliki keluarga tersebut, atau keluarga (Miller dan Rice, 1967 dalam Wahjono, 2009).
tersebut mengontrol secara keseluruhan perusahaan tersebut.
Kedua, terdapat anggota keluarga dalam managemen Jika melihat penyebaran secara regional, Asia Selatan
perusahaan tersebut yang menempati posisi penting. Ketiga, mempunyai jumlah bisnis keluarga yang paling tinggi
terdapat suksesi dalam perusahaan tersebut yang menjaga dengan persentase sebesar 65 persen dari total perusahaan
kepemilikan perusahaan tersebut agar berjalan secara terus terdaftar. Sementara, Asia Utara menjadi yang terendah
menerus. dengan 37 persen. (Kompas.com, 31 Oktober 2011). Seperti
Dari definisi di atas perusahaan keluarga adalah halnya di Indonesia, dimana dari 165.000 perusahaan yang
perusahaan yang dikelola dan dimiliki oleh anggota keluarga ada sekitar 159.000 merupakan perusahaan keluarga atau
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

sekitar 96% (Pikiran Rakyat, 16 November 2006 dalam pemegang saham mayoritas, maka informasi maupun
Marpa, 19 Januari 2011). Dari data tersebut keputusan yang ada seringkali dipegang oleh mayoritas,
mengindikasikan bahwa perusahaan keluarga mempunyai pemegang saham minoritas (outside investor) tidak
andil yang cukup besar bagi perkembangan dan mendaptkan informasi-informasi ataupun hak-hak yang
pertumbuhan perekonomian suatu negara. sebenarnya. Hal ini yang memicu konflik antara mayoritas
dan minoritas.
Konflik dalam Perusahaan Keluarga Selain daripada hal tersebut, budaya atau kebiasaan
Dalam terminology bisnis, ada 2 jenis perusahaan dalam perusahaan lebih berdasarkan hubungan dibandingkan
keluarga, yaitu FOE (Family Owned Enterprise) dan FBE berdasarkan aturan yang strict. Maka akan sering timbul
(Family Business Enterprise) (Susanto, 2007). FOE konflik-konflik antara anggota keluarga didalam perusahaan.
mempunyai arti perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Konflik-konflik yang ada tersebut bisa memberikan dampak
tetapi dikelola oleh eksekutif professional yang berasal dari negative bagi perusahaan baik di dalam maupun di luar
luar lingkaran keluarga. Dalam hal ini keluarga berperan perusahaan.
sebagai pemilik dan tidak melibatkan diri dalam operasi di Untuk dapat menyelesaikan permasalahan ataupun
lapangan agar pengelolaan perusahaan berjalan secara konflik yang ada maka perlu adanya pemahaman tentang
professional. Dengan pembagian peran ini, anggota keluarga prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG);
dapat mengoptimalkan diri dalam fungsi pengawasan. (Cornwallis dan Kusmanto, 2009). Tidak hanya berhenti
Seringkali, perusahaan tipe ini merupakan lanjutan dari sampai di pemahaman saja, akan tetapi perlu adanya upaya
usaha yang semula dikelola oleh keluarga yang mendirikan. untuk pengimplementasian prinsip-prinsip didalam
Sedangkan, FBE mempunyai arti perusahaan yang dimiliki perusahaan tersebut. GCG biasanya belum banyak
dan dikelola oleh anggota keluarga pendirinya. Baik diterapkan di dalam perusahaan keluarga. Kebutuhan
kepemimpinan maupun pengelolaannya dipegang oleh pihak mekanisme tersebut sangatlah penting tatkala perusahaan
yang sama yaitu keluarga. Perusahaan keluarga tipe ini keluarga berkembang menjadi perusahaan besar dimana
dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam pengelolaanya cukup susah. Diharapkan dengan
perusahaan oleh anggota keluarga. dikembangkan mekanisme tersebut dapat mengendalikan
Di Indonesia, kebanyakan perusahaan keluarga berjenis perusahaan secara efektif dan sekaligus menjaga
FBE dimana para anggota keluarga juga menjadi kepentingan shareholder dan stakeholder, serta menghindari
pengelolanya. Dalam perjalanannya, seiring dengan tumbuh agar tidak terjadi konflik-konflik dalam perusahaan.
kembang perusahaan, dinamikanya juga semakin kompleks.
Dinamika yang tinggi tentu saja menuntut kompetensi yang Konsep Good Corporate Governance
tinggi bagi pengelolanya. Jika kebutuhan akan kompetensi GCG sendiri mempunyai beberapa definisi menurut
ini tidak terpenuhi oleh anggota keluarga maka dibutuhkan beberapa ahli. Menurut, Forum For Corporate Governance
suntikan tenaga dari luar lingkungan keluarga. Suntikan in Indonesia (FCGI) GCG adalah seperangkat peraturan
tenaga dari luar inilah yang dinamakan pihak profesional. yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
Disini pihak profesional akan membantu pihak keluarga (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
dalam menjalankan perusahaannya. karyawan, serta pemegang kepentingan internal dan
Namun, dalam pengelolaan perusahaan keluarga sering eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan
terjadi bentrok antara pihak keluarga dengan pihak kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
professional yang mengatur maupun mengelola perusahaan mengendalikan perusahaan. Tujuan GCG adalah untuk
tersebut. Karena masing-masing pihak antara owner menciptakan nilai tambah bagi stakeholders (Hindarmojo,
(pemilik) maupun control (pengendali) mempunyai 2002). Menurut, Organization of Economic Cooperation
kepentingannya sendiri, hal ini disebut dengan konflik and Development (OECD) GCG merupakan sekumpulan
kepentingan (Surya dan Yustiavandana, 2006). hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board,
Apabila perusahaan keluarga tersebut berbentuk pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai
perseroan terbatas, maka konflik yang bisa terjadi adalah kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance
konflik antara kepemilikan saham mayoritas dan saham juga mengisyaratkan adanya struktur perangkat untuk
minoritas (outside investor), dimana informasi yang ada mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate
dalam perusahaan dipegang oleh pihak mayoritas, dan pihak Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi
minoritas tidak mengetahui informasi maupun keadaan yang board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang
sebenarnya dalam perusahaan (Richter dan C.M., 2002, merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham
dalam Surya dan Yustiavandana, 2006). Hal ini disebabkan harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga
karena perusahaan keluarga yang berbentuk perseroan mendorong perusahaan menggunakan sumber daya yang
terbatas memiliki tanggung jawab tidak terbatas pada lebih efisien (dalam Surya & Yustiavandana, 2006).
kewajiban-kewajiban bisnisnya. Sebagai aturan umumnya, Dari beberapa definisi di atas peneliti mengambil
pemegang saham perusahaan tidak mempunyai tanggung definisi yang ada di dalam (Zarkasyi, 2008) Tata kelola
jawab pribadi untuk hutang-hutang perusahaan atau perusahaan yang baik (GCG) merupakan struktur yang oleh
tanggung jawab lain di luar nilai investasinya di perusahaan. stakeholder, pemegang saham, komisaris, dan manajer
Oleh karena itu, perusahaan keluarga jenis ini akan menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai
membantu melindungi aset-aset pribadi milik pemegang tujuan tersebut dan mengawasi kinerja. GCG merupakan
saham. Pemilik perusahaan keluarga membatasi perpindahan suatu sistem (input, proses, output) dan seperangkat
liabilitas saham untuk menjamin kepemilikan bisnis tetap peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak
dipegang oleh keluarga (Susanto, 2007). Untuk menjaga yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit
agar kepemilikan bisnis dipegang oleh pihak keluarga atau hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. GCG terjadi dalam perusahaan ada 2 indikator yang bisa dilihat
dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan yaitu shareholder dan stakeholder.
mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam Dengan menerapkan prinsip-prinsip GCG yang ada
strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan- diharapkan perusahaan bisa berjalan secar efektif dan
kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki segera. efisien, sehingga kinerjanya menjadi optimal.
Disini GCG merupakan sebuah struktur yang
melibatkan berbagai pihak sehingga menghasilkan sebuah Pentingnya Good Corporate Governance
tata kelola perusahan yang baik sehingga tujuan perusahaan Indonesia merupakan salah satu negara dengan sistem
tercapai. Selain itu, GCG merupakan sebuah sistem proses penegakan hukum dan sistem korporasi yang masih rendah.
input maupun output, dengan adanya sistem maka kesalahan Berdasarkan Indeks Penegakan Hukum 2011 (Rule of Law
yang ada bisa diproses dan diselesaikan. Index) yang dirilis World Justice Project (WJP)
menyebutkan korupsi di Tanah Air justru meluas di berbagai
Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance sektor. Di antara negara-negara Asia Timur dan Pasifik,
Dalam penerapannya untuk melaksanakan GCG dalam Indonesia berada di ranking ke-12 dari 13 negara.
suatu perusahaan dibutuhkan prinsip-prinsip sehingga GCG Sedangkan secara global, korupsi di Indonesia di peringkat
bisa terlaksanakan dengan baik. Menurut (Komite Nasional ke- 47 dari 66 negara (www.lkpp.go.id, 15 Juni 2011). Selain
Kebijakan Governance) KNKG (Zarkasyi, 2008), prinsip- itu, Organisasi Transparency International (TI) yang
prinsip GCG yaitu : bertujuan memberantas korupsi mengeluarkan Corruption
1. Transparansi (Transparancy) Perception Index (CPI) dan mengindikasikan Indonesia
Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, berada di peringkat 100 dari 183 negara dengan skor 3,0
perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan (www.ti.or.id, 1 Desember 2011). Dari hal ini terlihat jelas
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh bahwa law enforcement di Indonesia masih lemah dan tata
pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil kelola perusahaan tidak begitu baik di negeri ini. Oleh
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang karena itu, pengaplikasian prinsip Good Corporate
diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga Governance (GCG) sangat penting untuk dilaksanakan di
hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh dalam perusahan-perusahaan, karena bisa memberikan
pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan pengaruh postif pada performance dan valuasi perusahaan
lainnya. Disini ada 2 indikator yang dipakai dalam menilai tersebut (Klapper & Love, dalam Surya dan Yustiavandana,
transparansi perusahaan yaitu informasi dan kebijakan dalam 2006).
perusahaan.
2. Akuntabilitas (Accountability) Disini peneliti akan coba meneliti salah satu perusahaan
Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan keluarga. Perusahaan yang diteliti merupakan distributor
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu makanan, dimana berbentuk perseroan terbatas. Kantor
perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai pusatnya berada di Surabaya, sedangkan daerah
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap pemasarannya berada di Kalimantan. Karena jarak yang
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan begitu jauh maka dibutuhkan sistem yang efektif untuk
pemangku kepentingan lainnya. Akuntabilitas merupakan mengontrolnya, sehingga prinsip GCG sangatlah dibutuhkan.
persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang Rumusan Masalah
berkesinambungan. Dalam menilai akuntabilitas sebuah Bagaimanakah penerapan prinsip Good Corporate
perusahaan bisa dilihat dari 2 indikator yaitu basis kerja dan Governance pada perusahaan tersebut?
audit. Tujuan Penelitian
3. Responsibilitas (Responsibility) 1. Untuk mendeskripsikan prinsip Transparancy dalam
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan perusahaan tersebut
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat 2. Untuk mendeskripsikan prinsip Accountability dalam
dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan perusahaan tersebut
usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan Good 3. Untuk mendeskripsikan prinsip Responsibility dalam
Corporate Citizen CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan tersebut
dan kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang- 4. Untuk mendeskripsikan prinsip Independency dalam
undangan. perusahaan tersebut
4. Independensi (Independency) 5. Untuk mendeskripsikan prinsip Fairness dalam
Untuk melancarkan pelaksanaan prinsip GCG, perusahaan perusahaan tersebut
harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat II. METODE PENELITIAN
diintervensi oleh pihak lain. Ada 2 indikator untuk menilai
Dalam penelitian kali ini jenis penelitian yang
independensi perusahaan yaitu pengaruh internal dan
digunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif.
pengaruh eksternal.
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)
Dalam melaksanaakan kegiatannya, perusahaan harus untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham, subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
pemangku kepentingan lainnya dan semua orang yang tindakan, dan lain-lain; secara holistik, dan dengan cara
terlibat didalamnya berdasarkan prinsip kesetaraan dan deskripsi dalam bentuk kata – kata dan bahasa, pada suatu
kewajaran. Untuk menilai kesetaraan dan kewajaran yang konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah” (Moleong, 2012).
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

Untuk mengumpulkan data, teknik yang digunakan oleh FCGI. Penilaian diberikan pada lima bidang secara
berupa metode wawancara dan observasi. Dimana menurut objektif, yaitu (Naja, 2004):
(Jogiyanto, 2008), wawancara adalah komunikasi dua arah 1. Hak-hak pemegang saham (20%)
untuk mendapatkan data dari responden. Berdasarkan cara Dalam bidang ini yang dinilai dari sisi hak-hak yang didapat
melakukan wawancara, proses melakukan wawancara akan pemegang saham. Ada 3 bagian, yaitu hak untuk
dibagi menjadi tiga jenis. Yaitu wawancara personal, memberikan pendapat (6,7%), mendapat bagian dari
wawancara intersep, dan wawancara telepon. Dalam keuntungan perusahaan (6,7%), dan perlakuan yang sama
penelitian kali ini, wawancara yang digunakan adalah terhadap pemegang saham (6,7%). Disini penulis
wawancara personal, karena responden yang ada sedikit mengasumsikan bahwa semua bagian ini harus dijalankan
sehingga membutuhkan komunikasi yang lebih mendalam secara setara dan wajar, sehingga dari bobot 20% penulis
secara langsung. Sedangkan observasi (Jogiyanto, 2008) menetapkan masing-masing bagian sebesar 6,7%.
adalah teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data 2. Kebijakan Corporate Governance (15%)
primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. Menilai apakah perusahaaan sudah memiliki pedoman GCG
Metode pendekatan observasi nantinya diklasifikasikan ke secara tertulis yang menjabarkan hak-hak pemegang saham,
dalam observasi dua jenis. Yaitu observasi perilaku dan tugas dan tanggung jawab setiap organ dalam perusahaan.
observasi non-perilaku. Kedua observasi ini yang akan 3. Praktik-praktik Corporate Governance (30%)
digunakan oleh peneliti dalam penelitian kali ini. Dalam bidang praktik-praktik Corporate Governance yang
Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan dinilai ada 4 bagian, yaitu perencanaan (7,5%), Rapat
metode purposive sampling. Peneliti memilih metode ini Umum Pemegang Saham (7,5%), tanggung jawab
karena dalam meneliti GCG dibutuhkan orang-orang yang perusahaan terhadap lingkungan, masyarakat dan karyawan
benar-benar mengerti mengenai kondisi perusahaan, (7,5%), dan kepatuhan perusahaan kepada peraturan
sehingga orang-orang yang dipilih berdasarkan berbagai perundang-undangan (7,5%). Disini penulis mengasumsikan
pertimbangan. Informan yang dipilih adalah Komisaris bahwa semua bagian ini harus dijalankan secara setara dan
Utama dalam perusahaan, Direktur, dan juga Staff wajar, sehingga dari bobot 30% penulis menetapkan masing-
Accounting. Ketiga informan ini yang diharapkan membantu masing bagian sebesar 7,5%.
peneliti dalam meneliti prinsip GCG dalam perusahaan. 4. Pengungkapan (disclosure) (20%)
Untuk mengetahui apakah data yang ditemukan dalam Mengacu pada apakah perusahaan memberikan penjelasan
lapangan sudah absah atau tidak, maka peneliti mengenai resiko usaha, mengungkapkan reminerasi,
menggunakan metode trianggulasi sumber. Dimana menurut kompensasi direksi dan komisaris secara memadai,
(Moleong, 2011, p.331), trianggulasi sumber adalah mengungkapkan transaksi antara pihak-pihak yang memiliki
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil hubungan istimewa, dan sebagainya.
wawancara, dan juga dibandingkan dengan teori-teori yang 5. Fungsi audit (15%)
ada didalam buku. Pada fungsi audit, akan dinilai apakah perusahaan sudah
Penelitian akan dilakukan dengan kerangka berpikir memiliki fungsi audit yang efektif, komite audit yang efektif,
yang telah dibentuk dari konsep GCG dan prinsip-prinsip dan menciptakan komunikasi yang efektif.
GCG (Zarkasyi, 2008, KNKG, 2006). Setelah itu, peneliti Selanjutnya, ranking dibuat menggunakan skala likert
ingin melihat bagaimana kinerja perusahaan dengan untuk menilai apakah penerapan GCG yang dilakukan sudah
melaksanakan prinsip GCG. Prinsip yang diterapkan adalah baik atau tidak, dimana (1) sangat buruk, (2) buruk, (3)
prinsip TARIF, yaitu transparency, accountability, cukup baik, (4) baik, dan (5) sangat baik. Dimana indikator
responsibility, independency, dan fairness. Setelah dari penilaian ranking sebagai berikut :
mengamati bagaimana penerapan prinsip GCG maka peneliti 1. Hak-hak pemegang saham, yang terdiri dari :
bisa menyimpulkan apakah prinsip GCG sudah terlaksana a. Hak untuk memberikan pendapat dengan kriteria
dengan baik atau tidak baik. Dengan pelaksanaan prinsip ini peringkat :
maka kinerja perusahaan bisa teroptimalkan dengan baik. (1) Pemegang saham tidak berhak memberikan pendapat
(2) Hanya sebagian pemegang saham yang berhak
memberikan pendapat yang mempunyai porsi kepemilikan
Gambar 1.Kerangka Berpikir
terbesar
(3) Setiap pemegang saham berhak memberikan pendapat,
tetapi mayoritas / pemilik tetap yang mengambil
keputusan
(4) Setiap pemegang saham berhak memberikan pendapat,
tetapi seringkali mayoritas yang mendominasi,
pengambilan keputusan secara obyektif
(5) Setiap pemegang saham berhak memberikan pendapat
secara merata tidak ada yang mendominasi
b. Pembagian keuntungan dari pemegang saham dengan
kriteria peringkat :
Sumber : Zarkasyi (2008), KNKG (2006) (1) Tidak mendapat keuntungan dari perusahaan
(2) Pembagian keuntungan tidak jelas sistemnya
Selanjutnya, untuk menilai apakah perusahaan sudah bagaimana porsi pembagiannya
melaksanakan prinsip GCG dengan baik atau belum baik, (3) Pembagian keuntungan hanya berdasarkan kinerja
peneliti menggunakan metode penilaian skoring yang diberi pemegang saham di perusahaan
nama FCGI Self Assessment Checklist yang dikembangkan
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

(4) Pembagian keuntungan jelas sesuai porsi saham, melaksanakan tanggung jawab terhadap lingkungan dan
namun hanya pemegang saham terbesar yang berhak masyarakat
mendapatkannya (3) Sudah melaksanakan tanggung jawab terhadap
(5) Pembagian keuntungan jelas sesuai porsi saham dan masyarakat dan karyawan, namun belum maksimal. Dan
setiap pemegang saham berhak mendapatkannya tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap lingkungan
c. Perlakuan sama terhadap pemegang saham dengan kriteria (4) Sudah melaksanakan tanggung jawab terhadap
peringkat : lingkungan, masyarakat dan karyawan tetapi hanya
(1) Belum ada sistem yang mengatur hal tersebut sekedar melaksanakan, tidak ada rencananya
(2) Pemegang saham tidak mendapat laporan dan tidak (5) Sudah melaksanakan tanggung jawab terhadap
berhak memberikan masukkan lingkungan, masyarakat dan karyawan
(3) Pemegang saham berhak memberikan masukkan pada d. Kepatuhan perusahaan kepada peraturan perundang-
perusahaan, tapi tidak mendapat laporan secara berkala undangan dengan kriteria peringkat :
(4) Pemegang saham berhak mendapat laporan secara (1) Tidak taat peraturan perundang-undangan dan tidak
berkala, tapi tidak berhak memberikan masukkan pada membayar pajak
perusahaan (2) Taat semua peraturan perundang-undangan, tetapi
(5) Pemegang saham berhak memberikan masukkan pada tidak membayar pajak
perusahaan, dan mendapat laporan secara berkala (3) Hanya taat satu peraturan perundangan, UU tenaga
mengenai kondisi perusahaan kerja, tetapi taat membayar pajak
2. Kebijakan Corporate Governance dengan kriteria (4) Hanya taat sebagian peraturan perundang-undangan,
peringkat: UU konsumen dan persaingan usaha, tetapi taat membayar
(1) Pembagian tugas tidak jelas, tidak ada pedoman pajak
maupun SOP, struktur tidak jelas, banyak perangkapan (5) Taat pada semua peraturan perundangan baik UU
jabatan konsumen, persaingan usaha, tenaga kerja, dan taat
(2) Pembagian tugas jelas, ada pedoman tidak tertulis, , membayar pajak secara berkala
struktur peusahaan masih ada kesalahan dimana komisaris 4. Pengungkapan dengan kriteria peringkat :
dibawah direktur, ada perangkapan jabatan (1) Perusahaan sangat tertutup, informasi tidak diberikan
(3) Pembagian tugas jelas, terdapat SOP dan pedoman pada setiap karyawan, tidak ada media penyaluran
tertulis, struktur peusahaan masih ada kesalahan dimana informasi
komisaris dibawah direktur, ada perangkapan jabatan (2) Informasi disampaikan kepada karyawan, namun tidak
(4) Pembagian tugas jelas, terdapat SOP dan pedoman diolah dan medianya hanya sebatas telepon dan lisan
tertulis, struktur peusahaan jelas dimana komisaris dan (3) Informasi disalurkan pada setiap karyawan dengan
direktur sejajar, ada perangkapan jabatan berbagai macam media, tetapi informasi yang ada tidak
(5) Pembagian tugas jelas, terdapat SOP dan pedoman diolah lagi
tertulis, struktur peusahaan jelas dimana komisaris dan (4) Informasi disalurkan pada setiap karyawan, informasi
direktur sejajar, dan tidak ada perangkapan jabatan diolah lebih lagi, namun tidak ada media penyampaian
3. Praktik-praktik Corporate Governance, yang terdiri dari : yang beragam hanya telepon maupun secara lisan
a. Perencanaan dengan kriteria peringkat : (5) Informasi diberikan secara terbuka yang disalurkan
(1) Tidak punya visi dan misi, dan tidak ada rapat pada setiap karyawan, informasi yang ada diolah lebih lagi
(2) Tidak mempunyai visi dan misi tertulis, rapat diadakan dan media penyampaian yang digunakan bermacam-
tidak rutin jangka waktunya tidak jelas macam, seperti email, telepon, SMS, papan informasi, dan
(3) Tidak mempunyai visi dan misi tertulis, tetapi rapat lain-lain
diadakan secara berkala 5. Fungsi audit dengan kriteria peringkat :
(4) Mempunyai visi dan misi tertulis dimana perusahaan (1) Tidak adanya audit baik internal maupun eksternal
menjalankan bisnis sesuai hal tersebut, dan rapat tidak (2) Hanya ada audit internal saja
rutin (3) Hanya ada audit eksternal saja
(5) Mempunyai visi dan misi tertulis dimana perusahaan (4) Adanya audit internal dan eksternal tetapi jangka
menjalankan bisnis sesuai hal tersebut, dan selalu waktunya tidak rutin
mengadakan rapat secara berkala (5) Adanya audit internal dan eksternal yang dilakukan
b. RUPS dengan kriteria peringkat : secara berkala setiap setahun sekali
(1) Tidak ada RUPS Cara penilaian akan dilakukan dengan mengkalikan
(2) Hanya beberapa pemegang saham yang mengikuti, ranking dengan bobot dari masing-masing bidang yang ada.
namun jangka waktu tidak jelas Apabila nilai yang didapat dari penilaian tersebut lebih dari
(3) Hanya beberapa pemegang saham yang mengikuti, 3 maka bisa dikatakan bahwa penerapan prinsip GCG dalam
tetapi diadakan secara rutin perusahaan tersebut sudah baik.
(4) Pelaksanaan diikuti seluruh pemegang saham, namun
jangka waktu tidak jelas III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(5) Pelaksanaan diikuti seluruh pemegang saham dan Untuk melaksanakan Good Corporate Governance
secara berkala diadakan (GCG) dibutuhkan prinsip-prinsip sehingga pelaksanaannya
c. Tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan, bisa berjalan dengan baik. Sesuai dengan KNKG terdapat 5
masyarakat dan karyawan dengan kriteria peringkat : prinsip-prinsip yang terkandung dalam GCG, yaitu
(1) Belum melaksanakan sama sekali tanggung jawabnya transparency, accountability, responsibility, independency,
(2) Sudah melaksanakan tanggung jawab terhadap
karyawan, namun belum maksimal. Dan tidak
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

dan fairness. Penjabaran dari prinsip-prinsip yang telah menginformasikan setiap kebijakan yang ada dengan baik.
dilakukan di dalam perusahaan seperti di bawah ini. Disini setiap kebijakan ditulis dan ditempel pada dinding
perusahaan. Selain itu, kebijakan-kebijakan dibagikan secara
Transparancy langsung pada divisinya masing-masing. Salah satu
Sesuai dengan teori prinsip dari KNKG mengenai contohnya seperti kebijakan mengenai peraturan dalam
transparansi, maka perusahaan harus bisa menyediakan perusahaan, setiap karyawan harus mendapat 1 lembar copy
berbagai informasi yang material dan relevan dengan cara dari peraturan tersebut dan harus ditandatangani oleh admin
yang mudah diakses dan dipahami oleh berbagai pihak. dan harus di arsip dengan benar, dengan begitu maka setiap
Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan karyawan akan mengerti dan mengetahui peraturan
tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perusahaan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk Dari kedua sisi tersebut, baik informasi maupun
pengambilan keputusan oleh pemangku kepentingan lainnya. kebijakan sudah terlihat bahwa perusahaan sudah
Dalam sisi transparansi ada 2 segi yang disoroti peneliti, melaksanakan prinsip transparency. Disini perusahaan
yaitu informasi dan kebijakan. sudah menyediakan informasi secara akurat dan jelas, disini
a. Informasi informasi yang didapat dari perusahaan dilihat dahulu jenis
Informasi yang beredar dalam perusahaan sebagian informasinya, ada yang perlu diolah lagi atau tidak, dengan
besar didapatkan dari atasan, namun tidak menutup melakukan hal tersebut setiap pemangku kepentingan bisa
kemungkinan ada informasi yang berasal dari bawahan. Jadi mendapatkan informasi yang akurat dan jelas. Kebijakan
sangat fleksibel dalam alurnya dan juga informasi yang pada perusahaan pun sudah tertulis dan dikomunikasikan
didapat akan langsung di share ke bagian divisi masing- kepada semua pemangku kepentingan. Tujuannya agar
masing. Disini perusahaan tidak ingin memperpanjang setiap pihak mengetahui kebijakan tersebut sehingga setiap
birokrasi, sehingga informasi yang didapat langsung di pemangku kepentingan bisa bekerja dengan maksimal dan
share. Misalnya, informasi mengenai harga dan product benar, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
knowledge langsung diberikan divisi marketing / sales,
informasi mengenai pencatatan utang maupun piutang Accountability
langsung diberikan pada divisi accounting, informasi Akuntabilitas dalam prinsip yang dikemukakan oleh
mengenai keluar masuknya barang langsung diberikan pada KNKG adalah prinsip dimana perusahaan harus dapat
divisi office, dan lain sebagainya. mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
Informasi yang ada juga tidak serta merta disalurkan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
pada bawahan, ada beberap informasi tertentu yang perlu terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan
diolah lagi. Hal ini dilakukan agar setiap karyawan mengerti tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
informasi tersebut, dan memudahkan karyawan untuk pemangku kepentingan lainnya. Ada 2 segi yang disoroti
memahami informasi yang ada. Sesuai dengan prinsip peneliti, yaitu dari sisi basis kerja dan audit.
transparancy, dimana perusahaan harus menyediakan a. Basis Kerja
informasi yang mudah dipahami dan diakses oleh pemangku Dari sisi basis kerja. Peneliti melihat bagaimana struktur
kepentingan. Contohnya, ada informasi mengenai trade perusahaan yang ada dan sistem dalam perusahaan tersebut.
promo barang yang ditunjukkan pada karyawan marketing / Dilihat dari strukturnya, perusahaan ini sudah membuat
sales, ada dua trade promo yaitu potong harga dan bonus struktur organisasi yang cukup baik. Dimana komisaris
barang. Kalau potong harga maka informasi tersebut merupakan bagian paling tinggi, selanjutnya direktur yang
langsung diberikan pada bawahan, sementara kalau yang membawahi 4 divisi dibawahnya, yaitu divisi Marketing,
diberikan supplier berupa bonus barang, maka harus Accounting, Financing, dan IT.
dikalkulasikan dahulu disesuaikan dengan harganya, baru Namun, dalam penerapannya terjadi penumpukan posisi
diberikan pada para bawahan. dimana posisi marketing manager diisi oleh komisarisnya
Untuk menyampaikan informasi yang ada perusahaan sendiri. Jelas hal ini dapat membuat perusahaan tidak
tersebut menyediakan berbagai macam media. Media-media maksimal, karena terjadi perangkapan jabatan. Dengan
yang digunakan yaitu yaitu melalui papan informasi, email, adanya penumpukan ini maka tugas komisaris sebagai
BBM, SMS, maupun telepon. Berbagai macam media ini pengawas akan menjadi tidak maksimal. Selain itu, sesuai
digunakan karena informasi tersebut harus cepat dengan UU perseroan terbatas seharusnya posisi komisaris
disampaikan ke kantor-kantor perwakilan yang berada di harus sejajar dengan direktur, bukan di bawahnya. Sehingga
daerah cukup jauh. tugas mengawasi dan melaksanakan operasional menjadi
b. Kebijakan sejajar dan jelas.
Dalam kebijakan yang dibuat oleh perusahaan, semua Dilihat secara fungsionalnya, pembagian tugas dan
kebijakan tersebut ditentukan oleh atasan, komisaris dan wewenang dalam perusahaan sudah jelas. Hal ini terlihat
direktur dimana komisaris dan direktur membuat kebijakan bagaiman setiap karyawan mengerti apa yang harus
yang didasarkan pada kepentingan setiap karyawan dalam dikerjakan dan kepada siapa mereka harus lapor. Hal ini
perusahaan. Kebijakan yang dibuat antara lain kebijakan tentu didukung dengan adanya SOP dalam perusahaan
mengenai peraturan perusahaan, standar operasional tersebut. Misalnya, bagian sales tentu saja fungsinya
perusahaan dari masing-masing divisi, kebijakan personalia, memasarkan barang dan melakukan riset penjualan. Selain
kebijakan mengenai kenaikan jabatan, dan lain-lain. itu, mereka juga harus melapor pada area operasional
Kebijakan-kebijakan yang ada tersebut dibuat berdasarkan manager sebagai atasan mereka. Mereka tidak boleh
proses yang menunjang perusahaan. Apabila tidak langsung by-pass melapor pada marketing manager karena
menunjang maka langsung dihapuskan. menyalahi aturan dan membuat sistem menjadi kacau.
Perusahaan telah berusaha menyampaikan dan
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

Sementara itu, dari sisi sistem kerja bisa dilihat bahwa lingkungan hidup di wilayah sekitarnya, maka perusahaan
tiap divisi mempunyai SOP-nya (Standar Operasional harus memperhatikan isu lingkungan. Namun, perusahaan
Perusahaan) masing-masing sehingga tahu apa yang menjadi masih belum melaksanakan sehingga tidak sesuai dengan
tugas dan tanggung jawab dari divisi-divisi tersebut. Dalam UU tersebut.
hal pengambilan keputusan dilihat bahwa tiap divisi Lalu, dari sisi masyarakat perusahaan sudah melakukan
mempunyai wewenangnya sendiri sesuai ketentuan yang ada CSR. Hal yang dilakukan adalah dengan memberikan
dalam SOP. Jika permasalahan yang terjadi tidak ada dalam barang-barang sisa yang belum expired tapi masih aging
SOP dan permasalahan tersebut berat, maka pengambilan (kurang lebih 3 bulan sebelum expired) untuk diberikan pada
keputusan langsung dari owner. panti jompo atau panti asuhan.
b. Audit Dari sisi karyawan. Kesejahteraan dan tanggung jawab
Ada 2 sistem audit yang dilihat, yaitu internal dan yang diberikan perusahaan pada karyawan selain gaji atau
eksternal. Disini perusahaan menggunakan 2 audit ini. upah, diberikan juga dalam bentuk jamsostek (Jaminan
Dilihat dari sisi internal, perusahaan ini melakukan audit Sosial Tenaga Kerja) dan berbagai tunjangan yang ada. hal
pada stock dengan melakukan stock opname setahun sekali, ini sudah diatur dalam kartu gaji karyawan. Setiap karyawan
dan juga melakukan audit pada bagian keuangan melihat mendapat kartu gaji sehingga tahu tunjangan apa saja yang
utang maupun piutangnya. diberikan padanya. Tunjangan-tunjangan yang diterima
Sementara itu, dilihat dari sisi eksternal perusahaan karyawan, antara lain tunjangan beras dimana setiap
sudah menggunakan jasa akuntan public terdaftar dalam bulannya karyawan mendapatkan beras 10-25 kg,
melakukan audit. Dimana perusahaan sudah mengirim selanjutnya handphone yang diberikan pada karyawan
laporan keuangan pada akuntan publik tersebut. Apabila ada operasional, transport yang biasanya diberikan untuk
kejanggalan dalam laporan tersebut maka akuntan publik menunjang sales, kesehatan, dan juga incentive. Dari hal ini
langsung turun ke lapangan. bisa terlihat bahwa perusahaan berusaha untuk
Dari kedua sisi tersebut, baik basis kerja maupun audit mensejahterakan karyawannya. Agar karyawan dalam
terlihat perusahaan sudah melaksanakan sebagian dari perusahaan tersebut betah dan bisa kerja dengan maksimal.
prinsip tersebut. Yang sudah dilaksanakan adalah terlihat Selain itu, dengan adanya kartu gaji ini memudahkan
bagaimana di dalam perusahaan sudah mempunyai SOP manajer keuangan untuk melihat dan mengontrol upah dan
sehingga jelas tugas dan tanggung jawabnya. Dan dalam tunjangan yang harus diberikan pada karyawannya. Namun,
mengambil keputusan perusahaan sudah menyesuaikan ada beberapa fasilitas yang diberikan pada karyawan kurang
sesuai dengan SOP tersebut. Selain itu, audit yang dilakukan memadai, seperti WC yang kurang bersih, lalu juga tempat
dalam perusahaan sudah dilakukan dengan baik, baik audit ibadah bagi karyawan umat muslim.
secara internal maupun eksternal. Dari hal ini terlihat bahwa b. Kepatuhan pada UU
prinsip akuntabilitasnya sudah dijalankan dimana Dari segi kepatuhan (compliance) terhadap peraturan
perusahaan berusaha mempertanggungjawabkan kinerjanya perundang-undangan. Perusahaan sudah taat membayar
secara transparan dan wajar. Yang belum dilaksanakan pajak. Dilihat bagaimana perusahaan tersebut berusaha
adalah adanya perangkapan jabatan yang dilakukan untuk terbuka terhadap pajak. Perusahan menggunakan
komisaris. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip akuntabilitas akuntan pajak atau konsultan pajak dalam perhitungan dan
dimana setiap organ perusahaan harus mempunyai rincian pembayaran pajaknya. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
tugas yang jelas dan tanggung jawab yang jelas agar setiap pembuatan 2 buku maupun ada hal yang ingin ditutupi.
organ perusahaan bisa berjalan sendiri-sendiri secara Selain itu, perusahaan juga sudah menerapkan UU
maksimal. mengenai tenaga kerja, UMK, UU persaingan, dan UU
perlindungan konsumen. Disini UU perlindungan konsumen
Responsibility tidak terlalu signifikan karena bukan perusahaan produksi,
Dalam penerapan prinsip responsibilitas menurut tetapi sebagai distributor. Namun, jika keluhan dari
KNKG perusahaan harus mematuhi peraturan perundang- konsumen maka perusahaan akan berusaha menyambungkan
undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap dengan pihak supplier atau produsen. Dan juga perusahaan
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara tidak akan menjual barang-barang yang telah expired pada
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat konsumen, walaupun masih ada sisa stock barang yang
pengakuan Good Corporate Citizen. Ada 2 segi yang bisa belum terjual. Selain itu, salah satu contoh undang-undang
dilihat yaitu Corporate Social Responsibility (CSR) dan yang telah dipenuhi perusahaan adalah mengenai tenaga
kepatuhan (compliance) terhadap peraturan perundang- kerja, dalam UU no 13 tahun 2003, dalam peraturan tersebut
undangan. perusahaan sudah memenuhi bahwa jam kerja perusahaan 8
a. CSR jam sehari, cuti yang diberikan 12 hari dalam setahun,
Ada 3 sisi yang bisa dilihat, yaitu lingkungan, terdapat jam istirahat selama 1 jam, dan upah yang diberikan
masyarakat, dan karyawan. Dari sisi lingkungan, karena sesuai dengan upah minimum kabupaten/kota.
perusahaan tersebut merupakan perusahaan distribusi barang Dari kedua sisi tersebut, baik CSR maupun kepatuan
jadi makanan dan hygiene, maka perusahaan ini tidak pada UU, terlihat perusahaan sudah melaksanakan sebagian
menghasilkan limbah. Hal tersebut membuat perusahaan dari prinsip tersebut. Yang sudah dilaksanakan adalah
tidak perlu mempunyai tugas khusus dalam melakukan CSR perusahaan sudah melaksanakan CSR pada masyarakat,
pada lingkungan. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip perusahaan sudah berusaha bertanggung jawab pada
responsibilitas. Selain itu, sesuai dengan Perda Jatim Nomor masyarakat. Selain itu, perusahaan berusaha mentaati semua
4 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan UU tersebut agar tidak terjadi kesulitan apabila dilanggar.
dimana perusahaan harus bisa melestarikan fungsi Hal ini terlihat perusahaan sudah melaksanakan prinsip
responsibilitas terhadap peraturan dan perundang-undangan
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

yang ada dengan baik. Yang belum dilaksanakan, adalah Fairness


perusahaan belum melaksanakan CSR pada lingkungan. Dari Sesuai dengan teori dari KNKG mengenai prinsip
karyawan masih ada beberapa yang perlu diperhatikan lebih kesetaraan dan kewajaran maka dalam melaksanaakan
lagi. Dari sisi ini, prinsip responsibilitas belum dilaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
dalam perusahaan tersebut. kepentingan pemegang saham, pemangku kepentingan
lainnya dan semua orang yang terlibat didalamnya
Independency berdasarkan prinsip kesetaraan dan kewajaran. Ada 2 hal
Prinsip independensi yang dikemukakan oleh KNKG yang disorot peneliti, yaitu shareholder dan stakeholder.
adalah prinsip dimana perusahaan harus dikelola secara a. Shareholder
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak Pembagian hak atas pemegang saham tergantung dari
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak porsi kepemilikan saham. Porsi dari kepemilikan ini sudah
lain. Jadi, yang dimaksud adalah tidak adanya pengaruh dari ada sejak pendirian perusahaan, sehingga pembagian dividen
orang lain atau orang dalam perusahaan yang didasarkan berdasarkan hak tersebut. Jikalau ada RUPS maka semua
pada keinginan pribadi untuk mempengaruhi manajemen pemegang saham diharapkan untuk hadir. Apabila tidak bisa
perusahaan. Ada 2 segi yang disoroti peneliti yaitu pengaruh hadir maka harus diwakili dengan diberikan surat kuasa. Hal
internal dan eksternal. ini dikarenakan agar semua pemegang saham mendapat
a. Pengaruh Internal informasi secara transparan.
Ada 2 hal yang bisa mempengaruhi internal perusahaan Selain itu, setiap pemegang saham akan mendapatkan
yaitu pemegang saham dan keluarga. Dari sisi pemegang laporan mengenai keadaan perusahaan, baik itu pemegang
saham. Kebanyakan keputusan diambil oleh pemegang saham mayoritas maupun minoritas. Laporan yang diberikan
saham mayoritas, namun apabila ada keputusan penting setiap 3 bulan sekali. Dan pemegang saham berhak
berkaitan dengan perusahaan akan dilakukan Rapat Umum memberikan umpan balik bagi perusahaan.
Pemegang Saham (RUPS). RUPS ini bertujuan agar b. Stakeholder
keputusan yang diambil tersebut bersifat objektif. Ada 3 bagian yang bisa dilihat yaitu perekrutan, reward,
Dari sisi keluarga. Keluarga yang berperan dalam dan punishment. Karyawan yang direkrut dalam perusahaan
perusahaan tugas dan kewajibannya jelas, tidak ada 2 kepala harus lebih dahulu lulus dalam tes tertulis, hal itu merupakan
dalam 1 divisi. Dan anggota keluarga banyak menduduki kunci masuk ke perusahaan. Dengan lulus tes tersebut maka
posisi keuangan. Hal ini dikarenakan pemilik lebih percaya karyawan perusahaan mempunyai keahlian yang merata.
anggota keluarga sendiri daripada profesional atau orang Kriteria utama yang dilihat dalam perekrutan adalah
lain. Dalam pengambilan keputusan pun keluarga tidak umur, pendidikan, dan keahliannya. Dari hal ini bisa terlihat
berhak ikut campur, karena banyak faktor yang harus bahwa perusahaan tidak membedakan satu karyawan dengan
ditimbang bukan semata-mata pendapat keluarga saja. karyawan lain. Hal ini sesuai dengan prinsip kesetaraan
b. Pengaruh eksternal bahwa perusahaan harus menerima karyawan dan
Banyak hal dari pihak eksternal yang dapat melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa melihat
mempengaruhi perusahaan, seperti regulasi pemerintah, suku, agama, dan ras.
LSM atau pun serikat buruh, dan juga jasa konsultan. Dilihat Sementara, sistem reward yang diberikan perusahaan
dari regulasi pemerintah pasti ada yang mempengaruhi ada berbagai macam, ada yang berupa insentif, ada juga
perusahaan seperti regulasi pajak maupun mengenai upah reward dari pemasukan perusahaan, ada juga reward dari
minimum. Contohnya seperti upah minimum kota Surabaya supplier. Pemberian reward ini sesuai dengan kinerja yang
akan berbeda dengan kota Palangkaraya, sehingga karyawan dilakukan oleh karyawan. Dengan begitu maka setiap
yang ada di kantor pusat maupun di daerah perwakilan akan karyawan bisa adil mendapatkan reward sesuai dengan
mendapat upah sesuai daerahnya masing-masing. Sementara, prestasi kerjanya. Reward berupa insentif ini merupakan
dari LSM atau pun serikat buruh tidak terlalu ada kunci agar karyawan bisa termotivasi untuk bekerja, semakin
pengaruhnya. Dan terakhir dari jasa konsultan dimana besar kontribusinya maka reward yang diberikan semakin
perusahaan menggunakan jasa konsultan pajak, namun besar.
dalam pengambilan keputusan konsultan tersebut tidak Sistem punishment dari perusahaan ada bermacam-
berwenang. macam seperti SP (Surat Peringatan), bisa juga pemotongan
Dari kedua sisi tersebut, baik pengaruh internal dan insentif, mutasi, dan bisa juga dipecat. Dengan adanya
eksternal terlihat perusahaan sudah melaksanakan prinsip punishment ini diharapkan para karyawan tidak berbuat
independensi dengan baik. Dimana perusahaan tidak ada pelanggaran yang merugikan perusahaan.
salah satu organ yang salin mendominasi. Dari kedua sisi tersebut, baik shareholder dan
Dari sisi pemegang saham, terlihat perusahaan berusaha stakeholder, sudah terlihat perusahaan sudah melaksanakan
mengadakan RUPS sehingga setiap pemegang saham bisa prinsip fairness dengan baik. Terlihat bagaimana setiap
mengambil keputusan secara objektif. Keluarga juga tidak pemegang saham diperlakukan secara adil sesuai dengan
berhak mengintervensi pihak-pihak lain, dan hanya fokus haknya, dan setiap pemegang saham berhak mendapatkan
tugas dan tanggung jawabnya. Dari sisi eksternal maka informasi secara transparan, hal ini sesuai dengan prinsip
perusahaan pasti mau tidak mau pasti terpengaruh dengan kesetaraan.Perusahaan berusaha untuk merekrut karyawan
regulasi pemerintah, namun dari segi eksternal lainnya tidak yang benar-benar memiliki keahlian tanpa memandang suku,
ada yang mempengaruhi perusahaan sehingga tidak terlalu agama, maupun rasnya. Dan juga jika mereka berprestasi
ada intervensi dari pihak luar. Hal ini mengindikasikan pasti akan mendapatkan reward, jika berbuat seenaknya
prinsip independensi sudah berjalan dengan baik. akan mendapatkan punishment. Jadi, ada keseimbangan
antara prestasi dan pelanggaran yang dilakukan karyawan.
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

Penilaian GCG dengan Metode Skoring Dilihat dari nilai yang didapat sebesar 4.413 maka bisa
Untuk menilai apakah PT. Papasamsu sudah dikatakan bahwa penerapan GCG di perusahaan sudah baik.
menerapkan prinsip GCG dengan baik, maka penulis Karena nilai yang didapatkan lebih dari 3, semakin
menggunakan metode skoring. Metode skoring ini disebut mendekati angka 5 maka penerapannya semakin baik. Dari
dengan metode FCGI Self Assessment Checklist yang hal ini membuktikan bahwa disadari atau tidak perusahaan
dikembangkan oleh FCGI. Hasil penilaian seperti tabel sudah menerapkan prinsip GCG di dalam perusahaanya,
berikut ini. meskipun perusahaan tersebut tidak terlalu besar.
Tabel 2.
Penilaian GCG Uji Trianggulasi
Aspek yang Bobot Ranking Total Catatan
dinilai (a) (b) (a x b) Dalam penelitian kali ini, untuk memeriksa apakah data
Hak-hak
pemegang
yang didapatkan sudah abash atau tidak, peneliti
saham (20%) menggunakan alat trianggulasi sumber. Hasil dari
Hak untuk 0.067 4 0.268 Disini hak untuk memberikan pendapat diberikan
memberikan bagi setiap pemegang saham. Namun, trianggulasi sebagai berikut.
pendapat kebanyakan berasal dari pemegang saham
mayoritas atau pemilik. Tetapi bila ada masalah
penting misalnya penambahan modal, maka akan
Tabel 3.
diadakan RUPS sehingga setiap pemegang saham Uji Trianggulasi
bisa memberikan pendapatnya.
Mendapat bagian 0.067 5 0.335 Pembagian keuntungan bagi pemegang saham Prinsip GCG oleh
dari keuntungan sudah jelas, dimana porsi pembagian keuntungan Prinsip Hasil Hasil
KNKG Ket.
GCG Wawancara Pengamatan
perusahaan tersebut disesuaikan dengan porsi kepemilikan (Zarkasyi,2008)
masing-masing pemegang saham. Transparancy 1. Informasi yang didapat 1. Adanya papan informasi di 1. Perusahaan harus Valid
Perlakuan yang 0.067 5 0.335 Setiap pemegang saham mendapat perlakuan memang benar berasal kantor, dan grup chatting di menyediakan
sama terhadap yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan diberikan dari atasan, tetapi tidak komputer karyawan informasi yang
pemegang saham laporan mengenai perusahaan setiap 3 bulan menutup kemungkinan 2. Adanya peraturan tertulis jelas, akurat, tepat
sekali pada seluruh pemegang saham. Dan informasi berasal dari yang menempel di dinding waktu, dan mudah
pemegang saham berhak memberikan umpan balik bawahan kantor diakses oleh
2. Proses penyampaiannya 3. Mengadakan rapat pemangku
pada laporan tersebut.
disalurkan melalui BBM, seminggu sekali, untuk kepentingan sesuai
Kebijakan email, SMS, chatting, divisi area operasional tiap haknya
Corporate papan informasi, dan hari 2. Informasi yang
Governance telepon. 4. Cara penyampaian harus diungkapkan
(15%) 3. Informasi yang didapat informasi yang paling harus menyeluruh
Pedoman dan 0.15 3 0.45 Disini perusahaan sudah sangat jelas memberikan terkadang perlu diolah sering melalui email. baik visi, misi,
pembagian tugas pedoman bagi setiap organ perusahaan lebih dan kadang juga Emailnya : strategi
dan tanggung bagaimana tugas dan tanggung jawabnya. Karena tidak, tergantung jenis untuk daerah perwakilan perusahaan,
jawab tiap-tiap di setiap divisi sudah ada SOP-nya masing- informasi tersebut seperti sampit susunan pengurus,
jabatan masing. Namun, dilihat dari strukturnya masih ada 4. Kebijakan perusahaan pwkspt@gmail.com dan lain-lain
jabatan yang dirangkap oleh komisarisnya sendiri berasal dari pihak top 3. Kebijakan
management / atasan perusahaan harus
yaitu sebagai marketing manager.
5. Kebijakan disampaikan tertulis dan
melalui kepala divisinya dikomunikasikan
Praktik-Praktik masing-masing dengan pemangku
GCG (30%) kepentingan
Perencanaan 0.075 5 0.375 Dilihat dari perencanaan perusahaan sudah lainnya
mempunyai visi dan misi yang jelas. Dari visi dan Accountability 1. Adanya perangkapan 1. Struktur organisasi 1. Perusahaan harus Valid
misi ini perusahaan menjalankan poros bisnisnya. jabatan yang dilakukan menempel di dinding menetapkan rincian
Selain itu, dalam melakukan perencanaan Pak Surjapati, merangkap 2. Adanya perangkapan tugas dan
perusahaan selalu merencanakan dengan baik, komisaris sekaligus jabatan dalam struktur tanggung jawab
dilihat dari rapat yang diadakan tiap divisi marketing manager tersebut masing-masing
seminggu sekali, kecuali untuk divisi area 2. Setiap divisi mempunyai 3. Adanya SOP (Sistem organ perusahaan
SOP-nya masing-masing Operasional Perusahaan) dan karyawan
operasional sehari sekali.
3. Struktur yang dibuat jelas, 4. Adanya laporan audit dari secara jelas
Rapat Umum 0.075 4 0.3 Disini perusahaan sudah melakukan RUPS dengan Top-Down akuntan publik, dan 2. Perusahaan harus
Pemegang adanya undangan RUPS dan notulen dari RUPS. 4. Adanya audit internal dari terdapat divisi accounting meyakini bahwa
Saham ( RUPS) Namun, RUPS yang diadakan tidak rutin, tetapi divisi accounting, dan yang menangani audit semua karyawan
sesuai keperluan yang mendesak atau penting. eksternal dari akuntan internal mempunyai
Tanggung jawab 0.075 3 0.225 Tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat public armandias kompetensi yang
perusahaan sudah dijalankan dengan memberikan barang sesuai dengan
terhadap kebutuhan pada pantin asuhan maupun jompo. tugas dan
lingkungan, Namun, dari sisi lingkungan belum dilaksanakan, tanggung jawabnya
masyarakat dan dan dari sisi karyawan memang perusahaan sudah masing-masing
karyawan memberikan jamsostek dan tunjangan pada 3. Perusahaan harus
karyawan, tetapi fasilitas yang diberikan masih memastikan
adanya sistem
kurang.
pengendalian
Kepatuhan 0.075 5 0.375 Perusahaan sudah melaksanakan tanggung internal yang efektif
perusahaan jawabnya untuk patuh pada peraturan perundang- dalam mengelola
kepada peraturan undangan, seperti taat membayar pajak, dan selalu perusahaan
perundang- open pajak. Selain itu perusahaan menggunakan
undangan konsultan pajak agar pajak yang dibayar teratur Responsibility 1. Belum melakukan CSR 1. Adanya kartu gaji yang 1. Perusahaan harus Valid
dan tidak terjadi kecurangan seperti pembuatan 2 terhadap lingkungan menunjukkan tunjangan melaksanakan
buku. Lalu, perusahaan juga memenuhi UU tenaga 2. CSR terhadap karyawan apa saja yang diterima tanggung jawab
kerja dan juga mengenai UMK. Dan juga mengenai hanya sebatas tunjangan karyawan, baik tunjangan social dengan
UU konsumen maupun persaingan. dan jamsostek, fasilitas beras, handphone, antara lain peduli
kurang memadai transport, dan lain-lain terhadap
3. CSR terhadap masyarakat 2. Adanya konsultan pajak lingkungan dan
sudah dilakukan, dengan yang berasal dari luar, masyarakat di
memberikan barang- namun dianggap sebagai lingkungan sekitar
barang keperluan pada staff perusahaan perusahaan
Pengungkapan panti asuhan maupun 2. Organ perusahaan
(20%) panti jompo harus berpegang
Keterbukaan 0.2 5 1 Disini informasi yang disalurkan di dalam 4. Perusahaan taat pajak, terhadap prinsip
informasi perusahaan sangatlah terbuka dan baik. Hal ini tiap tahun selalu kehati-hatian dan
bisa dilihat dari media-media yang digunakan membayar pajak memastikan
dalam penyampaian informasi sangat beragam kepatuhan
dengan tujuan informasi terasampaikan dengan terhadap peraturan
baik. Dan juga informasi yang ada dimengerti perundang-
setiap pemangku kepentingan karena setiap undangan
informasi tersebut diolah lebih dahulu jika memang
ada yang perlu diolah. (bersambung)

Fungsi audit
(15%)
Fungsi audit 0.15 5 0.75 Audit yang dilakukan di dalam perusahaan juga
dalam terlaksana dengan baik, dilihat bagaimana
perusahaan perusahaan melakukan audit internal setiap
setahun sekali, dan juga meminta bantuan dari
pihak luar untuk melakukan audit yang berasal dari
akuntan publik.
Total 1 4.413
Sumber : Olahan Peneliti
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

(sambungan)
terhadap peraturan perundang-undangan perusahaan
Independency 1. Keluarga pemilik hanya 1. Adanya undangan RUPS, 1. Masing-masing Valid
mengurusi sebatas jika tidak bisa hadir harus organ perusahaan sudah berusaha untuk memenuhi peraturan-peraturan
keuangan perusahaan, diwakili dengan surat harus menghindari
tidak ikut campur dalam kuasa dari terjadinya tersebut.
pengambilan keputusan 2. Adanya notulen rapat hasil pengaruh
perusahaan RUPS, sehingga semua kepentingan
4. Prinsip independency dalam perusahaan sudah dijalankan
2. Biasanya pengambilan
keputusan diambil oleh
pemegang saham
menyetujui hasil RUPS
tertentu sehingga
pengambilan
dengan baik, dimana tidak ada intervensi dari pihak
pemegang saham tersebut keputusan menjadi internal yaitu keluarga atau shareholder yang ingin
mayoritas, namun jika ada obyektif
keputusan penting ada 2. Masing-masing mempengaruhi manajemen perusahaan atas dasar
RUPS, sehingga anggota
keputusan menjadi perusahaan harus keinginan sendiri. Disini pihak keluarga tidak berhak
obyektif melaksanakan
fungsinya dan tidak untuk mengambil keputusan karena banyak hal yang
melempar
tanggung jawab
harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
sehingga terjadi
sistem yang efektif
Sementara, dari sisi luar perusahaan seperti negara ada
Fairness 1. Pembagian hak dalam 1. Adanya iklan lowongan 1. Perusahaan harus Valid hal yang mempengaruhi kebijakan perusahaan, misal
shareholder sesuai untuk merekrut karyawan memberikan
dengan porsi kepemilikan yang mengindikasikan kesempatan dalam hal pemberian upah karena harus menyesuaikan
sahamnya syaratnya umur, kepada pemangku
2. Sistem perekrutan pendidikan, dan keahlian kepentingan untuk dengan UMK. Dari pihak LSM maupun jasa konsultan
karyawan yang tidak orang tersebut memberikan
melihat suku, agama, 2. Adanya slip incentive informasi atau
tidak ada yang mempengaruhi perusahaan.
maupun ras, tetapi
keahlian yang dimiliki
reward yang diterima
karyawan karena berhasil
menyampaikan
pendapat
5. Prinsip fairness yang dijalankan di perusahaan sudah baik.
orang tersebut lewat tes mempertahankan 2. Perusahaan harus Dimana setiap pemegang saham mendapat perlakuan
yang diadakan kinerjanya memberikan
perusahaan 3. Adanya hukuman tertulis perlakuan yang yang setara dan adil. Di dalam perusahaan pemegang
dalam peraturan tertulis, setara dan wajar
3. Adanya reward yang jika siapapun melanggar sesuai manfaat dan saham berhak memberikan pendapatnya dan juga setiap
diberikan pada karyawan akan di PHK atau harus kontribusi yang
yang kinerjanya tinggi mundur dari perusahaan diberikan pada pemegang saham diundang untuk mengikuti RUPS.
4. Adanya punishment bagi perusahaan
karyawan yang melanggar 3. Perusahaan harus
Dividen yang diberikan pada pemegang saham,
peraturan perusahaan memberikan
kesempatan yang
diberikan secara adil sesuai dengan porsi kepemilikan
sama dalam saham. Dari sisi stakeholder, karyawan yang direkrut
penerimaan
karyawan tanpa berdasarkan keahliannya, sehingga perusahaan tidak
membedakan suku,
agama, dan ras membeda-bedakan karyawan berdasarkan SARA. Selain
itu, perusahaan juga sudah menetapkan sistem reward
Sumber : Olahan Peneliti
dan punishment secara adil.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang ada, peneliti menyimpulkan DAFTAR PUSTAKA
hasil penelitiannya sebagai berikut : Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif. Jakarta : Prenada
1. Prinsip transparancy sudah dijalankan dengan baik Media Group.
dimana perusahaan berusaha menyediakan informasi Casillas, J., Acedo, F. & Ana Moreno. (2007). International
bagi karyawan secara transparan dan terbuka. Disini Entrepreneurship in Family Business. Northampton
informasi yang ada berasal dari atasan langsung : Edward Elgar
disalurkan ke bawahan tanpa memperpanjang birokrasi. Cornwallis, Richard & Rudy Kusmanto. (2009, Oktober-
Media penyampaiannya pun berbagai macam untuk Desember). Corporate Governance in Indonesia.
menunjang penyaluran informasi. Tidak hanya Journal on Corporate Governance in Asia Vol. 6
informasi saja, kebijakan yang ada di dalam perusahaan No.3, p.29-31
sudah disampaikan dengan baik pada setiap karyawan. Hindarmojo, Hinuri. (2002). The Essence of Good
2. Prinsip accountability yang dijalankan di perusahaan Corporate Governance “Konsep dan Implementasi
cukup baik. Dimana perusahaan sudah mempunyai SOP Perusahaan Publik dan Korporasi Indonesia”.
tertulis, sehingga setiap karyawan sudah tahu bagaimana Jakarta : Yayasan Pendidikan Pasar Modal
sistem yang berada di dalam perusahaan. Dan juga Indonesia & Sinergy Communication
pengambilan keputusan yang ada sesuai dengan SOP Jogiyanto. (2008). Metodologi Penelitian Sistem Informasi.
tersebut, sehingga karyawan mengerti harus melapor Yogyakarta : CV. Andi Offset
kemana. Dari sisi audit, perusahaan sudah melakukan Kaihatu, Thomas. (2006, Maret). Good corporate
audit baik itu internal maupun eksternal. Namun, dari governance dan penerapannya di Indonesia. Jurnal
sisi struktur perusahaan masih adanya perangkapan Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 8 No 1, p.1-9
jabatan, yaitu posisi marketing manager diisi oleh Kim, Kenneth & John Nofsinger. (2007). Corporate
komisarisnya sendiri. Sehingga fungsi komisaris tidak Governance Second Edition. New Jersey : Pearson
berjalan dengan maksimal dalam mengawasi jalannya Prentice Hall
perusahaan. Selain itu, ada ketidaksesuaian dengan KNKG. (2006). Pedoman Umum Good Corporate
Undang-Undang Perseroan Terbatas dimana posisi Governance Indonesia
direktur berada dibawah komisaris. Marpa, Nyoman. (2011, Januari). Peran Perusahaan
3. Prinsip responsibility juga sudah dijalankan cukup baik Keluarga dalam Perekonomian. Retrieved Oktober,
dimana tanggung jawab perusahan terhadap masyarakat 10, 2012, from
sudah dijalankan. Sementara, dari tanggung jawab http://infocfbs.blogspot.com/2011/01/peran-
perusahaan terhadap karyawan juga sudah dijalankan perusahaan-keluarga-dalam.html
dengan memberikan berbagai tunjangan yang ada pada Moleong, J. L. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif.
karyawan, tetapi fasilitas yang diberikan masih kurang. Bandung: Remaja Rosda karya.
Selain itu, perusahaan belum menjalankan tanggung Moleong, J. L. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif.
jawabnya terhadap lingkungan. Dari sisi kepatuhan Bandung: Remaja Rosda karya.
AGORA Vol. 1, No. 1, (2013)

Moleong, J. L. (2012). Metodologi penelitian kwalitatif.


Bandung : Remaja Rosda karya.
Naja, Hasanuddin. (2004). Manajemen Fit and Proper Test.
Yogyakarta : Pustaka Widyatama. Retrieved
Desember, 14, 2012, from
http://books.google.co.id/books?id=k07uUqcCC_4
C&pg=PA75&lpg=PA75&dq=fcgi+self+assessmen
t+naja&source=bl&ots=pDllDjT9pz&sig=XSxKin
hxgLVvHQ3kdr_-
GcwwgbQ&hl=id&sa=X&ei=yzTKUMyGNMeNrg
eQ44DgBA&ved=0CCcQ6AEwAA#v=onepage&q
=fcgi%20self%20assessment%20naja&f=false
Purhantara, Wahyu. (2010). Metode Penelitian Kualitatif
untuk Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta
Surya, Indra & Ivan Yustiavandana. (2006). Penerapan
Good Corporate Governance Mengesampingkan
Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha.
Jakarta : Prenada Media Group
Susanto, A.B. (2007). The Jakarta Consulting Group on
Family Business. Jakarta : The Jakarta Consulting
Group
Wardoyo, Trimanto. (2010, September-Desember). Peranan
Auditor Internal Dalam Menunjang Pelaksanaan
Good Corporate Governance. Akurat Jurnal Ilmiah
Akuntansi No.3 Tahun ke-1
Wahjono. (2009). Suksesi dalam Perusahaan Keluarga.
Retrieved Agustus, 30, 2012, from
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:bGf
hkT7Yn6UJ:puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/
unm/article/view/17158/17120+&hl=id&gl=id&pi
d=bl&srcid=ADGEESjpzmZiG7LmMJnjHZnHMe
PBY0KyUgEBFjS_q
www.lkpp.go.id. (15 Juni 2011). Korupsi Indonesia Masih
Parah. Retrieved Oktober, 1, 2012, from
http://www.lkpp.go.id/v2/berita-
detail.php?id=7481266055
www.ti.or.id. (1 Desember 2011). Corruption Perception
Index 2011 Indonesia Masih Berada di Jajaran
Bawah Negara-negara Terbelenggu Korupsi.
Retrieved Agustus, 29, 2012, from
http://ti.or.id/index.php/publication/2011/12/01/cor
ruption-perception-index-2011
Zarkasyi, Wahyudin. (2008). Good Corporate Governance
Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan
Jasa Keuangan Lainnya. Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai